Wahai Hati - Bab 37 Dendam dan Kewajiban
Kekuasaan Ten sangatlah kuat. Mike tidak berani asal bertindak setelah mendengar ucapannya, melainkan tenggelam dalam pikiran. Tak lama kemudian, ia baru membuka mulutnya pelan. “Ten, aku kali ini beri muka untukmu dan melepaskan Chandra, anggap saja untuk membayar hutangmu. Tapi lain kali, aku tidak akan melakukannya lagi!”
Setelah itu, Mike mengalihkan pandangan kearahku dan dengan kesal berkata, “Chandra, kali ini kamu beruntung. Pertemuan selanjutnya, aku akan membuatmu tersiksa!”
Setelah mengucapkan kalimat terakhir, Mike berbalik badan. Ia dan teman-temannya kembali dengan kekesalan, dengan cepat mereka tidak terlihat lagi di jalan.
Setelah Mike mereka pergi, Ten langsung menurunkan tingkat kewaspadaannya dan menghela nafas dalam. Lalu ia menepuk dadanya berkata, “Aduh, mengejutkanku saja!”
Setelah selesai menghela nafas, ia mulai mengeluh lagi kepada Marie. “Mohon Kak Marie, bolehkah beritahu lebih cepat sebelum mencari diriku, agar aku memiliki waktu untuk bersiap. Penolongan yang begitu tiba-tiba, menyebabkan tidur siangku terganggu dan betapa bahayanya aku datang sendirian. Kalau Mike sungguh beraksi, maka diriku yang rugi!”
Mendengar ucapan Ten, aku baru menyadari Marie segera mengeluarkan teleponnya saat melihat Mike muncul di ujung jalan kecil itu, ternyata demi mengirim pesan singkat untuk Ten.
Reaksi Marie cukup cepat dan teliti, sedangkan Ten buru-buru datang menolong setelah mengetahui Marie dalam situasi yang berbahaya, bahkan tidur siangnya terganggu. Terlihat ia sangat peduli kepada Marie. Jangan lihat ia terus mengeluh kepada Marie, tapi aku bisa tahu ia sama sekali tidak takut kepada Mike. Perkataannya hanya ingin memperbaik suasana. Tapi mendengar nada bicaranya yang lucu, justru aku merasa ia sangat ramah, tidak seperti yang dikatakan orang-orang, begitu galak dan jahat.
Aku juga tentu jelas tahu bahwa seseorang tidak bisa dilihat dari tampilan saja, seperti Mike. Ia terlihat seperti orang yang begitu hangat dan ramah, tapi kenyataannya adalah orang yang licik dan palsu. Untuk Ten, aku selalu merasa ia pintar tapi berpura-pura bodoh, terlihat bahagia, tapi kenyataannya sangat tenang dan pintar.
Karena keluhan Ten yang begitu hiperbola, raut wajah Marie yang serius seketika muncul senyuman tipis. Ia dengan tulus berkata kepada Ten. “Terima kasih!”
Ten menganyunkan tangannya dan berkata, “Biasa saja, kita sudah kenal lama, untuk apa mengatakn itu. Seharusnya Mike tidak akan kembali lagi. Kalau tidak ada masalah lagi, aku pergi dulu. Sampai jumpa!”
Ten langsung melangkah kakinya dan pergi meninggalkan tempat dengan begitu santai.
Melihat punggung kepergian Ten yang begitu santai, aku tiba-tiba merasa bingung. Apakah ia pergi begitu saja?
Sedangkan Marie juga biasa saja, tidak mengatakan satu katapun yang untuk meninggalkannya dan kata-kata sungkan lainnya.
Setelah jalan beberapa langkah, Ten tiba-tiba menghentikan langkahnya. Ia berbalik badan dan berkata kepadaku, “Oh iya, siapa itu yang namanya Chanchan, tunggu lukamu pulih, aku akan mencarimu!”
Setelah selesai mengatakan itu, ia menghilang di ujung jalan kecil, bagai asap.
Aku semakin bingung sekarang. Apa maksudnya? Jangan-jangan ia juga tidak ingin melepaskanku?
