Wahai Hati - Bab 120 Pengemis dan orang kaya generasi kedua (2)
Setelah mendengarkan apa yang Fetrin jelaskan, kebencian dan dendam yang berada di dalam hatiku juga turut terbunuh, pada awalnya aku sudah kehilangan sandaran hidup, dan sekarang bebicara sebanyak ini dengan Fetrin juga untuk menyelesaikan kekemalutan yang terjadi, tetapi kenapa memangnya jika sudah mengetahui kenyataan yang sebenarnya, kenyataan ini justru membuatku semakin merasakan kegetiran yang teramat dalam. Aku memiliki dendam tetapi aku tidak bisa bahkan tidak mampu untuk membalaskan dendam itu. Perasaan itu sama saja dengan aku yang berada di dalam tahanan, rasanya ingin sekali mati tetapi aku malah tidak kunjung mati, semua ini benar benar membuatku meradang.
Aku sudah tidak memiliki tenaga untuk memikirkan lebih banyak hal lagi, pelajaran yang aku terima kali ini benar benar sudah mendarah daging dalam diriku, meskipun aku tidak bersedia, tetapi aku terpaksa harus mengakui jika aku sama sekali tidak pernah mencapai puncak, Fetrin juga bukan seseorang yang tidak bisa melakukan apapun, saat dia bertemu dengan seseorang yang memiliki keberadaan jauh lebih kuat, maka aku juga hanyalah sebatang ranting yang terombang ambing di atas lautan, yang bahkan bukan apa apa. Sampai sampai hanya bisa diam saat dicabik cabik oleh seseorang.
Ini adalah kenyataan di dunia nyata tempatku hidup, dan karena aku masih hidup, aku hanya bisa menerima kenyataan ini.
Setelah terdiam cukup lama, aku baru kemudian mengatakan, “aku mengerti!”
Setelah mengatakan itu aku langsung melangkahkan kedua kakiku dengan cepat dan pergi begitu saja.
Fetrin mencoba untuk menghentikanku, “kamu mau kemana?”
Aku mengusap air mata yang terjatuh di wajahku, dan berkata dengan yakin, “aku akan berjalan jalan sendiri, kamu jangan pedulikan aku!”
Sebenarnya aku juga tidak tau kemana aku akan pergi, tetapi rasanya kedua kakiku tidak bersedia untuk berhenti, meskipun sekarang berjalan adalah suatu hal yang sangat sulit untukku, tetapi aku masih tidak boleh berhenti begitu saja.
Mungkin dengan berjalan seperti ini aku bisa merasakan jika aku masih benar benar hidup, kehidupan seperti ini benar benar tidak melegakan, tetapi bagaimana lagi, seseorang hidup di dunia ini bukankah untuk mengalami berbagai kesulitan dan penderitaan, apa hak yang aku miliki untuk bisa menikmati semua kebahagiaan di dunia. Hanya saja penderitaan yang aku alami akhir akhir ini rasanya terlalu dalam, dan aku benar benar tidak sanggup untuk menerimanya, pundakku tidak sanggup untuk memikulnya, jiwaku merintih, hatiku rasanya sangat lelah, begitu pula dengan diriku.
Aku belum berjalan lama, tetapi tenagaku sudah terkuras habis, kedua kakiku juga tidak sanggup untuk melangkah lebih jauh lagi, satu langkahpun sudah tidak sanggup aku hentakkan, dan hanya bisa menyandarkan tubuhku di atas tanah.
Semua orang masih saja hilir mudik melewatiku, mereka berjalan dengan menjaga jalan dan takdir mereka masing masing, sedangkan aku sudah kehilangan jalan hidupku sendiri, aku terpuruk di atas tanah dengan sikap yang benar benar menyedihkan.
Tatapan ku sedikit kosong, hatiku rasanya juga sudah mati rasa, tetapi dalam pikiranku masih saja terbayang akan kenyataan yang sama sekali tidak ingin aku terima, kenyataan yang mengharuskan ku untuk hidup merendah dan sederhana, dan harus sabar dan menahan semuanya dengan tenang. Saat menghadapi tindakan Ferdy yang seperti ini, aku hanya bisa menahan dan terus menahan segalanya saja, karena aku tidak lebih baik dari manusia, Fetrin yang selalu aku andalkan juga tidak lebih hebat darinya, terus aku bisa apa?
