Wahai Hati - Bab 109 Marie Berlutut
Ucapan Fetrin yang begitu singkat sama dengan mempermalukan Ruben di hadapan umum, seketika seperti membuang harga dirinya ke Sungai Rozhok.
Ruben ini angkuh dan licik. Ia sama sekali tidak menganggap Fetrin, bahkan demi menunjukkan sisi gentle-nya, ia berpura-pura untuk menggunakan satu tangan untuk menyerang.
Baik bukan sekarang? Fetrin tidak perlu mengatakan apapun, satu gerakan langsung menunjukkan sisi buruk Ruben. Saat ini Ruben sungguh tercengang. Ia tidak hanya kehilangan muka, ia juga terkejut akan kemampuan Fetrin. Ia tidak sangka bahwa seorang wanita bisa menahan serangannya yang begitu kuat dengan satu tangan. Ia sungguh terkejut, bahkan matanya membelakak dan penuh ketidakpercayaan.
Beberapa saat kemudian, Ruben baru tersadar kembali. Reaksi pertamanya adalah menarik kembali tangan kanannya, tapi sayangnya entah berapa kali ia mencoba untuk menarik kembali, tangannya seperti terjatuh ke dalam lumpur, sama sekali tidak bisa keluar, bahkan wajah menjadi buruk karena ini.
Fetrin melihat usaha Ruben yang tidak berguna, ia lanjut membuka mulutnya lagi. "Sejak jurus yang kamu keluarkan tadi, tangan kirimu baru yang paling memiliki tenaga. Kamu yakin tidak ingin menggunakan tangan kiri?"
Mendengar ucapa Fetrin, gerakan Ruben seketika berhenti. Ia lagi-lagi terkejut. Ia sama sekali tidak sangka bahwa Fetrin yang tadinya berdiri diam disamping, bisa mengetahui tangan kirinyabyang hebat. Padahal ia ingat saat ia bertarung dengan Chris, ia sama sekali tidak sengaja menggunakan tangan kiri.
Bagi Ruben, bagian tubuhnya yang istimewa adalah tangan kirinya, yaitu senjata terbaiknya. Sejak kecil kekuatan tangan kirinya lebih banyak dari orang biasa, seperti alami. Ini kebetulan juga merupakan alasan dirinya dilatih baik-baik. Karena sejak kecil mendapatkan pencerahan, ditambah dirinya belajar bela diri dan kepintaran yang tinggi, sehingga ia sekarang bisa menjadi seorang ahli dalam usia muda. Ia merasa dengan kemampuan yang ia miliki sekarang, susah menemukan lawan yang setingkat. Apalagi wanita yang seperti Fetrin, awalnya ia tidak perlu mengeluarkan jurus terbaiknya. Oleh karena itu, ia hanya menggunakan satu tangannya.
Hanya saja Ruben tak sangka bahwa Fetrin begitu mudah menerima tangan kanannya. Apalagi Fetrin bisa melihat kemampuan dirinya, ini sungguh membuat ia takut. Ia tak bisa membayangkan setinggi apa kemampuan Fetrin ini!
Saat Ruben tenggelam dalam pikirannya, raut wajah Fetrin tiba-tiba berubah. Ia lanjut menbuka mulut, "Kalau kamu tidak menggunakan tangan kirimu lagi, aku akan membuatmu tidak ada kesempatan untuk mengeluarkannya!"
Saat selesai berkata, aura Fetrin juga meledak, sepertinya kesabarannya sudah habis.
Ruben tentu bisa merasakan aura Fetrin yang bahaya. Ia sangat tahu jika ia tidak mengeluarkan tangan kirinya lagi, maka ia akan kalah. Meskipun sekarang mengeluarkan tangan kirinya seperti sedang menampar dirinya, taoi sudah hingga saat ini, ia tidak perlu lagi peduli kepada harga dirinya. Ia harus mengeluarkan seluruh tenaganya untuk melawan Fetrin. Oleh karena itu, ia langsung berkata kepada Fetrin, "Kamu sendiri yang mencarinya!"
Tangan kiri Ruben seketiika mengepal dan menyerah kearah perut Fetrin dengan keras.
