Wahai Hati - Bab 28 Cinta dan Tidak Cinta
Hari mulai menggelap, begitupula awan di langit pelan-pelan menutupi sinar bulan. Cakrawala tanpa batas juga dipenuhi dengan kegelapan. Sedangkan setelanku dari atas hingga bawah juga berwarna hitam, tak ada satupun orang yang bisa melihatku dalam kegelapan. Tapi aku tiba-tiba muncul di depan Mike yang sedang berakting ria. Raut wajah yang sudah ia atur, seketika berubah menjadi terkejut. Tapi tunggu saat ia melihatku dengan lampu jalan yang redup, raut wajah seketika menjadi kesal, bahkan alisnya berkerut. Ia menatapku dengan tidak senang, lalu berkata, “Kamu lagi? Sebenarnya siapakah kamu?”
Suara Mike terdengar sangat berat dengan tatapannya yang ganas penuh amarah, sepertinya ia membenciku lebih berat daripada Gunawan. Aku hanya memberi dua tusukan untuk Gunawan, tetapi yang kubawakan untuk Mike adalah dua kali kegagalan. Pertama kali ia merencanakan pertolongan wanita cantik dari seorang pahlawan, tapi berakhir direbut olehku. Ia melihatku dalam kegelapan, kurasa ia pasti sangat membenciku. Kali ini ia merencanakan yang baru lagi, tapi aku datang lagi di saat yang tidak tepat, aneh juga kalau ia tidak marah.
Aku sungguh puas melihat raut wajah Mike sekarang. Aku menatapnya datar dan berkata dengan cuek, “Bukankah kamu sedang berakting? Tapi aktingmu buruk sekali, biarkan aku membantumu!”
Aku tidak memberi waktu untuk Mike bereaksi, lalu langsung menerkam kearahnya, bagai serigala yang buas.
Mike merupakah tokoh yang sangat terkenal di sekolah dan memiliki posisi tertinggi di organisasi mahasiswa. Mau latar belakang, wajah, otak ataupun taktiknya semua sangat baik, tapi ada satu-satunya yang ia tidak bisa, yaitu bertengkar. Tapi Mike dan Gunawan berbeda, ia sangatlah berani, meskipun berhadapan dengan diriku yang mengambil pisau, ia juga tidak mundur dan langsung melawanku.
Tentunya aku memiliki senjata di tanganku, ditambah aku sudah menerkamnya terlebih dahulu. Mike memang tidak bisa bertengkar, meskipun reaksinya sangat cepat dan berani langsung melawanku, tetapi ia juga bukan musuhku. Tak lama kemudian, ia terjatuh di lantai, tapi anak ini sama sekali tidak putus asa. Ia memang sangat licik, mungkin karena menyadari sebuah luka dari bajuku yang ada lubangnya, jadi ia menggunakan kesempatan ini, berusaha memukul ke arah lukaku.
Aku juga dihajar dua kali oleh Mike, seketika keringat dinginku bercucuran. Bekas lukaku pun robek dan mengeluarkan darah, sehingga bajuku didalam mengenai darah. Di saat yang sama, ia juga sudah menyalakan amarahku. Aku menahan rasa sakit tubuhku, satu tangan aku gunakan untuk menahannya, satu tangan lagi untuk memegang erat pisau lipatku dan menggunakan pegangan pisau memukul keras kearah Mike.
Seketika malam yang hening terdengar suara teriakan Mike yang sakit. Ia berteriak sambil mencoba untuk membebaskan dirinya, tapi semakin ia berusaha, aku semakin keras memukulnya. Sekarang hatiku penuh dengan kemarahan!
Mengingat gaya Mike yang sombong, mengingat rencana liciknya, mengingat wajahnya yang berpura-pura itu, mengingat ia menginjak harga diriku, aku semakin kasar memukulnya. Aku paling benci orang yang bermuka dua. Aku semakin ingin membalas dendam demi diriku yang tidak bersalah. Hari ini aku akan melampiaskan semua amarahku kepadanya. Aku harus melampiaskan ini semua.