Marie takut aku banyak berpikir dan sibuk menjelaskan. “Jangan dengar kata-katanya, Chandra. Ia adalah orang yang suka bercanda. Ia tidak mungkin mencari masalah denganmu!”
Aku tersenyum tipis dan tidak mengatakan apapun, hanya melihat arah kepergian Ten dalam diam. Keberadaannya membuatku merasa terkalahkan. Tapi demi menjaga sisa harga diri terakhir sebagai lelaki sejati, aku terus bertahan, bertahan agar diriku tidak jatuh. Sekarang Ten sudah pergi jauh, seketika tubuhku melemas. Kesadaran yang berusaha kupertahankan akhirnya juga menghilang. Kepala terjatuh ke belakang dan terjatuh pingsan begitu saja.
Saat sadar, diriku terbaring di atas ranjang rumah sakit. Langit diluar sudah menggelap. Matahari sudah tenggelam dan malam mulai menunjukkan dirinya.
Orang pertama yang kulihat tentu adalah Marie. Ia terus menemaniku disamping, sepertinya pernah menangis, matanya memerah dan bengkak. Melihat aku sadar, ia dengan senang berkata, “Chandra, akhirnya kamu sadar!”
Marie terlihat sangat khawatir kepadaku, bahkan wajahnya juga terlihat pucat. Bidadari yang secantik ini menjadi sedih karena diriku, seketika hatiku terkerut, sedikit sakit dan ragu.
Aku terus menatap Marie lama, lalu membuka mulut berkata, “Maaf, Marie. Aku melibatkanmu ke dalam masalah ini.”
Sebaris kalimat, delapan kata, tetapi begitu susah diucapkan. Nada bicara terdengar semakin sedih dan tak berdaya.
Pengalaman hari ini sungguh membuat hati kacau, berakhir juga berbaring di rumah sakit. Saat aku sudah tidak memikirkan hal-hal yang kualami di sekolah siang tadi dan memutuskan untuk mulai berkencan dengan Marie, tiba-tiba sesuatu yang menakjubkan terjadi pada diriku. Mike si licik itu menyiksaku hingga cukup menderita. Orang yang menyelematiku adalah saingan cintaku. Semua ini membuatku merasa kecundang.
Hal yang terpenting adalah aku tidak memberikan kebahagiaan dan ketenangan untuk Marie, melainkan membuatnya bermohon, mempertaruhkan nyawanya dan merasa khawatir untukku. Apakah diriku yang seperti ini masih bisa menjadi contoh bagi Marie? Apakah ia masih bisa percaya kepadaku?
Detik ini, aku baru menyadari diriku sama sekali tidak berguna. Apalagi kalau dibanding dengan Ten, aku semakin terlihat kecil dan lemah. Ten sendiri saja bisa menggunakan beberapa kata untuk menakuti Mike. Sedangkan aku, mau betapa galaknya diriku, Mike juga tidak peduli, ia masih saja bisa menyiksaku seperti hewan.
Aku dan Ten memang sangatlah berbeda. Alasan apa sebenarnya Marie memilihku dan meninggalkan Ten?
Marie melihatku seperti ini, segera membujukku. “Tak apa-apa, kamu telah melakukannya dengan baik.”
Aku tertawa pahit dan berkata, “Baik? Aku tidak akan baik jika dihajar Mike hingga seperti ini!”
Marie berkerut alis setelah mendengar ucapanku. Ia sepertinya tidak menyadari sindiran dari nada bicaraku, melainkan berpikir aku khawatir akan Mike lanjut membalas dendam kepadaku. Ia lanjut membujukku. “Mike yang keterlaluan, tapi kamu tidak perlu khawatir. Aku akan membantumu mengatasi masalah Mike!”
Aku hampir mengejap mataku dalam setelah mendengar ini, bahkan hatiku terasa sedih. Jangan-jangan aku harus menjadi pecundang yang dilindungi wanita lagi? Sejak kecil hingga kini, aku terus bertumbuh dalam perlindungan Ibuku. Sekarang aku telah berkencan, jangan-jangan aku harus bergantung kepada pacarku untuk berlangsung hidup?
