Wahai Hati - Bab 28 Cinta dan Tidak Cinta

Hari mulai menggelap, begitupula awan di langit pelan-pelan menutupi sinar bulan. Cakrawala tanpa batas juga dipenuhi dengan kegelapan. Sedangkan setelanku dari atas hingga bawah juga berwarna hitam, tak ada satupun orang yang bisa melihatku dalam kegelapan. Tapi aku tiba-tiba muncul di depan Mike yang sedang berakting ria. Raut wajah yang sudah ia atur, seketika berubah menjadi terkejut. Tapi tunggu saat ia melihatku dengan lampu jalan yang redup, raut wajah seketika menjadi kesal, bahkan alisnya berkerut. Ia menatapku dengan tidak senang, lalu berkata, “Kamu lagi? Sebenarnya siapakah kamu?”

Suara Mike terdengar sangat berat dengan tatapannya yang ganas penuh amarah, sepertinya ia membenciku lebih berat daripada Gunawan. Aku hanya memberi dua tusukan untuk Gunawan, tetapi yang kubawakan untuk Mike adalah dua kali kegagalan. Pertama kali ia merencanakan pertolongan wanita cantik dari seorang pahlawan, tapi berakhir direbut olehku. Ia melihatku dalam kegelapan, kurasa ia pasti sangat membenciku. Kali ini ia merencanakan yang baru lagi, tapi aku datang lagi di saat yang tidak tepat, aneh juga kalau ia tidak marah.

Aku sungguh puas melihat raut wajah Mike sekarang. Aku menatapnya datar dan berkata dengan cuek, “Bukankah kamu sedang berakting? Tapi aktingmu buruk sekali, biarkan aku membantumu!”

Aku tidak memberi waktu untuk Mike bereaksi, lalu langsung menerkam kearahnya, bagai serigala yang buas.

Mike merupakah tokoh yang sangat terkenal di sekolah dan memiliki posisi tertinggi di organisasi mahasiswa. Mau latar belakang, wajah, otak ataupun taktiknya semua sangat baik, tapi ada satu-satunya yang ia tidak bisa, yaitu bertengkar. Tapi Mike dan Gunawan berbeda, ia sangatlah berani, meskipun berhadapan dengan diriku yang mengambil pisau, ia juga tidak mundur dan langsung melawanku.

Tentunya aku memiliki senjata di tanganku, ditambah aku sudah menerkamnya terlebih dahulu. Mike memang tidak bisa bertengkar, meskipun reaksinya sangat cepat dan berani langsung melawanku, tetapi ia juga bukan musuhku. Tak lama kemudian, ia terjatuh di lantai, tapi anak ini sama sekali tidak putus asa. Ia memang sangat licik, mungkin karena menyadari sebuah luka dari bajuku yang ada lubangnya, jadi ia menggunakan kesempatan ini, berusaha memukul ke arah lukaku.

Aku juga dihajar dua kali oleh Mike, seketika keringat dinginku bercucuran. Bekas lukaku pun robek dan mengeluarkan darah, sehingga bajuku didalam mengenai darah. Di saat yang sama, ia juga sudah menyalakan amarahku. Aku menahan rasa sakit tubuhku, satu tangan aku gunakan untuk menahannya, satu tangan lagi untuk memegang erat pisau lipatku dan menggunakan pegangan pisau memukul keras kearah Mike.

Seketika malam yang hening terdengar suara teriakan Mike yang sakit. Ia berteriak sambil mencoba untuk membebaskan dirinya, tapi semakin ia berusaha, aku semakin keras memukulnya. Sekarang hatiku penuh dengan kemarahan!

Mengingat gaya Mike yang sombong, mengingat rencana liciknya, mengingat wajahnya yang berpura-pura itu, mengingat ia menginjak harga diriku, aku semakin kasar memukulnya. Aku paling benci orang yang bermuka dua. Aku semakin ingin membalas dendam demi diriku yang tidak bersalah. Hari ini aku akan melampiaskan semua amarahku kepadanya. Aku harus melampiaskan ini semua.

