Wahai Hati - Bab 30 Chandra, Aku Mencintaimu (1)
Awalnya suasana yang begitu ramai, semua orang begitu bersemangat, bahkan adanya kebahagiaan yang melayang di udara. Semuanya begitu serasi dan bahagia, tapi di saat ini, suara teriakanku terdengar dan memecahkan keramaian. Ucapan terngiang-ngiang di setiap telinga orang, membuat semua orang terdiam.
Seketika tempat yang penuh keramaian menjadi hening. Pandangan semua orang teralihkan kepada diriku yang tidak diundang. Suara memang sangat kencang. Perkataanku memang sangat tajam, sama sekali tidak cocok dengan ini, sehinga mereka menaruh semua perhatian kepadaku.
Aku juga berjalan begitu cepat kearah Mike dan Olive dengan tatapan semua orang. Aku juga tidak peduli begitu banyak lagi. Aku langsung menunjuk Mike dan berkata kepada Olive, “Kamu tidak boleh menerimanya!”
Mendengar ini, semua orang kembali tersadar setelah memastikan aku datang untuk mengacau. Lalu mereka semua kembali lagi berisik. Ada beberapa yang menunggu leluconku, ada beberapa yang marah dengan tindakanku dan ada banyak orang yang menyindirku, bilang mereka berdua sudah saling menyuki, untuk apa aku keluar menentang hubungan mereka.
Sedangkan tangan kanannya Mike, Evan dan Ivan langsung keluar untuk menahanku, tapi Mike mencegat mereka terlebih dahulu. Ia masih berpura-pura menjadi orang baik dan berkata, “Jangan menyentuhnya, mungkin Chandra ada kesalahpahaman. Tanya dulu apa yang terjadi.”
Olive juga ikut membuka mulut setelah Mike selesai berseru. Raut wajahnya terlihat rumit, alisnya juga berkerut pelan. Ia melihatku dan bertnaya dengan pelan, “Apa yang kamu lakukan, Chandra?”
Aku mengabaikan semua sindiran orang-orang dan menatap Olive dengan serius. Ia ditipu oleh Mike dan bisa menerima perasaan Mike memang sudah dipastikan, tapi aku tidak boleh membiarkannya terus terjatuh dalam tipuannya, maupun aku bisa membuat Mike marah, aku juga harus mencegat mereka. Aku harus mencabut topeng yang Mike pakai, agar semua mengetahui sisi aslinya!
Aku segera membuka mulut dan berkata kepada Olive dengan serius. “Mike adalah serigala berbulu domba, adalag orang yang munafik. Ia tidak cocok denganmu!”
Perkataanku ini bagai pengantar, seketika mengungkit semua amarah orang-orang. Semua orang menggunakan kata-kata untuk menyerangku dan aku menjadi bahan pembicaraan mereka, hanya karena aku menuduh hal-hal yang buruk kepada Mike, pangeran sempurna dalam hati semua orang dan sengaja menghasut hubungan Mike dan Olive.
Sebagai wakil ketua organisasi mahasiswa, Mike memiliki koneksi yang luas di sekolah. Yang terpenting, ia selalu berusaha untuk meningkatkan kesan baiknya di sekolah. Di mata semua orang, Mike adalah orang terbaik sepanjang masa. Kesan orang baik yang ia miliki sudah tertanam di semua hati orang-orang. Aku sekarang memarahinya, sama saja dengan menuduh orang baik. Semuanya tidak mengakui tindakanku, bahkan Mike yang selalu senyum, juga menunjukkan raut wajah yang tidak senang. Ia berkata kepadaku tanpa rasa bersalah. “Chandra, aku tidak bersalah kepadamu, mengapa kamu harus menyerangku seperti itu?”
Aku mengalihkan pandanganku ke Mike dengan perlahan-lahan. Aku berkata dengan cuek, “Mike, kamu tahu semua apa yang kamu lakukan kepadaku. Kamu tidak perlu berpura-pura untuk berbicara denganku. Aku sudah tahu sisi aslimu.”
Mike sama sekali tidak menunjukkan ketakutan saat mendengar ucapanku, melainkan lanjut untuk terlihat kasihan. Semua orang yang berada di tempat semakin tidak puas kepadaku. Banyak kata-kata buruk yang menyerangku, seperti aku sudah melakukan sesuatu kejahatan, apalagi teman-teman Mike.
Bahkan Olive juga terlihat kesal. Tatapan matanya ada rasa curiga. Ia terus menatapku dan berkata, “Chandra, sebenarnya apa yang terjadi? Katakanlah semuanya dengan jelas.”
