Wahai Hati - Bab 10 Gunung satu itu lebih besar dari gunung lain (2)
Aku meluruskan tulang belakangku, menghadap Gunawan, dan berkata, "Aku bilang, jangan paksa aku!"
Beberapa kata dengan kuat, pada saat yang sama, tanganku sedang merogoh ke saku celana, memegang gagang pisau pegas, mataku melotot tajam, aku tidak akan lagi melarikan diri, Ayomaju keluarkan semuanya!
Untuk sesaat, ruang kelas yang besar tiba-tiba menjadi sunyi senyap. Para siswa olahraga yang datang kepadaku semua berhenti, wajah mereka sangat terkejut, dan semua orang tidak percaya. Aku dapat menunjukkan ekspresi ini di saat seperti itu. Terutama Gunawan, wajahnya terlihat berubah, seperti sedang memakan kotoran, sangat jelek, ia telah dibuat marah olehku. Tiba-tiba, dia mengulurkan tangannya, melingkarkannya di sekeliling leherku, mendorongku ke dinding, dan berteriak padaku, "Kau ingin mati, maka aku akan penuhi permintaanmu!"
Kekuatan Gunawan sangat kuat, dan tangan yang mencengkeram leherku juga sangat kuat, seolah-olah ada dorongan kuat untuk mencekikku.
Aku merasa terengah-engah dan leherku sakit, tetapi ekspresiku teteap masih dingin, api di hatiku terbakar dengan cepat. Gunawan, kau memperlakukanku seperti anjing, ia menindasku, aku seperti sepotong tahu, juga emosi ku dipancing keluar olehnya, aku tidak tahan lagi! Saat ini, aku tidak punya pikiran lain, aku hanya ingin mengeluarkan amarah di dalam diriku, apapun yang terjadi, biarlah. Aku pun hanya tersenyum, dan kemudian mengeluarkan suara dari tenggorokan ku yang tersedak: "Kau yang cari mati!"
Selesai bilang itu, aku pun meremas pegangan pisau dengan erat dan berusaha untuk mengeluarkan pisau pegas itu, tetapi saat itu, tiba-tiba terdengar suara pintu depan kelas yang ditendang, disertai dengan suara keras: "Hentikan!"
Bagi ku, suara ini bagaikan baskom berisi air es yang langsung memadamkan api amarahku, dan aku memalingkan kepala ku dan melihat kearah pintu. Kali ini, penyelamatku yang keluar pada saat kritis bukanlah Olive, tetapi seorang pria, anak laki-laki berpakaian olahraga putih.
Aku tidak kenal banyak orang di sekolah, tetapi aku kenal bocah ini. Namanya Mike. Ia adalah siswa terkenal di sekolah. Ia tampan, dengan tubuh yang kuat, kepribadian yang lembut, dan berkemampuan, keluarganya yang kaya raya dan memiliki kekuasaan. Kedua, dia menjadi wakil ketua OSIS di sekolah, dia adalah idola para gadis, seperti Olive, dia adalah pusat perhatian di sekolah, bersinar dimana-mana.
Oleh karena itu, begitu Mike muncul, dia segera menyebabkan kerusuhan, seketika depan pintu menjadi ramai. Banyak orang tidak sabar untuk masuk ke ruang kelas. Aku jadi merasa malu dengan leherku yang sedang dicekik Gunawan di depan banyak orang.
Harga diriku menajadi jatuh lagi dan lagi, dan sudah jatuh ke titik puncaknya, tetapi aku tidak peduli sekarang, aku hanya ingin tahu bagaimana Mike bica muncul di waktu yang tepat. Dan juga, Gunawan yang sedang mencekik leherku juga terkejut. Dia dengan cepat melepaskanku dan tersenyum pada Mike: "Mike, mengapa kau di sini?"
Sekarang aku sedang melihat bahwa masih ada gunung yang lebih tinggi dibanding gunung lain. Gunawan seperti seorang kaisar yang bisa menyeretku. Sekarang di hadapan Mike, ia telah menjadi seorang prajurit kecil, dengan pujian di wajahnya.
Memang, Mike adalah mahasiswa tingkat dua dan wakil ketua OSIS. Dia memiliki koneksi yang luas di sekolah. Ia Gunawan hanya seorang mahasiswa baru kelas satu. Tidak peduli seberapa kuat dia, dia tidak akan pernah berani menyinggung Mike.
