Wahai Hati - Bab 29 Adegan Sebelum Acara Besar Dimulai (1)

Melihat tatapan Marie yang serius dan topik pembicaraan yang tiba-tiba berubah, hatiku berdegup beberapa kali. Aku menatapnya dua detik dan membuka mulut bertanya, “Ada apa? Jangan-jangan kamu ingin menyatakan perasaanmu kepadaku? Aku belum siap untuk berkencan.”

Meskipun aku masih kurang mengerti tentang asmara, tapi aku juga tidak sepenuhnya bodoh. Aku bisa merasakan Marie yang bertindak berbeda kepadaku, terlebihnya untuk masalah Olive, Marie terasa sedikit cemburu. Kurasa ia mungkin saja tertarik kepadaku. Sebenarnya aku juga tidak merasa aneh dengan Marie, mungkin saja karena terlalu cepat. Aku saja belum memastikan perasaanku kepadanya, tentunya tidak boleh langsung asal berkencan.

Marie tidak tahan memutar balik matanya dan mengerucut bibirnya berkata, “Apa yang kamu pikirkan? Apakah aku orang yang begitu asal?”

Seketika aku merasa canggung setelah mendengar perkataannya. Sepertinya aku memang kurang dalam hubungan asmara. Aku makin tidak mengerti pikiran seorang wanita. Marie hanya saja baik kepadaku dan benci kepada Olive, lalu aku mengira dirinya menyukaiku. Wanita yang cantik sepertinya, bagaimana mungkin menyukaiku.

Aku juga kurang mengerti perasaanku sekarang, entah senang atau kecewa. Bagaimanapun cukup canggung. Aku tidak berani melihat Marie lagi dan pelan-pelan berkata, “Maafkan aku yang salah paham. Masalah apa yang ingin kamu katakan?”

Marie terbatuk pelan dua kali, lalu berkata dengan malas. “Aku ingin membicarakan masalah Mike. Besok Mike akan keluar dari rumah sakit. Kudengar ia akan bersiap untuk menyatakan perasaannya kepada Olive di sekolah secara umum. Cara seperti ini menunjukkan bahwa Mike sungguh menyukai Olive, jadi aku berharap kamu tidak ikut campur masalah mereka lagi. Olive bukan anak kecil, siapa yang ia sukai, siapa yang ia terima, merupakan masalahnya. Hanya ia sendiri yang bisa memutuskannya!”

Mendengar ucapan Marie, hatiku seketika tersesak, ada rasa sesuatu yang tersangkut di dalam hatiku. Akal sehatku memberitahuku apa yang dikatakan Marie itu benar. Aku dan Olive tidak ada hubungan apapun. Aku tidak berhak untuk ikut campur hubungan asmara. Ia dan Mike berkencan adalah masalah mereka. Walaupun Mike sangatlah brengsek, juga tidak ada kaitan denganku, tapi perasaanku tidak dapat kukuasai. Rasa ini sangat membuatku murung. Sialan! Hentikan rasa ini!

Sebenarnya aku juga tahu alasan Marie memberitahuku ini semua dengan serius, menyuruhku untuk tidak ikut campur, karena ia takut aku akan gegabah, sehingga Mike akan kesal kepadaku. Ia tahu jelas kalau aku membuat Mike marah, itu tidak akan berakhir dengan baik. Aku mengerti kebaikan Marie dan memberi jawaban yang membuatnya tenang. “Kamu tenang saja. Aku tidak ada hubungan dengan Olive. Ia mau menerima cinta siapapun, juga tidak ada kaitan denganku. Aku tidak akan ikut campur!”

Saat aku mengatakan semua itu, aku juga membuat hatiku menerima ini semua. Jangan dipikirkan lagi, apa yang kulakukan sudah cukup. Aku pun sudah menyuruh Marie untuk mengingatkan Olive, tapi ia tidak ingin percaya, apa yang bisa kulakukan. Untuk apa menyusahkan diri demi ia?

Kerutan dahi Marie juga membaik setelah mendengar keputusanku. Ia menggunakan perasaan yang senang, minum kopinya bersama denganku lama disini. Dari kopi yang panas hingga dingin, adegan yang begitu sejahtera, Marie terus berbincang ria denganku dan aku juga menerimanya. Akhirnya, aku tidak bisa lagi tertawa setelah kembali dari kedai kopi.

Hatiku seperti ada sesuatu yang tersumbat, sehingga luka di dadaku ikut terasa sakit. Alisku pelan-pelan berkerut, raut wajahku terlihat sangat sedih. Setelah kembali sekolah makan malam, aku terus berada di asramaku. Buku yang kubaca tidak masuk ke otak. Aku juga tidak bisa melakukan apapun. Meskipun Andi datang mengajakku berbicara, aku juga tidak banyak menyautnya, terlihat tidak bersemangat.

Malam hari, aku cepat sekali berbaring di ranjang. Aku ingin tidur pagi, tapi tidak bisa. Sebenarnya aku merasa diriku terlalu berlebihan, padahal kehidupanku yang sekarang sudah sangat baik. Akhirnya tidak ada orang yang menganggu, tenang dan bebas, tapi aku sendiri yang mencari masalah. Aku sudah menenangkan diriku berkali-kali didalam hati, untuk tidak ikut campur masalah Olive. Tapi otakku terlintas lagi bayangan Olive, mau diusir pun tidak bisa!

Malam ini, aku tidak tidur karena seorang Olive!

