Wahai Hati - Bab 94 Ruben Yang Misterius (2)
Namun. Aku tidak akan dengan mudah menganggap remeh Ruben, dia jelas bukan lawan yang boleh dianggap remeh, aku tidak boleh menyerang membabi buta, harus hati-hati. Lalu, aku meminta Gunawan menyelidiki Ruben, setelah mengetahui gerak-geriknya, baru membuat rencana.
Gunawan menerima perintahku dan segera melaksanakannya.
Lalu, aku bertemu dengan Marie, begitu bertemu dengannya, aku langsung to the point, mengatakan maksud hatiku: “Marie, aku harap kamu tidak berhubungan dengan Ruben!”
Marie yang mendengarnya, mau tidak mau menunjukkan ekspresi ragu, dan bertanya kepadaku: “Kenapa?”
Aku balik bertanya: “Apakah kamu tahu dia putra dari Joshizkia? Dia memiliki perasaan padamu!”
Aku pikir, Marie yang mendengar ini, akan segera memperlakukan Ruben seperti seekor kuda, siapa sangka, dia sama sekali tidak peduli, dengan gampangnya menjawab diriku: “Aku tahu, aku baru saja ingin memberitahumu, kemarin dia memberitahuku, dia adalah tuan muda Cai yang ingin tunangan denganku, tapi, dia juga sudah mengatakan, dia hanya ingin mentraktirku makan dan bertemu, awalnya dia tidak tahu aku mempunyai pacar, sekarang setelah tahu, dia tidak akan sembarangan, dia menghargai pilihanku!”
Yang benar saja, Ruben ini benar-benar munafik, di depan Marie berbeda. Di belakang Marie juga berbeda. Dia hanya akan menunjukkan sifat aslinya di depanku, di depan Marie, dia akan berpura-pura menjadi kakak kecil yang baik, dan Marie mempercayai ucapannya.
Secara logika, Marie seharusnya tidak begitu bodoh, alasan mengapa dia bisa seperti ini, pasti karena perilaku Ruben yang sangat mudah membuat Marie terpesona, yang paling penting, dia dan Ruben pernah memiliki kenangan yang tidak tergantikan, Ruben yang ada dalam kenangan, adalah orang yang diandalkan Marie, karena itu, dia memiliki perasaan baik kepada Ruben, dia pasti tidak akan dengan mudah meragukan karakter Ruben.
Tentu saja aku tidak akan membiarkan Marie bodoh terus, tidak peduli bagaimanapun, aku harus membongkar sifat asli Ruben, aku tidak akan pernah memberinya kesempatan untuk mengambil keuntungan. Aku memandang Marie dengan tatapan mendalam dan berkata dengan serius: “Marie, kamu sadar. Ruben ini tidak bisa dipercaya, dia membohongimu, tujuan utamanya adalah mendapatkan dirimu, kamu jangan tergoda olehnya!”
Marie yang mendengar ini, masih tidak peduli, dan berkata dengan acuh tidak acuh: “Bagaimana mungkin, dia bukan orang seperti itu, lagipula, sekalipun dia memliki niat seperti itu, juga tidak berguna, orang yang aku cintai adalah kamu, aku sangat setia padamu, kamu jangan terlalu khawatir!”
Tampaknya, pikiran Marie tidak akan tercerahkan dengan mudah, tidak ada pilihan lain, aku hanya bisa meninggikan nada bicaraku, berteriak keras: “Tidak peduli bagaimanapun, aku tidak ingin kamu bersama Ruben, aku tidak suka!”
Karena Marie tidak menyadari keseriusan masalah ini, aku dengan jelas mengatakan kepadanya aku cemburu, aku tidak mengijinkan dia memiliki hubungan dengan pria lain. Sikapku sangat keras dan serius.
Ini pertama kalinya aku mengunakan nada bicara marah kepada Marie, Marie tampak tidak nyaman, dia terdiam sesaat lalu bertanya kepadaku dengan suara serak: “Apakah kamu sedang memerintahku?”
Terlihat jelas, Marie sedikit marah, aku tahu, caraku ini sedikit keterlaluan, aku khawatir kalau terus seperti ini, akan ada konflik antara aku dengan Marie, dan ini sesuai dengan keinginan Ruben, tentu saja aku tidak akan memberikan dia kesempatan seperti ini. Lalu aku segera melembutkan nada bicaraku, berkata kepada Marie dengan lembut: “Tidak, maaf, kata-kataku terlalu kasar!”
Ekspresi wajah Marie mulai melembut, demi menenangkan diriku, sekali lagi dia berkata: “Chandra, aku tahu kamu khawtir aku memiliki hubungan dengan dirinya, kamu tenang saja, aku menganggap Ruben sebagai kakak. Diantara kita pasti tidak akan ada percikan cinta!”
