Wahai Hati - Bab 95 Malu Ekstrim
Ketika suara itu terdengar, sesosok bayangan berjalan masuk dari luar ruangan dengan tenang, dia tinggi dan tampan, lembut dan elegan, dia menggabungkan semua kharisma pria, tentu saja, dia adalah lawan terkuatku, Ruben.
Melihat orang ini, aku kehilangan kendali mengontrol diriku, kemarahanku meledak, membakar akal sehatku, aku yang duduk langsung berdiri, berteriak marah kepada Ruben: “Beraninya kamu menyerahkan diri!”
Dalam nada bicaraku, mengandung sikap permusuhan, dan aku sudah menahannya cukup lama, aku ingin segera menyelesaikannya dengan cepat, tapi aku tidak bisa menemukannya. Dia seperti iblis, selalu menghantuiku. Tiba-tiba, dia datang tanpa peringatan, suasana hatiku dalam sekejap meledak.
Ketika teman-temanku melihat keadaan ini, mereka segera mengerti apa yang sedang terjadi, sekalipun tidak mengenal Ruben, pria tampan yang sangat tidak sopan di depan mata mereka ini adalah Ruben. Pada saat itu, kesepuluh temanku berdiri, semuanya sangat marah dan menatap dingin ke arah Ruben.
Suasana di dalam ruangan tiba-tiba berubah menjadi sangat parah, tapi, Ruben yang diserang oleh begitu banyak pasang mata, santai seperti tidak ada orang, dia selalu mempertahankan pose yang dingin dan sombong, sama sekali tidak memandang kami di matanya. Setelah masuk ke dalam ruangan. Dia mengunci pintu, lalu, berjalan ke sofa di seberang kami, dan duduk santai, menuang segelas alkohol untuk dirinya sendiri, dia mengambil segelas alkohol dan perlahan-lahan menyesapnya, kemudian berkata dengan santai:“Dengar-dengar kalian mencariku di mana-mana, aku khawatir kalian kelelahan, jadi aku inisiatif datang sendiri!”
Kata-katanya penuh dengan cemoohan dan penghinaan. dia benar-benar tidak takut pada kita sama sekali, tampaknya dia datang seorang diri, bahkan berani menutup pintu atas inisiatifnya sendiri, dia tidak peduli apakah kita akan memukul anj*ng, sebaliknya dia malah memperlakukan kami seperti orang idiot.
Kemarahan di hatiku semakin membara, tapi, aku mencoba yang terbaik untuk menenangkan diri, aku tahu, Ruben yang begitu percaya diri, aku tidak boleh memandang remeh dirinya, aku menenangkan diri, dan berusaha tetap stabil, berkata kepada dirinya: “Iya, aku menyuruh orang menyelidikimu, masalah kita, harus ada akhir!”
Ruben yang mendengar ini, tersenyum sambil berkata: “Oh, memangnya diantara kita ada masalah apa?”
Aku merasa setiap kata-kata Ruben seolah memancing emosiku, dia sama sekali mengabaikanku, dengan sengaja mempermainkan diriku, dia sangat percaya diri, mempermainkan diriku dalam gengamannya.
Aku susah payah meredam amarah ini, dan kembali terpancing olehnya, aku benar-benar membenci orang munafik seperti ini, aku menatapnya dengan serius, dan mengertakkan gigi: “Apakah kamu tidak tahu apa yang telah dirimu lakukan? Kamu ingin mendapat perhatian dari Marie, aku beritahu kamu, Marie hanya menyukai aku seorang, kamu dan dia sama sekali tidak mungkin, aku sarankan lebih baik kamu hilang niatmu ini!”
Setelah mendengarku berbicara, Ruben tertawa keras, dia menyeringai, menundukkan matanya, dan bertanya kepadaku: “Karena kamu begitu percaya diri, seharusnya aku tidak memiliki ancaman apapun kepadamu, apa yang kamu khawatirkan?”