Tiba tiba hatiku yang sudah mati rasa ini ternyata bisa merasakan rasa sakit, rasanya dadaku juga terasa sangat sesak seperti ada sesuatu yang tersumbat di dadaku, benar benar menyesakkan dan sangatlah tidak nyaman, dunia ini begitu besar, dan aku merasa jika aku sangatlah kecil dan menyedihkan, aku tidak pernah merasakan perasaan seperti ini sebelumnya, merasa jika diriku sama sekali tidak berguna, seperti seonggok sampah, dan rasanya aku adalah seseorang yang paling tidak berguna di dunia ini.
Namun ketika aku sedang mengeluhkan akan kehidupan ku yang menyedihkan ini, tiba tiba terdengar suara koin terjatuh tepat di depanku, hal itu sontak membuatku mendongakkan kepalaku, dan melihat sosok anak kecil yang sedang memakan permen lolipop memandangku dengan tatapan penuh kemelasan, bahkan sempat mengatakan rasa ibanya kepadaku, “ei, kasihan sekali!”
Setelah mengasihaniku dia langsung kembali berjalan tanpa beban.
Jelas sekali jika mereka memperlakukanku seperti pengemis, kenyataan ini benar benar ironis, aku mengambil koin yang sempat dilemparkan kepadaku, dan kemudian tertawa getir, ini mungkin adalah tawa paling menyedihkan dalam hidupku, aku jelas jelas adalah seorang kaya generasi dua, tetapi malah dianggap sebagai pengemis, benar benar kenyataan yang sangat menggelikan, tetapi ironi yang ada di depan mataku ini benar benar mencerminkan isi hatiku saat ini, bahkan jika aku memiliki begitu banyak uang, tetapi kemampuan dan kekuatan yang aku miliki sangatlah menyedihkan, aku masih saja menjadi seseorang yang tidak berguna, aku disiksa oleh seseorang seperti layaknya seorang anjing selama 10 hari, dan pada akhirnya aku masih saja tidak bisa berbuat apapun bahkan setelah mengetahui kenyataan yang sebenarnya. Kenyataan menyedihkan seperti ini, bagaimana bisa aku menerimanya?
Aku sudah menjadi seorang pengemis tergila, yang tertawa di atas tanah dengan kondisi yang sangat menyedihkan, menertawakan kehidupan yang begitu memuakkan ini!
------
Di sisi lain di sebuah restoran Malatang, Clara dan Ferdy terlihat sedang duduk saling berhadapan, suasana yang tercipta diantara keduanya sedikit tegang, dan setelah keheningan yang cukup lama, Clara akhirnya membuka mulutnya terlebih dahulu, “Ferdy, apa kamu belum bermain dengan puas?”
Ferdy hanya mengangkat pundaknya dan berkata acuh, “aku sudah menghentikannya, jika tidak ada halangan atau apapun mungkin Chandra sudah bisa bebas hari ini!”
Setelah mendengar hal itu ekspresi di wajah Clara masih saja terlihat sangat serius, dan kemudian dia berkata datar, “pelajaran yang kamu berikan kali ini rasanya sedikit terlalu lama.”
Ferdy yang kemudian menjawab dengan tidak menampiknya, “masih dalam batas wajar, aku melakukannya dengan penuh batasan, dan jelas benar mengenai orang seperti apa yang aku hadapi, dan cara apa yang harus aku lakukan, Chandra orang seperti itu dia harus di beri pelajaran dengan cara yang sedikit ekstrim, jika tidak maka dia tidak akan patuh untuk kedepannya. Kamu tenang saja, setelah dia dibebaskan kali ini, dia pasti akan menjadi sosok yang sangat patuh dan tidak berani berbuat seenaknya saja, tindakanku kali ini sama saja dengan membantunya!”
Perkataan Ferdy kali ini rasanya seperti dia adalah seorang penyelamat yang sudah menyelamatkan seseorang, dan merasa jika dirinya sangatlah hebat.