Nada bicara Marie sangat tulus, dan tegas, dia bahkan menjamin di depanku, apa pun yang aku katakan, akan tampak tidak masuk akal, aku hanya bisa menjawab: “Baiklah!”
Satu kata yang sederhana, aku mengatakannya dengan sangat sulit, sebenarnya aku tidak ingin berkompromi seperti ini, tapi apa yang bisa aku katakan, bagi Marie, Ruben orang yang murah hati dan toleran. Dan aku, sudah mulai bersikap tidak masuk akal, semakin aku mengatakan kata-kata buruk Ruben, Marie akan semakin mengira aku berpikiran negatif tentang dirinya, jadi, aku hanya bisa diam dan memendam dalam hati.
Sekarang, aku semakin merasa terdesak untuk melawan Ruben, aku tidak bisa memaksa Marie untuk melakukan apa pun, hanya bisa menghentikan tindakan Ruben terhadapnya.
Setelah berpisah dengan Marie, aku segera menelepon Gunawan. Memerintahnya dengan serius, agar menyelesaikan penyelidikan Ruben secepat mungkin, aku ingin menghabisinya.
Gunawan menjawabku dengan dua kata: “Tidak masalah!”
Lalu, sehari berlalu begitu saja, yang Gunawan berikan kepadaku hanya sebuah kekecewaan. Keesokan malam, aku dan sepuluh teman, berkumpul di ruang bar, minum alkohol, semuanya menunjukkan ekspresi tegang dan tatapan depresi. Ekspresi Gunawan tampak kusam. Dia minum beberapa gelas alkohol, lalu berkata kepadaku: “Kak Chandra, maaf, aku tidak melakukan tugas yang kamu berikan dengan baik!”
Aku melambaikan tangan: “Tidak menyalahkanmu!”
Aku benar-benar tidak menyalahkan Gunawan, karena masalah ini membuatku cemas selama sehari, awalnya aku berencana mempercepat langkah menyerang Ruben, tapi pada akhirnya, bahkan bayangannya saja tidak bisa aku temukan, perasaan ini sangat menjengkelkan, aku tidak mempunyai tempat curhat, hanya bisa melampiaskan dengan alkohol.
Selang sesaat, Gunawan berkata: “Ini sangat aneh, Ruben ini terlalu misterius, aku menyuruh orang menyelidiki, tapi tidak ada orang yang tahu sedikitpun tentang dia, bahkan gerak-geriknya, sama sekali tidak di ketahui, seolah dia sama sekali tidak ada di kota ini, kalau bukan kamu mengatakan dia sudah kembali, aku tidak akan percaya dia sudah kembali!”
Setelah Gunawan selesai berbicara, Refaldi tiba-tiba berkata: “Apakah pria ini tahu kak Chandra akan mencarinya, dan bersembunyi!”
Teman-teman lain yang mendengar ini, setuju dengan pendapat Refaldi, semuanya merasa, hanya alasan ini yang bisa menjelaskan, mengapa tidak bisa mencari keberadaan Ruben.
Aku meletakkan gelas alkohol, berkata dengan serius: “Tidak mungkin, Ruben ini tidak sesederhana itu!”
Aku mengatakan ini dengan sangat serius, aku tahu jelas, Ruben sangat misterius, semakin sulit dilawan, aku semakin ingin memahaminya terlebih dahulu, baru melawannya, tapi sekarang tampaknya, jangankan memahami dirinya, bahkan gerak-geriknya saja sangat sulit diselidiki, aku bahkan tidak bisa mengetahui keberadaannya, bagaimana bisa aku memberinya pelajaran. Sekarang, mungkin hanya Marie yang bisa menghubunginya, tapi aku tidak akan memanfaatkan Marie untuk memancing Ruben keluar, itu sangat tidak masuk akal.
Semakin memikirkannya semakin pusing kepalaku, aku tidak tahu harus bagaimana, tapi, saat ini, tiba-tiba ada suara keras, pintu ruangan cafe dibuka paksa, dan terdengar suara pelan yang menggema: “Dengar-dengar kalian sedang mencariku?”
