Wahai Hati - Bab 58 Mike Kembali
Memohon diriku untuk menjadi menantunya? Kemarin kudengar ucapan ini, hanha merasa Fetrin terlalu percaya diri. Tapi hari ini kupikir lagi dan hal itu sungguh terjadi. Hanya saja bagaimana mungkin itu terjadi? Betapa besarnya kemampuan Fetrin sehingga bisa membuat perusahaan properti besar milik Ayah Marie jatuh kritis dalam sehari.
Sebenarnya kalaupun masalah ini sangatlah kebetulan, tapi aku masih saja tidak bisa percaya. Rasa ini seperti sedang berakting di dalam film, sama sekali tidak nyata.
Sedangkan orang tua Marie semakin tercengang setelah mendengar ucapanku. Ibu Marie duduk di seberangku, mematung dan wajahnya memucat. Mata Ayah Marie terus saja menatap kepadaku, lalu ia berkerut alis. Ia dengan bertanya kepadaku, "Apakah ia sungguh berkata seperti itu?"
Aku dengan jujur membalas. "Benar, hanya saja aku merasa dirinya omong kosong. Aku sama sekali tidan percaya!"
Ayah Marie mengerutkan dahinya lagi setelah mendengar ucapanku. Ia menilaiku dengan serius. Tatapan matanya menunjukkan penasaran. Beberapa saat kemudiah, ia baru bertanya kepadaku dengan serius. "Chandra, jujurlah kepada Paman. Apa identitasmu yang sebenarnya?"
Mungkin Ayah Marie tidak pernah salah melihat orang selama ini, tapi kali ini salah total. Bagi dirinya, sejak awal aku hanyalah orang miskin yang biasa. Lalu aku mengeluarkan dua puluh miliar dan kali itu ia hanya mengira aku anak orang kaya biasa. Tapi sekarang, ia sama sekali tidak sangka bahwa sekretaris kecil keluargaku bisa membuat perusahaannya jatuh kritis. Ini sama sekali tidak dapat dipercaya. Ia hanya bisa memandangku berbeda. Kalaupun ia tidak ingin percaya atas kenyataan ini, tapi akal sehatnya memberitahu bahwa masalah ini merupakan hasil kelakuan keluargaku.
Aku juga tercengang terhadap pertanyaan Ayah Marie. Aku sama sekali tidak menutupi kenyataan dan jujur berkata, "Paman, aku telah memberitahu semua kondisi keluargaku. Tapi sebenarnya aku juga kurang jelas mengetahui kondisi keluargaku, lagipula aku sama sekali tidak pernah peduli bisnis keluargaku!"
Ayah Marie mengangguk setelah mendengar ini, lalu ia dengan serius berkata kepadaku. " Kalau begitu, kamu sekarang hubungilah sekretaris Ibumu dan tanya apakah semua ini adalah kelakuannya."
Aku mengangguk dan menyetujui permintaan Ayah Marie. Untuk sekarang juga hanya bisa bertanya kepada Fetrin secara jelas. Kita terus menebak disini juga menghabiskan banyak waktu. Oleh karena itu, aku segera menghubungi Fetrin.
Fetrin mengangkat telepon dan suaranya agak meninggi. "Halo, Chandra. Ada apa yang terjadi?"
Aku tidak banyak omong kosong dan langsung bertanya. "Tante Fetrin, perusahaan Ayah terjadi masalah, apakah semua ini adalah kelakuanmu?"
Fetrin juga langsung membalas, "Iya, aku sedikit menghukumnya. Mengapa? Apakah mereka mencari dirimu? Cepat sekali!"
Sedikit menghukumnya?
Aku hampir saja ingin meledak setelah mendengar ucapannya. Awalnya aku cukup terkejut setelah mendengar ia mengakui ini, tapi siapa sangka ia bilang ini adalah hukuman kecil. Perusahaan Ayah Marie hampir saja mau bangkrut dan ini hanyalah masalah kecil bagi Fetrin?
Oh Tuhan! Apakah diriku yang kurang kenal dengan keluargaku atau Fetrin memiliki kemampuan istimewa? Mengapa ia begitu hebat?