Hanya saja bagaimanapun aku memukulnya, Mike sama sekali tidak bermohon. Ia memang sudah terbiasa sombong, sehingga saat ia dihajar, ia juga tidak ingin menurunkan harga dirinya, sebalingnya saat ia sedang berteriak sakit, ia masih berpikir untuk memukul bekas lukaku. Tentunya aku tidak akan mengabulkan keinginannnya dan memukulnya semakin keras, hingga ia tidak dapat balik menghajarku, aku baru berhenti. Lalu aku memegang erat pisau lipat dan berkata kepada Mike yang sudah lemas, “Mike, kamu sendiri yang mencari semua masalah ini!”
Setelah selesai berkata, aku menggores punggung Mike dua kali tanpa merasa kasihan. Seketika Mike teriak bagai seekor babi. Dengan kesempatan ini, aku menarik tangannya dan kuinjak, hingga tulangnya patah.
Kali ini suara teriakan Mike makin terdengar, terlihat sangat pucat dan kacau. Ia semakin sakit, hatiku semakin senang. Bukankah ia sudah berakting? Maka biarkan aku sekarang untuk merasakan kesakitan yang sebenarnya. Tapi aku tidak boleh berlama-lama lagi disini, karena kedua sahabat Mike akan segera datang, aku harus cepat pergi dari tempat. Lalu aku memberi peringatan kepada Mike yang terbaring lemas di tanah. “Mike, kali ini aku hanya memberikan pelajaran yang ringan. Aku berharap kamu bisa menyimpan semua rencana licikmu, kalau tidak kamu tidak akan seberuntung ini.”
Aku segera pergi setelah selesai memberi peringatan kepadanya. Sedangkan suara teriak Mike terdengar semakin melemah, hampir mau pingsan, tapi setelah melihat kepergianku, ia masih berusaha menggunakan sisa tenaganya untuk berteriak kepadaku. “Siapapun kamu, aku tidak akan membiarkanmu begitu saja!”
Aku tidak peduli kepadanya dan lanjut melangkah besar untuk pergi. Saat keluar dari gang, aku melihat kedua sahabat Mike sedang berjalan menuju sini.
Aku kenal kedua orang itu. Mereka adalah kakak adik, kakaknya dipanggil Evan Chen, adiknya dipanggil Ivan Chen. Mereka berdua juga merupakan anggota organisasi mahasiswa. Biasanya mereka berdua juga sangat sombong di sekolah, tidak ada orang yang berani mencari masalah dengan mereka, bisa dikatakan tangan kanannya Mike, sangat dipercaya oleh Mike, jadi mereka juga ikut serta dalam drama kali ini. Misi mereka berdua adalah membawa Mike ke rumah sakit, tapi melihat gaya berjalan mereka yang santai, sama sekali tidak terlihat ingin datang untuk menolong orang. Akting mereka sangatlah buruk!
Melihat mereka begitu santai, tiba-tiba aku tertarik dengan sesuatu. Aku tidak buru-buru untuk pergi dan masuk ke dalam kegelapan lagi, diam-diam mengawai mereka. Aku ingin melihat bagaimana mereka berakting.
Entah berjalan betapa lama, kedua kakak beradik itu akhirnya datang. Saat mereka melihat Mike terbaring lemas di tanah, tubuh mereka menjadi kaku dan penuh keterkejutan. Evan yang mulai membuka mulut, “Kak Mike, tidak ada orang di sekitar, kamu tidak perlu berpura-pura lagi!”
Melihat kedua kakak beradik ini, Mike berkata dengan lemas, “B-bawa aku ke rumah sakit!”
Evan semakin bingung mendengar suara Mike yang lemas ini. Ia masih berdiri di tempat dan berkata dengan bingung, “Kak Mike, untuk apa kamu berpura-pura terus? Adik kelas sudah kembali ke sekolah dengan jalan besar, mereka pasti akan memberitahu masalah ini kepada Kak Olive, seharusnya Olive bentar lagi akan datang. Kak Mike cepat bangunlah, kita harus ke rumah sakit untuk menggunakan perban, kalau tidak kita akan ketahuan!”