Aku dapat melihat Olive sama sekali tidak percaya kepadaku, atau bisa dikatakan ia sudah termakan oleh racun Mike, sangat yakin kepada Mike. Kalau ia bisa begitu mudah mengetahui Mike adalah orang yang munafik, mungkin Marie juga tidak datang mencariku karena kesal. Aku melihat nasehat Marie yang gagal, aku juga sudah menebak bahwa kali ini tidak akan berhasil. Tapi aku percaya diri bahwa aku bisa meyakinkan Olive.
Aku menenangkan diriku dan menatap Olive serius. Aku mengatakan, “Olive, kamu tahu mengapa Gunawan selalu menyerangku? Apakah ia menyerangku karena kamu mengurangi nilai satuan kredit semesternya? Tidak, ini semua kelakuan Mike. Ia yang menyuruh Gunawan untuk menyerangku. Ia juga yang menyuruh Gunawan untuk menyerangmu, agar ia bisa meolongmu. Gunawan membalas dendam kepadanya, juga merupakan salah satu rencanannya. Ia berakting untuk melakukan semua ini, hanya demi mendapatkanmu. Apakah kamu mengerti?”
Aku mengatakan semua itu dengan sepenuh hati, tapi semua orang menganggapnya sebagai lelucon. Mereka merasa diriku sudah gila, demi menuduh Mike, bisa mengarang kebohongan yang begitu bodoh. Ada juga orang yang bilang aku melupakan kebaikan, padahal Mike pernah membantuku, tetapi aku menuduhnya dengan hal-hal yang buruk, diriku lah orang licik yang sebenarnya.
Sedangkan Olive tidak bereaksi setelah mendengar ucapanku. Ia hanya membalasku cuek, “Baik, aku mengerti.”
Kalimat yang begitu singkat, tapi seperti senjata yang tajam, menusuk hatiku sesaat. Aku kira ucapanku akan membuat Olive bertindak. Kalaupun ia tidak bisa memercayaiku, setidaknya ia harus merasa curiga kepada Mike. Tapi tatapan matanya begitu pasti, begitu yakin kepada Mike. Keyakinan itu lah yang menyakiti hatiku. Aku terluka demi dirinya, melakukan begitu banyak hal untuknya, bahkan melupakan kebencianku kepadanya dan berusaha membongkar sisi asli Mike. Tapi apa akhirnya? Sindiran dan ocehan anak-anak sekolah, ketidakpercayaan Olive. Bagaimana aku bisa menerima semua hasil ini?
Mataku memerah sambil melihat Olive. Aku berkata dengan nada sedih, “Kamu tidak percaya kepadaku?”
Olive menggunakan nada tidak sabar membalasku, “Chandra, jangan bertindak seperti itu, tidak cocok didepan banyak orang!”
Mendengar jawabnnya, aku hanya bisa tersenyum pahit. Tubuhku terasa dingin, tetapi aku tetap bertahan untuk memberi penjelasan kepada Olive. “Aku tidak bercanda. Aku sedang membantumu. Mike memang orang yang munafik. Sejak awal, ia terus berakting denganmu. Gunawan juga terus bekerja sama dengannya, untuk membohongimu. Gunawa sama sekali tidak membalas dendam kepadanya, tidak akan memukulnya, semua ini bohong!”
Mendengar ucapanku, kerutan di dahi Olive makin mendalam. Ia berkata kepadaku dengan kesal, “Ia sunguh terluka!”
Aku langsung berkata, “Itu bukan Gunawan yang memukulnya!”
Siapa tahu baru saja aku selesai berkata, kedua adik kelas itu langsung muncul dan membantah ucapanku. Mereka bilang mereka lihat Gunawan yang memukul Mike dan bilang aku adalah pembohong.
Mereka berdua pastinya menjadi saksi dimana hari itu Mike berakting. Mereka sepertinya adalah teman Olive. Olive sangat percaya kepada mereka. Pantas sekali Mike begitu yakin rencana liciknya tidak akan ketahuan, ternyata semuanya berjalan sesuai rencanannya. Padahal kedua wanita itu hanya melihat kemunculan Gunawan dan hanya mendengar suara teriakan Mike, tapi mereka sudah memastikan Gunawan yang memukul Mike.
Kalaupun aku ada banyak mulut, juga tidak bisa menjelaskan semua masalah ini. Tidak ada cara lain lagi, aku hanya bisa memberitahu rahasia yang ku paling tidak ingin beritahu. Aku memberitahu Olive bahwa lelaki yang berpakaian warna hitam bukanlah Mike.
