Wahai Hati - Bab 124 Kobaran Api
Tunjukkan tangan pemilik restoran kali ini benar benar sama saja mendorong semua masalah ini agar jatuh ke tanggung jawabku, sikapnya ini tentu saja membuatku menjadi tersangka utama di mata mereka semua.
Tatapan setiap orang tertuju kepadaku, aku merasakan ada kobaran api di dalam tubuhku yang membuatku merasa sangat panas, harapan yang aku harapkan sebelumnya dari pemilik resto seketika terbakar habis! Pada awalnya ketika pemilik restoran sudah menjelaskan kenyataan sebenarnya maka aku akan memiliki kesempatan untuk bebas dari tuduhan ini, tetapi siapa sangka jika dia malah mengatakan bahwa akulah yang memerintahkannya untuk memberikan obat itu kedalam mangkok mi Clara, hal itu membuat harapan dalam diriku langsung sirna, aku berkali kali masuk kedalam pusaran air yang dalam, aku berusaha untuk bertahan dan bangkit, tetapi akhirnya aku malah terjerumus lebih dalam lagi kedalam pusaran itu.
Aku merasakan kekecewaaan yang sangat dalam, kegelapan, ketakutan, ketidakberdayaan, dan juga penderitaan menyeruak menyelimuti sekujur tubuhku. Hatiku saja sampai gemetaran, dan kepalaku terasa sangat pusing. Aku tau jika setelah ini aku bakal benar benar tamat. Orang yang merencanakan semua ini sudah mengatur semuanya sedetail mungkin tanpa ada celah sedikitpun, aku hanya memiliki sebuah mulut yang bisa aku andalkan, dan pada saat ini mulutku ini benar benar tidak berguna. Mungkin juga Ferdy sama sekali tidak akan percaya kepadaku lagi, dan sekarang bahkan Clara sudah mulai mencurigaiku, jika semua ini hanya kebetulan, dia juga tidak akan mempercayainya, bahkan jika itu kebetulan juga tidak akan sampai sekebetulan ini. Dan ditambah lagi, pemilik restoran ini sudah menunjukku, jika aku lah dalang dibalik semua ini, aku juga sudah berciuman dengan Clara, ini adalah kenyataan yang tidak bisa terbantahkan, sekarang bahkan Clara tidak mungkin percaya kepadaku lagi.
Kali ini emosi ferdy kembali meluap luap, emosi yang berhasil dia redam sebelumnya sekarang membeludak untuk sekali lagi, aura membunuh terpancar dari kedua matanya, dia membalikkan badannya, dan kedua matanya menatap tepat ke kedua mataku, dia bertanya dengan geram, “Chandra, apa lagi yang ingin kamu katakan?”
Aku sudah bisa merasakan aura membunuh dalam kedua mata yang dipancarkan oleh Ferdy, jika aku benar benar mati di tangan Ferdy kali ini, maka masibku akan jauh lebih menyedihkan dibandingkan seekor burung puyuh yang meringkuk di pojokan. Aku tidak ingin mati begitu saja, aku menggunakan semua tenaga terakhir yang aku miliki untuk mulai menjelaskan kembali, “bukan aku yang memerintahkannya, dia berbohong, dia sedang berbohong!”
Teriakan ku kali ini benar benar mengejutkan semua orang, aku berteriak hingga dadaku terasa sangat sakit dan sesak, dan sekujur tubuhku menjadi tidak nyaman.
Pemilik restoran setelah mendengarkan apa yang aku katakan langsung berdalih, “aku tidak berbohong, itu benar memang dirinya, dia memberikan obat itu kepadaku untuk dimasukkan kedalam mi yang di pesan nona itu, jika aku tidak melakukan apa yang dia perintahkan, maka dia akan membunuhku, dia juga mengatakan jika terjadi sesuatu maka dia lah yang akan bertanggung jawab, setelah masalah ini selesai dia juga akan memberikanku banyak uang untuk meninggalkan tempat ini!”
