Wahai Hati - Bab 52 keagungan
didalam taman, keempat orang itu sedang tenggelam didunia pertengkaran. ketika terdengar bunyi bel, semua aksi pertengkaran ditaman itu pun berhenti dan keempat orang itu memberhentikan semua suara dan gerakan mereka. disaat yang bersamaan, pandangan keempat orang itu pun tertuju padaku.
aku berdiri diluar pintu besi, dengan badan yang tegap, tatapan yang seram dan juga suasana hati yang panik. ketika mereka semua menatapku, pandanganku hanya tertuju kearah Marie Hu. Marie juga merasakan pandanganku dan ekspresi wajahnya berubah drastis. Marie yang tadinya dalam kondisi marah itu seketika berubah menjadi bahagia dan terharu. dia terbengong selama dua detik dan setelah itu dia pun berlari kearahku.
setelah dia berlari hingga pintu besi ini, dia pun dengan cepat membuka pintu dan keluar. dia langsung masuk kedalam pelukanku tanpa ragu dan berkata dengan suaranya yang serak :" Chandra, maafkan aku!"
sebuah aroma yang tidak asing langsung tercium dihidungku, tubuhku diselumuti oleh kehangatan dan hatiku juga tersentuh. aku tidak bisa menggambarkan bagaimana perasaan yang luar biasa ini.
kerinduanku begitu berat setelah beberapa hari tidak bertemu. dan ketika Marie menghampiriku, aku merasa sangat puas didalam hatiku. namun ketika dia mengatakan maaf, aku langsung merasa bersalah. akulah yang seharusnya meminta maaf, aku lah yang menyebabkannya jatuh sakit dan menderita. bahkan menyebabkan dirinya bertengkar dengan kedua orang tuanya. aku merasa bersalah padanya.
setelah memikirkan itu, aku langsung melepaskan kotak itu dan memeluknya dengan erat. aku pun berkata :" Marie, aku lah yang salah, aku telah membuatmu menderita!"
Marie belum sempat menjawab dan terdengar sebuah teriakan yang sangat tajam :" lepaskan Marie!"
suara ini adalah suara ibu Marie. setelah mendengar ini, aku langsung melepaskan Marie dan melihat kalau kedua orangtuanya sudah berjalan menghampiriku.
langkah kaki ayah Marie lebih lambat. dia tetap terlihat seperti seorang pria terhormat. badannya yang tegap itu mengenakan setelan jas dan dia memiliki temperamen yang tenang. dia lalu menatapku dengan dingin sambil berjalan kearahku.
langkah kaki ibu Marie sangat cepat, terasa sebuah aura yang seram. meskipun penampilannya begitu mulia dan bermartabat, namun temperamennya sangatlah sombong dan agresif. selain itu dia juga penuh amarah. dia berjalan didepan dan melakukan pencegahan sambil berkata kepadaku dengan jijik :" kenapa kamu seperti hantu gentayangan, untuk apa kamu kerumahku lagi!"
setelah ibu Marie mengatakan itu, Marie pun berkata dengan pelan :" jangan hiraukan dia, ayuk kita pergi!"
sambil mengatakan itu, Marie langsung menarik tanganku dan hendak pergi tanpa ragu. namun disaat ini, ibu Marie sudah sampai dan dia langsung menarik Marie sambil berkata dengan tegas :" melawan lagi kamu, mau kemana kamu? wah, kalian bahkan sudah menyiapkan koper. apakah kalian berencana melarikan diri?"
ketika mengatakan itu, mata ibu Marie pun melirik kearah kotak yang aku bawa itu. dan emosinya semakin membara ketika melihat kotak itu!
