Wahai Hati - Bab 2 Bu, Maaf (2)
Setelah berteriak, si botak langsung menunjuk ke arahku, mengatakan kepada 3 orang yang lain: “potong dua jari anak itu untukku!”
Setelah selesai memerintah, segera dua anak buahnya menangkapku dan membawaku ke sebelah meja, dan memegang tanganku di atas meja, lalu terakhir laki-laki bertato, mengeluarkan sebuah belati, bersiap memotong jariku.
Aku merasa pernah melihat adegan ini, langsung menangis dengan keras karena terkejut: “Jangan, jangan potong jariku, tolong aku!”
Suara memelas yang aku keluarkan, adalah reaksi yang tanpa aku sadari, saat menghadapi hal yang sangat menakutkan, reaksi yang aku teriakkan hanyalah ibu, dari kecil hingga dewasa, tidak peduli menghadapi masalah apapun, ibuku pasti akan membantuku untuk menyelesaikan masalah, aku sangat bergantung padanya, hanya dia satu-satunya keluargaku, dia adalah pilar kehidupanku.
Ibuku juga sangat terkejut, langsung berteriak ketakutak: “Jangan! Jangan sakiti anakku!”
Saat itu, aku bisa merasakan perasaan ibuku yang sangat ketakutan, dulu walaupun dia diganggu orang lain, tidak pernah setakut ini, tapi sekarang, saat aku dalam bahaya, ibuku malah ketakutan, dia takut aku terluka.
Laki-laki bertato mendengar suaraa teriakkan ibuku, langsung menghentikan tindakannya, melirik kea rah si botak.
Si botak masih saja dipenuhi dengan rasa marah, dia melihat ibuku dengan tatapan yang penuh kebencian, mengigit giginya sambil berkata: “Heh, sekarang sudah tau takut, kamu bukannya tadi sangat berani? Kenapa, tidak rela anakmu ada apa-apa?”
Bagi ibuku, aku adalah separuh hidupnya, dia tidak mengizinkan aku terluka sedikitpun, maka dari itu, disaat ini, semua pertahanan dia selama ini hancur, dia menerima tawarannya, dia memendam air mata, berkata kepada si botak: “Asalkan kamu tidak melukai anakku, semuanya bisa dibahas baik-baik, kalian bukannya menginginkan ganti rugi kesehatan sebanyak 6 miliar kan? Ok, aku terima tawaran kalian!”
6 miliar?
Harga yang dibuka oleh si botak, adalah 6 miliar untuk ganti rugi , ini adalah pemerasan, ibuku memang ada uang, tapi bukannya jutawan yang seperti itu, diusia seperti ini, 6 miliar adalah jumlah yang sangat besar, ibuku harus langsung mengeluarkan jumlah sebesar itu, juga sangat sulit. Wajar saja dari tadi dia tidak setuju, tapi sekarang demi aku, ibuku setuju, dia rela menerima.
Tapi, si botak masih belum puas, dia menahan tangannya yang terluka, mengatakan pada ibuku dengan penuh kebencian: “sekarang baru setuju? Sudah terlambat, kamu lihat, kamu mengigitku seperti apa, utang ini tidak bisa begitu saja lunas!”
Ibuku sekali mendengar, seketika raut wajahnya berubah, matanya yang merah melototi si botak, dengan suara yang sangat berat mengatakan: “Kamu masih mau apa?”
Si botak tiba-tiba menaikkan sudut bibirnya, menunjukkan senyum yang sangat sensualitas, mengatakan pada ibuku: “sebenarnya aku tidak tertarik pada wanita tomboy sepertimu, cuma, watakmu yang sangat kuat ini malah menggoyahkan aku, aku wanita yang liar. Begini saja, ganti rugi kesehatan 6 miliar sepupuku, kamu tetap ganti, Lukaku, kamu tidak usah ganti dengan uang, kamu temani aku satu malam saja, dengan begitu kita lunas, bagaimana?”
Mendengar kata-kata si botak, emosi ibuku langsung meledak, dia mengeluarkan kata-kata dengan emosi yang meledak: “Pergi!”
Si botak mendengar itu, tatapannya langsung dingin, langsung memberikan perintah: “Lakukan!”
Laki-laki bertato mendengarkan perintah, memegang erat belati dan mengarahkan kearah jariku. Aku sangat ketakutan, otakku sangat kosong, tidak berhenti berteriak: “Bu, tolong aku, tolong aku!”
Ibuku melihat keadaan itu, langsung berteriak: “berhenti!”
Si botak dengan tenang mengatakan: “Kenapa? Tawaranku masih berlaku, apa kamu mau pikirkan lagi?”