Pemilik restoran itu membuat cerita dengan sangat sempurna tanpa celah sedkitpun, nada bicaranya juga sangat meyakinkan, jika orang yang dia tuduh bukan diriku, maka aku saja akan percaya akan apa yang dia katakan, dari perkataannya itu benar benar tidak ditemukan celah sedikitpun, ekspresi di wajahnya juga tidak terlihat jika dia sedang berbohong. Mungkin orang yang ingin mencelakaiku itu menggunakan perkataan persis seperti apa yang dia katakan untuk mengancam si pemilik restoran, apa yang dikatakannya terdengar sangat nyata, hanya saja dia mengganti sosok yang mengancamnya itu menjadi diriku.
Seakarang Clara juga mempercayai apa yang dikatakan oleh pemilik restoran, dia tidak lagi mencoba untuk membantuku lepas dari masalah ini, kemarahan menyeruak ke dalam dirinya, dia bertanya kepadaku dengan kedua matanya yang memerah, “Chandra, kenapa kamu melakukan semua itu?”
Aku menggelengkan kepala, berkata dengan suara yang gemetaran, “ini benar benar bukan aku yang melakukannya, aku tau jika status kalian tidaklah sederhana, aku tau jika kalian adalah orang yang tidak boleh sampai tersentuh, bagaimana mungkin aku sampai berani melakukan hal semacam ini!”
Perkataan ini aku katakan dengan penuh ketulusan, aku sudah melepaskan semua harga diri hanya demi mendapatkan kepercayaan dari mereka, tetapi mereka masih saja tidak percaya akan apa yang aku katakan, mereka hanya percaya akan apa yang mereka lihat dengan mata kepala mereka sendiri.
Terutana Ferdy, dia sudah menganggapku sebagai tersangka, dan tanpa ragu berjalan kedepanku, mengayunkan kakinya beberapa kali ke tubuhku, “bagaimana mungkin kamu tidak berani melakukannya, bukankah beberapa hari yang lalu kamu datang kemari untuk mencariku? Kamu sengaja datang kemari dan bertanya kepadaku mengenai apakah aku yang mencelakaimu, waktu itu aku bisa melihat dengan jelas dendam yang ada dalam kedua matamu, bukankah kamu tidak bisa membalasku jadi kamu membalaskannya kepada Clara?”
Tendangan yang Ferdy ayunkan ke tubuhku benar benar sangat keras, rasanya tulangku sampai remuk karenanya, tubuhku pada awalnya sudah terluka serius, dan sekarang menjadi semakin parah, aku merasakan sakit yang teramat dalam, tidak berdaya, dan juga sangat menderita, di dalam tenggorokanku rasanya sudah penuh dengan darah, napasku terengah engah, tetapi aku masih saja berusaha untuk membuat mereka percaya, “aku tidak melakukannya!”
Aku mengatakan ketiga kata itu dengan tidak jelas, hanya saja ekspresi di wajahku menunjukkan keteguhan yang kuat, dan terlihat jika aku benar benar mencoba untuk menjelaskan kejadian yang sebenarnya.
Ferdy tentu saja tidak percaya akan perkataanku, setelah mendengarkan penjelasanku dia kembali menghajarku. Tetapi kali ini Clara tiba tiba mengatakan sesuatu, “tunggu dulu.”
Setelah mengatakan itu Clara langsung melangkahkan kakinya sampai kedepan tubuhku, dia menatapku, dan berkata lirih, “kalau begitu katakanlah, kenapa kamu bisa sampai datang kemari?”
Mungkin ketulusanku sudah menyentuh hati nurani Clara, atau mungkin keteguhanku menggerakkan hatinya, dan karena itu dia memberikan kesempatan untukku menjelaskan semuanya. Pada awalnya dia tidak memiliki alasan lagi untuk percaya kepadaku, tetapi masalah ini terlalu besar untuknya, dia tidak akan melepaskan seseorang yang ingin mencelakainya, jadi dia harus mengusut masalah ini hingga jelas, apakah dalang dibalik semua ini adalah aku atau bukan, dia ingin menuntaskan semuanya.