Mendengar ini, Olive bertanya kepadaku tanpa ragu, “Bukan ia, memangnya kamu?”
Aku mengepalkan tanganku dan berkata, “Iya, aku lah menolongmu!”
Ucapanku membuat tatapan Mike seketika terlihat takut, tapi ia menyembunyikannya dengan cepat. Bisa terlihat ia tidak yakin kepadaku, sedangkan orang-orang yang menonton tertawa kencang, seperti mendengar lelucon yang terlucu di dunia ini. Beberapa sindiran mulai terdengar ke telingaku. “Chandra ini memang banyak omong kosong, pecundang yang tidak berani membalas. Apa yang terjadi pada pecundang ini? Apakah ia salah makan obat?”
“Iya, ucapan pecundang ini terdengar makin parah. Ia bilang ia menolong Olive tanpa tahu malu!”
“Haha, bahkan malam itu Gunawan juga terluka. Apakah pecundang sepertinya bisa memegang pisau?”
“Apa yang terjadi pada brengsek itu? Mengapa tiba-tiba menuduh orang?”
“Kalian semua tidak tahu? Ia dan Olive adalah teman lama. Olive pernah membantunya beberapa kali. Tidak perlu dipikir banyak, Chandra pasti menyukai Olive, jadi datang untuk mencegat Mike menyatakan perasaannya!”
Aku pernah dengar itu. Apakah ia merasa wanita cantik seperti Olive menyukainya karena pernah dibantu?”
“Haha, mengapa ia tidak pergi mengaca terlebih dahulu, apakah ia cocok bersama dengan Olive?”
“Benar, lihatlah Mike yang begitu tampan dan lihat Chandra yang begitu jelek. Apakah ia lupa bercermin sebelum keluar? Mengapa ia begitu berani datang merebut Olive dengan Mike?”
Satu langit, satu lagi tanah. Mike memakai jas berwarna putih, terlihat tampan. Meskipun tangannya masih terbalut kain kasa, tapi itu juga hanya semakin mengukir kesetiaannya dan tidak bisa mempengaruhi kesan baiknya. Sedangkan aku, tidak tidur semalaman, wajahku terlihat buruk, rambut yang kacau, bahkan memakai baju yang sangat berkerut. Jika aku dibandingkan dengan Mike, memang sangat jauh. Semua orang merasa diriku tidak tahu diri, masih berani saja datang untuk merebut Olive.
Raut wajah Olive menjadi semakin rumit setelah mendengar ucapan orang-orang. Ia menyesap bibirnya dan menatapku lama. Akhirnya ia berkata, “Chandra, mungkin ada beberapa hal yang membuatmu salah paham. Aku keluar membantumu, bukan tertarik kepadamu. Aku hanya tidak ingin melihatmu dihina.”
Dalam sekejap waktu, aku hanya merasakan usahaku itu sia-sia. Ucapan Olive ini sama saja seperti saat ia mempermalukanku di kelas dengan melepas celanaku. Ia begitu mudah menginjak harga diriku.
Aku tiba-tiba merasa diriku sangat kocak. Aku baru saja berpikir untuk memberi kesempatan kepada Olive, agar membahas masalah saat itu dengan baik. Aku terus berpikir untuk menarik Olive keluar dari tipuan Mike, tak apa-apa Mike kesal kepadaku. Tapi sekarang? Aku tidak hanya membuat Mike kesal, bahkan aku menyebabkan kebencian semua orang kepadaku, tetapi sama sekali tidak mendapatkan kepercayaan Olive. Bahkan ia bilang ia tidak menyukaiku di depan banyak orang, tanpa memberiku muka.
Olive yang seperti ini, apakah ada sesuatu yang bisa kulakukan untuknya? Apakah aku harus berbicara lagi dengannya? Ia dan Mike bahagia atau tidak, apakah berkaitan denganku?