Ibuku terus memelototi si botak, dengan gila mengatakan padanya: “kamu berhenti berharap, aku kasih tau kamu, kalau kamu berani menyentuh anakku, aku akan mengambil nyawamu!”
Melihat ibuku begitu keras kepala, si botak tidak sungkan-sungkan lagi, langsung mengatakan: “Kurang ajar, potong jari anaknya untukku!”
Laki-laki bertato setelah mendengar itu, tidak ragu-ragu lagi, memegang belati yang ditangannya. Lalu, tepat pada saat itu, ibuku tiba-tiba seperti monster, seketika memiliki kekuatan yang sangat besar, dia tiba-tiba bisa melepaskan ikatan talinya, disaat bersamaan, dia tiba-tiba melompat, menabrak ke arah si botak.
Saat laki-laki bertato itu sedang lengah, langsung terjatuh seperti kotoran hewan, 3 yang lainnya tidak menyangka ibuku begitu gila, semuanya terbengong. Saat mereka baru tersadar mau menangkap ibuku, sudah tidak sempat lagi, karena ibuku sudah mengambil belati yang dijatuhkan oleh laki-laki bertato.
Adegan yang terjadi berikutnya, aku tidak akan pernah melupakan itu.
Ibuku benar-benar kehilangan akal sehatnya, dia seperti orang gila, mengambil belati, dan menusuk orang-orang, sembarangan menusuk. 4 pria yang gagah, menjerit kesakitan, satu per satu jatuh ke lantai. Darah segar, mengalir dilantai.
Prosesnya sangat cepat, tetapi terjadi sangat lama, aku berdiri di samping, seperti rohku sudah melayang entah kemana, benar-benar tertegun. Waktu berikutnya, aku tidak tahu bagaimana menjalani sendiri, aku seperti terjatuh kedalam jurang yang sangat dalam, akal sehatku juga sudah sangat berantakkan, aku hanya tahu, polisi tiba-tiba datang, menangkap ibuku!
Sebelum pergi, ibuku memegang tanganku, dengan sekuat tenaga mengatakan padaku: “ibu sudah tidak ada lagi, kedepannya harus bergantung pada diri sendiri, anakku, kamu harus kuat, harus berani!”
Meninggalkan sepenggal kata, ibuku pun pergi. Dan aku, masih sama seperti orang bodoh, masih terbengong di tempatku berada, melihat polisi menangkap ibu dengan kedua mataku sendiri.
Mereka membawa pergi ibuku, seperti membawa seluruh duniaku, aku tiba-tiba merasakan hatiku sangat sakit, sakit seperti hatiku sudah dirobek, rasa sakit ini seperti telah mengikis seluruh organ dalamku, seperti sarafku terangsang, membuatku seketika tersadar. Aku tidak memperdulikan yang lain, berlari dengan sangat cepat. Aku ingin berbicara dengan ibuku, tapi, saat aku berlari keluar rumah, mobil polisi sudah membawa pergi ibuku.
Mataku melihat mobil polisi membawa ibuku pergi, dalam hatiku tiba-tiba terasa sangat hampa, aku ingin mengejar, tetapi aku merasa seluruh tenagaku sudah habis dikuras, kedua kakiku sama sekali tidak mendengarkan perintah, dengan lemas berlutut di tanah.
Semuanya terjadi begitu cepat, terlalu mendadak, kehidupan berubah seperti sebongkah batu yang ratusan kilo, menahan di tubuhku semua, ibu yang selalu melindungiku dari angin dan hujan, dengan cara ini meninggalkanku. Aku sebagai anak, melihat dia dipukul begitu saja, melihatnya disiksa, melihatnya mengemban semua ini, dan aku tidak melakukan apapun, bahkan aku tidak sempat mengatakan satu kata pun dengannya!
Dengan cepat, aku yang sedang berlutut di tanah, mendonggakkan kepala, kedua mataku yang merasa kabur, melihat mobil polisi yang semakin jauh, hingga lenyap di depan mataku. Akhirnya, aku sudah tidak dapat menahan lagi, langsung berteriak dan menangis dengan sangat keras, tangisan yang berisi dengan penuh rasa kesakitan, tangisan yang hampir merobek tenggorakanku, melihat kea rah mobil polisi yang sudah lenyap, dengan lirih aku mengatakan: “Bu, maaf!”