Serangan ini lebih kuat dari serangan dari tangna kanannya. Kekuatan berkali-kali lebih besar, bahkan udara seperti terobek karena serangan ini, apalagi angin serangan ini terdengar sangat seram.
Fetrin juga tidak santai saat menghadapi pukulan kuat ini. Ia langsung merenggangkan tangan kanan Ruben, lalu mundur ke belakang. Tubuh Fetrin seketika seperti salju, sangat ringan dan langsung menghindari serangan Ruben.
Ruben tidak berhenti saat serangannya tidak menyentuh Fetrin. Ia terus maju dan menyerang Fetrin. Ia seperti jarum jam yang bergerak, terus berputar tanpa henti, terus menyerang. Detik ini, Ruben tidak lagi meremehkan Fetrin, bahkan ia tidak lagi menganggap Fetrin sebagai seorang wanita. Ia hanya menganggap Fetrin sebagai lawan terhebat. Oleh karena itu, ia terus menyerang. Ia tidak menyisakan tenaga untuk setiap serangan dan tidak berani santai.
Ruben sungguh tidak hebat dalam keadaan seperti ini. Ia baru saja bertarung dengan Chris dan tidak ada detik-detik yang begitu gila. Bisa dikatakan bahwa saat bertarung dengan Chris, Ruben belum mengeluarkan seluruh tenaganya. Pantas Fetrin langsung mengatakan bahwa Chris bukanlah lawan Ruben. Ternyata ia sendiri telah melihat bahwa Ruben tidak mengeluarkan seluruh tenaganya. Ia juga menemukan jurus terbaik Ruben adalah kekuatan tangan kirinya.
Ruben sama sekali tidak menyisakan tenaga saat melawan Fetrin. Serangannya sungguh kuat dan tidak meninggalkan tempat kosong. Fetrin tidak boleh kehilangan fokusnya dan bersikap berhati-hati.
Aku menonton dari samping dan ilmuku bertambah lagi. Pertarungan kali ini sepertinya menjadi lebih seru lagi, sehingga aku menjadi lebih semangat, hanya karena Fetrin adalah seorang wanita dan ia merupakan orang yang terdekat denganku. Lihat ia bertarung seperti sedang melihat diri sendiri bertarung. Setiap gerakannya menarik perhatianku. Aku harus mengakui bahwa bela diri ini memang merupakan hal yang menakjubkan. Ia bisa membuat wanita feminim seperti Fetrin menjadi gaya yang berbeda, sebagai ahli bela diri. Kharisma-nya meningkat dan seluruh tubuhnya bersinar.
Orang yang bisa bela diri memang sangat keren, apalagi orang jago, semakin menarik perhatian orang, seperti diriku yang tidak hebat bela diri. Meskipun keluargaku sangat hebat, pasti ada orang menganggapku rendah. Alasannya lebih banyak karena aku tidak bisa bela diri. Ada siapa yang meremehkan aku saat aku memiliki kemampuan yang sama dengan Fetrin?
Tapi pikiran yang seperti ini selalu berakhir menjadi mimpi. Diriku dalam kenyataan bahkan tidak ada kesempatan untuk melatih bela diri, terlihat sangat menyedihkan. Pertarungan Chris dan Ruben tadi membuatku sangat gugup. Apalagi pertarungan Fetrin dan Ruben sekarang, semakin membuat arwahku gemetar. Pertarungan mereka sungguh seru, bahkan tidak bisa mengetahui pihak mana yang menang, karena sejak mulai hingga kini, Ruben selalu menyerang Fetrin dengan gila. Ia hampir mengeluarkan seluruh jurusnya. Sedangkan Fetrin sebaliknya, ia terus berada di pihak untuk bertahan. Apalagi pertahanannya tidak terlalu susah. Mau serangan Ruben sangat hebat dan banyak, Fetrin juga bisa mengatasinya. Tatapanya juga terlihat sangat tenang.
Sedangkan Ruben ini cukup kasihan. Setelah ia terus menyerang Fetrin, seluruh tenaganya sudah terpakai habis, bahkan ia sekarang terlihat agak lemas. Wajahnya mulai memerah, pernafasannya juga tidak beraturan dan banyak keringat yang mengalir.