Sepertinya aku memang sudah hidup sangat lama di duniaku sendiri. Aku sama sekali tidak mengetahui kondisi keluargaku. Aku tidak mengenal Fetrin, Ibuku dan semakin tidak mengenal keluargaku. Tapi entah bagaimanapun telah memastikan Fetrin yang melakukan ini, aku juga tidak boleh tidak mengurusnya.
Beberapa saat kemudian, aku dengan serius membuka mulut. "Tante Fetrin, orang tua Marie telah menyadari kesalahan mereka. Mereka juga telah menerima diriku. Apakah kamu boleh jangan mencari masalah mereka lagi?"
Fetrin sama sekali tidak ragu dan langsung membalas. "Baik, kamu berikan telepon untuk Yongky!"
Mendengar Fetrin setuju, hatiku juga langsung menghela nafas. Lalu aku memberikan telepon kepada Ayah Marie, agar ia bisa mengangkat teleponnya.
Ayah Marie menerima teleponnya dan menaruh telepon di samping telinganya untuk mendengar Fetrin berbicara. Tak lama kemudian, Ayah Marie menunjukkan wajah yang bahagia. Sikapnya pun juga menjadi sangat ramah sambil terus berkata baik.
Ini adalah kali pertama aku melihat Ayah Marie begitu sopan, sama sekali tidak ada kekuasaan sebagai seorang bos. Ia sekaeang seperti seorang pelayan tua, yang rela menyetujui apapun tanpa mengeluh.
Setelah panggilan diputuskan, Ayah Marie segera mengembalikan teleponku, lalu ia menggunakan raut wajah yang bahagia berbicara denganku, bahkan ia juga menjepitkan sayur untukku. Seketika ia bertindak seperti aku adalah anaknya.
Ibu Marie langsung mengerti apa yang terjadi setelab melihat kondisi ini. Oleh karena itu, ia dan Ayah Marie bekerja sama, memuji diriku. Mereka bilang kepribadianku baik dan kemampuanku kuat, lain kali aku akan menjadi orang yang sangat berguna. Mereka juga bilang bahwa mereka melihat baik diriku dengan Marie. Mereka berharap aku tidak dapat mengecewakan anaknya dan harus menjalin hubungan baik dengannya.
Awalnya Marie yang duduk disampingku agak terbingung. Setelah menunggu orang tuanya mengatakan hal-hal yang baik, ia baru menyadari bahwa rintangan antara ia dan aku sudah menghilang. Perusahaan Ayahnya juga kembali beroperasi dengan baik, lagipula latar belakang keluargaku cukuo membuat ia terkejut. Seluruh ini membust Marie sangat terkejut. Ia menggandeng tanganku dibawah meja dengan erat. Ia tidak mengatakan apapun dan hanya menggunakan tindakan ini untuk menyampaikan perasaannya.
Aku menggandeng erat tangan Marie sambil mendengar orang tua Marie asal berbicara. Detik ini, aku tiba-tiba merasa melayang dan hatiku terasa sangat semangat.
Hanya butuh waktu satu hari, kehidupanku seketika berubah, dari neraka menjadi surga. Kemarin aku masib saja diremehkan oleh orang tua Marie didepan rumahnya. Sedangkan hari ini aku duduk di meja makan mereka, sambil dipuji orang tua Marie. Perubahan ini sungguh membuatku tidak dapat beradaptasi.
Dulu aku begitu tidak peduli dengan latar belakang identitasku dan sekarang aku melihat perubahan sikap orang tua Marie, aku baru menyadarj betapa kuatnya latar belakang. Seketika diriku memiliki aura yang bersinar, membuat banyak orang yang terkagum.
Pertama kali, aku merasa begitu bangga bahwa diriku memiliki latar belakang yang begitu kuat. Tuhan sangat mencintaiku, sehingga menjadikan diriku sebagai anak kebanggaannya. Juga kebetulan adanya identitas ini, aku baru bisa bersama dengan Marie yang kucintai. Akhirnya tidak ada lagi rintangan diantara kita berdua.