Mike tidak terlalu memperhatikan senyum Gunawan. Dia memasuki ruang kelas dan melihat situasi kelas sambil berjalan. Akhirnya, dia berhenti di depan Gunawan dan bertanya dengan dingin, "Apakah membuat masalah lagi?"
Nada suara Mike sangat dingin, tetapi terdengar seperti keagungan yang tak terbatas. Dia sendiri, memiliki kekuatan yang besar. Kelompok Gunawan tiba-tiba terlihat pucat di hadapannya. Dapat dilihat bahwa Mike bukan orang biasa.
Gunawan tidak berani mengabaikan Mike, dan buru-buru menjelaskan: "Tidak, mana mungkin aku membuat masalah. Aku hanya di sini untuk berbicara dengan Chandra, hanya bercanda, tidak ada konflik!"
Setelah Mike mendengarkan, dia berbalik menatapku, dan bertanya dengan ringan, "Begitukah?"
Mendengar pertanyaan Mike, tatapan kejam Gunawan melirikku, dia jelas-jelas mengancamku dan mengisyaratkanku untuk tidak sembarang menjawab.
Tentu saja aku tidak peduli dengan ancaman Gunawan, aku juga tidak ingin mengungkap kejahatan Gunawan. Lagi pula, sudah tidak mungkin aku dan dia untuk berdamai, dan berkompromi tidak berguna. Namun, aku tidak tahu persis dari mana Mike berasal. Bahkan jika aku mengatakan yang sebenarnya, dia belum tentu mendukung ku. Aku tidak perlu merasa tidak nyaman. Oleh karena itu, aku melawan kata hatiku dan mengatakan: "Ya, kita sedang bermain-main! "
Mike mengangguk dengan serius, dan kemudian kembali fokus pada Gunawan, dengan nada tajam: "Gunawan, aku tidak peduli bagaimana kau membuat masalah, tapi aku harap lain kali kau tidak mencari masalah lagi dengan Chandra! "
Kata-kata Mike bukan sebuah peryataan, tetapi sebuah perintah, perintah yang tidak perlu dipertanyakan, perintah yang berisi ancaman.
Gunawan yang diberitahu oleh Mike, wajahnya terlihat jelas ada perasaan kesal, tetapi dia tampaknya tidak berani menantang Mike, tetapi dia bingung dan bertanya, "Mengapa?"
Mike menyapu alisnya, : "Tidak ada alasan, kau hanya harus mengerti, jika kau menindas Chandra lagi, kau akan berurusan denganku!"
Pada saat ini, Mike benar-benar seperti raja. Dia memperlihatkan keagunganya, dalam nada suaranya, dia sangat percaya diri, yang merupakan semacam kepercayaan diri yang tidak memerlukan kepura-puraan. Tidak ada yang bisa menolak pesona ini. Kerumunan gadis mengawasi dari depan pintu, bahkan air liur mereka hampir mengalir keluar, dan perasaan manusia tidak bisa menahan diri untuk berbisik: "Sangat tampan!"
Mata semua orang yang menyembah Mike, dan terlihat pandanganku yang hina, membentuk kontras tajam dengan tampilan ku, aku seperti kecoak di parit yang bau, dan Mike seperti dewa di atas langit, yang membuat orng mengaguminya. Bahkan aku, aku bahkan tidak merasa nyaman dengan sosok karismatik ini, tetapi satu hal yang aku tidak mengerti, mengapa Mike membantu aku?
Ketika aku bingung, Mike mengabaikan Gunawan dan berjalan ke arah aku, lalu dia meletakkan tangannya di bahu aku dan berkata dengan lembut, "Ayo pergi!"