Setelah mendengar perkataan Clara rasanya aku menjadi memiliki secercah harapan, iya, teman yang mengaku sebagai teman Clara adalah penentu dari masalah ini. Dia lah yang memintaku datang kemari, dan kemudian aku berkata kepada Clara tanpa ragu, “aku tadinya berada di sekolah, tetapi tiba tiba ada satu temanmu yang mendekatiku dan mengatakan jika kamu memiliki masalah yang ingin kamu katakan kepadaku, jadi aku langsung datang kemari!”
Begitu mendengar penjelasanku Clara terlihat mengerutkan keningnya, kemudian dia berkata heran, “aku mencarimu? Aku tidak pernah mencarimu walau hanya sekali, teman yang kamu maksud itu siapa namanya?”
Setelah mendengar pertanyaan yang di ajukan oleh Clara, hatiku yang sebelumnya memiliki secercah harapan seketika kembali suram. Perempuan itu ternyata membohongiku, dia pasti tidak berkata jujur, dia mengatakan jika dia adalah teman Clara, dan itu pasti adalah suatu kebohongan, dia tidak memberitahuku akan namanya, sampai sampai dia memiliki perawakan seperti apa saja sekarang aku sudah tidak ingat lagi, dia hanya muncul sekejap di depanku kemudian langsung pergi, saat itu setelah mengetahui jika Clara mencariku karena ingin mengatakan sesuatu kepadaku aku menjadi melupakan sosok perempuan itu.
Mungkin jika dia muncul kembali kedepanku, aku juga belum tentu bisa mengenalinya, dan ditambah lagi aku tidak tau dia pergi kemana setelah itu, aku juga tidak yakin apakah dia murid dari sekolah kami atau bukan, dunia begitu besar, kemana aku harus mencari sosok dirinya, dan ditambah lagi saat dia mencariku di sekolah kebetulan aku sedang sendirian, aku tidak memiliki saksi untuk menjamin akan apa yang aku katakan, siapa yang akan percaya dengan perkataanku ini, mereka pasti berpikir jika itu semua adalah karangan yang sudah aku susun di benakku.
Rasanya aku sangat frustasi hingga ingin mati, entah bagaimanapun aku masih harus menjelaskan. Aku menatap Clara dengan dalam, dan berkata dengan meyakinkan, “aku tidak tau siapa dia, dia hanya mengatakan jika dia adalah temanmu, dia mengatakan jika kamu memiliki hal penting yang ingin kamu sampaikan kepadaku, jadi aku menganggap perkataannya dengan serius.”
Perkataanku ini benar benar lemah karena tidak ada bukti yang akan menjaminnya, tetapi tatapan kedua mataku sangatlah serius, aku berharap Clara bisa melihat ketulusan dan kejujuranku, hanya saja Clara tidak akan menentukan benar atau salah hanya dengan melihat tatapan kedua mataku. Dia hanya tau jika perkataanku tidak bisa dipercaya, semua bukti terarah kepadaku, tidak mungkin jika dia tidak menaruh curiga kepadaku.
Ferdy makin percaya akan pemikiran dalam benaknya, dia sudah tidak ingin berbasa basi lagi denganku, dan langsung berkata dengan menohok kepadaku, “Chandra, aku pikir kamu sudah mendapatkan pengajaran sebelumnya, dan kamu akan menjadi patuh, tetapi aku tidak menyangka jika kamu masih saja mendongakkan kepalamu dengan lantang dan memprovokasiku, kamu sama saja dengan cari mati!”
Saat dia mengatakan semua itu aura membunuh yang terpancar dalam dirinya semakin pekat, aura itu benar benar sangat menakutkan, dan membuat orang yang mendengarnya merinding dan ngeri.