Setelah mendengarkan apa yang dikatakan Ferdy, Clara mengangguk dan berkata sendiri, “semoga saja seperti itu.”
Setelah Clara mengatakan itu tiba tiba restoran kedatangan seseorang, seseorang yang langsung saja berhasil menarik perhatian Clara dan Ferdy, atau mungkin bisa dibilang tidak mudah untuk tidak memperhatikannya, karena sosok itu benar benar istimewa!
Dalam tubuhnya tercium aroma yang sangat tidak mengenakkan, pakaian yang dia pakai begitu kotor dan berantakan, rambutnya sudah menggimbal, dan bentuk di wajahnya benar benar sudah sangat hancur, keadaannya benar benar sudah sangat menyedihkan hingga tidak bisa lebih menyedihkan lagi, rasanya dia lebih menakutkan dibandingkan dengan pengemis diluaran sana. Kedatangannya benar benar membuat aroma di dalam restoran menjadi sangat tidak mengenakkan, sampai sampai Clara dan Ferdy meletakkan sumpitnya dan langsung melihat ke arah sosok orang yang datang itu.
Tentu saja, pemilik restoran juga memperhatikan sosok pengunjung yang tidak diharapkan ini, dia langsung berlari mendekat, dan mencoba untuk mengusir orang yang baru masuk itu dengan mengucapkan beberapa umpatan, “pergi pergi pergi, jangan mengemis disembarang tempat, kita tidak memiliki sesuatu yang bisa diberikan kepadamu!”
Tetapi saat pemilik mengatakan itu, tiba tiba Clara mengatakan sesuatu, “tunggu tunggu.”
Pemilik itu seketika menghentikan gerakan mengusirnya itu, dan kemudian beralih menatap Clara dengan tatapan kebingungan.
Clara beranjak dari tempat duduknya, dan berjalan ke depan sosok seseorang yang menyebarkan aroma tidak mengenakkan itu, dia bertanya dengan ekspresi tidak percaya, “apa kamu Chandra?”
Clara sendiri mengatakan ini dengan tidak percaya, sosok di depannya ini sama seperti pengemis, hanya saja dia terlihat lebih menyedihkan, tetapi Clara berhasil menemukan sesuatu yang akrab dalam dirinya, dan dia merasa jika orang itu adalah Chandra.
Iya benar, ini bukan hanya sekedar mirip, itu adalah aku, aku membuka kedua mataku yang sudah lebam menatap tepat ke arah Clara, dan menjawab acuh, “benar.”
Setelah mengatakan itu aku langsung melewati tubuh Clara, dan berjalan ke depan Ferdy, aku menatapnya, dan bertanya tenang, “kamu yang sudah membuatku menjadi seperti ini kan?”
Novel Terkait
Suami Misterius
LauraEternal Love
Regina WangHis Second Chance
Derick HoPernikahan Kontrak
JennyHalf a Heart
Romansa UniverseMy Perfect Lady
AliciaWahai Hati×
- Bab 1 Kekokohan Ibuku (1)
- Bab 1 Kekokohan Ibuku (2)
- Bab 2 Bu, Maaf (1)
- Bab 2 Bu, Maaf (2)
- Bab 3 Berjuang untuk bangkit kembali (1)
- Bab 3 Berjuang untuk bangkit kembali (2)
- Bab 4 Pria Perkasa (1)
- Bab 4 Pria Perkasa (2)
- Bab 5 Kemunculan Olive
- Bab 6 Kegaduhan Kantin (1)
- Bab 6 Kegaduhan Kantin (2)
- Bab 7 Sudah Lama Tidak Bertemu(1)
- Bab 7 Sudah Lama Tidak Bertemu(2)
- Bab 8 Musuhku(1)
- Bab 8 Musuhku(2)
- Bab 9 Sebelum badai datang
- Bab 10 Gunung satu itu lebih besar dari gunung lain (1)
- Bab 10 Gunung satu itu lebih besar dari gunung lain (2)
- Bab 11 Suara yang tidak asing (1)
- Bab 11 Suara yang tidak asing (2)
- Bab 12 Lepaskan Gadis Itu (1)
- Bab 12 Lepaskan Gadis Itu (2)