Marie juga sangat marah. dia sudah mulai marah ketika melihat kedatangan ibunya. apalagi ketegasan ibunya yang membuatnya merasa tidak puas. dia pun menghempaskan ibunya dan berteriak dengan kuat :" tidak perlu kamu urusi kemana aku pergi, aku akan pergi ketempat yang aku ingin pergi. ini adalah kebebasanku, kalian tidak berhak menghalangiku!"
dapat dirasakan kalau Marie tidak menerima aturan dari kedua orang tuanya. mereka melarang Marie, menahan semua kebebasannya. bahkan mereka mengusirku siang ini. Marie tidak bisa menahan semua ini, dia dan orang tuanya pun terjebak dalam sebuah pertengkaran yang sangat sengit.
ibu Marie juga merupakan seseorang yang memiliki temperamen keras kepala. dia begitu tegas kepada Marie, apalagi pada masalah ini, ibu Marie begitu ekras kepala dan dia berkata dengan tegas kepada Marie :" kamu adalah putriku, aku pastilah memiliki hak untuk mengaturmu. kamu tidak boleh pergi kemanapun tanpa izinku. akan kukatakan kepadamu hari ini, apapun yang terjadi, aku tidak akan membiarkanmu pacaran dengan bocah miskin ini!"
Marie Hu semakin marah, matanya memerah dan dia pun melawan sambil berkata :" kalau begitu akan kukatakan kepadamu juga, selama hidupku, aku hanya akan mengikuti Chandra, siapapun tidak bisa melarangnya!"
perkataan ini merupakan kepastian dari Marie, kebenaran cintanya dan juga tekad cintanya. setelah mengatakan itu, dia pun kembali menarik tanganku dan hendak pergi.
saat ini, ayah Marie sudah sampai disisi kami. meskipun dia tidak marah seperti ibu Marie, namun sikapnya yang dingin itu lebih menakutkan. dia tidak berkata dengan suara keras kepada Marie, dia hanya berkata dengan cuek :" Marie, jika kamu ingin keluar dari rumah ini hari ini, maka janganlah pernah kembali lagi. aku tidak akan mengakuimu sebagai putriku lagi!"
perkataan ayah Marie lebih menyakitkan dibanding ibu Marie. disaat ini, langkah kaki Marie pun terhenti, wajahnya begitu pucat dan dia terlihat sedikit terbengong. dia terlihat begitu sedih dan penuh kekecewaan. dia bagaikan seekor anak rusa yang terlukai.
Elis pun mengikuti kedua orang tuanya. dia khawatir kalau Marie melakukan perlakuan bodoh yaitu pergi meninggalkan rumah ini. jadi, dia pun berlari kesisi Marie lalu menariknya dan menasehatinya dengan tanpa henti.
aku semakin sedih ketika melihat Marie terjepit diantara aku dan kedua orang tuanya. aku datang untuk menyelesaikan masalah, bukan untuk mengacaukan masalah ini. aku harus mengeluarkan sikap pria sejatiku dan tidak boleh membiarkan Marie menderita seperti ini didepanku. ketika Marie tidak tahu harus melakukan apa, aku pun berkata dengan pasti :" tenanglah, aku akan menyelesaikannya!"
setelah mengatakan itu, aku pun maju satu langkah dan berhadapan dengan kedua orangtua Marie. aku pun berkata dengan tenang :" om, tante, apakah kalian tidak keterlaluan jika melakukan ini kepada putri kalian?"
perkataanku sama seperti sedang menyalahkan mereka. sebagai seorang anak muda, aku tidak seharusnya menyalahkan orang tua. namun perlakuan mereka sungguh keterlaluan. apa bedanya mereka dengan orang tua feodalisme? mereka menahan semua kebebasan Marie, mengatur semua hal, dan menyebabkan Marie kehilangan hak untuk memilih jalan hidupnya. bahkan mereka membuat Marie menderita dan kesakitan. mereka benar benar tidak layak menjadi orangtua.
orangtua Marie pun marah ketika mendengar ini. wajah ayah Marie yang cuek itu seketika bergetar dan terlihat dari tatapannya kalau dia sangat tidak senang. ibu Marie pun dengan tidak segannya memarahiku :" siapa kamu? apa hak mu mengurusi urusan keluarga kami?"
aku pun menjawabnya dengan tenang :" aku tidak ingin mengurusi urusan keluargamu, hanya saja aku harus mengurusi urusan Marie!"