Hanya saja bagaimanapun aku memukulnya, Mike sama sekali tidak bermohon. Ia memang sudah terbiasa sombong, sehingga saat ia dihajar, ia juga tidak ingin menurunkan harga dirinya, sebalingnya saat ia sedang berteriak sakit, ia masih berpikir untuk memukul bekas lukaku. Tentunya aku tidak akan mengabulkan keinginannnya dan memukulnya semakin keras, hingga ia tidak dapat balik menghajarku, aku baru berhenti. Lalu aku memegang erat pisau lipat dan berkata kepada Mike yang sudah lemas, “Mike, kamu sendiri yang mencari semua masalah ini!”

Setelah selesai berkata, aku menggores punggung Mike dua kali tanpa merasa kasihan. Seketika Mike teriak bagai seekor babi. Dengan kesempatan ini, aku menarik tangannya dan kuinjak, hingga tulangnya patah.

Kali ini suara teriakan Mike makin terdengar, terlihat sangat pucat dan kacau. Ia semakin sakit, hatiku semakin senang. Bukankah ia sudah berakting? Maka biarkan aku sekarang untuk merasakan kesakitan yang sebenarnya. Tapi aku tidak boleh berlama-lama lagi disini, karena kedua sahabat Mike akan segera datang, aku harus cepat pergi dari tempat. Lalu aku memberi peringatan kepada Mike yang terbaring lemas di tanah. “Mike, kali ini aku hanya memberikan pelajaran yang ringan. Aku berharap kamu bisa menyimpan semua rencana licikmu, kalau tidak kamu tidak akan seberuntung ini.”

Aku segera pergi setelah selesai memberi peringatan kepadanya. Sedangkan suara teriak Mike terdengar semakin melemah, hampir mau pingsan, tapi setelah melihat kepergianku, ia masih berusaha menggunakan sisa tenaganya untuk berteriak kepadaku. “Siapapun kamu, aku tidak akan membiarkanmu begitu saja!”

Aku tidak peduli kepadanya dan lanjut melangkah besar untuk pergi. Saat keluar dari gang, aku melihat kedua sahabat Mike sedang berjalan menuju sini.

Aku kenal kedua orang itu. Mereka adalah kakak adik, kakaknya dipanggil Evan Chen, adiknya dipanggil Ivan Chen. Mereka berdua juga merupakan anggota organisasi mahasiswa. Biasanya mereka berdua juga sangat sombong di sekolah, tidak ada orang yang berani mencari masalah dengan mereka, bisa dikatakan tangan kanannya Mike, sangat dipercaya oleh Mike, jadi mereka juga ikut serta dalam drama kali ini. Misi mereka berdua adalah membawa Mike ke rumah sakit, tapi melihat gaya berjalan mereka yang santai, sama sekali tidak terlihat ingin datang untuk menolong orang. Akting mereka sangatlah buruk!

Melihat mereka begitu santai, tiba-tiba aku tertarik dengan sesuatu. Aku tidak buru-buru untuk pergi dan masuk ke dalam kegelapan lagi, diam-diam mengawai mereka. Aku ingin melihat bagaimana mereka berakting.

Entah berjalan betapa lama, kedua kakak beradik itu akhirnya datang. Saat mereka melihat Mike terbaring lemas di tanah, tubuh mereka menjadi kaku dan penuh keterkejutan. Evan yang mulai membuka mulut, “Kak Mike, tidak ada orang di sekitar, kamu tidak perlu berpura-pura lagi!”

Melihat kedua kakak beradik ini, Mike berkata dengan lemas, “B-bawa aku ke rumah sakit!”