Mike marah saat melihat Evan yang bawel. Ia menahan rasa sakit dan berteriak, “Segera bantu aku bangun!”
Kedua kakak beradik itu hanya bisa mendekat dan membantu Mike bantu dari tanah.
Tubuh Mike sangat lemas, bahkan tidak bisa berdiri dengan seimbang dan harus membutuhkan bantuan kedua kakak beradik itu untuk berdiri.
Saat ini, Ivan tidak tahan berkata, “Kak Mike, aktingmu asli sekali. Sekarang tidak ada orang di sekitar sini, kamu tidak perlu serius gitu. Tunggu di perjalanan menuju rumah sakit, kamu baru berakting juga bisa!”
Sebenarnya rencana Mike sebelumnya, ia sengaja membuat dirinya terluka berat. Pertama karena ia takut kedua adik kelas tidak takut, susah disuruh pergi dan ikut datang. Ia harus memberikan sisinya yang terluka berat. Kedua, ia akan pergi ke rumah sakit, kalau ketemu orang sekolah dalam perjalanan, ia juga bisa membuat orang lain tahu kalau ia terluka. Lagipula hal terakhir yang ingin ia lakukan adalah mengobati lukanya dan menggunakan gipsnya, membuat tampilan yang sangat serius sambil menunggu kedatangan Olive.
Tapi akting Mike di mata kedua kakak beradik sangat keterlaluan. Mereka sungguh bingung. Sedangkan Mike hampir saja ingin muntah darah, melihat kedua kakak beradik ini begitu lama. Ia juga tidak menjelaskan dan berteriak dengan kesal, “Aku sungguh terluka! Cepat bawakan aku ke rumah sakit!”
Akhirnya kedua kakak beradiknya itu sadar. Mereka buru-buru membawa Mike menuju rumah sakit, sambil berjalan sambil bertanya apa yang terjadi sebenarnya.
Melihat adegan ini, sudut bibirku tidak tahan untuk terangkat dan tersenyum puas. Akhirnya rencanaku berjalan sempurna!
Tapi setelah selesai menyaksikan drama itu, aku baru menyadari bahwa darah di lukaku masih bercucuran, tiba-tiba rasa sakit mulai terasa. Lalu aku segera mencari klinik dan mengobati lukaku. Aku membuang bajuku yang robek dan membeli pakaian baru. Aku tidak boleh sebodoh itu lagi, karena hal kecil seperti ini.
Meskipun luka ini terus terasa sakit malam ini, tapi karena sudah menyelesaikan masalah Mike, aku masih bisa tertidur nyenyak. Tapi hari kedua, aku menjadi bingung. Kukira rencana licik Mike telah digagalkan olehku dan aku juga sudah memberi peringatan kepadanya, sehingga ia tidak akan melanjutkan rencana licik ini. Tapi aku tak sangka si brengsek ini tetap menjalankan rencananya.
Setelah melalui semalam, hari kedua muncullah berita yang cukup menakjubkan. Isi dari berita ini adalah Gunawan membalas dendam kepada Mike, terluka berat hingga tinggal di rumah sakit. Olive merasa kasihan dan pergi menjenguk Mike, bahkan menemaninya semalam disana.
Aku sungguh tidak merasa baik setelah mendengar berita ini, seperti apa yang kulakukan kemarin itu sisa-sia. Sangat mengesalkan!
Sebenarnya aku menyerang Mike, sebagian besar demi diriku, tapi juga untuk Olive. Aku takut Olive terjatuh di tangan orang yang licik seperti Mike. Mike yang begitu playboy, sudah jelas ia tidak setia. Ia hanya ingin mendapatkan Olive. Aku sungguh tidak ingin Olive didapatkan oleh orang brengsek sepertinya, jadi aku sengaja memberi peringatan untuknya. Ia pasti tahu aku menyuruhnya untuk tidak mendapatkan dengan rencana licik, tetapi ia masih saja berani untuk lanjut berakting dan bodohnya Olive juga percaya kepadanya. Bagaimana ini tidak membuatku merasa kesal!
