Wahai Hati - Bab 35 Ia adalah Ten Zhou
Pisau menyentuh pergelangan tanganku, sesuatu yang dingin menempel di kulitku, sehingga membuat seluruh tubuhku merinding.
Tapi ada yang lebih dingin dari pisau, yaitu hati Mike. Mike sudah kehilangan seluruh kemanusiaannya. Ia sungguh menjadi setan yang tidak berhati. Tatapan matanya dingin, nada bicaranya dingin, aura tubuhnya semakin dingin.
Aku seperti terbungkus oleh es batu seribu tahun, seperti terjatuh ke dalam goa es. Rasa dingin ini menyerang seluruh organku, bahkan darahku membeku, hanya tersisa hatiku yang berdetak tak beraturan. Ia kehilangan tempo, sedikit panik dan memengaruhi pikiran otakku, sehingga membuatku bergumam tanpa sadar, “Jangan, jangan!”
Saat ini, Marie disamping juga terkejut. Ia tidak lagi berteriak kencang, melainkan mengeluarkan air mata dengan ketakutan. Bibirnya bergetar sambil bermohon kepada Mike dengan susah, “Mike, aku bermohon kepadamu, boleh? Kalau kamu tidak menyentuh Chandra, berarti aku berhutang kepadamu, boleh?”
Marie biasa sangatlah angkuh. Ia bagai seorang ratu sejak dulu, memimpin wilayahnya dari atas. Ia memiliki sifat angkuh yang alami. Ia tidak akan menunduk kepalanya di hadapan orang, tapi sekarang ia bermohon kepada Mike di hadapan begitu banyak orang, hanya karena ia tidak ingin aku terluka.
Seketika aku tiba-tiba mengingat kembali empat tahun yang lalu, Ibuku bermohon kepada para perampok itu demiku. Ibuku biasanya juga angkuh, tapi karena diriku, ia rela menurunkan harga dirinya dan terus bermohon. Sedangkan sekarang masa lalu kembali terulang. Marie merelakan harga diri yang ia pentingkan, demi diriku.
Marie melakukan hingga ini, tapi Mike tetap tidak ingin mundur. Hatinya telah menjadi es, tidak ada satupun yang bisa mencaiarkannya. Ia menoleh melihat Marie sekilas dan dengan cuek membalas, “Maaf, Marie. Ini adalah masalahku dan Chandra, harus diakhiri!”
Tatapannya kembali dingin, lalu ia tiba-tiba mengangkat pisau di tangannya dan menggores kearah nadi tanganku.
Aksi Mike terlihat sering dilakukan, seperti pembunuh yang hebat, begitu jahat dan kejam. Ia ingin memotong nadi tanganku hingga putus!
Seketika seluruh tubuhku merinding. Rasa takut ini telah menelanku. Aku tidak dapat sangka bagaimana kalau aku kehilangan tanganku, betapa gelapnya kehidupanku. Aku tidak berani berpikir bagaimana rasanya untuk menjadi orang yang cacat. Rasa ini sungguh menyeramkan!
Di waktu yang sama, rasa takut Marie juga telah tiba di puncak. Ia takut aku terluka, semakin takut aku menjadi orang cacat. Rasa ketakutan tanpa batas ini membuat suasana hatinya meledak. Ia sudah kehilangan akal sehatnya dan seketika menggila.
Saat menggila, potensi seseorang pasti tidak akan habis. Amarah Marie yang meledak, tiba-tiba muncullah kekuatan yang cukup besar. Ia berteriak kencang, lalu melepaskan diri dari Evan dan berlari menabrak Mike.
Pisau Mike belum saja menyentuhku, seketika sekujur tubuhnya ditabrak hingga jatuh di tanah secara tidak sadar.
Lalu raut wajah Mike berubah. Ia bangun dan menepuk debu di badannnya. Ia menunjuk Marie dan segera memerintah, “Tangkaplah ia!”
Kedua lelaki berpostur tubuh besar seketika mengangkat Marie dan menahannya dengan kuat. Mau sekuat apapun Marie berjuang, sama sekali juga tidak berguna.