Novel Terkait
Mbak, Kamu Sungguh Cantik
Tere LiyeGaun Pengantin Kecilku
Yumiko YangCinta Tapi Diam-Diam
RossieAdieu
Shi QiCinta Yang Berpaling
NajokurataMilyaran Bintang Mengatakan Cinta Padamu
Milea AnastasiaInventing A Millionaire
EdisonCinta Dan Rahasia
JesslynWahai Hati×
- Bab 1 Kekokohan Ibuku (1)
- Bab 1 Kekokohan Ibuku (2)
- Bab 2 Bu, Maaf (1)
- Bab 2 Bu, Maaf (2)
- Bab 3 Berjuang untuk bangkit kembali (1)
- Bab 3 Berjuang untuk bangkit kembali (2)
- Bab 4 Pria Perkasa (1)
- Bab 4 Pria Perkasa (2)
- Bab 5 Kemunculan Olive
- Bab 6 Kegaduhan Kantin (1)
- Bab 6 Kegaduhan Kantin (2)
- Bab 7 Sudah Lama Tidak Bertemu(1)
- Bab 7 Sudah Lama Tidak Bertemu(2)
- Bab 8 Musuhku(1)
- Bab 8 Musuhku(2)
- Bab 9 Sebelum badai datang
- Bab 10 Gunung satu itu lebih besar dari gunung lain (1)
- Bab 10 Gunung satu itu lebih besar dari gunung lain (2)
- Bab 11 Suara yang tidak asing (1)
- Bab 11 Suara yang tidak asing (2)
- Bab 12 Lepaskan Gadis Itu (1)
- Bab 12 Lepaskan Gadis Itu (2)
- Bab 13 Menjadi Pahlawan
- Bab 14 Lalat yang menganggu (1)
- Bab 14 Lalat yang menganggu (2)
- Bab 15 Bunga kampus yang seksi (1)
- Bab 15 Bunga kampus yang seksi (2)
- Bab 16 serangan yang terbuka mudah untuk ditangani, serangan kegelapan sulit untuk dihindari
- Bab 17 Harimau ingin menunjukkan kekuatan
- Bab 18 Aksi Balas Dendam
- Bab 19 Apa yang ditakutkan pasti akan terjadi
- Bab 20 Momen Menegangkan
- Bab 21 Marie Hu yang menggoda (1)
- Bab 21 Marie Hu yang menggoda (2)
- Bab 22 Tendangan yang Intimidasi (1)
- Bab 22 Tendangan yang Intimidasi (2)
- Bab 23 Majikan dan Anjingnya
- Bab 24 Pertemuan yang Tak Terhindari (1)
- Bab 24 Pertemuan yang Tak Terhindari (2)
- Bab 25 Rencana Licik (1)
- Bab 25 Rencana Licik (2)
- Bab 26 Satu Langkah Lagi
- Bab 27 Melukai Diri untuk Mendapatkan Kepercayaan
- Bab 28 Cinta dan Tidak Cinta
- Bab 29 Adegan Sebelum Acara Besar Dimulai (1)
- Bab 29 Adegan Sebelum Acara Besar Dimulai (2)
- Bab 30 Chandra, Aku Mencintaimu (1)
- Bab 30 Chandra, Aku Mencintaimu (2)
- Bab 31 Aura Seorang Ratu
- Bab 32 Pilihanmu Tidak Salah
- Bab 33 Pencegatan Mike
- Bab 34 Penyiksaan yang Kejam
- Bab 35 Ia adalah Ten Zhou
- Bab 36 Satu yang Menjaga, Tidak Ada yang Berani Menyerang
- Bab 37 Dendam dan Kewajiban
- Bab 38 Kecelakaan Gunawan
- Bab 39 Tokoh Kecil yang Tidak Dianggap
- Bab 40 Olive yang Sangat Terkejut
- Bab 41 Memancing ke dalam Jebakan
- Bab 42 Mike Berlutut
- Bab 43 Aura Pemenang
- Bab 44 Menginjak Jalan yang Buruk
- Bab 45 Amarah Ten Zhou (1)
- Bab 45 Amarah Ten Zhou (2)
- Bab 46 Pertarungan
- Bab 47 Tidak Ada yang Bisa Menaklukkanku
- Bab 48 Mencari Masalah
- Bab 49 Dua puluh miliar, itu hal yang kecil
- Bab 50 Menarik Uang
- Bab 51 menganggapmu ayah jika kaya
- Bab 52 keagungan
- Bab 53 Fetrin yang Percaya Diri
- Bab 54 Pengemis Tua
- Bab 55 Ada Uang, Sombong
- Bab 56 Krisis Ekonomi Keluarga Hu
- Bab 57 Merasa Terkejut
- Bab 58 Mike Kembali
- Bab 59 Datang Sendiri
- Bab 60 Boleh Membunuh Tapi Tidak Boleh Menghina
- Bab 61 Satu panggilan kak Chandra