Ketika menanyakan pertanyaan ini, tatapan Ruben penuh dengan cemoohan, maksud dia terlihat jelas, aku begitu peduli padanya karena aku kurang percaya diri. Sejujurnya, Marie sudah menjamin pada diriku, dia hanya mencintaiku seorang, dan tidak akan berubah. Tapi aku tetap tidak tenang, karena, Ruben sangat sempurna, sempurna sampai semua wanita tidak bisa menolak.
Bukan aku tidak mempercayap Marie, juga bukan tidak percaya pada kemampuan diri sendiri, tapi aku merasa Ruben ancaman bagiku, atau ini bukan hanya karena dirinya yang sempurna, yang paling penting, karena dia memiliki pikiran yang terlalu licik, dan caranya terlalu hebat, kemarin malam, dengan santainya dia mendapatkan kepercayaan Marie, membuat Marie mempercayainya dan tidak mempercayai diriku, di masa mendatang, dia pasti akan mengeluarkan lebih banyak cara untuk menggoda Marie. Jadi, sebelum Marie terpesona aku harus menghentikan caranya.
Memikirkan ini, aku langsung berkata kepada ruben: “Ruben, kamu tidak perlu berdebat denganku, Marie milikku, siapa pun tidak bisa merebutnya. Tapi aku juga tidak berharap orang lain menarik perhatiannya, terakhir aku bertanya kepadamu, aku ingin kamu menjauhi Marie, bisakah kamu melakukannya?”
Ruben mengesap segelas alkohol, lalu berkata dengan sombong: “Maaf, tidak bisa!”
Orang ini benar-benar tidak ada bedanya dengan perampok, dia ingin merebut pacarku, bahkan secara terang-terangan, dia begitu merajalela dan keterlaluan, teman-temanku marah dibuat olehnya, mereka tidak bisa menahannya lagi, mereka berseru: “Anj*r, siapa orang ini, apakah otaknya ada masalah!”
“Dikasih hati minta jantung!”
“Iya, orang yang sangat sombong, bocah ini benar-benar minta dipukul, kak Ruben, tidak perlu banyak bicara dengannya, langsung habisi saja!”
“Iya, orang seperti ini minta dipukul. Setelah dipukul pasti akan nurut!”
Teman-temanku tidak takut kepada Ruben, bagi mereka, Ruben hanya seekor kura-kura yang tidak tahu malu. Awalnya, semua yang mendengar Ruben mendambakan Marie, mereka sudah sangat tidak senang, sekarang setelah melihat kesombongan Ruben, mereka semakin tidak bisa menahannya lagi, semua teman-temanku menyingsingkan lengan baju mereka, dan bersiap-siap ingin menghajarnya.
Menghadapi keagresifan teman-temanku, Ruben masih tampak sangat tenang, di matanya, teman-temanku seperti badut, dia sangat meremehkan kami, memandang kami dengan hina, dan berkata dengan sombong: “Kenapa, kalian kurcaci-kurcaci kecil, ingin menyerangku? Kalian terlalu memandang remeh diriku!”
Keangkuhan dalam diri Ruben, sekali lagi terpancar keluar, setiap kata dan setiap kalimatnya mengandung penghinaan. Kegilaannya, sudah menyentuh batas kesabaranku, awalnya aku peduli dengan kemampuan bela dirinya yang hebat, dan tidak ingin segera menyerangnya, tapi dia terus-menerus menantang batas toleransiku, aku benar-benar sudah tidak bisa menahannya, sekarang aku tidak peduli lagi betapa hebat dirinya, sebaliknya aku tidak percaya kita ada begitu banyak orang di sini tidak bisa menghabisi bocah tengik ini!
Dengan penuh amarah, aku berteriak kepada Ruben: “Karena kamu tidak tahu diri, jangan salahkan aku tidak berperasaan, hari ini aku akan menghabisimu!”
Selesai mengatakannya, aku meremas botol alkohol, membanting ke meja dengan keras, tiba-tiba, botol alkohol pecah, sisa alkohol berjatuhan ke lantai. Aku meremas setengah botol di tanganku dan memerintahkan teman-temanku dengan kejam: “Temanku. Serang, habisi keparat ini!”