Evan semakin bingung mendengar suara Mike yang lemas ini. Ia masih berdiri di tempat dan berkata dengan bingung, “Kak Mike, untuk apa kamu berpura-pura terus? Adik kelas sudah kembali ke sekolah dengan jalan besar, mereka pasti akan memberitahu masalah ini kepada Kak Olive, seharusnya Olive bentar lagi akan datang. Kak Mike cepat bangunlah, kita harus ke rumah sakit untuk menggunakan perban, kalau tidak kita akan ketahuan!”

Mike marah saat melihat Evan yang bawel. Ia menahan rasa sakit dan berteriak, “Segera bantu aku bangun!”

Kedua kakak beradik itu hanya bisa mendekat dan membantu Mike bantu dari tanah.

Tubuh Mike sangat lemas, bahkan tidak bisa berdiri dengan seimbang dan harus membutuhkan bantuan kedua kakak beradik itu untuk berdiri.

Saat ini, Ivan tidak tahan berkata, “Kak Mike, aktingmu asli sekali. Sekarang tidak ada orang di sekitar sini, kamu tidak perlu serius gitu. Tunggu di perjalanan menuju rumah sakit, kamu baru berakting juga bisa!”

Sebenarnya rencana Mike sebelumnya, ia sengaja membuat dirinya terluka berat. Pertama karena ia takut kedua adik kelas tidak takut, susah disuruh pergi dan ikut datang. Ia harus memberikan sisinya yang terluka berat. Kedua, ia akan pergi ke rumah sakit, kalau ketemu orang sekolah dalam perjalanan, ia juga bisa membuat orang lain tahu kalau ia terluka. Lagipula hal terakhir yang ingin ia lakukan adalah mengobati lukanya dan menggunakan gipsnya, membuat tampilan yang sangat serius sambil menunggu kedatangan Olive.

Tapi akting Mike di mata kedua kakak beradik sangat keterlaluan. Mereka sungguh bingung. Sedangkan Mike hampir saja ingin muntah darah, melihat kedua kakak beradik ini begitu lama. Ia juga tidak menjelaskan dan berteriak dengan kesal, “Aku sungguh terluka! Cepat bawakan aku ke rumah sakit!”

Akhirnya kedua kakak beradiknya itu sadar. Mereka buru-buru membawa Mike menuju rumah sakit, sambil berjalan sambil bertanya apa yang terjadi sebenarnya.

Melihat adegan ini, sudut bibirku tidak tahan untuk terangkat dan tersenyum puas. Akhirnya rencanaku berjalan sempurna!

Tapi setelah selesai menyaksikan drama itu, aku baru menyadari bahwa darah di lukaku masih bercucuran, tiba-tiba rasa sakit mulai terasa. Lalu aku segera mencari klinik dan mengobati lukaku. Aku membuang bajuku yang robek dan membeli pakaian baru. Aku tidak boleh sebodoh itu lagi, karena hal kecil seperti ini.

Meskipun luka ini terus terasa sakit malam ini, tapi karena sudah menyelesaikan masalah Mike, aku masih bisa tertidur nyenyak. Tapi hari kedua, aku menjadi bingung. Kukira rencana licik Mike telah digagalkan olehku dan aku juga sudah memberi peringatan kepadanya, sehingga ia tidak akan melanjutkan rencana licik ini. Tapi aku tak sangka si brengsek ini tetap menjalankan rencananya.

Setelah melalui semalam, hari kedua muncullah berita yang cukup menakjubkan. Isi dari berita ini adalah Gunawan membalas dendam kepada Mike, terluka berat hingga tinggal di rumah sakit. Olive merasa kasihan dan pergi menjenguk Mike, bahkan menemaninya semalam disana.

Aku sungguh tidak merasa baik setelah mendengar berita ini, seperti apa yang kulakukan kemarin itu sisa-sia. Sangat mengesalkan!