Aku juga lagi tidak peduli kepada orang tua Marie yang sombong. Kenyataannya adalah orang-orang akan menghormatimu, jika kamu berada diatas. Orang-orang akan merendahkanmu, jika kamu berada dibawah mereka. Aku tidak dapat memecahkan prinsip ini dan juga tidak ingin membenarkan pikiran orang tua Marie yang mementingkan keuntungan. Lagipula mereka juga hanya memikirkan yang terbaik untuk Marie dan mereka jugalah orang tua Marie. Meskipun aku merasa tidak puas, tetapi aku juga harus sopan kepada mereka.
Setelah selesai makan, Ayah Marie mengumumkan bahwa ia telah membebaskan Marie. Ia lain kali tidak akan mengurung Marie di rumah. Kita berdua diperbolehkan untuk berkencan.
Setelah dibebaskan, Marie dan aku malam itu meninggalkan rumahnya di Gunung Longqing.
Kita memulaikan kencan pertama kali yang paling leluasa selama ini. Marie membawaku ke tempat yang ia paling sukai dulu. Ia menggandeng tanganku selama perjalanan. Ia berbincang kepadaku, sambil tertawa, seperti kita akan terus seperti inj hingga akhir kehidupan kita.
Meskipun Marie lebih cepat masuk kuliah, tapi karena aku ada mengambil pelajaran tambahan saat sekolah menengah atas, jadi usia kita sama. Dihitung dari bulan, sebenarnya ia lebih kecil dariku. Hari ini ia tidak memakai pakaian seksinya dan berdandan lebih santai, seperti gadis kecil, sangat polos. Hari ini memang sangat bahagia.
Dalam perjalanan, Marie bertanya kepadaku dengan bertingkah lucu. "Chandra, aku tak sangka kalau keluargamu begitu hebat. Kamu hebat sekali menyembunyikannya. Bagaimana kamu bisa melakukan itu?"
Aku tertawa berkata, "Untuk apa aku memamerkan kekayaanku. Bukankah kamu juga hidup biasa? Aku juga tidak tahu keluargamu begitu kaya!"
Marie berkata, "Apakah aku termasuk hidup biasa? Apakah kamu tidak melihat pakaianku semua itu bermerk dan setiap hari aku ganti yang baru. Aku hanya tidak berteriak untuk memberitahu bahwa diriku adalah orang kaya."
Aku berkata, "Tapi waktu itu aku dengar kamu kaya karena dibayar orang. Tapi setelah aku menjadi temanmu, aku sudah tidak peduli dengan rumor yang tak berguna itu. Aku percaya kepadamu!"
Marie menaruh kepalanya di bahuku dan tersenyum manis berkata, "Hmm, aku sama sekali tidak peduli dengan rumor. Kamu percaya kepadaku, itu sudah cukup."
Kita memang seperti itu, sambil berjalan sambil berbincang. Aura kebahagiaan terus melayang di sekitar kita berdua. Mungkin ini adalah perasaan setiap pasang kekasih.
Hingga sangat malam, aku membawa Marie kembali ke rumahnya di blok Greenland. Sedangkan aku kembali ke hotel lima bintangku.
Karena kita berpacaran untuk waktu yang tidak lama dan Marie adalah orang yang sangat tertutup, begitupula denganku. Jadi kita masih tidak berani untuk tinggal bersama. Meskipun tidak adanya perlindungan orang tua, tapi kita juga memiliki prinsip kita sendiri.
Hari kedua, aku bangun pagi-pagi untuk menyetor uangku, lalu pergi berkencan dengan Marie. Kita berdua pergi ke restoran, nonton film, pergi berbelanja, bersama melewati berbagai jalan raya dan kebun, serta melihat langit yang cerah. Kita menjalankan kehidupan kita berdua, sangatlah bahagia.
Setelah menjalankan dua hari ranpa ragu, aku dan Marie kembali bersama ke sekolah.