Teman-teman yang mendapat perintah, segera menyerang ke arah Ruben dengan semangat penuh seolah mendapat suntikan doping, aku meremas botol dan juga ikut menyerang.
Tiba-tiba, di ruangan yang besar, terdengar suara pedang saling bergesekan, dan perkelahian satu lawan satu. Dimulai.
Awalnya bersemangat, tapi berakhir dengan tragis, baru beberapa menit berlalu, pertarungan tanpa ketegangan ini berakhir begitu saja. Datang dengan cepat dan pergi juga dengan cepat, sayangnya, kenyataan jauh berbeda dengan khayalan. Kita sekumpulan orang, memulai dengan semangat membara memukul Ruben, tidak disangka, dalam sekejap Ruben membalikkan keadaan, dia menunjukkan kekuatannya dan dalam dua tiga pukulan kita semua berhasil dikalahkan.
Kita kalah, kalah dengan sangat tragis dan menyedihkan, Ruben ini. Orang yang sangat psikopat, kemampuan bela dirinya sangat hebat sampai membuat kita semua tidak bisa berkata apa-apa, kita para pemula yang tidak memiliki kemampuan bela diri, di depannya, sama sekali bukan ancaman, dia seperti monster, dengan mudahnya menghabisi kita, aku dan sepuluh temanku, semuanya terbaring menyedihkan di lantai.
Dan Ruben tidak terluka, bahkan pakaiannya tidak kotor, dia masih menjaga penampilan dan kharismanya yang sombong, menjaga ketampanan, kebersihan dan keanggunan dirinya, selain itu, dia memiliki pesona yang misterius, pesona yang hanya dimiliki oleh para ahli saja.
Setelah mengalahkan kita semua. Ruben menepuk tangannya, lalu, memandang rendah diri kita dan berkata dengan benci: “Berkelahi dengan pria lemah seperti kalian, cukup memalukan, kalian sekumpulan sampah yang tidak tahu diri, sekumpulan orang yang belum melihat dunia, tidak baik-baik belajar di sekolah, malah belajar berkelahi, ini benar-benar konyol!”
Ruben yang sangat bangga dan sombong, apapun yang dia katakan, tidak bisa aku bantah, karena, aku benar-benar sangat lemah. Ini kedua kalinya aku dikalahkan oleh Ruben, bahkan, teman-teman yang aku andalkan, juga dikalahkan dengan mudah olehnya, kekuatanku sangat lemah, jiwaku hancur berkeping dibuat Ruben, aku tidak lagi memiliki keyakinan untuk menantangnya, aku seperti ikan mati, berbaring di tanah dengan malas, terdiam menatap Ruben.
Ruben juga menatapku saat ini, ekspresi wajahnya mengandung makna terpendam, dia melangkahkan kakinya ke arah diriku.
Gunawan yang menderita luka tidak terlalu parah, ketika melihat dia berjalan ke arahku dengan niat jahat, segera merangkak melindungi diriku, tetapi dia yang belum sampai ke sampingku. Sudah di tendang Ruben. Lalu, Ruben melangkah ke arahku tanpa halangan, dia menginjak dadaku dengan sepatu kulitnya yang mengkilap, posturnya yang tinggi, menatapku dengan sinis, dan berkata dengan santai: “Bukankah aku memintamu putus dengan Marie? Kenapa kamu tidak nurut, bahkan mencari masalah denganku, apakah kamu tidak tahu bagaimana menulis huruf mati?”
Kata-kata ini, dikatakan Ruben dengan sangat remeh, aku masih tenggelam dalam kegagalan, tapi ketika aku mendengar itu, kemarahan dalam diriku tiba-tiba membara lagi, aku benar-benar jijik pada bajingan ini. Ketika dia masuk sebagai orang ketiga dalam hubunganku dan Marie, secara alami meminta kita putus, sebenarnya dia tahu malu tidak. Aku sangat marah, sehingga berteriak padanya tanpa mempedulikan apapun: “Mimpi saja, aku beritahu kamu, aku dan Marie tidak akan putus, kalian tidak mungkin bisa bersama, dan diantara aku dan kamu. Tidak akan selesai begitu saja, aku akan membuatmu menyesal melawanku!”