Sebenarnya aku menyerang Mike, sebagian besar demi diriku, tapi juga untuk Olive. Aku takut Olive terjatuh di tangan orang yang licik seperti Mike. Mike yang begitu playboy, sudah jelas ia tidak setia. Ia hanya ingin mendapatkan Olive. Aku sungguh tidak ingin Olive didapatkan oleh orang brengsek sepertinya, jadi aku sengaja memberi peringatan untuknya. Ia pasti tahu aku menyuruhnya untuk tidak mendapatkan dengan rencana licik, tetapi ia masih saja berani untuk lanjut berakting dan bodohnya Olive juga percaya kepadanya. Bagaimana ini tidak membuatku merasa kesal!

Aku semakin kesal kalau dipikir lagi. Akhirnya aku menghubungi Marie lagi dan langsung berkata, “Marie, kurasa kamu sudah mendengar masalah Mike. Brengsek itu sedang merencanakan sesuatu yang busuk lagi. Aku berharap kamu bisa membantuku untuk mengingatkan Olive, agar ia tahu Mike adalah orang yang licik, agar ia tidak mudah percaya dengannya!”

Marie menjadi satu-satunya orang yang bisa kupercaya di sekolah ini. Aku tidak baik untuk ikut serta dalam masalah ini dan hanya bisa meminta bantuannya. Sebenarnya aku juga tahu ini tidak adil bagi Marie untuk menyuruhnya melakukan ini, lagipula ia dan Olive juga bermusuhan. Membantu musuh bukanlah gaya seorang Marie, tapi aku juga tidak boleh pergi mencari Olive. Aku baru saja memutuskan hubunganku dengan Olive. Ia juga tidak pernah mencariku, jadi aku seharusnya tidak bertemu lagi dengannya dan hanya bisa meminta bantuan Marie.

Marie sepertinya tidak senang mendengar ucapanku. Nada suaranya menjadi tidak enak didengar. “Chandra, jangan-jangan kamu tertarik kepada Olive? Mengapa kamu begitu perhatian kepadanya?”

Aku tak berdaya menjelaskan, “Tidak, tapi bagaimanapun aku juga pernah kenal dengannya. Aku sungguh tidak ingin melihat ia ditipu orang lain. Aku berharap kamu bisa membantuku.”

Aku ada sesuatu yang sebenarnya tidak ingin kubahas. Bagaimanapun aku tidak bisa melihat Olive begitu mudah percaya.

Setelah mendengar penjelasanku, Marie membalasku dengan terpaksa. “Baiklah!”

Hatiku menjadi lebih ringan setelah memutuskan panggilan. Aku terus mengingat diriku, aku hanya tidak ingin Olive bersama dengan Mike. Kalau rencana Mike tidak berjalan, mau Olive berkencan dengan siapapun, tidak ada hubungan denganku. Benar, seperti itu!

Selanjutnya, aku melupakan masalah itu untuk sementara dan menjalani kehidupanku seperti biasa, belajar dengan tenang.

Dua hari kemudian, Marie mengajakku untuk bertemu di kedai kopi luar sekolah.

Sore pukul empat, aku tiba sebuah kedai kopi yang bernama Golden Lumiere Cafe. Masuk kedalam, aku langsung melihat Marie yang terduduk di pojok yang dekat dengan dinding kaca.

Kecantikan Marie selalu bisa menarik perhatian orang, entah dimana ia berada. Ia bisa selalu terlihat bersinar. Kedai kopi ini didekorasi sedikit kuno dan pedesaan. Pakaian Marie hari ini juga terlihat lebih tertutup, sehingga ia terlihat cocok dengan kedai kopi ini. Aku terus memandanginya di depan pintu selama dua detik, lalu baru berjalan ke tempat dimana ia duduk.

Marie sudah bantu aku memesan kopi. Aku baru saja duduk dan belum mulai mencicipi kopi, Marie langsung berkata kepadaku dengan kesal. “Semua salahmu, Chandra. Untuk apa menyuruhku menyari Olive. Aku memberitahunya dengan baik dan dirinya mengira aku merasa iri kepadanya, serta memiliki maksud lain. Ia menyuruh untuk tidak ikut campur masalahnya. Aku sungguh kesal!”