perkataanku semakin membuar mereka marah. amarah ibu Marie sudah mencapai titik puncak dan dia hampir gila karena aku. dia lalu menatapku dengan jijik dan berteriak :" hari ini aku benar benar membuka mataku dan melihat orang yang tidak malu sepertimu. apakah kamu tidak mengerti kata manusia? akan kukatakan sekali lagi, tanpa izin dari kami, Marie tidak akan pernah bersamamu selamanya. sebaiknya kamu paham dan cepat pergi dari sini. jika kamu terus menganggu Marie, maka jangan salahkan aku jika aku melapor pada polisi!"
perkataan ibu Marie sangatlah kasar dan sangat menyakitkan. namun aku tidak melakukan apapun, aku hanya menatapnya dengan tenang dan berkata :" tante, apakah kamu sudah lupa tentang apa yang kamu katakan siang tadi?"
ketika membahas ini, semua orang disana sudah tahu apa maksudku. bahkan Marie juga tahu jelas apa yang aku maksud. Marie pun langsung berkata :" Chandra, jangan dengar ibuku, dia berbicara sembarangan. aku ingin bersamamu bukan karena uang. aku juga tidak akan menghinamu jika kamu tidak memiliki uang satu sen pun. jadi, kamu tidak usah memberi uang pinang padanya!"
sangat jelas kalau bagi Marie, aku adalah seorang anak yatim piatu, miskin, dia selalu mengira kehidupanku penuh dengan kesusahan. jangankan 20M, Marie saja tidak rela kalau mengharuskanku untuk mengeluarkan 2Juta. dia juga tahu kalau permintaan ibunya itu sedang melukai harga diriku. jadi, dia tetap menghampiriku dan menasehatiku walaupun dia sedang sakit hati.
aku menoleh dan tersenyum kepadanya sambil berkata :" kamu begitu baik dan setara dengan 20M!"
setelah mengatakan itu, aku kembali menatap ibunya dan berkata :" siang tadi, kamu berkata jika aku bisa memberikan 20M, maka kamu akan setuju kalau Marie hidup bersama denganku. benar kan?"
mendengar ini, ibu Marie mengerutkan keningnya dan berkata kepadaku dengan hina :" benar, aku mengatakan itu, kenapa? apakah kamu merasa kamu bisa mengumpulkan 20M selama hidupmu?"
perkataan ibu Marie sangat jelas merupakan sebuah ejekan. dia sengaja membuat sebuah permintaan yang tidak mungkin bisa aku capai. namun jawaban yang bisa aku berikan adalah :" tidak perlu seumur hidup, aku sudah menyiapkannya sekarang."
suaraku tidak kuat, namun cukup menggemparkan semua orang yang ada disana. ayah Marie, ibu Marie, Marie, Elis, mereka semua terbengong dan ekspresi wajah mereka sangatlah tidak percaya akan semua ini. bahkan terdapat juga kecurigaan pada wajah mereka. mungkin mereka mengira otakku sudahlah rusak dan sedang berkata sembarangan.
keheningan melanda selama 2 detik dan ayah Marie kembali sadar dari khayalannya. dia menatapku sebentar dan berkata :" bocah, miskin itu tidak apa apa, namun kamu harus memiliki integritas moral. tidak seharusnya kamu menipu kami!"
ibu Marie pun tersadar dan dia melirikku sambil mengejekku :" bocah, yang aku katakan adalah 20M rupiah, jangan berikan kepadaku 20M pcs koin!"
bahkan Elis yang tadinya bersikap menengah itu pun menyalahkanku :" Chandra, apakah kamu merasa semua ini belum cukup kacau? apa maksud perkataanmu?"
bahkan Marie juga merasa kesusahan, dia ingin mengatakan sesuatu kepadaku namun dia menahannya, dia tidak ingin melukaiku dan dia juga tidak tahu bagaimana cara yang tepat untuk bertanya padaku.