Ruben yang mendengar perkataanku, tiba-tiba memancarkan tatapan dingin, dia membungkukkan badan, dan menampar wajahku dengan keras.
Tiba-tiba aku terbengong, rasa sakit yang membakar di wajahku melumpuhkan sarafku, martabat terakhirku dihancurkan olehnya. Diriku yang diinjak-injak olehnya sudah cukup memalukan, tapi dia bahkan menampar diriku di depan teman-temanku, wajah melambangkan martabat seorang pria, aku bahkan tidak bisa menjaga martabat terakhir, aku tidak bisa mengatakan apa pun lagi, aku merasa diriku sudah masuk kedalam lubang hitam yang memalukan, dan kegelapan menyelimutiku sepenuhnya.
Pada saat diriku berada dalam kekacauan, tiba-tiba terdengar suara Ruben: “Chandra, kamu tidak lain hanya mengandalkan latar belakang keluargamu, baru bisa melakukan apa pun yang kamu inginkan, tidakkah kamu mengetahui betapa kejamnya dunia ini? Setelah semua ini diambil, dirimu sendiri yang tidak memiliki kemampuan apa pun, di mataku, kamu tidak lebih dari sampah, atas dasar apa kamu layak bersaing dengan diriku? Dengar-dengar latar belakang keluargamu cukup hebat, bahkan keluarga Li juga dikalahkan oleh dirimu, bagus, kamu pulang pergi cari penyelamatmu untuk melawanku, aku tunggu!”
Nada bicara Ruben sangat sombong, dia menatapku dengan hina, bahkan dia juga tidak peduli dengan latar belakang keluargaku, dia tidak takut aku akan balas dendam, dan tidak takut keluargaku akan balas dendam, dia sangat sombong. Selesai mengatakannya, dia mengeluarkan peringatan keras kepadaku: “Tapi, sebelum itu, aku harap kamu segera putus dengan Marie. Kalau tidak, kamu tidak hanya tidak bisa mendapatkan Marie, kamu bahkan akan membayar mahal atas kebodohanmu!”
Novel Terkait
Hidden Son-in-Law
Andy LeeBack To You
CC LennyMy Superhero
JessiCinta Yang Berpaling
NajokurataDoctor Stranger
Kevin WongThat Night
Star AngelEternal Love
Regina WangWahai Hati×
- Bab 1 Kekokohan Ibuku (1)
- Bab 1 Kekokohan Ibuku (2)
- Bab 2 Bu, Maaf (1)
- Bab 2 Bu, Maaf (2)
- Bab 3 Berjuang untuk bangkit kembali (1)
- Bab 3 Berjuang untuk bangkit kembali (2)
- Bab 4 Pria Perkasa (1)
- Bab 4 Pria Perkasa (2)
- Bab 5 Kemunculan Olive
- Bab 6 Kegaduhan Kantin (1)
- Bab 6 Kegaduhan Kantin (2)
- Bab 7 Sudah Lama Tidak Bertemu(1)
- Bab 7 Sudah Lama Tidak Bertemu(2)
- Bab 8 Musuhku(1)
- Bab 8 Musuhku(2)
- Bab 9 Sebelum badai datang
- Bab 10 Gunung satu itu lebih besar dari gunung lain (1)
- Bab 10 Gunung satu itu lebih besar dari gunung lain (2)
- Bab 11 Suara yang tidak asing (1)
- Bab 11 Suara yang tidak asing (2)
- Bab 12 Lepaskan Gadis Itu (1)
- Bab 12 Lepaskan Gadis Itu (2)
- Bab 13 Menjadi Pahlawan
- Bab 14 Lalat yang menganggu (1)
- Bab 14 Lalat yang menganggu (2)
- Bab 15 Bunga kampus yang seksi (1)
- Bab 15 Bunga kampus yang seksi (2)
- Bab 16 serangan yang terbuka mudah untuk ditangani, serangan kegelapan sulit untuk dihindari