Aku mengerutkan dahiku dan bertanya, “Ia tidak percaya kepadamu?”

Marie memutar balik matanya dan berkata dengan malas, “Iya. Kulihat ia sepertinya mulai merasa suka kepada Mike. Tidak ada satupun orang luar yang bisa mengurus masalah asmara. Kalau ia suka Mike, memangnya mengapa? Jadi sebaiknya kamu jangan mengurus masalah ini lagi. Baik?”

Aku terdiam mendengar perkataan Marie. Mungkin ada kata-kata yang ia ucapkan itu benar. Asmara itu merupakan masalah dua orang, orang luar tidak baik untuk ikut campur. Kalau Olive benar-benar jatuh cinta kepada Mike dan Mike adalah orang jahat, memangnya mengapa? Ia bisa jatuh cinta, juga pasti bisa patah hati. Kalau mereka berdua saling menyukai, aku sama sekali tidak berhak untuk mengurus mereka. Mau aku berusaha mencari cara untuk menunjukkan Mike yang sebenarnya, apakah Olive akan menerima kebaikanku? Siapa tahu ia akan menyalahkanku karena menghancurkan hubungan asmaranya? Sudahlah, aku memang tidak berhak untuk mengelak hubungan mereka. Aku juga tidak perlu mencari masalah untuk sendiri kan.

Setelah berpikir lama, aku memberi jawaban yang tulus kepada Marie. “Baiklah, aku mengerti. Aku tidak akan mengurus lagi!”

Marie masih saja mengerutkan dahinya setelah mendengar ucapanku. Ia melihatku dengan serius sangat lama, baru pelan-pelan bersuara. “Chandra, aku berharap kamu bisa menjawabku dengan jujur. Apakah kamu suka Olive?”

Pertanyaan ini membuat hatiku mencelos secara tidak sadar. Sebenarnya aku masih tidak mengerti apa itu cinta, apa itu tidak cinta. Untuk Olive, sepertinya aku hanya memiliki perasaan yang rumit dan kacau. Aku membencinya, ingin terus menjauhinya, tidak ingin berhubungan lagi dengannya. Tapi entah mengapa Olive dalam kebahayaan, aku berusaha pergi menolongnya. Melihat Olive dibohongi, aku juga tidak tahan ingin memberitahunya. Aku sungguh tidak tahu mengapa diriku melakukan ini. Rasa yang rumit ini terus menarikku dan membuatku tidak memiliki pikiran yang pasti.

Aku menundukkan kepalaku dan berpikir lama. Akhirnya aku mengangkat kepalaku dan menatap lurus kearah Marie berkata dengan serius, “Tidak suka!”

Marie mengangguk kepalanya senang setelah mendengar jawabanku. Lalu ia menyesap pelan bibirnya dan mulai serius berkata, “Baiklah kalau begitu. Ada sesuatu, yang harus aku beritahu kepadamu!”

Novel Terkait

Evan's Life As Son-in-law

Evan's Life As Son-in-law

Alexia
Raja Tentara
4 tahun yang lalu
Satan's CEO  Gentle Mask

Satan's CEO Gentle Mask

Rise
CEO
4 tahun yang lalu
This Isn't Love

This Isn't Love

Yuyu
Romantis
4 tahun yang lalu
Jalan Kembali Hidupku

Jalan Kembali Hidupku

Devan Hardi
Cerpen
5 tahun yang lalu
His Soft Side

His Soft Side

Rise
CEO
4 tahun yang lalu
The Serpent King Affection

The Serpent King Affection

Lexy
Misteri
5 tahun yang lalu
A Dream of Marrying You

A Dream of Marrying You

Lexis
Percintaan
4 tahun yang lalu
Beautiful Love

Beautiful Love

Stefen Lee
Perkotaan
4 tahun yang lalu