aku sangat jelas kalau tidak ada yang percaya padaku. bahkan jika aku terus berkata hingga mulutku robek, mungkin mereka juga tidak akan percaya. oleh karena itu, aku sengaja membawa sejumlah uang cash ini. dengan begitu, biarkanlah bukti yang berbicara.
aku menegakkan tulang punggungku dan berkata kepada kedua orangtua Marie :" jangan meremehkan orang lain apalagi meremehkanku, karena kalian tidak memahamiku!"
setelah aku mengatakan itu, aku langsung menyeret koper itu dan meletakkannya diatas tanah. aku lalu jongkok dan membuka kode pengaman itu dan menarik resletinf koper itu. aku pun berkata :" bagi kalian, uang adalah barang yang lebih berharga dibandingkan dengan nyawa. demi uang, demi keuntungan, kalian bahkan rela memperjual belikan kebahagiaan putri kalian. namun aku berbeda, bagiku, uang bagaikan awan. bagiku, senyum Marie lebih berharga dari 20M ini. ini adalah uang pinang yang aku siapkan untuk kalian, ambillah!"
setelah aku mengatakan itu, koper itu pun telah terbuka.
setumpuk uang cash yang berwarna merah pun terlihat dibawah pancara sinar senja. warna merah berkilau dari uang uang itu semakin menusuk mata semua orang disana.
ayah Marie, ibu Marie, Marie, Elis, mereka semua terbengong menatap uang cash itu. terlihat pancara sinar berwarna merah dari dalam mata mereka. tatapan mereka begitu tidak percaya dan mereka merasa sangat terkejut akan semua ini.
apalagi ibu Marie, wajah putih yang telah dirias dengan indah itu seketika berubah bagaikan pelangi yang tidak dapat diprediksi. awalnya dia hanya ingin menghinaku dengan 20M, menghinaku agar aku tahu diri dan memilih untuk pergi sejauh mungkin. namun sekarang, aku malah berhasil mengeluarkan 20M dan mengeluarkan tepat didepan wajahnya. tidak heran kalau ekspresi wajahnya berubah drastis.
1 detik pun terasa sangat lama sekarang. keheningan pun melanda dan membekukan mereka berempat. dan aku hanya perlahan berjalan mendekati Marie lalu menggandeng tangannya. dengan sikap yang terhormat, aku pun berkata kepada kedua orang tuanya :" mulai dari sekarang, Marie adalah wanitaku. siapapun tidak boleh lagi menyakitinya!"
disaat ini, aku terlihat begitu agung!
Novel Terkait
Balas Dendam Malah Cinta
SweetiesKamu Baik Banget
Jeselin VelaniDon't say goodbye
Dessy PutriMy Lady Boss
GeorgeThis Isn't Love
YuyuWahai Hati×
- Bab 1 Kekokohan Ibuku (1)
- Bab 1 Kekokohan Ibuku (2)
- Bab 2 Bu, Maaf (1)
- Bab 2 Bu, Maaf (2)
- Bab 3 Berjuang untuk bangkit kembali (1)
- Bab 3 Berjuang untuk bangkit kembali (2)
- Bab 4 Pria Perkasa (1)
- Bab 4 Pria Perkasa (2)
- Bab 5 Kemunculan Olive
- Bab 6 Kegaduhan Kantin (1)
- Bab 6 Kegaduhan Kantin (2)
- Bab 7 Sudah Lama Tidak Bertemu(1)
- Bab 7 Sudah Lama Tidak Bertemu(2)
- Bab 8 Musuhku(1)
- Bab 8 Musuhku(2)
- Bab 9 Sebelum badai datang
- Bab 10 Gunung satu itu lebih besar dari gunung lain (1)
- Bab 10 Gunung satu itu lebih besar dari gunung lain (2)
- Bab 11 Suara yang tidak asing (1)
- Bab 11 Suara yang tidak asing (2)
- Bab 12 Lepaskan Gadis Itu (1)
- Bab 12 Lepaskan Gadis Itu (2)
- Bab 13 Menjadi Pahlawan