Tidak, aku tidak akan bersembunyi di belakang wanita untuk mendapatkan kedamaian, apalagi membantuku yang dimaksud Marie pasti meminta bantuan orang lain, ini bukanlah yang kuinginkan. Oleh karena itu, aku langsung membuka mataku dan menatap Marie. Aku berbalik tanya, “Bagaimana kamu menyelesaikannya?”
Raut wajah Marie berubah setelah mendengar pertanyaanku, seketika menjadi canggung. Akhirnya ia juga menyadari bahwa aku tidak suka ia terlalu dekat dengan laki-laki lain. Aku semakin tidak ingin bergantung pada lelaki selaku saingan cintaku untuk membantuku, ini membuat semakin mirip dengan pecundang. Marie juga merasa kurang baik seperti itu, jadi ia seketika tidak tahu bagaimana untuk membalasku.
Aku mengerucutkan bibir dan membuka mulut lagi. “Sebenarnya apa hubunganmu dengan Ten?”
Marie segera menjelaskan setelah mendengar ucapanku. “Aku tidak ada hubungan apa-apa dengan Ten. Aku hanya menganggapnya sebagai Kakak!”
Aku lanjut bertanya, “Bagaimana perasaannya kepadamu?”
Marie seketika berkata dengan gagap. “Ia m-mungkin saja suka kepadaku!”
Aku tiba-tiba tertawa dan berkata, “Mungkin? Seharusnya pasti kan. Kalau tidak, bagaimana mungkin ia begitu cepat datang untuk membantumu. Marie, aku tidak berharap kamu meminta bantuan lagi kepadamu. Aku sendiri bisa menyelesaikan masalah Mike!”
Kalau aku harus bergantung atas bantuan Ten untuk hidup tenang, maka apakah aku masih berani berkencan dengannya? Kalau aku adalah lelaki sejati, pasti tidak mungkin bergantung kepada Ten. Lagipula Ten juga belum tentu bisa membantuku. Meskipun Mike tidak ingin menimbulkan masalah dengan Ten, tapi itu tidak berarti ia takut kepada Ten. Kali ini Mike melepaskanku secara terpaksa, tapi lain kali ia tidak mungkin memikirkan Ten lagi. Masalahku dengannya tidak akan begitu mudah berakhir.
Kerutan alis Marie semakin kencang setelah mendengar ucapanku. Ia bertanya kepadaku dengan penuh khawatir. “Bagaimana kamu menyelesaikannya?”
Aku menyesap pelan bibirku dan berkata dengan serius. “Kamu tidak perlu ikut campur masalah ini. Aku ada cara untuk menyelesaikannya!”
Marie masih saja tidak tenang. Ia berkata, “Chandra, aku tahu kamu tidak takut mati, tapi dengan kemampuanmu sekarang, sama sekali tidak bisa melawan Mike. Kamu mungkin tidak mengenal dirinya. Keluarga Mike cukup berkuasa di kota ini. Meskipun ia melakukan sesuatu yang melanggar aturan, keluarganya juga pasti membantunya. Kamu tidak perlu terlalu berusaha untuk melawannya!”
Hatiku semakin tidak enak mendengar ucapan Marie. Hatiku tiba-tiba muncul niat yang tidak pernah muncul sebelumnya. Tubuhku pun muncul tenaga. Aku terduduk di ranjang tanpa mempedulikan rasa kesakitan. Aku berkata kepadanya, “Kalau begitu, maksudmu ingin aku bersembunyi di belakang wanita, agar seorang wanita membantuku menghalangi semua masalah? Maaf, aku tidak bisa melakukannya!”
Mendengar ucapanku, Marie sibuk menjelaskan. “Aku tidak bermaksud seperti itu!”
Aku berhadapan dengan Marie dan berkata dengan jelas. “Marie, kamu sendiri juga bilang bahwa kamu menyukaiku, karena merasa aku berbeda dengan yang lain. Aku pasti akan sukses, jadi kamu harus percaya kepadaku. Aku sendiri bisa menyelesaikan masalah Mike!”
Marie menemukan ketegasan dari tatapan mataku. Kepercayaan dirinya tiba-tiba muncul dan mengangguk kepalanya sambil berdehem.
Aku mengelus kepalanya senang dan tidak berbicara lagi.
Lukaku tidak berat setelah dihajar Mike kasar kali ini, apalagi luka operasi di dadaku terobek, sedikit serius, jadi dokter menyaranku untuk tinggal di rumah selama dua hari.