Marie tidak bisa melepaskan diriya dan hanya bisa terus berteriak dengan suaranya yang sudah serak. “Mike, kalau kamu berani menyentuh Chandra, aku bersumpah akan membuatmu menyesal!”
Mike juga marah, seperti ada api di matanya. Ia berjalan mendekati Marie dan berkata, “Sialan, aku tidak ingin bertengkar denganmu, apakah kamu kira aku takut denganmu? Hari ini aku akan membuat Chandra cacat, aku lihat apa yang bisa kamu lakukan!”
Mike tidak melihat Marie lagi dan langsung berjalan mendekatiku dengan pisau kecilnya.
Marie berusaha melepaskan dirinya lagi saat melihat kondisi ini. Rambut panjangnya yang tergerai menjadi berantakan, matanya memerah, air matanya mengalir deras, bibirnya memerah, suaranya serak, tetapi masih saja berusaha untuk berteriak.
Suara Marie menusuk hatiku perlahan-lahan. Kegilaan Marie semakin menarik syarafku dengan kuat.
Adegan yang begitu dikenal!
Sepupu laki-laki Olive saat itu ingin memotong dua jariku, Ibuku menggila, bagai setan telah merasukki dirinya dan berusaha melepaskan diri dari tali, bahkan membunuh orang dengan pisau.
Aku yang saat itu adalah pecundang yang sama sekali tidak berguna, bahkan aku sama sekali tidak berusaha, walaupun sekali saja, tidak pernah ada. Aku hanya bisa meneriakki Ibu untuk menolongku, bagai orang bodoh. Akhirnya Ibuku membunuh orang dan masuk penjara karena diriku.
Aku berpikir banyak kali, kalau waktu bisa diatur kembali, aku pasti tidak akan melihat Ibuku menanggung semua ini demi diriku. Aku pasti akan berusaha untuk memberontak. Mau memberontak itu tidka berguna, jadi aku harus tetap melakukannya, karena hanya dengan melakukan itu, aku baru berhak menjadi seorang anak, berhak menjadi lelaki sejati.
Sepertinya sekarang Tuhan memberikanku kesempatan lagi. Adegan yang sama, cerita sedih akhir yang sama, wanita yang menggila dan menangis demiku yang sama. Kalau masih ada sisa nafas terakhir, aku juga tidak boleh menunggu mati disini, tidak boleh menjadi pecundang lagi. Tidak boleh!
Diriku yang terbaring lemas di lantai, seketika muncul tenaga yang kuat dari dalam tubuhku dan darahku mulai mendidih, bagai dirasuki setan. Saat Mike sedang membawa pisau berjalan mendekatiku, aku tiba-tiba berteriak dan berusaha bangun.
Dua lelaki kuat yang menahanku sama sekali tidak sadar bahwa diriku yang sudah mau pingsan, masih memiliki tenaga. Tanpa mereka sadari, aku mendorong pergi mereka berdua.
Aku tidak berdiam di tempat dan langsung jungkir balik, menyerang kearah Mike.
Mike terlihat cukup terkejut melihat situasi ini. Saat detik ia tercengang, aku telah mendorongnya jatuh di lantai. Aku mengambil pisau kecil di tangan Mike dan dengan kesal berkata, “Matilah kamu!”
Aku memegang pisau erat dan menusuk kearah dada Mike tanpa berpikir banyak.
Seketika aku seperti binatang buas dan terdapat aura yang garang. Aku telah kehilangan akal sehatku, tatapan mata memerah penuh rasa kebencian. Hanya tersisa satu pikiran di dalam otakku, yaitu membunuh orang licik ini yang telah menghinaku dan ingin membuatku cacat.
Mike melihat aku ingin membunuhnya dan melihat pisau yang menusuk kearah dadanya, seketika matanya membesar. Rasa takut telah memenuhi seluruh tatapannya. Ia berusaha menjauh sambil berteriak, “Cepat berhentikan ia!”