Aku merasa jika aku sudah masuk kedalam gerbang neraka, aura yang Ferdy pancarkan datang terlalu tiba tiba, dan membuatku langsung panik dan tidak berdaya. Jantungku berdebar sangat kencang, aku tidak menemukan alasan yang tepat lagi untukku menjelaskan diri, aku hanya bisa berkata dengan terputus putus, “bukan aku yang melakukannya, ini benar benar bukan aku yang melakukannya!”
Jika bisa, rasanya ingin sekali aku mengeluarkan hatiku untuk kalian lihat dan membuktikan ketidakbersalahanku, tapi siapa yang bisa melihat kenyataan dalam hatiku yang sudah sangat lelah dan terluka ini?
Ferdy yang begitu kejam sama sekali tidak peduli dengan semua ini. Dia sudah memberikan eksekusi hukuman mati kepadaku sepenuhnya, dia bahkan berkata tanpa melihatku sekalipun, “bereskan semua ini untukku.”
Setelah itu dia menarik Clara dan berkata, “ayo kita pergi.”
Setelah itu, Ferdy, Clara, dan juga dokter hebat bernama Nash hingga kedua pengawal berbaju hitam berjalan keluar dari dalam ruangan, di dalam ruangan itu hanya tersisa aku yang sedang meringkuk di atas lantai dan juga pemilik restoran yang masih berlutut.
Kedua pengawal berbaju hitam keluar paling terakhir diantara mereka dari dalam ruangan, aku melihat pintu berwarna merah yang perlahan menutup, dan pada saat itu juga hatiku terasa gemetaran, aku sedikit tidak mengerti akan apa maksud dari ferdy!
Saat aku sedang sibuk dengan dugaanku, tiba tiba aku menyadari jika dari celah pintu aku melihat ada cairan masuk, itu adalah bensin. Dan setelah itu terdengar suara cemas Clara, “ferdy, kamu tidak harus mengakhirinya dengan seperti ini kan, masalahnya masih belum jelas, bagaimana jika Chandra memang dijebak?”
Kemudian Ferdy menjawab acuh, “entah itu dijebak atau bukan sudah tidak penting lagi, yang jelas dia memiliki niat buruk kepadamu, dia melecehkanmu, dan dia pantas mendapatkan hukuman mati, aku sudah mengatakan jika dia kembali menyentuh urusanku, maka dia harus mati, kali ini siapapun tidak ada yang akan menyelamatkannya!”
Setelah mendengar apa yang Ferdy katakan, Clara terlihat terdiam, dia mengerti jelas Ferdy itu orang yang seperti apa, Clara tau benar jika dia sudah memutuskan sesuatu maka dia tidak akan mengubah keputusannya, dan tidak akan ada yang bisa mempengaruhinya. Bagaimana lagi Clara hanya bisa berkata, “pemilik restoran juga berada di dalam. Dia tidak bersalah!”
Ferdy berkata kejam, “meskipun dia bukan pelaku utama, tetapi dia juga membantunya melakukan rencananya, dia juga harus mati!”
Saat mengatakan hal itu tatapannya terlihat sangat dingin, aura membunuh dalam dirinya terlihat sangat menakutkan, dia selama ini tidak pernah berbelas kasih, dia membunuh orang sama dengan membunuh semut saja, dia melakukannya tanpa ragu ragu. Masalah kali ini benar benar sudah sampai batas kesabarannya. Perempuan miliknya tersentuh oleh orang lain, ini adalah hal yang tidak bisa ditolerir, semua orang yang terlibat maka harus mendapatkan balasan yang menyedihkan.
Wajah pemilik restoran langsung memucat saat mendengar percakapan yang terjadi diantara ferdy dan Clara, dia awalnya berpikir jika asalkan dia melimpahkan semua kesalahan kepadaku maka dia akan baik baik saja, tetapi dia tidak menyangka jika dia juga harus mati, hal ini benar benar membuatnya menggila. Seketika dia langsung beranjak dari lantai, dan berjalan mendekat ke arah pintu dengan gemetaran dan langkah gontai, berusaha untuk membuka pintu.