Novel Terkait
Mi Amor
TakashiMr Huo’s Sweetpie
EllyaGue Jadi Kaya
Faya SaitamaUnplanned Marriage
MargeryIstri Yang Sombong
JessicaMenantu Bodoh yang Hebat
Brandon LiWahai Hati×
- Bab 1 Kekokohan Ibuku (1)
- Bab 1 Kekokohan Ibuku (2)
- Bab 2 Bu, Maaf (1)
- Bab 2 Bu, Maaf (2)
- Bab 3 Berjuang untuk bangkit kembali (1)
- Bab 3 Berjuang untuk bangkit kembali (2)
- Bab 4 Pria Perkasa (1)
- Bab 4 Pria Perkasa (2)
- Bab 5 Kemunculan Olive
- Bab 6 Kegaduhan Kantin (1)
- Bab 6 Kegaduhan Kantin (2)
- Bab 7 Sudah Lama Tidak Bertemu(1)
- Bab 7 Sudah Lama Tidak Bertemu(2)
- Bab 8 Musuhku(1)
- Bab 8 Musuhku(2)
- Bab 9 Sebelum badai datang
- Bab 10 Gunung satu itu lebih besar dari gunung lain (1)
- Bab 10 Gunung satu itu lebih besar dari gunung lain (2)
- Bab 11 Suara yang tidak asing (1)
- Bab 11 Suara yang tidak asing (2)
- Bab 12 Lepaskan Gadis Itu (1)
- Bab 12 Lepaskan Gadis Itu (2)
- Bab 13 Menjadi Pahlawan
- Bab 14 Lalat yang menganggu (1)
- Bab 14 Lalat yang menganggu (2)
- Bab 15 Bunga kampus yang seksi (1)
- Bab 15 Bunga kampus yang seksi (2)
- Bab 16 serangan yang terbuka mudah untuk ditangani, serangan kegelapan sulit untuk dihindari
- Bab 17 Harimau ingin menunjukkan kekuatan
- Bab 18 Aksi Balas Dendam
- Bab 19 Apa yang ditakutkan pasti akan terjadi
- Bab 20 Momen Menegangkan
- Bab 21 Marie Hu yang menggoda (1)
- Bab 21 Marie Hu yang menggoda (2)
- Bab 22 Tendangan yang Intimidasi (1)
- Bab 22 Tendangan yang Intimidasi (2)
- Bab 23 Majikan dan Anjingnya
- Bab 24 Pertemuan yang Tak Terhindari (1)
- Bab 24 Pertemuan yang Tak Terhindari (2)
- Bab 25 Rencana Licik (1)
- Bab 25 Rencana Licik (2)
- Bab 26 Satu Langkah Lagi
- Bab 27 Melukai Diri untuk Mendapatkan Kepercayaan
- Bab 28 Cinta dan Tidak Cinta
- Bab 29 Adegan Sebelum Acara Besar Dimulai (1)
- Bab 29 Adegan Sebelum Acara Besar Dimulai (2)
- Bab 30 Chandra, Aku Mencintaimu (1)
- Bab 30 Chandra, Aku Mencintaimu (2)
- Bab 31 Aura Seorang Ratu
- Bab 32 Pilihanmu Tidak Salah
- Bab 33 Pencegatan Mike
- Bab 34 Penyiksaan yang Kejam
- Bab 35 Ia adalah Ten Zhou
- Bab 36 Satu yang Menjaga, Tidak Ada yang Berani Menyerang
- Bab 37 Dendam dan Kewajiban
- Bab 38 Kecelakaan Gunawan
- Bab 39 Tokoh Kecil yang Tidak Dianggap
- Bab 40 Olive yang Sangat Terkejut
- Bab 41 Memancing ke dalam Jebakan
- Bab 42 Mike Berlutut
- Bab 43 Aura Pemenang
- Bab 44 Menginjak Jalan yang Buruk
- Bab 45 Amarah Ten Zhou (1)
- Bab 45 Amarah Ten Zhou (2)
- Bab 46 Pertarungan
- Bab 47 Tidak Ada yang Bisa Menaklukkanku
- Bab 48 Mencari Masalah
- Bab 49 Dua puluh miliar, itu hal yang kecil
- Bab 50 Menarik Uang
- Bab 51 menganggapmu ayah jika kaya
- Bab 52 keagungan
- Bab 53 Fetrin yang Percaya Diri
- Bab 54 Pengemis Tua
- Bab 55 Ada Uang, Sombong
- Bab 56 Krisis Ekonomi Keluarga Hu
- Bab 57 Merasa Terkejut
- Bab 58 Mike Kembali
- Bab 59 Datang Sendiri
- Bab 60 Boleh Membunuh Tapi Tidak Boleh Menghina
- Bab 61 Satu panggilan kak Chandra
- Bab 62 Mati dan hidup bersama
- Bab 63 Tidak berhenti sampai mati
- Bab 64 Insiden sensasional kampus (1)
- Bab 64 Insiden sensasional kampus (2)
- Bab 65 Pertarungan Besar Dimulai (1)
- Bab 65 Pertarungan Besar Dimulai (2)
- Bab 66 Waktu kematian sudah datang
- Bab 67 Perbuatan tercela Mike
- Bab 68 Fetrin Tiba
- Bab 69 Tuan Muda, Aku Terlambat
- Bab 70 Menjalani Keputusan Tuhan
- Bab 71 Amarah Michael Li
- Bab 72 Remehan Fetrin
- Bab 73 Bahaya Menyerang
- Bab 74 Namaku Jeno (1)
- Bab 74 Namaku Jeno (2)
- Bab 75 Michael Li Yang Jago
- Bab 76 Ada Orang di dalam Rumah
- Bab 77 Insting Orang hebat
- Bab 78 Malam yang Menakutkan(1)
- Bab 78 Malam yang Menakutkan(2)
- Bab 79 Jangan Mengulang ke Tiga Kalinya
- Bab 80 Orang Hebat Pertama di Kota (1)
- Bab 80 Orang Hebat Pertama di Kota (2)
- Bab 81 Olive Yang Pasrah (1)
- Bab 81 Olive Yang Pasrah (2)
- Bab 82 Balasan
- Bab 83 Posisi Defensif Michael Li
- Bab 84 Dia, adalah Fetrin (1)
- Bab 84 Dia, adalah Fetrin (2)
- Bab 85 Kematian Michael Li
- Bab 86 Kejadian saat itu
- Bab 87 Ayahmu
- Bab 88 Perasaan gelisah yang kuat.