Usaha yang dilakukan Mike menganggu aksiku. Tapi tangan kirinya tidak bisa digerakan, hanya tersisa tangan kanannya yang asal bergoyang. Meskipun aku terluka berat, tapi aku sangatlah kesal, jadi memiliki tenaga yang cukup besar. Aku menggunakan satu tanganku untuk menahan tangan kanan Mike yang asal bergerak, satu tangan lagi memegang pisau erat sambil menusuk kearah dada Mike.
Dalam sekejap waktu, pisau yang tajam menusuk pakaian Mike, menusuk kulitnya, tapi tidak menusuk ke dalam dagingnya, karena entah kapan Evan muncul. Saat pisauku telah menusuk kulit Mike, ia tiba-tiba menggunakan tangan memegang erat pergelangan tanganku. Ia berteriak, “Hentikan, sialan!”
Evan ini pasti pernah belajar bela diri. Tidak hanya kelincahannya, bahkan tenaganya juga sangat besar. Pergelangan tanganku dipegang erat olehnya, sehingga pisau di tanganku tidak bisa lanjut menusuk lagi. Tapi aku juga tidak melonggarkan pegangannya, melainkan berusaha untuk lanjut menusuk.
Evan semakin kesal saat melihat diriku tidak ingin berhenti. Ia tiba-tiba menguatkan pegangannya di tanganku.
Tanganku yang mengambil pisau tiba-tiba terasa sakit, lalu melepaskan pisau secara tidak sadar. Seketika pisau itu terjatuh di lantai.
Evan melihat pisau terjatuh, seketika melepaskan tanganku dengan kencang.
Seketika aku terjatuh di tanah karena Evan. Saat aky mencoba untuk bangun lagi, sudah ada dua orang yang berlari kearahku dan menahanku kuat. Aku berusaha lagi, tapi sama sekali tidak berguna. Aku tetap berteriak dan berusaha.
Luka di dadaku kembali terobek lagi dan darahnya mengalir kencang. Pelan-pelan suaraku semakin serak, hingga tidak ada suara. Usahaku juga perlahan-lahan melambat, tubuhku sudah kehabisan tenanga. Dadaku semakin sakit, hingga rasa sakit ini menenggalamkan diriku, seperti merasakan sebuah bencana. Hanya tersisa kesadaran yang kumiliki sekarang.
Rasa kesadaran ini yang membuatku tidak terjatuh pingsan dan hanya bisa disiksa hidup-hidup.
Mike yang berhasil kabur dari neraka, telah mengeluarkan keringat banyak. Dirinya yang masih terkejut, berbaring lama di lantai lama, baru pelan-pelan berdiri.
Mike menjulurkan tangannya untuk menyentuh dadanya dan menemukan darah. Seketika seluruh urat di wajahnya muncul, matanya memerah. Ia terus menatapku garang, bagai singa jantan. “Anjing gila ini masih berani untuk membunuhku. Chandra, kamu sedang cari mati!”
Kata ‘mati’ mengejutkan seluruh dunia, membuat seluruh debu melayang di udara.
Mike marah, sungguh marah. Ia mengambil pisau di lantai dan dengan kesal memerintah, “Pegang ia dengan erat!”
Setelah selesai memerintah, Mike langsung berjalan kearahku dengan pelan-pelan, sambil membawa aura dewa kematian.
Dulu Mike seperti es batu yang beribu tahu dan memiliki aura yang dingin. Ia telah kehilangan seluruh kemanusiaannya dan hanya ingin memotong nadi tanganku.
Sedangkan sekarang, Mike seperti terbakar oleh api. Seluruh tubuhnya terbakar api, ia sekarang tidak hanya ingin membuatku cacat. Ia ini ingin membunuhku!
Tidak membunuhku sama sekali tidak dapat melampiaskan kemarahannya!
Melihat niat Mike yang begitu dalam, aku sama sekali tidak takut. Rasa ketakutan menjadi cacat sama sekali sudah tidak ada, begitupula dengan rasa penyesalan, karena aku telah memberontak. Aku menggunakan tenaga terakhirku untuk memberontak!