Aku semakin kesal kalau dipikir lagi. Akhirnya aku menghubungi Marie lagi dan langsung berkata, “Marie, kurasa kamu sudah mendengar masalah Mike. Brengsek itu sedang merencanakan sesuatu yang busuk lagi. Aku berharap kamu bisa membantuku untuk mengingatkan Olive, agar ia tahu Mike adalah orang yang licik, agar ia tidak mudah percaya dengannya!”
Marie menjadi satu-satunya orang yang bisa kupercaya di sekolah ini. Aku tidak baik untuk ikut serta dalam masalah ini dan hanya bisa meminta bantuannya. Sebenarnya aku juga tahu ini tidak adil bagi Marie untuk menyuruhnya melakukan ini, lagipula ia dan Olive juga bermusuhan. Membantu musuh bukanlah gaya seorang Marie, tapi aku juga tidak boleh pergi mencari Olive. Aku baru saja memutuskan hubunganku dengan Olive. Ia juga tidak pernah mencariku, jadi aku seharusnya tidak bertemu lagi dengannya dan hanya bisa meminta bantuan Marie.
Marie sepertinya tidak senang mendengar ucapanku. Nada suaranya menjadi tidak enak didengar. “Chandra, jangan-jangan kamu tertarik kepada Olive? Mengapa kamu begitu perhatian kepadanya?”
Aku tak berdaya menjelaskan, “Tidak, tapi bagaimanapun aku juga pernah kenal dengannya. Aku sungguh tidak ingin melihat ia ditipu orang lain. Aku berharap kamu bisa membantuku.”
Aku ada sesuatu yang sebenarnya tidak ingin kubahas. Bagaimanapun aku tidak bisa melihat Olive begitu mudah percaya.
Setelah mendengar penjelasanku, Marie membalasku dengan terpaksa. “Baiklah!”
Hatiku menjadi lebih ringan setelah memutuskan panggilan. Aku terus mengingat diriku, aku hanya tidak ingin Olive bersama dengan Mike. Kalau rencana Mike tidak berjalan, mau Olive berkencan dengan siapapun, tidak ada hubungan denganku. Benar, seperti itu!
Selanjutnya, aku melupakan masalah itu untuk sementara dan menjalani kehidupanku seperti biasa, belajar dengan tenang.
Dua hari kemudian, Marie mengajakku untuk bertemu di kedai kopi luar sekolah.
Sore pukul empat, aku tiba sebuah kedai kopi yang bernama Golden Lumiere Cafe. Masuk kedalam, aku langsung melihat Marie yang terduduk di pojok yang dekat dengan dinding kaca.
Kecantikan Marie selalu bisa menarik perhatian orang, entah dimana ia berada. Ia bisa selalu terlihat bersinar. Kedai kopi ini didekorasi sedikit kuno dan pedesaan. Pakaian Marie hari ini juga terlihat lebih tertutup, sehingga ia terlihat cocok dengan kedai kopi ini. Aku terus memandanginya di depan pintu selama dua detik, lalu baru berjalan ke tempat dimana ia duduk.
Marie sudah bantu aku memesan kopi. Aku baru saja duduk dan belum mulai mencicipi kopi, Marie langsung berkata kepadaku dengan kesal. “Semua salahmu, Chandra. Untuk apa menyuruhku menyari Olive. Aku memberitahunya dengan baik dan dirinya mengira aku merasa iri kepadanya, serta memiliki maksud lain. Ia menyuruh untuk tidak ikut campur masalahnya. Aku sungguh kesal!”
Aku mengerutkan dahiku dan bertanya, “Ia tidak percaya kepadamu?”
Marie memutar balik matanya dan berkata dengan malas, “Iya. Kulihat ia sepertinya mulai merasa suka kepada Mike. Tidak ada satupun orang luar yang bisa mengurus masalah asmara. Kalau ia suka Mike, memangnya mengapa? Jadi sebaiknya kamu jangan mengurus masalah ini lagi. Baik?”