Selama tinggal di rumah sakit, Marie terus menemaniku disamping dan merawatku dengan teliti. Tapi aku tidak menikmati kehidupan Kaisar seperti kemarin. Kali ini tinggal di rumah sakit, hatiku menambah rasa dendam dan kewajiban. Aku harus membuat diriku sebagai pacar baik yang cocok untuk Marie. Aku juga harus membalas dendam kepada Mike. Ia tidak ingin melepaskanku, aku tentunya semakin tidak akan melepaskannya. Penghinaan dan luka yang ia berikan kepadaku, aku akan mengembalikan sepenuhnya.
Dua hari kemudian, lukaku baik-baik saja. Dokter juga bilang aku sudah boleh pulang, hanya saja Marie tetap bersikeras untuk aku lanjut tinggal di rumah sakit. Ia harus menunggu lukaku sepenuhnya pulih baru pulang rumah, agar lukanya tidak robek lagi.
Sebenarnya aku tahu jelas alasan khawatir lukaku robek lagi itu hanya sebagian, yang terpenting adalah ia tidak berani membiarkanku kembali ke sekolah. Ia takut Mike akan membalas dendam lagi kepadaku.
Meskipun Marie bilang ia akan percaya kepadaku, tetapi hatinya masih khawatir, lagipula Mike sangat berkuasa di sekolah. Sedangkan aku sendirian, bahkan tidak memiliki teman yang bisa diajak bersama. Marie tentu akan merasa kalau aku bertengkar dengan Mike, sama saja seperti telur melawan batu. Tapi ia takut melukai harga diriku, jadi ia tidak memberitahuku dan menggunakan luka sebagai alasan untuk aku lanjut tinggal di rumah sakit.
Aku mengerti maksud Marie dan juga tidak membongkar kebaikannya. Aku tetap tinggal di rumah sakit seperti yang ia katakan. Tapi siang hari ketiga, aku diam-diam kabur dari rumah sakit, dengan menggunakan kesempatan Marie membawa makanan untukku.
Berdiri diluar rumah sakit, aku mengeluarkan teleponku dan mengirim pesan singkat untuk Marie. “Marie, aku pergi dulu. Kamu jangan cari diriku. Hubunganku dan Mike harus berakhir. Kalaupun ia tidak mencariku, aku juga akan mencarinya. Aku tidak ingin melibatkan dirimu yang tidak bersalah ke dalam masalah ini. Tunggu aku menyelesaikan Mike, aku akan kembali kepadamu dan menikmati hubungan asmara kita. Tunggu aku!”
Setelah pesan singkat berhasil terkirim, aku langsung menonaktifkan teleponku. Aku mengangkat kepalaku melihat sinar matahari yang menusuk mata, lalu melangkah besar dan tenggelam di bawah sinar matahari...
Novel Terkait
The Richest man
AfradenLove And War
JaneAnak Sultan Super
Tristan XuTernyata Suamiku Seorang Milioner
Star AngelTernyata Suamiku Seorang Sultan
Tito ArbaniBehind The Lie
Fiona LeeWahai Hati×
- Bab 1 Kekokohan Ibuku (1)
- Bab 1 Kekokohan Ibuku (2)
- Bab 2 Bu, Maaf (1)
- Bab 2 Bu, Maaf (2)
- Bab 3 Berjuang untuk bangkit kembali (1)
- Bab 3 Berjuang untuk bangkit kembali (2)
- Bab 4 Pria Perkasa (1)
- Bab 4 Pria Perkasa (2)
- Bab 5 Kemunculan Olive
- Bab 6 Kegaduhan Kantin (1)
- Bab 6 Kegaduhan Kantin (2)
- Bab 7 Sudah Lama Tidak Bertemu(1)
- Bab 7 Sudah Lama Tidak Bertemu(2)
- Bab 8 Musuhku(1)
- Bab 8 Musuhku(2)
- Bab 9 Sebelum badai datang
- Bab 10 Gunung satu itu lebih besar dari gunung lain (1)
- Bab 10 Gunung satu itu lebih besar dari gunung lain (2)
- Bab 11 Suara yang tidak asing (1)
- Bab 11 Suara yang tidak asing (2)
- Bab 12 Lepaskan Gadis Itu (1)