Meskipun hasil dari berontak membuat diri sendiri semakin buruk, tapi setidaknya aku sudah memberontak seperti seorang lelaki sejati. Kalaupun mati, aku juga tidak menyesal.
Saat ini, aku tidak sedih, tidak ada kebencian, tidak ada menyesal, hanya merasa lega dan rasa kebanggaan untuk menunggu kematian. Tanpa sadar, bibirku membentuk senyuman yang tipis. Aku menunggu kematian alam ketenangan.
Aku tenang, tetapi Marie tidak bisa tenang. Ia sangat panik hingga arwahnya hampir saja melayang. Ia pasti juga merasakan niat Mike untuk membunuh, jadi meskipun suaranya telah serak, ia masih berteriak. “Mike, jangan kamu coba-coba melakukan itu. Jangan lakukan itu!”
Mike semakin kesal mendengar suara Marie. Ia langsung teriak kepada Marie, “Aku beritahu kepadamu, mau orang yang berkuasa tinggi datang, juga tidak bisa mencegatku!”
Mike mempercepat langkahnya dan tiba di hadapanku, lalu ia memegang erat pisau, menusuk kearah perutku.
Ketajaman pisau itu langsung tertuju kearahku. Suara tangisan Marie terdengar di telingaku. Hatiku sudah tenang seperti debu.
Sedangkan saat ini, terdengar suara yang malas. “Hentikan!”
Suara ini terdengar santai, tetapi memiliki kekuatan besar yang tak berbentuk. Untuk Mike yang bersikeras ingin membunuhku, berhenti untuk melakukan aksinya.
Detik selanjutnya, semua orang melihat kearah suara itu muncul!
Hanya menemukan lelaki berpostur tinggi dan langsing dari ujung jalan kecil itu. Cara ia berjalan sangatlah santai, begitupula dengan pakaiannya. Meskipun hari ini ada sinar matahari, tapi ini juga musim gugur, suhunya lebih dingin, sedangkan ia memakai pakaian berlengan pendek dan celana pendek, bahkan kakinya hanya terpasang sepasang sandal, terlihat malas. Wajahnya yang masih mengantuk itu menunjukkan bahwa ia baru saja bangun tidur.
Ia terlihat begitu santai, tetapi orang yang seperti ini memiliki semuanya, membuat ia terlihat penuh kharisma dan garang.
Aku pernah melihatnya.
Ia adalah Ten Zhou!
Novel Terkait
Mr. Ceo's Woman
Rebecca WangCinta Pada Istri Urakan
Laras dan GavinLove And Pain, Me And Her
Judika DenadaMy Only One
Alice Song1001Malam bersama pramugari cantik
andrian wijayaAkibat Pernikahan Dini
CintiaKisah Si Dewa Perang
Daron JayWahai Hati×
- Bab 1 Kekokohan Ibuku (1)
- Bab 1 Kekokohan Ibuku (2)
- Bab 2 Bu, Maaf (1)
- Bab 2 Bu, Maaf (2)
- Bab 3 Berjuang untuk bangkit kembali (1)
- Bab 3 Berjuang untuk bangkit kembali (2)
- Bab 4 Pria Perkasa (1)
- Bab 4 Pria Perkasa (2)
- Bab 5 Kemunculan Olive
- Bab 6 Kegaduhan Kantin (1)
- Bab 6 Kegaduhan Kantin (2)
- Bab 7 Sudah Lama Tidak Bertemu(1)
- Bab 7 Sudah Lama Tidak Bertemu(2)
- Bab 8 Musuhku(1)
- Bab 8 Musuhku(2)
- Bab 9 Sebelum badai datang
- Bab 10 Gunung satu itu lebih besar dari gunung lain (1)
- Bab 10 Gunung satu itu lebih besar dari gunung lain (2)
- Bab 11 Suara yang tidak asing (1)
- Bab 11 Suara yang tidak asing (2)
- Bab 12 Lepaskan Gadis Itu (1)
- Bab 12 Lepaskan Gadis Itu (2)
- Bab 13 Menjadi Pahlawan
- Bab 14 Lalat yang menganggu (1)
- Bab 14 Lalat yang menganggu (2)