Aku terdiam mendengar perkataan Marie. Mungkin ada kata-kata yang ia ucapkan itu benar. Asmara itu merupakan masalah dua orang, orang luar tidak baik untuk ikut campur. Kalau Olive benar-benar jatuh cinta kepada Mike dan Mike adalah orang jahat, memangnya mengapa? Ia bisa jatuh cinta, juga pasti bisa patah hati. Kalau mereka berdua saling menyukai, aku sama sekali tidak berhak untuk mengurus mereka. Mau aku berusaha mencari cara untuk menunjukkan Mike yang sebenarnya, apakah Olive akan menerima kebaikanku? Siapa tahu ia akan menyalahkanku karena menghancurkan hubungan asmaranya? Sudahlah, aku memang tidak berhak untuk mengelak hubungan mereka. Aku juga tidak perlu mencari masalah untuk sendiri kan.
Setelah berpikir lama, aku memberi jawaban yang tulus kepada Marie. “Baiklah, aku mengerti. Aku tidak akan mengurus lagi!”
Marie masih saja mengerutkan dahinya setelah mendengar ucapanku. Ia melihatku dengan serius sangat lama, baru pelan-pelan bersuara. “Chandra, aku berharap kamu bisa menjawabku dengan jujur. Apakah kamu suka Olive?”
Pertanyaan ini membuat hatiku mencelos secara tidak sadar. Sebenarnya aku masih tidak mengerti apa itu cinta, apa itu tidak cinta. Untuk Olive, sepertinya aku hanya memiliki perasaan yang rumit dan kacau. Aku membencinya, ingin terus menjauhinya, tidak ingin berhubungan lagi dengannya. Tapi entah mengapa Olive dalam kebahayaan, aku berusaha pergi menolongnya. Melihat Olive dibohongi, aku juga tidak tahan ingin memberitahunya. Aku sungguh tidak tahu mengapa diriku melakukan ini. Rasa yang rumit ini terus menarikku dan membuatku tidak memiliki pikiran yang pasti.
Aku menundukkan kepalaku dan berpikir lama. Akhirnya aku mengangkat kepalaku dan menatap lurus kearah Marie berkata dengan serius, “Tidak suka!”
Marie mengangguk kepalanya senang setelah mendengar jawabanku. Lalu ia menyesap pelan bibirnya dan mulai serius berkata, “Baiklah kalau begitu. Ada sesuatu, yang harus aku beritahu kepadamu!”
Novel Terkait
Wahai Hati×
- Bab 1 Kekokohan Ibuku (1)
- Bab 1 Kekokohan Ibuku (2)
- Bab 2 Bu, Maaf (1)
- Bab 2 Bu, Maaf (2)
- Bab 3 Berjuang untuk bangkit kembali (1)
- Bab 3 Berjuang untuk bangkit kembali (2)
- Bab 4 Pria Perkasa (1)
- Bab 4 Pria Perkasa (2)
- Bab 5 Kemunculan Olive
- Bab 6 Kegaduhan Kantin (1)
- Bab 6 Kegaduhan Kantin (2)
- Bab 7 Sudah Lama Tidak Bertemu(1)
- Bab 7 Sudah Lama Tidak Bertemu(2)
- Bab 8 Musuhku(1)
- Bab 8 Musuhku(2)
- Bab 9 Sebelum badai datang
- Bab 10 Gunung satu itu lebih besar dari gunung lain (1)
- Bab 10 Gunung satu itu lebih besar dari gunung lain (2)
- Bab 11 Suara yang tidak asing (1)
- Bab 11 Suara yang tidak asing (2)
- Bab 12 Lepaskan Gadis Itu (1)
- Bab 12 Lepaskan Gadis Itu (2)
- Bab 13 Menjadi Pahlawan
- Bab 14 Lalat yang menganggu (1)
- Bab 14 Lalat yang menganggu (2)
- Bab 15 Bunga kampus yang seksi (1)
- Bab 15 Bunga kampus yang seksi (2)