- Bab 12 Lepaskan Gadis Itu (2)
- Bab 13 Menjadi Pahlawan
- Bab 14 Lalat yang menganggu (1)
- Bab 14 Lalat yang menganggu (2)
- Bab 15 Bunga kampus yang seksi (1)
- Bab 15 Bunga kampus yang seksi (2)
- Bab 16 serangan yang terbuka mudah untuk ditangani, serangan kegelapan sulit untuk dihindari
- Bab 17 Harimau ingin menunjukkan kekuatan
- Bab 18 Aksi Balas Dendam
- Bab 19 Apa yang ditakutkan pasti akan terjadi
- Bab 20 Momen Menegangkan
- Bab 21 Marie Hu yang menggoda (1)
- Bab 21 Marie Hu yang menggoda (2)
- Bab 22 Tendangan yang Intimidasi (1)
- Bab 22 Tendangan yang Intimidasi (2)
- Bab 23 Majikan dan Anjingnya
- Bab 24 Pertemuan yang Tak Terhindari (1)
- Bab 24 Pertemuan yang Tak Terhindari (2)
- Bab 25 Rencana Licik (1)
- Bab 25 Rencana Licik (2)
- Bab 26 Satu Langkah Lagi
- Bab 27 Melukai Diri untuk Mendapatkan Kepercayaan
- Bab 28 Cinta dan Tidak Cinta
- Bab 29 Adegan Sebelum Acara Besar Dimulai (1)
- Bab 29 Adegan Sebelum Acara Besar Dimulai (2)
- Bab 30 Chandra, Aku Mencintaimu (1)
- Bab 30 Chandra, Aku Mencintaimu (2)
- Bab 31 Aura Seorang Ratu
- Bab 32 Pilihanmu Tidak Salah
- Bab 33 Pencegatan Mike
- Bab 34 Penyiksaan yang Kejam
- Bab 35 Ia adalah Ten Zhou
- Bab 36 Satu yang Menjaga, Tidak Ada yang Berani Menyerang
- Bab 37 Dendam dan Kewajiban
- Bab 38 Kecelakaan Gunawan
- Bab 39 Tokoh Kecil yang Tidak Dianggap
- Bab 40 Olive yang Sangat Terkejut
- Bab 41 Memancing ke dalam Jebakan
- Bab 42 Mike Berlutut
- Bab 43 Aura Pemenang
- Bab 44 Menginjak Jalan yang Buruk
- Bab 45 Amarah Ten Zhou (1)
- Bab 45 Amarah Ten Zhou (2)
- Bab 46 Pertarungan
- Bab 47 Tidak Ada yang Bisa Menaklukkanku
- Bab 48 Mencari Masalah
- Bab 49 Dua puluh miliar, itu hal yang kecil
- Bab 50 Menarik Uang
- Bab 51 menganggapmu ayah jika kaya
- Bab 52 keagungan
- Bab 53 Fetrin yang Percaya Diri
- Bab 54 Pengemis Tua
- Bab 55 Ada Uang, Sombong
- Bab 56 Krisis Ekonomi Keluarga Hu
- Bab 57 Merasa Terkejut
- Bab 58 Mike Kembali
- Bab 59 Datang Sendiri
- Bab 60 Boleh Membunuh Tapi Tidak Boleh Menghina
- Bab 61 Satu panggilan kak Chandra
- Bab 62 Mati dan hidup bersama
- Bab 63 Tidak berhenti sampai mati
- Bab 64 Insiden sensasional kampus (1)
- Bab 64 Insiden sensasional kampus (2)
- Bab 65 Pertarungan Besar Dimulai (1)
- Bab 65 Pertarungan Besar Dimulai (2)
- Bab 66 Waktu kematian sudah datang
- Bab 67 Perbuatan tercela Mike
- Bab 68 Fetrin Tiba
- Bab 69 Tuan Muda, Aku Terlambat
- Bab 70 Menjalani Keputusan Tuhan
- Bab 71 Amarah Michael Li
- Bab 72 Remehan Fetrin
- Bab 73 Bahaya Menyerang
- Bab 74 Namaku Jeno (1)
- Bab 74 Namaku Jeno (2)
- Bab 75 Michael Li Yang Jago
- Bab 76 Ada Orang di dalam Rumah
- Bab 77 Insting Orang hebat
- Bab 78 Malam yang Menakutkan(1)
- Bab 78 Malam yang Menakutkan(2)
- Bab 79 Jangan Mengulang ke Tiga Kalinya
- Bab 80 Orang Hebat Pertama di Kota (1)
- Bab 80 Orang Hebat Pertama di Kota (2)
- Bab 81 Olive Yang Pasrah (1)
- Bab 81 Olive Yang Pasrah (2)
- Bab 82 Balasan
- Bab 83 Posisi Defensif Michael Li
- Bab 84 Dia, adalah Fetrin (1)
- Bab 84 Dia, adalah Fetrin (2)
- Bab 85 Kematian Michael Li
- Bab 86 Kejadian saat itu
- Bab 87 Ayahmu
- Bab 88 Perasaan gelisah yang kuat.