Tetapi sialnya pintu berwarna merah itu sudah terkunci dari luar, pemilik itu sama sekali tidak bisa keluar dari ruangan ini, dalam kegelisahannya dia hanya bisa mencoba menggebrak gebrak pintu, tetapi pada saat itu tiba tiba api mulai tersulut, dan berjalan merangkak seiring bensin yang juga tercecer di lantai.
Pemilik restoran sudah terlanjur menginjak bensin di lantai, dan seketika tubuhnya langsung terbakar, dan membuatnya menjadi meloncat loncat tidak karuan, dia mencoba mematikan api yang berkobar ditubuhnya, berteriak meminta tolong dengan sangat menyedihkan, suaranya benar benar membuat orang yang mendengarnya terenyuh tidak tega.
Kemudian siapa yang akan menggubrisnya?
Yang menyambut teriakannya hanyalah kobaran api yang semakin menggila di tubuhnya, di dalam ruangan ini ada begitu banyak perabotan yang terbuat dari kayu dan benda lain yang mudah terbakar, kobaran api menjadi semakin tidak terkondisikan, dan membuat seluruh ruangan terbakar.
Aku masih saja meringkuk di pojokan dengan tubuh tidak berdaya, aku juga tidak bisa menghindar dari kobaran api disekitarku, baju yang aku pakai juga mulai terbakar, kobarannya benar benar terasa sangat menyakitkan di kulitku, seluruh tubuhku sudah tidak kuat menahan sakit, dan sekarang malah ditambah dengan kobaran api yang menyentuh kulitku, sangat panas, napasku mulai terngah engah, dan hatiku sudah terasa mati.
Kedua tanganku tidak memiliki tenaga, dan begitu juga dengan sekujur tubuhku, keputusasaan melahap habis diriku, kobaran apipun tidak kalah kejam kepadaku, cahaya api memantul di depan wajahku, hingga membuatku terlihat semakin menyedihkan, kedua mataku sudah tidak sanggup lagi menatap kobaran api yang sangat menyilaukan ini, mulutku gemetaran menggerutu dan masih kekeh dengan keputusanku, “aku dijebak, aku dijebak!”
Novel Terkait
Habis Cerai Nikah Lagi
GibranMbak, Kamu Sungguh Cantik
Tere LiyeAkibat Pernikahan Dini
CintiaAdore You
ElinaMy Superhero
JessiCinta Seorang CEO Arogan
MedellineMilyaran Bintang Mengatakan Cinta Padamu
Milea AnastasiaYou're My Savior
Shella NaviWahai Hati×
- Bab 1 Kekokohan Ibuku (1)
- Bab 1 Kekokohan Ibuku (2)
- Bab 2 Bu, Maaf (1)
- Bab 2 Bu, Maaf (2)
- Bab 3 Berjuang untuk bangkit kembali (1)
- Bab 3 Berjuang untuk bangkit kembali (2)
- Bab 4 Pria Perkasa (1)
- Bab 4 Pria Perkasa (2)
- Bab 5 Kemunculan Olive
- Bab 6 Kegaduhan Kantin (1)
- Bab 6 Kegaduhan Kantin (2)
- Bab 7 Sudah Lama Tidak Bertemu(1)
- Bab 7 Sudah Lama Tidak Bertemu(2)
- Bab 8 Musuhku(1)
- Bab 8 Musuhku(2)
- Bab 9 Sebelum badai datang
- Bab 10 Gunung satu itu lebih besar dari gunung lain (1)
- Bab 10 Gunung satu itu lebih besar dari gunung lain (2)
- Bab 11 Suara yang tidak asing (1)
- Bab 11 Suara yang tidak asing (2)
- Bab 12 Lepaskan Gadis Itu (1)
- Bab 12 Lepaskan Gadis Itu (2)
- Bab 13 Menjadi Pahlawan
- Bab 14 Lalat yang menganggu (1)
- Bab 14 Lalat yang menganggu (2)
- Bab 15 Bunga kampus yang seksi (1)
- Bab 15 Bunga kampus yang seksi (2)