Kalau harus menggunakan sesuatu untuk deskripsi, Ruben ini bagai seekor banteng tarung yang telah gila. Sedangkan Fetrin seperti seorang matador. Ia terlihat seperti pada pihak pertahanan, tapi ia terus memancing Ruben. Wajahnya terlihat sangat percaya diri, sedangkan gerakannya sangat lincah dan elegan. Ia paling tidak takut lelah. Mau Ruben terus menyerang, ia juga bisa mempertahankan sikapnya yang tenang. Ketenangannya juga diam-diam menunjukkan kemampuannya yang tidak mudah terkalahkan. Semakin lama pertarungannya, semakin hebat kemampuannya. Sedangkan Ruben semakin lelah, semakin ke belakang, jurus yang dikeluarkan Ruben semakin kacau.
Kalau dilihat dari sisi sikap, sebenarnya Ruben sudah kalah. Ia terlalu gila, besa jauh dengan Fetrin yang tenang. Saat jurus Rube sudah sangat kacau, berarti kelemahannya juga semakin banyak.
Sedangkan Fetrin tidak. Ia sangat tenang. Ia menemukan kelemahan terbesar Ruben di saat-saat yang tak terduga. Saat itu Ruben masih saja menyerang bagai banteng gila, sedangkan saat Fetrin menghindari serangannya, tangan kanan itu bagai ular, melewati rintangan dan langsung terjatuh pada dada Ruben.
Jurus yang dikeluarkan Fetrin ini sangat mewah dan elegan, tapi tidak bisa diketahui berapa banyak tenaga yang ia pakai, karena wajah dan detak jantungnya tak berubah. Tapi seperdetik kemudian, kita telah tahu bahwa jurus Fetrin yang elegan ini sangatlah hebat. Ruben seketika terjatuh jauh dan sakit di lantai setelah dihajarnya, bahkan Ruben menyemburkan darah setelah terjatuh keras di tanah. Bisa terlihat bahwa ia terluka berat. Hanya serangan kali ini, Ruben langsung terkalahkan, bahkan tidak bisa berdiri. Sedangkan Fetrin masih berdiri di tempat dengan santai, seperti Dewi cantik yang terjatuh dari langit dan penuh kharisma!
Ruben kalah, kalah di tangan Fetrin. Tapi Fetrin tidak senang akan hal ini. Ia hanya menatap dingin kepada Ruben dan berkata, "Kamu kalah!"
Dua kata yang mengartikan bahwa pertarungan antar dua orang jago ini telah berakhir. Hal ini juga mengartikan bahwa masa-masa Ruben telah berakhir. Semua orang di tempat terdiam. Banyak orang yang tidak bisa mengatakan apapun, hanya menatap Fetrin. Tatapan mereka mengandung keterkejutan dan kekaguman.
Ruben yang terjatuuh di lantai sepertinya masih tidak bisa menerima kenyataan ini, bahkan dirinya hanya terdiam di tempat. Ia tidak dapat percaya bahwa dirinya kalah kepada seorang wanita, seorang wanita yang terlihat biasa. Entah bagaimanapun ia tidak bisa mempercayainya. Bibirnya berdarah terus gemetar, terus menceloteh. "Bagaimana mungkin! Bagaimana mungkin aku bisa kalah!"
Ruben yang sekarang seperti sudah kehilangan kewarasannya. Tubuhnya tidak banyak luka, tetapi mentalnya telah hancur. Rasa angkuh dan harga dirinya seketika hangus. Pikirannya juga menghilang. Ia menjadi orang gila yang sesungguhnya.
Fetrin tidak peduli dengan ucapan Ruben dna lanjut berkata, "Ini adalah pertarungan yang adil. Kamu telah kalah, jadi kamu harus menerima hukumannya!"
Setelah itu, ia menyuruh Chris. "Bawa ia pergilah!"