- Bab 14 Lalat yang menganggu (1)
- Bab 14 Lalat yang menganggu (2)
- Bab 15 Bunga kampus yang seksi (1)
- Bab 15 Bunga kampus yang seksi (2)
- Bab 16 serangan yang terbuka mudah untuk ditangani, serangan kegelapan sulit untuk dihindari
- Bab 17 Harimau ingin menunjukkan kekuatan
- Bab 18 Aksi Balas Dendam
- Bab 19 Apa yang ditakutkan pasti akan terjadi
- Bab 20 Momen Menegangkan
- Bab 21 Marie Hu yang menggoda (1)
- Bab 21 Marie Hu yang menggoda (2)
- Bab 22 Tendangan yang Intimidasi (1)
- Bab 22 Tendangan yang Intimidasi (2)
- Bab 23 Majikan dan Anjingnya
- Bab 24 Pertemuan yang Tak Terhindari (1)
- Bab 24 Pertemuan yang Tak Terhindari (2)
- Bab 25 Rencana Licik (1)
- Bab 25 Rencana Licik (2)
- Bab 26 Satu Langkah Lagi
- Bab 27 Melukai Diri untuk Mendapatkan Kepercayaan
- Bab 28 Cinta dan Tidak Cinta
- Bab 29 Adegan Sebelum Acara Besar Dimulai (1)
- Bab 29 Adegan Sebelum Acara Besar Dimulai (2)
- Bab 30 Chandra, Aku Mencintaimu (1)
- Bab 30 Chandra, Aku Mencintaimu (2)
- Bab 31 Aura Seorang Ratu
- Bab 32 Pilihanmu Tidak Salah
- Bab 33 Pencegatan Mike
- Bab 34 Penyiksaan yang Kejam
- Bab 35 Ia adalah Ten Zhou
- Bab 36 Satu yang Menjaga, Tidak Ada yang Berani Menyerang
- Bab 37 Dendam dan Kewajiban
- Bab 38 Kecelakaan Gunawan
- Bab 39 Tokoh Kecil yang Tidak Dianggap
- Bab 40 Olive yang Sangat Terkejut
- Bab 41 Memancing ke dalam Jebakan
- Bab 42 Mike Berlutut
- Bab 43 Aura Pemenang
- Bab 44 Menginjak Jalan yang Buruk
- Bab 45 Amarah Ten Zhou (1)
- Bab 45 Amarah Ten Zhou (2)
- Bab 46 Pertarungan
- Bab 47 Tidak Ada yang Bisa Menaklukkanku
- Bab 48 Mencari Masalah
- Bab 49 Dua puluh miliar, itu hal yang kecil
- Bab 50 Menarik Uang
- Bab 51 menganggapmu ayah jika kaya
- Bab 52 keagungan
- Bab 53 Fetrin yang Percaya Diri
- Bab 54 Pengemis Tua
- Bab 55 Ada Uang, Sombong
- Bab 56 Krisis Ekonomi Keluarga Hu
- Bab 57 Merasa Terkejut
- Bab 58 Mike Kembali
- Bab 59 Datang Sendiri
- Bab 60 Boleh Membunuh Tapi Tidak Boleh Menghina
- Bab 61 Satu panggilan kak Chandra
- Bab 62 Mati dan hidup bersama
- Bab 63 Tidak berhenti sampai mati
- Bab 64 Insiden sensasional kampus (1)
- Bab 64 Insiden sensasional kampus (2)
- Bab 65 Pertarungan Besar Dimulai (1)
- Bab 65 Pertarungan Besar Dimulai (2)
- Bab 66 Waktu kematian sudah datang
- Bab 67 Perbuatan tercela Mike
- Bab 68 Fetrin Tiba
- Bab 69 Tuan Muda, Aku Terlambat
- Bab 70 Menjalani Keputusan Tuhan
- Bab 71 Amarah Michael Li
- Bab 72 Remehan Fetrin
- Bab 73 Bahaya Menyerang
- Bab 74 Namaku Jeno (1)
- Bab 74 Namaku Jeno (2)
- Bab 75 Michael Li Yang Jago
- Bab 76 Ada Orang di dalam Rumah
- Bab 77 Insting Orang hebat
- Bab 78 Malam yang Menakutkan(1)
- Bab 78 Malam yang Menakutkan(2)
- Bab 79 Jangan Mengulang ke Tiga Kalinya
- Bab 80 Orang Hebat Pertama di Kota (1)
- Bab 80 Orang Hebat Pertama di Kota (2)
- Bab 81 Olive Yang Pasrah (1)
- Bab 81 Olive Yang Pasrah (2)
- Bab 82 Balasan
- Bab 83 Posisi Defensif Michael Li
- Bab 84 Dia, adalah Fetrin (1)
- Bab 84 Dia, adalah Fetrin (2)
- Bab 85 Kematian Michael Li
- Bab 86 Kejadian saat itu
- Bab 87 Ayahmu
- Bab 88 Perasaan gelisah yang kuat.