- Bab 16 serangan yang terbuka mudah untuk ditangani, serangan kegelapan sulit untuk dihindari
- Bab 17 Harimau ingin menunjukkan kekuatan
- Bab 18 Aksi Balas Dendam
- Bab 19 Apa yang ditakutkan pasti akan terjadi
- Bab 20 Momen Menegangkan
- Bab 21 Marie Hu yang menggoda (1)
- Bab 21 Marie Hu yang menggoda (2)
- Bab 22 Tendangan yang Intimidasi (1)
- Bab 22 Tendangan yang Intimidasi (2)
- Bab 23 Majikan dan Anjingnya
- Bab 24 Pertemuan yang Tak Terhindari (1)
- Bab 24 Pertemuan yang Tak Terhindari (2)
- Bab 25 Rencana Licik (1)
- Bab 25 Rencana Licik (2)
- Bab 26 Satu Langkah Lagi
- Bab 27 Melukai Diri untuk Mendapatkan Kepercayaan
- Bab 28 Cinta dan Tidak Cinta
- Bab 29 Adegan Sebelum Acara Besar Dimulai (1)
- Bab 29 Adegan Sebelum Acara Besar Dimulai (2)
- Bab 30 Chandra, Aku Mencintaimu (1)
- Bab 30 Chandra, Aku Mencintaimu (2)
- Bab 31 Aura Seorang Ratu
- Bab 32 Pilihanmu Tidak Salah
- Bab 33 Pencegatan Mike
- Bab 34 Penyiksaan yang Kejam
- Bab 35 Ia adalah Ten Zhou
- Bab 36 Satu yang Menjaga, Tidak Ada yang Berani Menyerang
- Bab 37 Dendam dan Kewajiban
- Bab 38 Kecelakaan Gunawan
- Bab 39 Tokoh Kecil yang Tidak Dianggap
- Bab 40 Olive yang Sangat Terkejut
- Bab 41 Memancing ke dalam Jebakan
- Bab 42 Mike Berlutut
- Bab 43 Aura Pemenang
- Bab 44 Menginjak Jalan yang Buruk
- Bab 45 Amarah Ten Zhou (1)
- Bab 45 Amarah Ten Zhou (2)
- Bab 46 Pertarungan
- Bab 47 Tidak Ada yang Bisa Menaklukkanku
- Bab 48 Mencari Masalah
- Bab 49 Dua puluh miliar, itu hal yang kecil
- Bab 50 Menarik Uang
- Bab 51 menganggapmu ayah jika kaya
- Bab 52 keagungan
- Bab 53 Fetrin yang Percaya Diri
- Bab 54 Pengemis Tua
- Bab 55 Ada Uang, Sombong
- Bab 56 Krisis Ekonomi Keluarga Hu
- Bab 57 Merasa Terkejut
- Bab 58 Mike Kembali
- Bab 59 Datang Sendiri
- Bab 60 Boleh Membunuh Tapi Tidak Boleh Menghina
- Bab 61 Satu panggilan kak Chandra
- Bab 62 Mati dan hidup bersama
- Bab 63 Tidak berhenti sampai mati
- Bab 64 Insiden sensasional kampus (1)
- Bab 64 Insiden sensasional kampus (2)
- Bab 65 Pertarungan Besar Dimulai (1)
- Bab 65 Pertarungan Besar Dimulai (2)
- Bab 66 Waktu kematian sudah datang
- Bab 67 Perbuatan tercela Mike
- Bab 68 Fetrin Tiba
- Bab 69 Tuan Muda, Aku Terlambat
- Bab 70 Menjalani Keputusan Tuhan
- Bab 71 Amarah Michael Li
- Bab 72 Remehan Fetrin
- Bab 73 Bahaya Menyerang
- Bab 74 Namaku Jeno (1)
- Bab 74 Namaku Jeno (2)
- Bab 75 Michael Li Yang Jago
- Bab 76 Ada Orang di dalam Rumah
- Bab 77 Insting Orang hebat
- Bab 78 Malam yang Menakutkan(1)
- Bab 78 Malam yang Menakutkan(2)
- Bab 79 Jangan Mengulang ke Tiga Kalinya
- Bab 80 Orang Hebat Pertama di Kota (1)
- Bab 80 Orang Hebat Pertama di Kota (2)
- Bab 81 Olive Yang Pasrah (1)
- Bab 81 Olive Yang Pasrah (2)
- Bab 82 Balasan
- Bab 83 Posisi Defensif Michael Li
- Bab 84 Dia, adalah Fetrin (1)
- Bab 84 Dia, adalah Fetrin (2)
- Bab 85 Kematian Michael Li
- Bab 86 Kejadian saat itu
- Bab 87 Ayahmu
- Bab 88 Perasaan gelisah yang kuat.