Novel Terkait
The Sixth Sense
AlexanderMeet By Chance
Lena TanLoving Handsome
Glen ValoraHabis Cerai Nikah Lagi
GibranAnak Sultan Super
Tristan XuTen Years
VivianAwesome Husband
EdisonThick Wallet
TessaWahai Hati×
- Bab 1 Kekokohan Ibuku (1)
- Bab 1 Kekokohan Ibuku (2)
- Bab 2 Bu, Maaf (1)
- Bab 2 Bu, Maaf (2)
- Bab 3 Berjuang untuk bangkit kembali (1)
- Bab 3 Berjuang untuk bangkit kembali (2)
- Bab 4 Pria Perkasa (1)
- Bab 4 Pria Perkasa (2)
- Bab 5 Kemunculan Olive
- Bab 6 Kegaduhan Kantin (1)
- Bab 6 Kegaduhan Kantin (2)
- Bab 7 Sudah Lama Tidak Bertemu(1)
- Bab 7 Sudah Lama Tidak Bertemu(2)
- Bab 8 Musuhku(1)
- Bab 8 Musuhku(2)
- Bab 9 Sebelum badai datang
- Bab 10 Gunung satu itu lebih besar dari gunung lain (1)
- Bab 10 Gunung satu itu lebih besar dari gunung lain (2)
- Bab 11 Suara yang tidak asing (1)
- Bab 11 Suara yang tidak asing (2)
- Bab 12 Lepaskan Gadis Itu (1)
- Bab 12 Lepaskan Gadis Itu (2)
- Bab 13 Menjadi Pahlawan
- Bab 14 Lalat yang menganggu (1)
- Bab 14 Lalat yang menganggu (2)
- Bab 15 Bunga kampus yang seksi (1)
- Bab 15 Bunga kampus yang seksi (2)
- Bab 16 serangan yang terbuka mudah untuk ditangani, serangan kegelapan sulit untuk dihindari
- Bab 17 Harimau ingin menunjukkan kekuatan
- Bab 18 Aksi Balas Dendam
- Bab 19 Apa yang ditakutkan pasti akan terjadi
- Bab 20 Momen Menegangkan
- Bab 21 Marie Hu yang menggoda (1)
- Bab 21 Marie Hu yang menggoda (2)
- Bab 22 Tendangan yang Intimidasi (1)
- Bab 22 Tendangan yang Intimidasi (2)
- Bab 23 Majikan dan Anjingnya
- Bab 24 Pertemuan yang Tak Terhindari (1)
- Bab 24 Pertemuan yang Tak Terhindari (2)
- Bab 25 Rencana Licik (1)
- Bab 25 Rencana Licik (2)
- Bab 26 Satu Langkah Lagi
- Bab 27 Melukai Diri untuk Mendapatkan Kepercayaan
- Bab 28 Cinta dan Tidak Cinta
- Bab 29 Adegan Sebelum Acara Besar Dimulai (1)
- Bab 29 Adegan Sebelum Acara Besar Dimulai (2)
- Bab 30 Chandra, Aku Mencintaimu (1)
- Bab 30 Chandra, Aku Mencintaimu (2)
- Bab 31 Aura Seorang Ratu
- Bab 32 Pilihanmu Tidak Salah
- Bab 33 Pencegatan Mike
- Bab 34 Penyiksaan yang Kejam
- Bab 35 Ia adalah Ten Zhou
- Bab 36 Satu yang Menjaga, Tidak Ada yang Berani Menyerang
- Bab 37 Dendam dan Kewajiban
- Bab 38 Kecelakaan Gunawan
- Bab 39 Tokoh Kecil yang Tidak Dianggap
- Bab 40 Olive yang Sangat Terkejut
- Bab 41 Memancing ke dalam Jebakan
- Bab 42 Mike Berlutut
- Bab 43 Aura Pemenang
- Bab 44 Menginjak Jalan yang Buruk
- Bab 45 Amarah Ten Zhou (1)
- Bab 45 Amarah Ten Zhou (2)
- Bab 46 Pertarungan
- Bab 47 Tidak Ada yang Bisa Menaklukkanku
- Bab 48 Mencari Masalah
- Bab 49 Dua puluh miliar, itu hal yang kecil
- Bab 50 Menarik Uang
- Bab 51 menganggapmu ayah jika kaya
- Bab 52 keagungan
- Bab 53 Fetrin yang Percaya Diri
- Bab 54 Pengemis Tua
- Bab 55 Ada Uang, Sombong
- Bab 56 Krisis Ekonomi Keluarga Hu
- Bab 57 Merasa Terkejut
- Bab 58 Mike Kembali
- Bab 59 Datang Sendiri
- Bab 60 Boleh Membunuh Tapi Tidak Boleh Menghina
- Bab 61 Satu panggilan kak Chandra
- Bab 62 Mati dan hidup bersama