Novel Terkait
Pergilah Suamiku
DanisMy Beautiful Teacher
Haikal ChandraMilyaran Bintang Mengatakan Cinta Padamu
Milea AnastasiaPenyucian Pernikahan
Glen ValoraLove And War
JanePejuang Hati
Marry SuWahai Hati×
- Bab 1 Kekokohan Ibuku (1)
- Bab 1 Kekokohan Ibuku (2)
- Bab 2 Bu, Maaf (1)
- Bab 2 Bu, Maaf (2)
- Bab 3 Berjuang untuk bangkit kembali (1)
- Bab 3 Berjuang untuk bangkit kembali (2)
- Bab 4 Pria Perkasa (1)
- Bab 4 Pria Perkasa (2)
- Bab 5 Kemunculan Olive
- Bab 6 Kegaduhan Kantin (1)
- Bab 6 Kegaduhan Kantin (2)
- Bab 7 Sudah Lama Tidak Bertemu(1)
- Bab 7 Sudah Lama Tidak Bertemu(2)
- Bab 8 Musuhku(1)
- Bab 8 Musuhku(2)
- Bab 9 Sebelum badai datang
- Bab 10 Gunung satu itu lebih besar dari gunung lain (1)
- Bab 10 Gunung satu itu lebih besar dari gunung lain (2)
- Bab 11 Suara yang tidak asing (1)
- Bab 11 Suara yang tidak asing (2)
- Bab 12 Lepaskan Gadis Itu (1)
- Bab 12 Lepaskan Gadis Itu (2)
- Bab 13 Menjadi Pahlawan
- Bab 14 Lalat yang menganggu (1)
- Bab 14 Lalat yang menganggu (2)
- Bab 15 Bunga kampus yang seksi (1)
- Bab 15 Bunga kampus yang seksi (2)
- Bab 16 serangan yang terbuka mudah untuk ditangani, serangan kegelapan sulit untuk dihindari
- Bab 17 Harimau ingin menunjukkan kekuatan
- Bab 18 Aksi Balas Dendam
- Bab 19 Apa yang ditakutkan pasti akan terjadi
- Bab 20 Momen Menegangkan
- Bab 21 Marie Hu yang menggoda (1)
- Bab 21 Marie Hu yang menggoda (2)
- Bab 22 Tendangan yang Intimidasi (1)
- Bab 22 Tendangan yang Intimidasi (2)
- Bab 23 Majikan dan Anjingnya
- Bab 24 Pertemuan yang Tak Terhindari (1)
- Bab 24 Pertemuan yang Tak Terhindari (2)
- Bab 25 Rencana Licik (1)
- Bab 25 Rencana Licik (2)
- Bab 26 Satu Langkah Lagi
- Bab 27 Melukai Diri untuk Mendapatkan Kepercayaan
- Bab 28 Cinta dan Tidak Cinta
- Bab 29 Adegan Sebelum Acara Besar Dimulai (1)
- Bab 29 Adegan Sebelum Acara Besar Dimulai (2)
- Bab 30 Chandra, Aku Mencintaimu (1)
- Bab 30 Chandra, Aku Mencintaimu (2)
- Bab 31 Aura Seorang Ratu
- Bab 32 Pilihanmu Tidak Salah
- Bab 33 Pencegatan Mike
- Bab 34 Penyiksaan yang Kejam
- Bab 35 Ia adalah Ten Zhou
- Bab 36 Satu yang Menjaga, Tidak Ada yang Berani Menyerang
- Bab 37 Dendam dan Kewajiban
- Bab 38 Kecelakaan Gunawan
- Bab 39 Tokoh Kecil yang Tidak Dianggap
- Bab 40 Olive yang Sangat Terkejut
- Bab 41 Memancing ke dalam Jebakan
- Bab 42 Mike Berlutut
- Bab 43 Aura Pemenang
- Bab 44 Menginjak Jalan yang Buruk
- Bab 45 Amarah Ten Zhou (1)
- Bab 45 Amarah Ten Zhou (2)
- Bab 46 Pertarungan
- Bab 47 Tidak Ada yang Bisa Menaklukkanku
- Bab 48 Mencari Masalah
- Bab 49 Dua puluh miliar, itu hal yang kecil
- Bab 50 Menarik Uang
- Bab 51 menganggapmu ayah jika kaya
- Bab 52 keagungan
- Bab 53 Fetrin yang Percaya Diri
- Bab 54 Pengemis Tua
- Bab 55 Ada Uang, Sombong
- Bab 56 Krisis Ekonomi Keluarga Hu
- Bab 57 Merasa Terkejut
- Bab 58 Mike Kembali
- Bab 59 Datang Sendiri
- Bab 60 Boleh Membunuh Tapi Tidak Boleh Menghina
- Bab 61 Satu panggilan kak Chandra
- Bab 62 Mati dan hidup bersama