Rumor tentang diriku juga tersebar luas di lingkungan sekolah. Semua warga sekolah tidak hanya tahu diriku ini sangat berani dan tekad, mereka juga tahu bahwa aku adalah keturunan dari orang kaya. Bahkan masalah aku memberikan empat puluh juta kepada pengemis, juga telah tersebar luas di sekolah. Sekarang siapapun tahu bahwa pecundang yang sering dihajar dan si miskin yang mengambil makanan yang terjatuh di lantai, ternyata adalah keturunan orang kaya yang sebenarnya. Hanya saja ia lebih memilih untuk diam-diam saja!
Tapi sejak hari ink, aku sama sekali tidak bisa hidup biasa saja. Aku telah menjadi tokoh yang cukup terkenal di lingkungan sekolah. Auraku menyinari seluruhnya, kemanapun bisa menjadi pusat perhatian. Marie alias bunga kampus pun juga bangga ada pacar yanf seperti diriku. Akhirnya ia baru tahu bahwa Mike dihajarku hingga harus dirawat di rumah sakit. Gunawan menjadi bawahanku, bahkan aku menang dari Ten dengan tekadku. Semua ini sungguh membuat Marie bangga. Ia semakin kagum kepadaku.
Meskipun aku tidak suka menjadi pusat perhatian, tapi dibanding dengan diremehkan orang-orang, rasa dipuji-puji ini sungguh puas. Aku juga mulai menikmati kehidupanku, seperti yang dikatakan Fetrin. Saat harus rajin belajar, akau akan berusaha belajar. Tapi saat untuk bersantai-santai, aku akan terus santai. Ada banyak waktu dimana aku dan Marie menikmati dunia kita berdua. Kadang aku juga bisa bermain dengan Guanwan mereka. Aku sering menghamburkan banyak uang. Teman-teman yang mengikutiku juga menikmati kehidupan yang boros. Kita bersama menghabiskan masa-masa muda kita, tanpa rasa menyesal.
Kehidupanku bisa dikatakan sangat menarik. Ada pacar, ada teman-temanku, ada pelajaran, ada uang dan modal, serta pandangan iri orang-orang.
Hanya saja kehidupan seperti jni tidak berlangsung lama. Siang hari dua minggu kemudian dimana aku dan Marie sedang makan di restoran Hakka Yi, tiba-tiba Refaldi menghubungiku.
Baru saja menekan tombol angkat, aku langsung mendengar suara Refaldi yang panik. "Kak Chandra, ada berita buruk! Mike sudah kembali dan Kak Gunawan ditangkap olehnya!"
Novel Terkait
Get Back To You
LexyYour Ignorance
YayaInventing A Millionaire
EdisonDewa Perang Greget
Budi MaAsisten Wanita Ndeso
Audy MarshandaAkibat Pernikahan Dini
CintiaWahai Hati×
- Bab 1 Kekokohan Ibuku (1)
- Bab 1 Kekokohan Ibuku (2)
- Bab 2 Bu, Maaf (1)
- Bab 2 Bu, Maaf (2)
- Bab 3 Berjuang untuk bangkit kembali (1)
- Bab 3 Berjuang untuk bangkit kembali (2)
- Bab 4 Pria Perkasa (1)
- Bab 4 Pria Perkasa (2)
- Bab 5 Kemunculan Olive
- Bab 6 Kegaduhan Kantin (1)
- Bab 6 Kegaduhan Kantin (2)
- Bab 7 Sudah Lama Tidak Bertemu(1)
- Bab 7 Sudah Lama Tidak Bertemu(2)
- Bab 8 Musuhku(1)
- Bab 8 Musuhku(2)
- Bab 9 Sebelum badai datang
- Bab 10 Gunung satu itu lebih besar dari gunung lain (1)
- Bab 10 Gunung satu itu lebih besar dari gunung lain (2)
- Bab 11 Suara yang tidak asing (1)
- Bab 11 Suara yang tidak asing (2)
- Bab 12 Lepaskan Gadis Itu (1)
- Bab 12 Lepaskan Gadis Itu (2)
- Bab 13 Menjadi Pahlawan
- Bab 14 Lalat yang menganggu (1)