- Bab 15 Bunga kampus yang seksi (1)
- Bab 15 Bunga kampus yang seksi (2)
- Bab 16 serangan yang terbuka mudah untuk ditangani, serangan kegelapan sulit untuk dihindari
- Bab 17 Harimau ingin menunjukkan kekuatan
- Bab 18 Aksi Balas Dendam
- Bab 19 Apa yang ditakutkan pasti akan terjadi
- Bab 20 Momen Menegangkan
- Bab 21 Marie Hu yang menggoda (1)
- Bab 21 Marie Hu yang menggoda (2)
- Bab 22 Tendangan yang Intimidasi (1)
- Bab 22 Tendangan yang Intimidasi (2)
- Bab 23 Majikan dan Anjingnya
- Bab 24 Pertemuan yang Tak Terhindari (1)
- Bab 24 Pertemuan yang Tak Terhindari (2)
- Bab 25 Rencana Licik (1)
- Bab 25 Rencana Licik (2)
- Bab 26 Satu Langkah Lagi
- Bab 27 Melukai Diri untuk Mendapatkan Kepercayaan
- Bab 28 Cinta dan Tidak Cinta
- Bab 29 Adegan Sebelum Acara Besar Dimulai (1)
- Bab 29 Adegan Sebelum Acara Besar Dimulai (2)
- Bab 30 Chandra, Aku Mencintaimu (1)
- Bab 30 Chandra, Aku Mencintaimu (2)
- Bab 31 Aura Seorang Ratu
- Bab 32 Pilihanmu Tidak Salah
- Bab 33 Pencegatan Mike
- Bab 34 Penyiksaan yang Kejam
- Bab 35 Ia adalah Ten Zhou
- Bab 36 Satu yang Menjaga, Tidak Ada yang Berani Menyerang
- Bab 37 Dendam dan Kewajiban
- Bab 38 Kecelakaan Gunawan
- Bab 39 Tokoh Kecil yang Tidak Dianggap
- Bab 40 Olive yang Sangat Terkejut
- Bab 41 Memancing ke dalam Jebakan
- Bab 42 Mike Berlutut
- Bab 43 Aura Pemenang
- Bab 44 Menginjak Jalan yang Buruk
- Bab 45 Amarah Ten Zhou (1)
- Bab 45 Amarah Ten Zhou (2)
- Bab 46 Pertarungan
- Bab 47 Tidak Ada yang Bisa Menaklukkanku
- Bab 48 Mencari Masalah
- Bab 49 Dua puluh miliar, itu hal yang kecil
- Bab 50 Menarik Uang
- Bab 51 menganggapmu ayah jika kaya
- Bab 52 keagungan
- Bab 53 Fetrin yang Percaya Diri
- Bab 54 Pengemis Tua
- Bab 55 Ada Uang, Sombong
- Bab 56 Krisis Ekonomi Keluarga Hu
- Bab 57 Merasa Terkejut
- Bab 58 Mike Kembali
- Bab 59 Datang Sendiri
- Bab 60 Boleh Membunuh Tapi Tidak Boleh Menghina
- Bab 61 Satu panggilan kak Chandra
- Bab 62 Mati dan hidup bersama
- Bab 63 Tidak berhenti sampai mati
- Bab 64 Insiden sensasional kampus (1)
- Bab 64 Insiden sensasional kampus (2)
- Bab 65 Pertarungan Besar Dimulai (1)
- Bab 65 Pertarungan Besar Dimulai (2)
- Bab 66 Waktu kematian sudah datang
- Bab 67 Perbuatan tercela Mike
- Bab 68 Fetrin Tiba
- Bab 69 Tuan Muda, Aku Terlambat
- Bab 70 Menjalani Keputusan Tuhan
- Bab 71 Amarah Michael Li
- Bab 72 Remehan Fetrin
- Bab 73 Bahaya Menyerang
- Bab 74 Namaku Jeno (1)
- Bab 74 Namaku Jeno (2)
- Bab 75 Michael Li Yang Jago
- Bab 76 Ada Orang di dalam Rumah
- Bab 77 Insting Orang hebat
- Bab 78 Malam yang Menakutkan(1)
- Bab 78 Malam yang Menakutkan(2)
- Bab 79 Jangan Mengulang ke Tiga Kalinya
- Bab 80 Orang Hebat Pertama di Kota (1)
- Bab 80 Orang Hebat Pertama di Kota (2)
- Bab 81 Olive Yang Pasrah (1)
- Bab 81 Olive Yang Pasrah (2)
- Bab 82 Balasan
- Bab 83 Posisi Defensif Michael Li
- Bab 84 Dia, adalah Fetrin (1)
- Bab 84 Dia, adalah Fetrin (2)
- Bab 85 Kematian Michael Li
- Bab 86 Kejadian saat itu
- Bab 87 Ayahmu
- Bab 88 Perasaan gelisah yang kuat.
