Wahai Hati - Bab 4 Pria Perkasa (2)
Aku menggunakan kebencianku, menunjukkan keberanianku, juga membuat semua orang takut padaku, tapi aku tidak menjadi anak nakal, terlebih lagi meninggalkan sekolahku, aku mengikuti pesan dari ibuku, sepenuh hati belajar. Pelajaran kelas 1 SMA terlalu banyak yang tertinggal, aku tidak dapat mengejar ketinggalanku, maka dari itu aku mengulang satu tahun, lalu berjuang keras, dengan 3 tahun pengorbananku, aku tidak mengecewakan harapan banyak orang, aku berhasil masuk ke universitas yang terkenal!
Saat mendapatkan surat penerimaanku, fetrin terharu hingga meneteskan air mata, dia melihatnya sendiri, aku yang dari menjadi sampah yang tidak berguna dan hanyut dalam kesedihan, menjadi seorang siswa teladan. Dia tahum aku sudah mencapai harapan ibuku, aku akhirnya bisa bertemu dengan ibuku!
Tidak ditunda lagi, fetrin langsung mengatur jadawal aku bertemu dengan ibuku.
Hampir 4 tahun, ini pertama kali aku menjenguk ibuku di penjara, selama ini aku tidak berani datang, hingga hari ini, ditanganku memegang surat penerimaanku, barulah ada martabat dan keberanian untuk menemui ibuku.
Saat bertemu dengan ibuku, kedua mataku tidak dapat menahan air mata, perasaan dan emosi yang tersembunyi begitu lama, hingga saat ini meledak keluar, pertahananku yang kuat begitu lama, runtuh begitu saja. Waktu sudah berlalu 4 tahun, dan aku menangis lagi, air mata memenuhi wajahku!
Lama tak berjumpa, ibuku sudah berubah, kulitnya menghitam, dia juga kurusan, rambutnya juga sangat pendek, gayanya yang gagah dulu, semuanya sudah terkubur. Tetapi dia masih tegar seperti dulu, dia tidak menangis, matanya hanya memerah melihatku memegang surat aku diterima di universitas, dengan sangat dalam mengatakan padaku: “ibu sangat bangga!”
Selama ini ibuku memang tidak banyak berbicara, dia juga tidak pandai berekspresi, hanya menggunakan 4 kata yang sangat simple, mengekpresikan seluruh perasaannya saat itu.
Aku menahan emosi dalam hatiku yang keluar, dan mengatakan pada ibuku sambil bergetar: “bu, anakmu sudah dewasa, aku sudah belajar mandiri, sudah belajr agar kuat, dan berani, aku tidak pernah melupakan pesan darimu, selalu bertahan dan berusaha, aku sekarang adalah pria yang dapat menanggung cobaan apapun!”
Ibuku mengangguk dengan kuat, tatapannya, memilliki perasaan yang sangat terharu, sudah lama, dia dengan serius mengatakan: “ibu tahu, Chandra, terus berusaha, jangan buat ibu kecewa!”
Aku dipenuhi dengan kesedihan dan keyakinan, serius berjanji pada ibuku: “bu, kamu tenang saja, aku pasti akan berusaha, saat bertemu denganmu lagi, aku akan menjadi orang yang berguna, aku pasti akan membuatmu bangga padaku, membuatmu kagum padaku, aku tidak akan membuatmu khawatir lagi, tidak akan lagi!”
Setelah menjenguk ibuku, aku semakin memutuskan, akan terus berjuang, terus berusaha, sesulit apapun, aku tidak akan ragu!
Waktu liburan musim panas, berlalu dengan cepat, dengan cepat menyambut masuk sekolah lagi.
Hari dimana aku meninggalkan kampung halaman, aku tidak membiarkan fetrin mengantarku, karena aku sudah belajar arti kata mandiri, aku hanya meminta pada fetrin, jika ada waktu tolong sering menjenguk ibuku, lalu aku pergi menjalani jenjang studyku menjadi mahasiswa.