Fetrin memang menang secara terbuka dalam pertarungan ini. Ia tidak menerima niat kebaikan Ruben dan bersaing dengan Ruben secara adil. Ia menggunakan kemampuannya yang pasti, mengalahkan Ruben. Ia ingin Ruben menerima kekalahannya dan tidak banyak berpendapat. Ruben memang tidak bisa mengatakan apapun. Tapi Marie tidak peduli dengan semua jni. Ia hanya tahu Ruben tidak boleh dibawa pergi olehku, kalau tidak akan berakhir buruk. Ia sungguh tidak bisa membayangkan apa yang terjadi jika Ruben dibawa pergi olehku, jadi saat Chris berjalan mendekati Ruben, Marie tiba-tiba mendekat bagai orang gila. Ia menghalang Chris dan berteriak, "Kalian tidak boleh bawa ia pergi!"
Emosi Marie sangat tidak stabil, tpai ia juga tahu bahwa dirinya tidak bisa menahan Chris, apalagi bermohon kepasanya. Oleh karena itu, setelah ia mengatakan hal ini, ia langsung mengalihkan pandangan kepadaku. Matanya memerah dan terus menatapku dengan lekat. Ia bermohon. "Aku mohon kepadamu, Chandra. Sudahi ini semua. Kamu telah menang, bolehkah kamu jangan membalas dendam lagi?"
Marie tidak lagi marah-marah kepadaku, bahkan rasa kebenciannya ditekankan olehnya. Ia bermohon kepadaku dengan kasihan. Kalau dulu, aku pasti akan menerimanya jika ia bermohon kepadaku. Taoi sekarang hubungan antar kita berdua telah putus. Ia melukaiku dan aku tidak lagi merasa kasihan kepasanya. Hal yang terpenting adalah ia bermohon untuk Ruben. Ia sedang melindungi Ruben, khawatir Ruben dan ini makin membuatku marah, sehingga aku tidak ingin melepaskan Ruben. Pembalasan dendam yang kumaksud adalah memberi ajaran yang cukup dalam untuknya. Aku harus membawanya pergi.
Aku menetapkan niatku. Aku mengerutkan dahi dan menatap Marie dengan serius. Aku mengatakan setiap kata dengan jelas. "Aku sudah bilang bahwa aku tidak akan melepaskan Ruben!"
Kata-kata tidak ada kemanusiaan lagi. Sikapku juga sangat pasti. Kukira Marie tahu aku tidak akan mengubah niatku, oleh karena itu, ia akan menyerah untuk bermohon. Tapi aku tak sangka ia berlutut setelah mendengar kata-kataku. Lalu ia berkata kepadaku dengan mata berkaca-kaca. "Chandra, aku mohon lepaskan Kak Ruben atas hubungan kita yang pernah ada!"
Novel Terkait
My Enchanting Guy
Bryan WuMy Cute Wife
DessyGue Jadi Kaya
Faya SaitamaCinta Yang Tak Biasa
WennieHanya Kamu Hidupku
RenataCintaku Pada Presdir
NingsiWahai Hati×
- Bab 1 Kekokohan Ibuku (1)
- Bab 1 Kekokohan Ibuku (2)
- Bab 2 Bu, Maaf (1)
- Bab 2 Bu, Maaf (2)
- Bab 3 Berjuang untuk bangkit kembali (1)
- Bab 3 Berjuang untuk bangkit kembali (2)
- Bab 4 Pria Perkasa (1)
- Bab 4 Pria Perkasa (2)
- Bab 5 Kemunculan Olive
- Bab 6 Kegaduhan Kantin (1)
- Bab 6 Kegaduhan Kantin (2)
- Bab 7 Sudah Lama Tidak Bertemu(1)
- Bab 7 Sudah Lama Tidak Bertemu(2)
- Bab 8 Musuhku(1)
- Bab 8 Musuhku(2)
- Bab 9 Sebelum badai datang
- Bab 10 Gunung satu itu lebih besar dari gunung lain (1)
- Bab 10 Gunung satu itu lebih besar dari gunung lain (2)
- Bab 11 Suara yang tidak asing (1)
- Bab 11 Suara yang tidak asing (2)
- Bab 12 Lepaskan Gadis Itu (1)
- Bab 12 Lepaskan Gadis Itu (2)
- Bab 13 Menjadi Pahlawan