- Bab 17 Harimau ingin menunjukkan kekuatan
- Bab 18 Aksi Balas Dendam
- Bab 19 Apa yang ditakutkan pasti akan terjadi
- Bab 20 Momen Menegangkan
- Bab 21 Marie Hu yang menggoda (1)
- Bab 21 Marie Hu yang menggoda (2)
- Bab 22 Tendangan yang Intimidasi (1)
- Bab 22 Tendangan yang Intimidasi (2)
- Bab 23 Majikan dan Anjingnya
- Bab 24 Pertemuan yang Tak Terhindari (1)
- Bab 24 Pertemuan yang Tak Terhindari (2)
- Bab 25 Rencana Licik (1)
- Bab 25 Rencana Licik (2)
- Bab 26 Satu Langkah Lagi
- Bab 27 Melukai Diri untuk Mendapatkan Kepercayaan
- Bab 28 Cinta dan Tidak Cinta
- Bab 29 Adegan Sebelum Acara Besar Dimulai (1)
- Bab 29 Adegan Sebelum Acara Besar Dimulai (2)
- Bab 30 Chandra, Aku Mencintaimu (1)
- Bab 30 Chandra, Aku Mencintaimu (2)
- Bab 31 Aura Seorang Ratu
- Bab 32 Pilihanmu Tidak Salah
- Bab 33 Pencegatan Mike
- Bab 34 Penyiksaan yang Kejam
- Bab 35 Ia adalah Ten Zhou
- Bab 36 Satu yang Menjaga, Tidak Ada yang Berani Menyerang
- Bab 37 Dendam dan Kewajiban
- Bab 38 Kecelakaan Gunawan
- Bab 39 Tokoh Kecil yang Tidak Dianggap
- Bab 40 Olive yang Sangat Terkejut
- Bab 41 Memancing ke dalam Jebakan
- Bab 42 Mike Berlutut
- Bab 43 Aura Pemenang
- Bab 44 Menginjak Jalan yang Buruk
- Bab 45 Amarah Ten Zhou (1)
- Bab 45 Amarah Ten Zhou (2)
- Bab 46 Pertarungan
- Bab 47 Tidak Ada yang Bisa Menaklukkanku
- Bab 48 Mencari Masalah
- Bab 49 Dua puluh miliar, itu hal yang kecil
- Bab 50 Menarik Uang
- Bab 51 menganggapmu ayah jika kaya
- Bab 52 keagungan
- Bab 53 Fetrin yang Percaya Diri
- Bab 54 Pengemis Tua
- Bab 55 Ada Uang, Sombong
- Bab 56 Krisis Ekonomi Keluarga Hu
- Bab 57 Merasa Terkejut
- Bab 58 Mike Kembali
- Bab 59 Datang Sendiri
- Bab 60 Boleh Membunuh Tapi Tidak Boleh Menghina
- Bab 61 Satu panggilan kak Chandra
- Bab 62 Mati dan hidup bersama
- Bab 63 Tidak berhenti sampai mati
- Bab 64 Insiden sensasional kampus (1)
- Bab 64 Insiden sensasional kampus (2)
- Bab 65 Pertarungan Besar Dimulai (1)
- Bab 65 Pertarungan Besar Dimulai (2)
- Bab 66 Waktu kematian sudah datang
- Bab 67 Perbuatan tercela Mike
- Bab 68 Fetrin Tiba
- Bab 69 Tuan Muda, Aku Terlambat
- Bab 70 Menjalani Keputusan Tuhan
- Bab 71 Amarah Michael Li
- Bab 72 Remehan Fetrin
- Bab 73 Bahaya Menyerang
- Bab 74 Namaku Jeno (1)
- Bab 74 Namaku Jeno (2)
- Bab 75 Michael Li Yang Jago
- Bab 76 Ada Orang di dalam Rumah
- Bab 77 Insting Orang hebat
- Bab 78 Malam yang Menakutkan(1)
- Bab 78 Malam yang Menakutkan(2)
- Bab 79 Jangan Mengulang ke Tiga Kalinya
- Bab 80 Orang Hebat Pertama di Kota (1)
- Bab 80 Orang Hebat Pertama di Kota (2)
- Bab 81 Olive Yang Pasrah (1)
- Bab 81 Olive Yang Pasrah (2)
- Bab 82 Balasan
- Bab 83 Posisi Defensif Michael Li
- Bab 84 Dia, adalah Fetrin (1)
- Bab 84 Dia, adalah Fetrin (2)
- Bab 85 Kematian Michael Li
- Bab 86 Kejadian saat itu
- Bab 87 Ayahmu
- Bab 88 Perasaan gelisah yang kuat.