- Bab 62 Mati dan hidup bersama
- Bab 63 Tidak berhenti sampai mati
- Bab 64 Insiden sensasional kampus (1)
- Bab 64 Insiden sensasional kampus (2)
- Bab 65 Pertarungan Besar Dimulai (1)
- Bab 65 Pertarungan Besar Dimulai (2)
- Bab 66 Waktu kematian sudah datang
- Bab 67 Perbuatan tercela Mike
- Bab 68 Fetrin Tiba
- Bab 69 Tuan Muda, Aku Terlambat
- Bab 70 Menjalani Keputusan Tuhan
- Bab 71 Amarah Michael Li
- Bab 72 Remehan Fetrin
- Bab 73 Bahaya Menyerang
- Bab 74 Namaku Jeno (1)
- Bab 74 Namaku Jeno (2)
- Bab 75 Michael Li Yang Jago
- Bab 76 Ada Orang di dalam Rumah
- Bab 77 Insting Orang hebat
- Bab 78 Malam yang Menakutkan(1)
- Bab 78 Malam yang Menakutkan(2)
- Bab 79 Jangan Mengulang ke Tiga Kalinya
- Bab 80 Orang Hebat Pertama di Kota (1)
- Bab 80 Orang Hebat Pertama di Kota (2)
- Bab 81 Olive Yang Pasrah (1)
- Bab 81 Olive Yang Pasrah (2)
- Bab 82 Balasan
- Bab 83 Posisi Defensif Michael Li
- Bab 84 Dia, adalah Fetrin (1)
- Bab 84 Dia, adalah Fetrin (2)
- Bab 85 Kematian Michael Li
- Bab 86 Kejadian saat itu
- Bab 87 Ayahmu
- Bab 88 Perasaan gelisah yang kuat.
- Bab 89 Perselisihan di Villa Keluarga Hu
- Bab 90 Sekeliling penuh dengan musuh
- Bab 91 Tuan Chandra
- Bab 92 Halo, Nama Aku Ruben
- Bab 93 Kamu Pantas Bertarung Denganku? (1)
- Bab 93 Kamu Pantas Bertarung Denganku? (2)
- Bab 94 Ruben Yang Misterius (1)
- Bab 94 Ruben Yang Misterius (2)
- Bab 95 Malu Ekstrim
- Bab 96 Tidur Seranjang Dengan Olive (1)
- Bab 96 Tidur Seranjang Dengan Olive (2)
- Bab 97 Kita Putus Saja (1)
- Bab 97 Kita Putus Saja (2)
- Bab 98 Kebencian
- Bab 99 Orang Belakang Ruben
- Bab 100 Kehadiran Fetrin dengan Penampilan yang Sombong (1)
- Bab 100 Kehadiran Fetrin dengan Penampilan yang Sombong (2)
- Bab 101 Menatap Semua orang
- Bab 102 Bersebrangan Dengan Marie Hu
- Bab 103 Ruben Yang Penuh Percaya Diri
- Bab 104 Tangkap Ruben dengan cara apapun
- Bab 105 Pertempuran Sengit
- Bab 106 Amarah Ruben
- Bab 107 Chris VS Ruben
- Bab 108 Kemampuan Fetrin
- Bab 109 Marie Berlutut
- Bab 110 Membalas Dendam Kepada Ruben
- Bab 111 Maaf, Aku Tidak Terima
- Bab 112 Pria Besar muncul
- Bab 113 Bunga Kampus yang Ketiga
- Bab 114 Selalu ada orang yang lebih hebat
- Bab 115 Putra Godi chen
- Bab 116 Chandra, Kamu Ditangkap (1)
- Bab 116 Chandra, Kamu Ditangkap (2)
- Bab 117 Ferdy Yang bertindak
- Bab 118 Keputusasaan Tanpa Akhir
- Bab 119 Lebih Baik Mati Daripada Hidup
- Bab 120 Pengemis Dan orang kaya generasi kedua (1)
- Bab 120 Pengemis dan orang kaya generasi kedua (2)
- Bab 121 Candra, Kamu Tamat (1)
- Bab 121 Chandra, Kamu Tamat ( 2)
- Bab 122 Ciuman Clara
- Bab 123 Kemarahan Ferdy
- Bab 124 Kobaran Api
- Bab 125 Hidup Mati
- Bab 126 Kematian Ruben Cai
- Bab 127 Ucapan Marie
- Bab 128 Menuju Ke Lokasi Perang
- Bab 129 Tuan Muda Ferdy Yang Susah Ditebak
- Bab 130 Ibuku Datang
- Bab 131 Keangkuhan Tuan muda Ferdy
- Bab 132 Api Peperangan Menyala
- Bab 133 Ibuku VS Tuan Muda Ferdy
- Bab 134 Berjuanglah Untuk Tetap Bertahan Hidup
- Bab 135 Air Mata Dua Wanita (1)
- Bab 135 Air Mata Dua Wanita (2)