- Bab 13 Menjadi Pahlawan
- Bab 14 Lalat yang menganggu (1)
- Bab 14 Lalat yang menganggu (2)
- Bab 15 Bunga kampus yang seksi (1)
- Bab 15 Bunga kampus yang seksi (2)
- Bab 16 serangan yang terbuka mudah untuk ditangani, serangan kegelapan sulit untuk dihindari
- Bab 17 Harimau ingin menunjukkan kekuatan
- Bab 18 Aksi Balas Dendam
- Bab 19 Apa yang ditakutkan pasti akan terjadi
- Bab 20 Momen Menegangkan
- Bab 21 Marie Hu yang menggoda (1)
- Bab 21 Marie Hu yang menggoda (2)
- Bab 22 Tendangan yang Intimidasi (1)
- Bab 22 Tendangan yang Intimidasi (2)
- Bab 23 Majikan dan Anjingnya
- Bab 24 Pertemuan yang Tak Terhindari (1)
- Bab 24 Pertemuan yang Tak Terhindari (2)
- Bab 25 Rencana Licik (1)
- Bab 25 Rencana Licik (2)
- Bab 26 Satu Langkah Lagi
- Bab 27 Melukai Diri untuk Mendapatkan Kepercayaan
- Bab 28 Cinta dan Tidak Cinta
- Bab 29 Adegan Sebelum Acara Besar Dimulai (1)
- Bab 29 Adegan Sebelum Acara Besar Dimulai (2)
- Bab 30 Chandra, Aku Mencintaimu (1)
- Bab 30 Chandra, Aku Mencintaimu (2)
- Bab 31 Aura Seorang Ratu
- Bab 32 Pilihanmu Tidak Salah
- Bab 33 Pencegatan Mike
- Bab 34 Penyiksaan yang Kejam
- Bab 35 Ia adalah Ten Zhou
- Bab 36 Satu yang Menjaga, Tidak Ada yang Berani Menyerang
- Bab 37 Dendam dan Kewajiban
- Bab 38 Kecelakaan Gunawan
- Bab 39 Tokoh Kecil yang Tidak Dianggap
- Bab 40 Olive yang Sangat Terkejut
- Bab 41 Memancing ke dalam Jebakan
- Bab 42 Mike Berlutut
- Bab 43 Aura Pemenang
- Bab 44 Menginjak Jalan yang Buruk
- Bab 45 Amarah Ten Zhou (1)
- Bab 45 Amarah Ten Zhou (2)
- Bab 46 Pertarungan
- Bab 47 Tidak Ada yang Bisa Menaklukkanku
- Bab 48 Mencari Masalah
- Bab 49 Dua puluh miliar, itu hal yang kecil
- Bab 50 Menarik Uang
- Bab 51 menganggapmu ayah jika kaya
- Bab 52 keagungan
- Bab 53 Fetrin yang Percaya Diri
- Bab 54 Pengemis Tua
- Bab 55 Ada Uang, Sombong
- Bab 56 Krisis Ekonomi Keluarga Hu
- Bab 57 Merasa Terkejut
- Bab 58 Mike Kembali
- Bab 59 Datang Sendiri
- Bab 60 Boleh Membunuh Tapi Tidak Boleh Menghina
- Bab 61 Satu panggilan kak Chandra
- Bab 62 Mati dan hidup bersama
- Bab 63 Tidak berhenti sampai mati
- Bab 64 Insiden sensasional kampus (1)
- Bab 64 Insiden sensasional kampus (2)
- Bab 65 Pertarungan Besar Dimulai (1)
- Bab 65 Pertarungan Besar Dimulai (2)
- Bab 66 Waktu kematian sudah datang
- Bab 67 Perbuatan tercela Mike
- Bab 68 Fetrin Tiba
- Bab 69 Tuan Muda, Aku Terlambat
- Bab 70 Menjalani Keputusan Tuhan
- Bab 71 Amarah Michael Li
- Bab 72 Remehan Fetrin
- Bab 73 Bahaya Menyerang
- Bab 74 Namaku Jeno (1)
- Bab 74 Namaku Jeno (2)
- Bab 75 Michael Li Yang Jago
- Bab 76 Ada Orang di dalam Rumah
- Bab 77 Insting Orang hebat
- Bab 78 Malam yang Menakutkan(1)
- Bab 78 Malam yang Menakutkan(2)
- Bab 79 Jangan Mengulang ke Tiga Kalinya
- Bab 80 Orang Hebat Pertama di Kota (1)
- Bab 80 Orang Hebat Pertama di Kota (2)
- Bab 81 Olive Yang Pasrah (1)
- Bab 81 Olive Yang Pasrah (2)
- Bab 82 Balasan
- Bab 83 Posisi Defensif Michael Li
- Bab 84 Dia, adalah Fetrin (1)
- Bab 84 Dia, adalah Fetrin (2)
- Bab 85 Kematian Michael Li
- Bab 86 Kejadian saat itu
- Bab 87 Ayahmu
- Bab 88 Perasaan gelisah yang kuat.