- Bab 89 Perselisihan di Villa Keluarga Hu
- Bab 90 Sekeliling penuh dengan musuh
- Bab 91 Tuan Chandra
- Bab 92 Halo, Nama Aku Ruben
- Bab 93 Kamu Pantas Bertarung Denganku? (1)
- Bab 93 Kamu Pantas Bertarung Denganku? (2)
- Bab 94 Ruben Yang Misterius (1)
- Bab 94 Ruben Yang Misterius (2)
- Bab 95 Malu Ekstrim
- Bab 96 Tidur Seranjang Dengan Olive (1)
- Bab 96 Tidur Seranjang Dengan Olive (2)
- Bab 97 Kita Putus Saja (1)
- Bab 97 Kita Putus Saja (2)
- Bab 98 Kebencian
- Bab 99 Orang Belakang Ruben
- Bab 100 Kehadiran Fetrin dengan Penampilan yang Sombong (1)
- Bab 100 Kehadiran Fetrin dengan Penampilan yang Sombong (2)
- Bab 101 Menatap Semua orang
- Bab 102 Bersebrangan Dengan Marie Hu
- Bab 103 Ruben Yang Penuh Percaya Diri
- Bab 104 Tangkap Ruben dengan cara apapun
- Bab 105 Pertempuran Sengit
- Bab 106 Amarah Ruben
- Bab 107 Chris VS Ruben
- Bab 108 Kemampuan Fetrin
- Bab 109 Marie Berlutut
- Bab 110 Membalas Dendam Kepada Ruben
- Bab 111 Maaf, Aku Tidak Terima
- Bab 112 Pria Besar muncul
- Bab 113 Bunga Kampus yang Ketiga
- Bab 114 Selalu ada orang yang lebih hebat
- Bab 115 Putra Godi chen
- Bab 116 Chandra, Kamu Ditangkap (1)
- Bab 116 Chandra, Kamu Ditangkap (2)
- Bab 117 Ferdy Yang bertindak
- Bab 118 Keputusasaan Tanpa Akhir
- Bab 119 Lebih Baik Mati Daripada Hidup
- Bab 120 Pengemis Dan orang kaya generasi kedua (1)
- Bab 120 Pengemis dan orang kaya generasi kedua (2)
- Bab 121 Candra, Kamu Tamat (1)
- Bab 121 Chandra, Kamu Tamat ( 2)
- Bab 122 Ciuman Clara
- Bab 123 Kemarahan Ferdy
- Bab 124 Kobaran Api
- Bab 125 Hidup Mati
- Bab 126 Kematian Ruben Cai
- Bab 127 Ucapan Marie
- Bab 128 Menuju Ke Lokasi Perang
- Bab 129 Tuan Muda Ferdy Yang Susah Ditebak
- Bab 130 Ibuku Datang
- Bab 131 Keangkuhan Tuan muda Ferdy
- Bab 132 Api Peperangan Menyala
- Bab 133 Ibuku VS Tuan Muda Ferdy
- Bab 134 Berjuanglah Untuk Tetap Bertahan Hidup
- Bab 135 Air Mata Dua Wanita (1)
- Bab 135 Air Mata Dua Wanita (2)