- Bab 16 serangan yang terbuka mudah untuk ditangani, serangan kegelapan sulit untuk dihindari
- Bab 17 Harimau ingin menunjukkan kekuatan
- Bab 18 Aksi Balas Dendam
- Bab 19 Apa yang ditakutkan pasti akan terjadi
- Bab 20 Momen Menegangkan
- Bab 21 Marie Hu yang menggoda (1)
- Bab 21 Marie Hu yang menggoda (2)
- Bab 22 Tendangan yang Intimidasi (1)
- Bab 22 Tendangan yang Intimidasi (2)
- Bab 23 Majikan dan Anjingnya
- Bab 24 Pertemuan yang Tak Terhindari (1)
- Bab 24 Pertemuan yang Tak Terhindari (2)
- Bab 25 Rencana Licik (1)
- Bab 25 Rencana Licik (2)
- Bab 26 Satu Langkah Lagi
- Bab 27 Melukai Diri untuk Mendapatkan Kepercayaan
- Bab 28 Cinta dan Tidak Cinta
- Bab 29 Adegan Sebelum Acara Besar Dimulai (1)
- Bab 29 Adegan Sebelum Acara Besar Dimulai (2)
- Bab 30 Chandra, Aku Mencintaimu (1)
- Bab 30 Chandra, Aku Mencintaimu (2)
- Bab 31 Aura Seorang Ratu
- Bab 32 Pilihanmu Tidak Salah
- Bab 33 Pencegatan Mike
- Bab 34 Penyiksaan yang Kejam
- Bab 35 Ia adalah Ten Zhou
- Bab 36 Satu yang Menjaga, Tidak Ada yang Berani Menyerang
- Bab 37 Dendam dan Kewajiban
- Bab 38 Kecelakaan Gunawan
- Bab 39 Tokoh Kecil yang Tidak Dianggap
- Bab 40 Olive yang Sangat Terkejut
- Bab 41 Memancing ke dalam Jebakan
- Bab 42 Mike Berlutut
- Bab 43 Aura Pemenang
- Bab 44 Menginjak Jalan yang Buruk
- Bab 45 Amarah Ten Zhou (1)
- Bab 45 Amarah Ten Zhou (2)
- Bab 46 Pertarungan
- Bab 47 Tidak Ada yang Bisa Menaklukkanku
- Bab 48 Mencari Masalah
- Bab 49 Dua puluh miliar, itu hal yang kecil
- Bab 50 Menarik Uang
- Bab 51 menganggapmu ayah jika kaya
- Bab 52 keagungan
- Bab 53 Fetrin yang Percaya Diri
- Bab 54 Pengemis Tua
- Bab 55 Ada Uang, Sombong
- Bab 56 Krisis Ekonomi Keluarga Hu
- Bab 57 Merasa Terkejut
- Bab 58 Mike Kembali
- Bab 59 Datang Sendiri
- Bab 60 Boleh Membunuh Tapi Tidak Boleh Menghina
- Bab 61 Satu panggilan kak Chandra
- Bab 62 Mati dan hidup bersama
- Bab 63 Tidak berhenti sampai mati
- Bab 64 Insiden sensasional kampus (1)
- Bab 64 Insiden sensasional kampus (2)
- Bab 65 Pertarungan Besar Dimulai (1)
- Bab 65 Pertarungan Besar Dimulai (2)
- Bab 66 Waktu kematian sudah datang
- Bab 67 Perbuatan tercela Mike
- Bab 68 Fetrin Tiba
- Bab 69 Tuan Muda, Aku Terlambat
- Bab 70 Menjalani Keputusan Tuhan
- Bab 71 Amarah Michael Li
- Bab 72 Remehan Fetrin
- Bab 73 Bahaya Menyerang
- Bab 74 Namaku Jeno (1)
- Bab 74 Namaku Jeno (2)
- Bab 75 Michael Li Yang Jago
- Bab 76 Ada Orang di dalam Rumah
- Bab 77 Insting Orang hebat
- Bab 78 Malam yang Menakutkan(1)
- Bab 78 Malam yang Menakutkan(2)
- Bab 79 Jangan Mengulang ke Tiga Kalinya
- Bab 80 Orang Hebat Pertama di Kota (1)
- Bab 80 Orang Hebat Pertama di Kota (2)
- Bab 81 Olive Yang Pasrah (1)
- Bab 81 Olive Yang Pasrah (2)
- Bab 82 Balasan
- Bab 83 Posisi Defensif Michael Li
- Bab 84 Dia, adalah Fetrin (1)
- Bab 84 Dia, adalah Fetrin (2)
- Bab 85 Kematian Michael Li
- Bab 86 Kejadian saat itu
- Bab 87 Ayahmu
- Bab 88 Perasaan gelisah yang kuat.