Hari kedua, sinar matahari menyinari seluruh bumi, angin terasa sejuk, suhunya juga cocok, sepertinya Tuhan juga sedang memberi selamat kepada Mike untuk berhasil menyatakan perasaannya.

Aku berbaring di ranjang sambil melihat sinar matahari yang masuk kedalam kamar melalui celah jendela. Semua terasa sangat baik, tapi hatiku terus merasa kacau. Aku lebih ingin hari ini mendung, adanya hujan besar yang mengguyur suasana hati Mike yang baik itu.

Tapi sayangnya, diriku lagi yang tenggelam dalam rasa ini. Perasaan makin membludak, berbagai keraguan dan perjuanganku, lukaku juga ikut sakit. Aku tidak bisa bangun tidur, juga tidak ingin masuk kelas, makanan pun tidak kumakan, bagai mayat berjalan terus berbaring.

Siang hari, sekolah menjadi sangat ramai. Sebuah berita yang tersebar seluruh sekolah. Mike menyatakan perasaannya kepada Olive secara terbuka, dimana itu dilangsungkan di bawah kamar Olive berada.

Bagi mahasiswa yang suka gosip, ini merupakah berita besar yang menakjubkan. Sekolah seperti terjadi gempa, banyak orang yang melangkah kakinya besar pergi menuju asmara wanita, bahkan mahasiswa yang sedang makan di kantin pun ikutan pergi ke asmara wanita.

Andi teman sekamarku juga ikut senang mendengar berita ini. Ia berlari ke samping ranjangku dengan semangat dan berkata, “Chandra, jangan tidur lagi. Ada berita besar! Mike mau menyatakan perasaannya kepada Olive. Ayo cepat bangun dan pergi lihat!”

Ini merupakan berita besar bagi mereka, tapi bagiku...tidak perlu diungkit juga tak apa-apa.

Aku berkata kepada Andi dengan malas, “Aku tidak tertarik, kamu pergi saja!”

Lalu aku membalikkan tubuhku dan lanjut tidur.

Andi mengetahui sifatku yang tidak melakukan hal-hal yang tidak kuinginkan. Ia lebih memilih untuk tidak membujukku dan pergi langsung kesana.

Hal ini memang sangat menakjubkan, bahkan teman sekamarku yang hanya tahu main pun ikut pergi menyaksikan. Untuk si gemuk yang suka pamer itu sudah pergi ke tempat terlebih dahulu.

Hanya tersisa diriku sendiri di kamar, berbaring kesepian di ranjang. Aku seperti sudah tertidur seharian, tetapi kenyataannya aku sama sekali tidak pernah menutup mataku. Padahal sangat lelah, tapi tidak bisa tidur juga, karena aku sangat yakin bahwa Mike akan berhasil mendapatkan Olive.

Orang munafik seperti Mike, paling mementingkan mukanya. Ia tidak akan berani melakukan hal-hal yang tidak memastikan. Kalau kali ini, ia sudah bersiap untuk menyatakan perasaannnya, bahkan secara terbuka dan umum, maka ia pasti sudah yakin Olive akan menerimanya.

Membayangkan Olive dan Mike bersama, hatiku sungguh tidak merasa baik. Aku tidak tahan untuk terus berpikir, jangan-jangan rasa ini muncul hanya karena Mike adalah orang yang licik dan tidak cocok dengan Olive?

Kurasa tidak, bahkan alasan itu sudah tidak dapat meyakinkan diriku. Seketika hatiku muncul pikiran yang menakutkan, mungkin saja aku menyukai Olive?

Harus kuakui Olive memang terasa istimewa bagiku. Sekolah menengah atas tahun pertama, ia pindah ke sekolahku dan aku tertarik kepadanya untuk pandangan pertama. Ia sangat cantik dan memiliki cara berpakaian yang berbeda, memang sangat berbeda dengan gadis lain, sehingga mudah menarik perhatian orang. Lalu ia setiap hari menipuku. Aku memberikan uangnya tanpa menyesal. Ia bercanda bilang ia adalah istriku dan aku akan senang. Ia juga pernah memberikan kecupan untukku dan itu membuatku semangat seharian. Saat itu, meskipun aku selalu ditipu, tapi aku sangat senang.

Hingga hari itu ia melepaskan celanaku didepan satu kelas, itu benar-benar membuatku kehilangan harga diri dan sedih, tapi makin membuatku merasa Olive tidak pernah menganggapku. Pikiran itu semakin membuatku kesal dan marah, hingga Ibuku memukulnya di kelas, ia jadi tidak datang ke sekolah beberapa hari dan hatiku merasa kosong. Aku merindukan hari-hari dimana ia mempermainkanku. Semua perasaan ini seperti sedang menjelaskan hatiku berdegup demi dirinya.

Novel Terkait

My Cold Wedding

My Cold Wedding

Mevita
Menikah
5 tahun yang lalu
Harmless Lie

Harmless Lie

Baige
CEO
5 tahun yang lalu
Pernikahan Tak Sempurna

Pernikahan Tak Sempurna

Azalea_
Percintaan
4 tahun yang lalu
Inventing A Millionaire

Inventing A Millionaire

Edison
Menjadi Kaya
4 tahun yang lalu
Cinta Yang Dalam

Cinta Yang Dalam

Kim Yongyi
Pernikahan
4 tahun yang lalu
Beautiful Lady

Beautiful Lady

Elsa
Percintaan
4 tahun yang lalu
Satan's CEO  Gentle Mask

Satan's CEO Gentle Mask

Rise
CEO
4 tahun yang lalu
Precious Moment

Precious Moment

Louise Lee
CEO
4 tahun yang lalu