- Bab 14 Lalat yang menganggu (1)
- Bab 14 Lalat yang menganggu (2)
- Bab 15 Bunga kampus yang seksi (1)
- Bab 15 Bunga kampus yang seksi (2)
- Bab 16 serangan yang terbuka mudah untuk ditangani, serangan kegelapan sulit untuk dihindari
- Bab 17 Harimau ingin menunjukkan kekuatan
- Bab 18 Aksi Balas Dendam
- Bab 19 Apa yang ditakutkan pasti akan terjadi
- Bab 20 Momen Menegangkan
- Bab 21 Marie Hu yang menggoda (1)
- Bab 21 Marie Hu yang menggoda (2)
- Bab 22 Tendangan yang Intimidasi (1)
- Bab 22 Tendangan yang Intimidasi (2)
- Bab 23 Majikan dan Anjingnya
- Bab 24 Pertemuan yang Tak Terhindari (1)
- Bab 24 Pertemuan yang Tak Terhindari (2)
- Bab 25 Rencana Licik (1)
- Bab 25 Rencana Licik (2)
- Bab 26 Satu Langkah Lagi
- Bab 27 Melukai Diri untuk Mendapatkan Kepercayaan
- Bab 28 Cinta dan Tidak Cinta
- Bab 29 Adegan Sebelum Acara Besar Dimulai (1)
- Bab 29 Adegan Sebelum Acara Besar Dimulai (2)
- Bab 30 Chandra, Aku Mencintaimu (1)
- Bab 30 Chandra, Aku Mencintaimu (2)
- Bab 31 Aura Seorang Ratu
- Bab 32 Pilihanmu Tidak Salah
- Bab 33 Pencegatan Mike
- Bab 34 Penyiksaan yang Kejam
- Bab 35 Ia adalah Ten Zhou
- Bab 36 Satu yang Menjaga, Tidak Ada yang Berani Menyerang
- Bab 37 Dendam dan Kewajiban
- Bab 38 Kecelakaan Gunawan
- Bab 39 Tokoh Kecil yang Tidak Dianggap
- Bab 40 Olive yang Sangat Terkejut
- Bab 41 Memancing ke dalam Jebakan
- Bab 42 Mike Berlutut
- Bab 43 Aura Pemenang
- Bab 44 Menginjak Jalan yang Buruk
- Bab 45 Amarah Ten Zhou (1)
- Bab 45 Amarah Ten Zhou (2)
- Bab 46 Pertarungan
- Bab 47 Tidak Ada yang Bisa Menaklukkanku
- Bab 48 Mencari Masalah
- Bab 49 Dua puluh miliar, itu hal yang kecil
- Bab 50 Menarik Uang
- Bab 51 menganggapmu ayah jika kaya
- Bab 52 keagungan
- Bab 53 Fetrin yang Percaya Diri
- Bab 54 Pengemis Tua
- Bab 55 Ada Uang, Sombong
- Bab 56 Krisis Ekonomi Keluarga Hu
- Bab 57 Merasa Terkejut
- Bab 58 Mike Kembali
- Bab 59 Datang Sendiri
- Bab 60 Boleh Membunuh Tapi Tidak Boleh Menghina
- Bab 61 Satu panggilan kak Chandra
- Bab 62 Mati dan hidup bersama
- Bab 63 Tidak berhenti sampai mati
- Bab 64 Insiden sensasional kampus (1)
- Bab 64 Insiden sensasional kampus (2)
- Bab 65 Pertarungan Besar Dimulai (1)
- Bab 65 Pertarungan Besar Dimulai (2)
- Bab 66 Waktu kematian sudah datang
- Bab 67 Perbuatan tercela Mike
- Bab 68 Fetrin Tiba
- Bab 69 Tuan Muda, Aku Terlambat
- Bab 70 Menjalani Keputusan Tuhan
- Bab 71 Amarah Michael Li
- Bab 72 Remehan Fetrin
- Bab 73 Bahaya Menyerang
- Bab 74 Namaku Jeno (1)
- Bab 74 Namaku Jeno (2)
- Bab 75 Michael Li Yang Jago
- Bab 76 Ada Orang di dalam Rumah
- Bab 77 Insting Orang hebat
- Bab 78 Malam yang Menakutkan(1)
- Bab 78 Malam yang Menakutkan(2)
- Bab 79 Jangan Mengulang ke Tiga Kalinya
- Bab 80 Orang Hebat Pertama di Kota (1)
- Bab 80 Orang Hebat Pertama di Kota (2)
- Bab 81 Olive Yang Pasrah (1)
- Bab 81 Olive Yang Pasrah (2)
- Bab 82 Balasan
- Bab 83 Posisi Defensif Michael Li
- Bab 84 Dia, adalah Fetrin (1)
- Bab 84 Dia, adalah Fetrin (2)
- Bab 85 Kematian Michael Li
- Bab 86 Kejadian saat itu
- Bab 87 Ayahmu
- Bab 88 Perasaan gelisah yang kuat.