- Bab 89 Perselisihan di Villa Keluarga Hu
- Bab 90 Sekeliling penuh dengan musuh
- Bab 91 Tuan Chandra
- Bab 92 Halo, Nama Aku Ruben
- Bab 93 Kamu Pantas Bertarung Denganku? (1)
- Bab 93 Kamu Pantas Bertarung Denganku? (2)
- Bab 94 Ruben Yang Misterius (1)
- Bab 94 Ruben Yang Misterius (2)
- Bab 95 Malu Ekstrim
- Bab 96 Tidur Seranjang Dengan Olive (1)
- Bab 96 Tidur Seranjang Dengan Olive (2)
- Bab 97 Kita Putus Saja (1)
- Bab 97 Kita Putus Saja (2)
- Bab 98 Kebencian
- Bab 99 Orang Belakang Ruben
- Bab 100 Kehadiran Fetrin dengan Penampilan yang Sombong (1)
- Bab 100 Kehadiran Fetrin dengan Penampilan yang Sombong (2)
- Bab 101 Menatap Semua orang
- Bab 102 Bersebrangan Dengan Marie Hu
- Bab 103 Ruben Yang Penuh Percaya Diri
- Bab 104 Tangkap Ruben dengan cara apapun
- Bab 105 Pertempuran Sengit
- Bab 106 Amarah Ruben
- Bab 107 Chris VS Ruben
- Bab 108 Kemampuan Fetrin
- Bab 109 Marie Berlutut
- Bab 110 Membalas Dendam Kepada Ruben
- Bab 111 Maaf, Aku Tidak Terima
- Bab 112 Pria Besar muncul
- Bab 113 Bunga Kampus yang Ketiga
- Bab 114 Selalu ada orang yang lebih hebat
- Bab 115 Putra Godi chen
- Bab 116 Chandra, Kamu Ditangkap (1)
- Bab 116 Chandra, Kamu Ditangkap (2)
- Bab 117 Ferdy Yang bertindak
- Bab 118 Keputusasaan Tanpa Akhir
- Bab 119 Lebih Baik Mati Daripada Hidup
- Bab 120 Pengemis Dan orang kaya generasi kedua (1)
- Bab 120 Pengemis dan orang kaya generasi kedua (2)
- Bab 121 Candra, Kamu Tamat (1)
- Bab 121 Chandra, Kamu Tamat ( 2)
- Bab 122 Ciuman Clara
- Bab 123 Kemarahan Ferdy
- Bab 124 Kobaran Api
- Bab 125 Hidup Mati
- Bab 126 Kematian Ruben Cai
- Bab 127 Ucapan Marie
- Bab 128 Menuju Ke Lokasi Perang
- Bab 129 Tuan Muda Ferdy Yang Susah Ditebak
- Bab 130 Ibuku Datang
- Bab 131 Keangkuhan Tuan muda Ferdy
- Bab 132 Api Peperangan Menyala
- Bab 133 Ibuku VS Tuan Muda Ferdy
- Bab 134 Berjuanglah Untuk Tetap Bertahan Hidup
- Bab 135 Air Mata Dua Wanita (1)
- Bab 135 Air Mata Dua Wanita (2)