- Bab 63 Tidak berhenti sampai mati
- Bab 64 Insiden sensasional kampus (1)
- Bab 64 Insiden sensasional kampus (2)
- Bab 65 Pertarungan Besar Dimulai (1)
- Bab 65 Pertarungan Besar Dimulai (2)
- Bab 66 Waktu kematian sudah datang
- Bab 67 Perbuatan tercela Mike
- Bab 68 Fetrin Tiba
- Bab 69 Tuan Muda, Aku Terlambat
- Bab 70 Menjalani Keputusan Tuhan
- Bab 71 Amarah Michael Li
- Bab 72 Remehan Fetrin
- Bab 73 Bahaya Menyerang
- Bab 74 Namaku Jeno (1)
- Bab 74 Namaku Jeno (2)
- Bab 75 Michael Li Yang Jago
- Bab 76 Ada Orang di dalam Rumah
- Bab 77 Insting Orang hebat
- Bab 78 Malam yang Menakutkan(1)
- Bab 78 Malam yang Menakutkan(2)
- Bab 79 Jangan Mengulang ke Tiga Kalinya
- Bab 80 Orang Hebat Pertama di Kota (1)
- Bab 80 Orang Hebat Pertama di Kota (2)
- Bab 81 Olive Yang Pasrah (1)
- Bab 81 Olive Yang Pasrah (2)
- Bab 82 Balasan
- Bab 83 Posisi Defensif Michael Li
- Bab 84 Dia, adalah Fetrin (1)
- Bab 84 Dia, adalah Fetrin (2)
- Bab 85 Kematian Michael Li
- Bab 86 Kejadian saat itu
- Bab 87 Ayahmu
- Bab 88 Perasaan gelisah yang kuat.
- Bab 89 Perselisihan di Villa Keluarga Hu
- Bab 90 Sekeliling penuh dengan musuh
- Bab 91 Tuan Chandra
- Bab 92 Halo, Nama Aku Ruben
- Bab 93 Kamu Pantas Bertarung Denganku? (1)
- Bab 93 Kamu Pantas Bertarung Denganku? (2)
- Bab 94 Ruben Yang Misterius (1)
- Bab 94 Ruben Yang Misterius (2)
- Bab 95 Malu Ekstrim
- Bab 96 Tidur Seranjang Dengan Olive (1)
- Bab 96 Tidur Seranjang Dengan Olive (2)
- Bab 97 Kita Putus Saja (1)
- Bab 97 Kita Putus Saja (2)
- Bab 98 Kebencian
- Bab 99 Orang Belakang Ruben
- Bab 100 Kehadiran Fetrin dengan Penampilan yang Sombong (1)
- Bab 100 Kehadiran Fetrin dengan Penampilan yang Sombong (2)
- Bab 101 Menatap Semua orang
- Bab 102 Bersebrangan Dengan Marie Hu
- Bab 103 Ruben Yang Penuh Percaya Diri
- Bab 104 Tangkap Ruben dengan cara apapun
- Bab 105 Pertempuran Sengit
- Bab 106 Amarah Ruben
- Bab 107 Chris VS Ruben
- Bab 108 Kemampuan Fetrin
- Bab 109 Marie Berlutut
- Bab 110 Membalas Dendam Kepada Ruben
- Bab 111 Maaf, Aku Tidak Terima
- Bab 112 Pria Besar muncul
- Bab 113 Bunga Kampus yang Ketiga
- Bab 114 Selalu ada orang yang lebih hebat
- Bab 115 Putra Godi chen
- Bab 116 Chandra, Kamu Ditangkap (1)
- Bab 116 Chandra, Kamu Ditangkap (2)
- Bab 117 Ferdy Yang bertindak
- Bab 118 Keputusasaan Tanpa Akhir
- Bab 119 Lebih Baik Mati Daripada Hidup
- Bab 120 Pengemis Dan orang kaya generasi kedua (1)
- Bab 120 Pengemis dan orang kaya generasi kedua (2)
- Bab 121 Candra, Kamu Tamat (1)
- Bab 121 Chandra, Kamu Tamat ( 2)
- Bab 122 Ciuman Clara
- Bab 123 Kemarahan Ferdy
- Bab 124 Kobaran Api
- Bab 125 Hidup Mati
- Bab 126 Kematian Ruben Cai
- Bab 127 Ucapan Marie
- Bab 128 Menuju Ke Lokasi Perang
- Bab 129 Tuan Muda Ferdy Yang Susah Ditebak
- Bab 130 Ibuku Datang
- Bab 131 Keangkuhan Tuan muda Ferdy
- Bab 132 Api Peperangan Menyala
- Bab 133 Ibuku VS Tuan Muda Ferdy
- Bab 134 Berjuanglah Untuk Tetap Bertahan Hidup
- Bab 135 Air Mata Dua Wanita (1)
- Bab 135 Air Mata Dua Wanita (2)