- Bab 14 Lalat yang menganggu (2)
- Bab 15 Bunga kampus yang seksi (1)
- Bab 15 Bunga kampus yang seksi (2)
- Bab 16 serangan yang terbuka mudah untuk ditangani, serangan kegelapan sulit untuk dihindari
- Bab 17 Harimau ingin menunjukkan kekuatan
- Bab 18 Aksi Balas Dendam
- Bab 19 Apa yang ditakutkan pasti akan terjadi
- Bab 20 Momen Menegangkan
- Bab 21 Marie Hu yang menggoda (1)
- Bab 21 Marie Hu yang menggoda (2)
- Bab 22 Tendangan yang Intimidasi (1)
- Bab 22 Tendangan yang Intimidasi (2)
- Bab 23 Majikan dan Anjingnya
- Bab 24 Pertemuan yang Tak Terhindari (1)
- Bab 24 Pertemuan yang Tak Terhindari (2)
- Bab 25 Rencana Licik (1)
- Bab 25 Rencana Licik (2)
- Bab 26 Satu Langkah Lagi
- Bab 27 Melukai Diri untuk Mendapatkan Kepercayaan
- Bab 28 Cinta dan Tidak Cinta
- Bab 29 Adegan Sebelum Acara Besar Dimulai (1)
- Bab 29 Adegan Sebelum Acara Besar Dimulai (2)
- Bab 30 Chandra, Aku Mencintaimu (1)
- Bab 30 Chandra, Aku Mencintaimu (2)
- Bab 31 Aura Seorang Ratu
- Bab 32 Pilihanmu Tidak Salah
- Bab 33 Pencegatan Mike
- Bab 34 Penyiksaan yang Kejam
- Bab 35 Ia adalah Ten Zhou
- Bab 36 Satu yang Menjaga, Tidak Ada yang Berani Menyerang
- Bab 37 Dendam dan Kewajiban
- Bab 38 Kecelakaan Gunawan
- Bab 39 Tokoh Kecil yang Tidak Dianggap
- Bab 40 Olive yang Sangat Terkejut
- Bab 41 Memancing ke dalam Jebakan
- Bab 42 Mike Berlutut
- Bab 43 Aura Pemenang
- Bab 44 Menginjak Jalan yang Buruk
- Bab 45 Amarah Ten Zhou (1)
- Bab 45 Amarah Ten Zhou (2)
- Bab 46 Pertarungan
- Bab 47 Tidak Ada yang Bisa Menaklukkanku
- Bab 48 Mencari Masalah
- Bab 49 Dua puluh miliar, itu hal yang kecil
- Bab 50 Menarik Uang
- Bab 51 menganggapmu ayah jika kaya
- Bab 52 keagungan
- Bab 53 Fetrin yang Percaya Diri
- Bab 54 Pengemis Tua
- Bab 55 Ada Uang, Sombong
- Bab 56 Krisis Ekonomi Keluarga Hu
- Bab 57 Merasa Terkejut
- Bab 58 Mike Kembali
- Bab 59 Datang Sendiri
- Bab 60 Boleh Membunuh Tapi Tidak Boleh Menghina
- Bab 61 Satu panggilan kak Chandra
- Bab 62 Mati dan hidup bersama
- Bab 63 Tidak berhenti sampai mati
- Bab 64 Insiden sensasional kampus (1)
- Bab 64 Insiden sensasional kampus (2)
- Bab 65 Pertarungan Besar Dimulai (1)
- Bab 65 Pertarungan Besar Dimulai (2)
- Bab 66 Waktu kematian sudah datang
- Bab 67 Perbuatan tercela Mike
- Bab 68 Fetrin Tiba
- Bab 69 Tuan Muda, Aku Terlambat
- Bab 70 Menjalani Keputusan Tuhan
- Bab 71 Amarah Michael Li
- Bab 72 Remehan Fetrin
- Bab 73 Bahaya Menyerang
- Bab 74 Namaku Jeno (1)
- Bab 74 Namaku Jeno (2)
- Bab 75 Michael Li Yang Jago
- Bab 76 Ada Orang di dalam Rumah
- Bab 77 Insting Orang hebat
- Bab 78 Malam yang Menakutkan(1)
- Bab 78 Malam yang Menakutkan(2)
- Bab 79 Jangan Mengulang ke Tiga Kalinya
- Bab 80 Orang Hebat Pertama di Kota (1)
- Bab 80 Orang Hebat Pertama di Kota (2)
- Bab 81 Olive Yang Pasrah (1)
- Bab 81 Olive Yang Pasrah (2)
- Bab 82 Balasan
- Bab 83 Posisi Defensif Michael Li
- Bab 84 Dia, adalah Fetrin (1)
- Bab 84 Dia, adalah Fetrin (2)
- Bab 85 Kematian Michael Li
- Bab 86 Kejadian saat itu
- Bab 87 Ayahmu
- Bab 88 Perasaan gelisah yang kuat.