- Bab 89 Perselisihan di Villa Keluarga Hu
- Bab 90 Sekeliling penuh dengan musuh
- Bab 91 Tuan Chandra
- Bab 92 Halo, Nama Aku Ruben
- Bab 93 Kamu Pantas Bertarung Denganku? (1)
- Bab 93 Kamu Pantas Bertarung Denganku? (2)
- Bab 94 Ruben Yang Misterius (1)
- Bab 94 Ruben Yang Misterius (2)
- Bab 95 Malu Ekstrim
- Bab 96 Tidur Seranjang Dengan Olive (1)
- Bab 96 Tidur Seranjang Dengan Olive (2)
- Bab 97 Kita Putus Saja (1)
- Bab 97 Kita Putus Saja (2)
- Bab 98 Kebencian
- Bab 99 Orang Belakang Ruben
- Bab 100 Kehadiran Fetrin dengan Penampilan yang Sombong (1)
- Bab 100 Kehadiran Fetrin dengan Penampilan yang Sombong (2)
- Bab 101 Menatap Semua orang
- Bab 102 Bersebrangan Dengan Marie Hu
- Bab 103 Ruben Yang Penuh Percaya Diri
- Bab 104 Tangkap Ruben dengan cara apapun
- Bab 105 Pertempuran Sengit
- Bab 106 Amarah Ruben
- Bab 107 Chris VS Ruben
- Bab 108 Kemampuan Fetrin
- Bab 109 Marie Berlutut
- Bab 110 Membalas Dendam Kepada Ruben
- Bab 111 Maaf, Aku Tidak Terima
- Bab 112 Pria Besar muncul
- Bab 113 Bunga Kampus yang Ketiga
- Bab 114 Selalu ada orang yang lebih hebat
- Bab 115 Putra Godi chen
- Bab 116 Chandra, Kamu Ditangkap (1)
- Bab 116 Chandra, Kamu Ditangkap (2)
- Bab 117 Ferdy Yang bertindak
- Bab 118 Keputusasaan Tanpa Akhir
- Bab 119 Lebih Baik Mati Daripada Hidup
- Bab 120 Pengemis Dan orang kaya generasi kedua (1)
- Bab 120 Pengemis dan orang kaya generasi kedua (2)
- Bab 121 Candra, Kamu Tamat (1)
- Bab 121 Chandra, Kamu Tamat ( 2)
- Bab 122 Ciuman Clara
- Bab 123 Kemarahan Ferdy
- Bab 124 Kobaran Api
- Bab 125 Hidup Mati
- Bab 126 Kematian Ruben Cai
- Bab 127 Ucapan Marie
- Bab 128 Menuju Ke Lokasi Perang
- Bab 129 Tuan Muda Ferdy Yang Susah Ditebak
- Bab 130 Ibuku Datang
- Bab 131 Keangkuhan Tuan muda Ferdy
- Bab 132 Api Peperangan Menyala
- Bab 133 Ibuku VS Tuan Muda Ferdy
- Bab 134 Berjuanglah Untuk Tetap Bertahan Hidup
- Bab 135 Air Mata Dua Wanita (1)
- Bab 135 Air Mata Dua Wanita (2)