- Bab 89 Perselisihan di Villa Keluarga Hu
- Bab 90 Sekeliling penuh dengan musuh
- Bab 91 Tuan Chandra
- Bab 92 Halo, Nama Aku Ruben
- Bab 93 Kamu Pantas Bertarung Denganku? (1)
- Bab 93 Kamu Pantas Bertarung Denganku? (2)
- Bab 94 Ruben Yang Misterius (1)
- Bab 94 Ruben Yang Misterius (2)
- Bab 95 Malu Ekstrim
- Bab 96 Tidur Seranjang Dengan Olive (1)
- Bab 96 Tidur Seranjang Dengan Olive (2)
- Bab 97 Kita Putus Saja (1)
- Bab 97 Kita Putus Saja (2)
- Bab 98 Kebencian
- Bab 99 Orang Belakang Ruben
- Bab 100 Kehadiran Fetrin dengan Penampilan yang Sombong (1)
- Bab 100 Kehadiran Fetrin dengan Penampilan yang Sombong (2)
- Bab 101 Menatap Semua orang
- Bab 102 Bersebrangan Dengan Marie Hu
- Bab 103 Ruben Yang Penuh Percaya Diri
- Bab 104 Tangkap Ruben dengan cara apapun
- Bab 105 Pertempuran Sengit
- Bab 106 Amarah Ruben
- Bab 107 Chris VS Ruben
- Bab 108 Kemampuan Fetrin
- Bab 109 Marie Berlutut
- Bab 110 Membalas Dendam Kepada Ruben
- Bab 111 Maaf, Aku Tidak Terima
- Bab 112 Pria Besar muncul
- Bab 113 Bunga Kampus yang Ketiga
- Bab 114 Selalu ada orang yang lebih hebat
- Bab 115 Putra Godi chen
- Bab 116 Chandra, Kamu Ditangkap (1)
- Bab 116 Chandra, Kamu Ditangkap (2)
- Bab 117 Ferdy Yang bertindak
- Bab 118 Keputusasaan Tanpa Akhir
- Bab 119 Lebih Baik Mati Daripada Hidup
- Bab 120 Pengemis Dan orang kaya generasi kedua (1)
- Bab 120 Pengemis dan orang kaya generasi kedua (2)
- Bab 121 Candra, Kamu Tamat (1)
- Bab 121 Chandra, Kamu Tamat ( 2)
- Bab 122 Ciuman Clara
- Bab 123 Kemarahan Ferdy
- Bab 124 Kobaran Api
- Bab 125 Hidup Mati
- Bab 126 Kematian Ruben Cai
- Bab 127 Ucapan Marie
- Bab 128 Menuju Ke Lokasi Perang
- Bab 129 Tuan Muda Ferdy Yang Susah Ditebak
- Bab 130 Ibuku Datang
- Bab 131 Keangkuhan Tuan muda Ferdy
- Bab 132 Api Peperangan Menyala
- Bab 133 Ibuku VS Tuan Muda Ferdy
- Bab 134 Berjuanglah Untuk Tetap Bertahan Hidup
- Bab 135 Air Mata Dua Wanita (1)
- Bab 135 Air Mata Dua Wanita (2)