- Bab 89 Perselisihan di Villa Keluarga Hu
- Bab 90 Sekeliling penuh dengan musuh
- Bab 91 Tuan Chandra
- Bab 92 Halo, Nama Aku Ruben
- Bab 93 Kamu Pantas Bertarung Denganku? (1)
- Bab 93 Kamu Pantas Bertarung Denganku? (2)
- Bab 94 Ruben Yang Misterius (1)
- Bab 94 Ruben Yang Misterius (2)
- Bab 95 Malu Ekstrim
- Bab 96 Tidur Seranjang Dengan Olive (1)
- Bab 96 Tidur Seranjang Dengan Olive (2)
- Bab 97 Kita Putus Saja (1)
- Bab 97 Kita Putus Saja (2)
- Bab 98 Kebencian
- Bab 99 Orang Belakang Ruben
- Bab 100 Kehadiran Fetrin dengan Penampilan yang Sombong (1)
- Bab 100 Kehadiran Fetrin dengan Penampilan yang Sombong (2)
- Bab 101 Menatap Semua orang
- Bab 102 Bersebrangan Dengan Marie Hu
- Bab 103 Ruben Yang Penuh Percaya Diri
- Bab 104 Tangkap Ruben dengan cara apapun
- Bab 105 Pertempuran Sengit
- Bab 106 Amarah Ruben
- Bab 107 Chris VS Ruben
- Bab 108 Kemampuan Fetrin
- Bab 109 Marie Berlutut
- Bab 110 Membalas Dendam Kepada Ruben
- Bab 111 Maaf, Aku Tidak Terima
- Bab 112 Pria Besar muncul
- Bab 113 Bunga Kampus yang Ketiga
- Bab 114 Selalu ada orang yang lebih hebat
- Bab 115 Putra Godi chen
- Bab 116 Chandra, Kamu Ditangkap (1)
- Bab 116 Chandra, Kamu Ditangkap (2)
- Bab 117 Ferdy Yang bertindak
- Bab 118 Keputusasaan Tanpa Akhir
- Bab 119 Lebih Baik Mati Daripada Hidup
- Bab 120 Pengemis Dan orang kaya generasi kedua (1)
- Bab 120 Pengemis dan orang kaya generasi kedua (2)
- Bab 121 Candra, Kamu Tamat (1)
- Bab 121 Chandra, Kamu Tamat ( 2)
- Bab 122 Ciuman Clara
- Bab 123 Kemarahan Ferdy
- Bab 124 Kobaran Api
- Bab 125 Hidup Mati
- Bab 126 Kematian Ruben Cai
- Bab 127 Ucapan Marie
- Bab 128 Menuju Ke Lokasi Perang
- Bab 129 Tuan Muda Ferdy Yang Susah Ditebak
- Bab 130 Ibuku Datang
- Bab 131 Keangkuhan Tuan muda Ferdy
- Bab 132 Api Peperangan Menyala
- Bab 133 Ibuku VS Tuan Muda Ferdy
- Bab 134 Berjuanglah Untuk Tetap Bertahan Hidup
- Bab 135 Air Mata Dua Wanita (1)
- Bab 135 Air Mata Dua Wanita (2)