- Bab 89 Perselisihan di Villa Keluarga Hu
- Bab 90 Sekeliling penuh dengan musuh
- Bab 91 Tuan Chandra
- Bab 92 Halo, Nama Aku Ruben
- Bab 93 Kamu Pantas Bertarung Denganku? (1)
- Bab 93 Kamu Pantas Bertarung Denganku? (2)
- Bab 94 Ruben Yang Misterius (1)
- Bab 94 Ruben Yang Misterius (2)
- Bab 95 Malu Ekstrim
- Bab 96 Tidur Seranjang Dengan Olive (1)
- Bab 96 Tidur Seranjang Dengan Olive (2)
- Bab 97 Kita Putus Saja (1)
- Bab 97 Kita Putus Saja (2)
- Bab 98 Kebencian
- Bab 99 Orang Belakang Ruben
- Bab 100 Kehadiran Fetrin dengan Penampilan yang Sombong (1)
- Bab 100 Kehadiran Fetrin dengan Penampilan yang Sombong (2)
- Bab 101 Menatap Semua orang
- Bab 102 Bersebrangan Dengan Marie Hu
- Bab 103 Ruben Yang Penuh Percaya Diri
- Bab 104 Tangkap Ruben dengan cara apapun
- Bab 105 Pertempuran Sengit
- Bab 106 Amarah Ruben
- Bab 107 Chris VS Ruben
- Bab 108 Kemampuan Fetrin
- Bab 109 Marie Berlutut
- Bab 110 Membalas Dendam Kepada Ruben
- Bab 111 Maaf, Aku Tidak Terima
- Bab 112 Pria Besar muncul
- Bab 113 Bunga Kampus yang Ketiga
- Bab 114 Selalu ada orang yang lebih hebat
- Bab 115 Putra Godi chen
- Bab 116 Chandra, Kamu Ditangkap (1)
- Bab 116 Chandra, Kamu Ditangkap (2)
- Bab 117 Ferdy Yang bertindak
- Bab 118 Keputusasaan Tanpa Akhir
- Bab 119 Lebih Baik Mati Daripada Hidup
- Bab 120 Pengemis Dan orang kaya generasi kedua (1)
- Bab 120 Pengemis dan orang kaya generasi kedua (2)
- Bab 121 Candra, Kamu Tamat (1)
- Bab 121 Chandra, Kamu Tamat ( 2)
- Bab 122 Ciuman Clara
- Bab 123 Kemarahan Ferdy
- Bab 124 Kobaran Api
- Bab 125 Hidup Mati
- Bab 126 Kematian Ruben Cai
- Bab 127 Ucapan Marie
- Bab 128 Menuju Ke Lokasi Perang
- Bab 129 Tuan Muda Ferdy Yang Susah Ditebak
- Bab 130 Ibuku Datang
- Bab 131 Keangkuhan Tuan muda Ferdy
- Bab 132 Api Peperangan Menyala
- Bab 133 Ibuku VS Tuan Muda Ferdy
- Bab 134 Berjuanglah Untuk Tetap Bertahan Hidup
- Bab 135 Air Mata Dua Wanita (1)
- Bab 135 Air Mata Dua Wanita (2)