- Bab 63 Tidak berhenti sampai mati
- Bab 64 Insiden sensasional kampus (1)
- Bab 64 Insiden sensasional kampus (2)
- Bab 65 Pertarungan Besar Dimulai (1)
- Bab 65 Pertarungan Besar Dimulai (2)
- Bab 66 Waktu kematian sudah datang
- Bab 67 Perbuatan tercela Mike
- Bab 68 Fetrin Tiba
- Bab 69 Tuan Muda, Aku Terlambat
- Bab 70 Menjalani Keputusan Tuhan
- Bab 71 Amarah Michael Li
- Bab 72 Remehan Fetrin
- Bab 73 Bahaya Menyerang
- Bab 74 Namaku Jeno (1)
- Bab 74 Namaku Jeno (2)
- Bab 75 Michael Li Yang Jago
- Bab 76 Ada Orang di dalam Rumah
- Bab 77 Insting Orang hebat
- Bab 78 Malam yang Menakutkan(1)
- Bab 78 Malam yang Menakutkan(2)
- Bab 79 Jangan Mengulang ke Tiga Kalinya
- Bab 80 Orang Hebat Pertama di Kota (1)
- Bab 80 Orang Hebat Pertama di Kota (2)
- Bab 81 Olive Yang Pasrah (1)
- Bab 81 Olive Yang Pasrah (2)
- Bab 82 Balasan
- Bab 83 Posisi Defensif Michael Li
- Bab 84 Dia, adalah Fetrin (1)
- Bab 84 Dia, adalah Fetrin (2)
- Bab 85 Kematian Michael Li
- Bab 86 Kejadian saat itu
- Bab 87 Ayahmu
- Bab 88 Perasaan gelisah yang kuat.
- Bab 89 Perselisihan di Villa Keluarga Hu
- Bab 90 Sekeliling penuh dengan musuh
- Bab 91 Tuan Chandra
- Bab 92 Halo, Nama Aku Ruben
- Bab 93 Kamu Pantas Bertarung Denganku? (1)
- Bab 93 Kamu Pantas Bertarung Denganku? (2)
- Bab 94 Ruben Yang Misterius (1)
- Bab 94 Ruben Yang Misterius (2)
- Bab 95 Malu Ekstrim
- Bab 96 Tidur Seranjang Dengan Olive (1)
- Bab 96 Tidur Seranjang Dengan Olive (2)
- Bab 97 Kita Putus Saja (1)
- Bab 97 Kita Putus Saja (2)
- Bab 98 Kebencian
- Bab 99 Orang Belakang Ruben
- Bab 100 Kehadiran Fetrin dengan Penampilan yang Sombong (1)
- Bab 100 Kehadiran Fetrin dengan Penampilan yang Sombong (2)
- Bab 101 Menatap Semua orang
- Bab 102 Bersebrangan Dengan Marie Hu
- Bab 103 Ruben Yang Penuh Percaya Diri
- Bab 104 Tangkap Ruben dengan cara apapun
- Bab 105 Pertempuran Sengit
- Bab 106 Amarah Ruben
- Bab 107 Chris VS Ruben
- Bab 108 Kemampuan Fetrin
- Bab 109 Marie Berlutut
- Bab 110 Membalas Dendam Kepada Ruben
- Bab 111 Maaf, Aku Tidak Terima
- Bab 112 Pria Besar muncul
- Bab 113 Bunga Kampus yang Ketiga
- Bab 114 Selalu ada orang yang lebih hebat
- Bab 115 Putra Godi chen
- Bab 116 Chandra, Kamu Ditangkap (1)
- Bab 116 Chandra, Kamu Ditangkap (2)
- Bab 117 Ferdy Yang bertindak
- Bab 118 Keputusasaan Tanpa Akhir
- Bab 119 Lebih Baik Mati Daripada Hidup
- Bab 120 Pengemis Dan orang kaya generasi kedua (1)
- Bab 120 Pengemis dan orang kaya generasi kedua (2)
- Bab 121 Candra, Kamu Tamat (1)
- Bab 121 Chandra, Kamu Tamat ( 2)
- Bab 122 Ciuman Clara
- Bab 123 Kemarahan Ferdy
- Bab 124 Kobaran Api
- Bab 125 Hidup Mati
- Bab 126 Kematian Ruben Cai
- Bab 127 Ucapan Marie
- Bab 128 Menuju Ke Lokasi Perang
- Bab 129 Tuan Muda Ferdy Yang Susah Ditebak
- Bab 130 Ibuku Datang
- Bab 131 Keangkuhan Tuan muda Ferdy
- Bab 132 Api Peperangan Menyala
- Bab 133 Ibuku VS Tuan Muda Ferdy
- Bab 134 Berjuanglah Untuk Tetap Bertahan Hidup
- Bab 135 Air Mata Dua Wanita (1)
- Bab 135 Air Mata Dua Wanita (2)