- Bab 89 Perselisihan di Villa Keluarga Hu
- Bab 90 Sekeliling penuh dengan musuh
- Bab 91 Tuan Chandra
- Bab 92 Halo, Nama Aku Ruben
- Bab 93 Kamu Pantas Bertarung Denganku? (1)
- Bab 93 Kamu Pantas Bertarung Denganku? (2)
- Bab 94 Ruben Yang Misterius (1)
- Bab 94 Ruben Yang Misterius (2)
- Bab 95 Malu Ekstrim
- Bab 96 Tidur Seranjang Dengan Olive (1)
- Bab 96 Tidur Seranjang Dengan Olive (2)
- Bab 97 Kita Putus Saja (1)
- Bab 97 Kita Putus Saja (2)
- Bab 98 Kebencian
- Bab 99 Orang Belakang Ruben
- Bab 100 Kehadiran Fetrin dengan Penampilan yang Sombong (1)
- Bab 100 Kehadiran Fetrin dengan Penampilan yang Sombong (2)
- Bab 101 Menatap Semua orang
- Bab 102 Bersebrangan Dengan Marie Hu
- Bab 103 Ruben Yang Penuh Percaya Diri
- Bab 104 Tangkap Ruben dengan cara apapun
- Bab 105 Pertempuran Sengit
- Bab 106 Amarah Ruben
- Bab 107 Chris VS Ruben
- Bab 108 Kemampuan Fetrin
- Bab 109 Marie Berlutut
- Bab 110 Membalas Dendam Kepada Ruben
- Bab 111 Maaf, Aku Tidak Terima
- Bab 112 Pria Besar muncul
- Bab 113 Bunga Kampus yang Ketiga
- Bab 114 Selalu ada orang yang lebih hebat
- Bab 115 Putra Godi chen
- Bab 116 Chandra, Kamu Ditangkap (1)
- Bab 116 Chandra, Kamu Ditangkap (2)
- Bab 117 Ferdy Yang bertindak
- Bab 118 Keputusasaan Tanpa Akhir
- Bab 119 Lebih Baik Mati Daripada Hidup
- Bab 120 Pengemis Dan orang kaya generasi kedua (1)
- Bab 120 Pengemis dan orang kaya generasi kedua (2)
- Bab 121 Candra, Kamu Tamat (1)
- Bab 121 Chandra, Kamu Tamat ( 2)
- Bab 122 Ciuman Clara
- Bab 123 Kemarahan Ferdy
- Bab 124 Kobaran Api
- Bab 125 Hidup Mati
- Bab 126 Kematian Ruben Cai
- Bab 127 Ucapan Marie
- Bab 128 Menuju Ke Lokasi Perang
- Bab 129 Tuan Muda Ferdy Yang Susah Ditebak
- Bab 130 Ibuku Datang
- Bab 131 Keangkuhan Tuan muda Ferdy
- Bab 132 Api Peperangan Menyala
- Bab 133 Ibuku VS Tuan Muda Ferdy
- Bab 134 Berjuanglah Untuk Tetap Bertahan Hidup
- Bab 135 Air Mata Dua Wanita (1)
- Bab 135 Air Mata Dua Wanita (2)