- Bab 89 Perselisihan di Villa Keluarga Hu
- Bab 90 Sekeliling penuh dengan musuh
- Bab 91 Tuan Chandra
- Bab 92 Halo, Nama Aku Ruben
- Bab 93 Kamu Pantas Bertarung Denganku? (1)
- Bab 93 Kamu Pantas Bertarung Denganku? (2)
- Bab 94 Ruben Yang Misterius (1)
- Bab 94 Ruben Yang Misterius (2)
- Bab 95 Malu Ekstrim
- Bab 96 Tidur Seranjang Dengan Olive (1)
- Bab 96 Tidur Seranjang Dengan Olive (2)
- Bab 97 Kita Putus Saja (1)
- Bab 97 Kita Putus Saja (2)
- Bab 98 Kebencian
- Bab 99 Orang Belakang Ruben
- Bab 100 Kehadiran Fetrin dengan Penampilan yang Sombong (1)
- Bab 100 Kehadiran Fetrin dengan Penampilan yang Sombong (2)
- Bab 101 Menatap Semua orang
- Bab 102 Bersebrangan Dengan Marie Hu
- Bab 103 Ruben Yang Penuh Percaya Diri
- Bab 104 Tangkap Ruben dengan cara apapun
- Bab 105 Pertempuran Sengit
- Bab 106 Amarah Ruben
- Bab 107 Chris VS Ruben
- Bab 108 Kemampuan Fetrin
- Bab 109 Marie Berlutut
- Bab 110 Membalas Dendam Kepada Ruben
- Bab 111 Maaf, Aku Tidak Terima
- Bab 112 Pria Besar muncul
- Bab 113 Bunga Kampus yang Ketiga
- Bab 114 Selalu ada orang yang lebih hebat
- Bab 115 Putra Godi chen
- Bab 116 Chandra, Kamu Ditangkap (1)
- Bab 116 Chandra, Kamu Ditangkap (2)
- Bab 117 Ferdy Yang bertindak
- Bab 118 Keputusasaan Tanpa Akhir
- Bab 119 Lebih Baik Mati Daripada Hidup
- Bab 120 Pengemis Dan orang kaya generasi kedua (1)
- Bab 120 Pengemis dan orang kaya generasi kedua (2)
- Bab 121 Candra, Kamu Tamat (1)
- Bab 121 Chandra, Kamu Tamat ( 2)
- Bab 122 Ciuman Clara
- Bab 123 Kemarahan Ferdy
- Bab 124 Kobaran Api
- Bab 125 Hidup Mati
- Bab 126 Kematian Ruben Cai
- Bab 127 Ucapan Marie
- Bab 128 Menuju Ke Lokasi Perang
- Bab 129 Tuan Muda Ferdy Yang Susah Ditebak
- Bab 130 Ibuku Datang
- Bab 131 Keangkuhan Tuan muda Ferdy
- Bab 132 Api Peperangan Menyala
- Bab 133 Ibuku VS Tuan Muda Ferdy
- Bab 134 Berjuanglah Untuk Tetap Bertahan Hidup
- Bab 135 Air Mata Dua Wanita (1)
- Bab 135 Air Mata Dua Wanita (2)