- Bab 89 Perselisihan di Villa Keluarga Hu
- Bab 90 Sekeliling penuh dengan musuh
- Bab 91 Tuan Chandra
- Bab 92 Halo, Nama Aku Ruben
- Bab 93 Kamu Pantas Bertarung Denganku? (1)
- Bab 93 Kamu Pantas Bertarung Denganku? (2)
- Bab 94 Ruben Yang Misterius (1)
- Bab 94 Ruben Yang Misterius (2)
- Bab 95 Malu Ekstrim
- Bab 96 Tidur Seranjang Dengan Olive (1)
- Bab 96 Tidur Seranjang Dengan Olive (2)
- Bab 97 Kita Putus Saja (1)
- Bab 97 Kita Putus Saja (2)
- Bab 98 Kebencian
- Bab 99 Orang Belakang Ruben
- Bab 100 Kehadiran Fetrin dengan Penampilan yang Sombong (1)
- Bab 100 Kehadiran Fetrin dengan Penampilan yang Sombong (2)
- Bab 101 Menatap Semua orang
- Bab 102 Bersebrangan Dengan Marie Hu
- Bab 103 Ruben Yang Penuh Percaya Diri
- Bab 104 Tangkap Ruben dengan cara apapun
- Bab 105 Pertempuran Sengit
- Bab 106 Amarah Ruben
- Bab 107 Chris VS Ruben
- Bab 108 Kemampuan Fetrin
- Bab 109 Marie Berlutut
- Bab 110 Membalas Dendam Kepada Ruben
- Bab 111 Maaf, Aku Tidak Terima
- Bab 112 Pria Besar muncul
- Bab 113 Bunga Kampus yang Ketiga
- Bab 114 Selalu ada orang yang lebih hebat
- Bab 115 Putra Godi chen
- Bab 116 Chandra, Kamu Ditangkap (1)
- Bab 116 Chandra, Kamu Ditangkap (2)
- Bab 117 Ferdy Yang bertindak
- Bab 118 Keputusasaan Tanpa Akhir
- Bab 119 Lebih Baik Mati Daripada Hidup
- Bab 120 Pengemis Dan orang kaya generasi kedua (1)
- Bab 120 Pengemis dan orang kaya generasi kedua (2)
- Bab 121 Candra, Kamu Tamat (1)
- Bab 121 Chandra, Kamu Tamat ( 2)
- Bab 122 Ciuman Clara
- Bab 123 Kemarahan Ferdy
- Bab 124 Kobaran Api
- Bab 125 Hidup Mati
- Bab 126 Kematian Ruben Cai
- Bab 127 Ucapan Marie
- Bab 128 Menuju Ke Lokasi Perang
- Bab 129 Tuan Muda Ferdy Yang Susah Ditebak
- Bab 130 Ibuku Datang
- Bab 131 Keangkuhan Tuan muda Ferdy
- Bab 132 Api Peperangan Menyala
- Bab 133 Ibuku VS Tuan Muda Ferdy
- Bab 134 Berjuanglah Untuk Tetap Bertahan Hidup
- Bab 135 Air Mata Dua Wanita (1)
- Bab 135 Air Mata Dua Wanita (2)