- Bab 89 Perselisihan di Villa Keluarga Hu
- Bab 90 Sekeliling penuh dengan musuh
- Bab 91 Tuan Chandra
- Bab 92 Halo, Nama Aku Ruben
- Bab 93 Kamu Pantas Bertarung Denganku? (1)
- Bab 93 Kamu Pantas Bertarung Denganku? (2)
- Bab 94 Ruben Yang Misterius (1)
- Bab 94 Ruben Yang Misterius (2)
- Bab 95 Malu Ekstrim
- Bab 96 Tidur Seranjang Dengan Olive (1)
- Bab 96 Tidur Seranjang Dengan Olive (2)
- Bab 97 Kita Putus Saja (1)
- Bab 97 Kita Putus Saja (2)
- Bab 98 Kebencian
- Bab 99 Orang Belakang Ruben
- Bab 100 Kehadiran Fetrin dengan Penampilan yang Sombong (1)
- Bab 100 Kehadiran Fetrin dengan Penampilan yang Sombong (2)
- Bab 101 Menatap Semua orang
- Bab 102 Bersebrangan Dengan Marie Hu
- Bab 103 Ruben Yang Penuh Percaya Diri
- Bab 104 Tangkap Ruben dengan cara apapun
- Bab 105 Pertempuran Sengit
- Bab 106 Amarah Ruben
- Bab 107 Chris VS Ruben
- Bab 108 Kemampuan Fetrin
- Bab 109 Marie Berlutut
- Bab 110 Membalas Dendam Kepada Ruben
- Bab 111 Maaf, Aku Tidak Terima
- Bab 112 Pria Besar muncul
- Bab 113 Bunga Kampus yang Ketiga
- Bab 114 Selalu ada orang yang lebih hebat
- Bab 115 Putra Godi chen
- Bab 116 Chandra, Kamu Ditangkap (1)
- Bab 116 Chandra, Kamu Ditangkap (2)
- Bab 117 Ferdy Yang bertindak
- Bab 118 Keputusasaan Tanpa Akhir
- Bab 119 Lebih Baik Mati Daripada Hidup
- Bab 120 Pengemis Dan orang kaya generasi kedua (1)
- Bab 120 Pengemis dan orang kaya generasi kedua (2)
- Bab 121 Candra, Kamu Tamat (1)
- Bab 121 Chandra, Kamu Tamat ( 2)
- Bab 122 Ciuman Clara
- Bab 123 Kemarahan Ferdy
- Bab 124 Kobaran Api
- Bab 125 Hidup Mati
- Bab 126 Kematian Ruben Cai
- Bab 127 Ucapan Marie
- Bab 128 Menuju Ke Lokasi Perang
- Bab 129 Tuan Muda Ferdy Yang Susah Ditebak
- Bab 130 Ibuku Datang
- Bab 131 Keangkuhan Tuan muda Ferdy
- Bab 132 Api Peperangan Menyala
- Bab 133 Ibuku VS Tuan Muda Ferdy
- Bab 134 Berjuanglah Untuk Tetap Bertahan Hidup
- Bab 135 Air Mata Dua Wanita (1)
- Bab 135 Air Mata Dua Wanita (2)