Sepanjang perjalanan, perasaanku sangat kacau, ada ambisi, ada harapan, sebenarnya aku berharap memiliki sebuah kehidupan yang baru. Tempat kampung halamanku, meninggalkanku begitu banyak luka, beberapa tahun ini, aku tidak bahagia, tidak ada teman. Seluruh teman kelasku, walaupun tidak berani mengangguku, tapi pandangan mereka padaku seperti melihat monster, aku dipandangan orang, selalu bukan manusia yang normal, sampai selesai ujian akhir, aku selalu hidup di dunia yang sepi tanpa siapapun, hatiku, selalu kesepian.
Aku pikir, mungkin setelah aku pindah ke lingkungan baru, ditempat dimana tidak ada yang mengenalku, aku bisa menjalani hidupku yang normal, aku bisa mencari beberapa teman, mengobrol, berbincang, diluar jam pelajaran bisa bermain dengan santai!
Membawa sebuah harapan, aku datang di universitasku, datang ketempat asing untukku, dan memulai kehidupan mahasiswaku.
Universitasku adalah universitas terbaik senasional, didalamnya berkumpul murid yang berasal dari macam-macam kota, setiap orang membawa impian dan semangat datang kesini, memulai kehidupan yang baru, aku pun juga begitu.
Aku sangat menyukai lingkungan disini, rasanya seperti, lepas dari neraka dan pergi ke surga, disini ada udara yang sangat segar, memiliki teman baru, mereka tidak mengetahui masa laluku, pandangan mereka kepadaku tidak ada sedikitpun penghinaan, dan tidaka da perlakuan yang berbeda untukku. Hanya, aku terbiasa sendiri, seketika sulit berbaur dengan orang lain, tapi aku sedang berjuang untuk mengubah diri sendiri, berusaha beradaptasi berbaur dengan orang lain.
Baru masuk sekolah beberapa hari, kondisiku baik-baik saja, aku merasa diriku berubah menjadi orang baru, terutama, setelah melewati setengah bulan pelatihan tantara, aku telah melepaskan satu tingkat kulit luarku, kulit putihku yang seperti wanita, telah dijemur hitam, dengan rambut hitam pendekku, semakin menunjukkan kejantananku, aku hampir melepaskan semua ikatan di masa laluku, akhirnya bisa menjalani kehidupan yang normal!
Tidak lama selesai pelatihan tantara, sekolah mengadakan acara penyambutan siswa baru, jurusan kami sedang sibuk-sibuknya, sangat sibuk menyiapkan pesta yang ditunggu oleh banyak orang.
Malam pesta itu, semua orang kamarku senang seperti orang gila, setiap orang sangat bersemangat, sangat bergairah, berdandan dengan sangat rapi, seperti akan pergi melamar. Tapi aku tahu, mereka sebenarnya ingin pergi melihat cewek-cewek, sengaja berdandan begitu tampan untuk menarik perhatian wanita.
Aku tidak tertarik dengan wanita, aku juga tidak terlalu suka dengan kegiatan besar seperti ini, walaupun sekarang aku sedang mencoba normal untuk berbaur dengan yang lain, tapi terhadap kegiatan yang begitu besar aku masih tidak bisa menerima, jadi, saat acara akan dimulai, aku mengambil sebuah buku, bersiap meninggalkan kamar, pergi ke kelas belajar.
Saat aku sampai di depan pintu kamar, teman kamarku andi menarikku, penasaran menanyakan padaku: “Chandra, kamu pergi ke pesta, ngapain membawa buku? Memakai buku untuk bertemu teman?”
Aku tidak dapat berkata-kata: “siapa bilang aku pergi ke pesta, aku pergi ke kelas belajar!”
Andi mendengar kata-kataku, langsung berteriak kaget: “tidak mungkin, apakah kamu gila, memangnya kamu tidak tahu, wanita tercantik perguruan tinggi kita akan menampilkan sebuah acara, kamu tidak ingin menyaksikan penampilannya?”
Aku melambaikan tangan: “maaf, aku tidak tertarik dengan wanita, kamu pergi lihat sendiri saja!”
Selesai berbicara, aku melewati andi, pergi begitu saja, tapi andi tidak melepaskanmu dan terus berkata: “tapi ini bukan wanita biasa, dia adalah bunga sekolah kita olive?”
Mendengar ini, langkah kakiku tiba-tiba terhenti, segera aku membalikkan badan, melihat andi, dengan serius mengatakan: “kamu tadi bilang apa? Olive?
Novel Terkait
The Great Guy
Vivi HuangCintaku Pada Presdir
NingsiThe Sixth Sense
AlexanderLove at First Sight
Laura VanessaThe True Identity of My Hubby
Sweety GirlPredestined
CarlyWahai Hati×
- Bab 1 Kekokohan Ibuku (1)
- Bab 1 Kekokohan Ibuku (2)
- Bab 2 Bu, Maaf (1)
- Bab 2 Bu, Maaf (2)
- Bab 3 Berjuang untuk bangkit kembali (1)
- Bab 3 Berjuang untuk bangkit kembali (2)
- Bab 4 Pria Perkasa (1)
- Bab 4 Pria Perkasa (2)
- Bab 5 Kemunculan Olive
- Bab 6 Kegaduhan Kantin (1)
- Bab 6 Kegaduhan Kantin (2)
- Bab 7 Sudah Lama Tidak Bertemu(1)
- Bab 7 Sudah Lama Tidak Bertemu(2)
- Bab 8 Musuhku(1)
- Bab 8 Musuhku(2)
- Bab 9 Sebelum badai datang
- Bab 10 Gunung satu itu lebih besar dari gunung lain (1)
- Bab 10 Gunung satu itu lebih besar dari gunung lain (2)
- Bab 11 Suara yang tidak asing (1)
- Bab 11 Suara yang tidak asing (2)
- Bab 12 Lepaskan Gadis Itu (1)
- Bab 12 Lepaskan Gadis Itu (2)
- Bab 13 Menjadi Pahlawan
- Bab 14 Lalat yang menganggu (1)
- Bab 14 Lalat yang menganggu (2)
- Bab 15 Bunga kampus yang seksi (1)
- Bab 15 Bunga kampus yang seksi (2)
- Bab 16 serangan yang terbuka mudah untuk ditangani, serangan kegelapan sulit untuk dihindari
- Bab 17 Harimau ingin menunjukkan kekuatan
- Bab 18 Aksi Balas Dendam
- Bab 19 Apa yang ditakutkan pasti akan terjadi
- Bab 20 Momen Menegangkan
- Bab 21 Marie Hu yang menggoda (1)
- Bab 21 Marie Hu yang menggoda (2)
- Bab 22 Tendangan yang Intimidasi (1)
- Bab 22 Tendangan yang Intimidasi (2)
- Bab 23 Majikan dan Anjingnya
- Bab 24 Pertemuan yang Tak Terhindari (1)
- Bab 24 Pertemuan yang Tak Terhindari (2)
- Bab 25 Rencana Licik (1)
- Bab 25 Rencana Licik (2)
- Bab 26 Satu Langkah Lagi
- Bab 27 Melukai Diri untuk Mendapatkan Kepercayaan
- Bab 28 Cinta dan Tidak Cinta
- Bab 29 Adegan Sebelum Acara Besar Dimulai (1)
- Bab 29 Adegan Sebelum Acara Besar Dimulai (2)
- Bab 30 Chandra, Aku Mencintaimu (1)
- Bab 30 Chandra, Aku Mencintaimu (2)
- Bab 31 Aura Seorang Ratu
- Bab 32 Pilihanmu Tidak Salah
- Bab 33 Pencegatan Mike
- Bab 34 Penyiksaan yang Kejam
- Bab 35 Ia adalah Ten Zhou
- Bab 36 Satu yang Menjaga, Tidak Ada yang Berani Menyerang
- Bab 37 Dendam dan Kewajiban
- Bab 38 Kecelakaan Gunawan
- Bab 39 Tokoh Kecil yang Tidak Dianggap
- Bab 40 Olive yang Sangat Terkejut
- Bab 41 Memancing ke dalam Jebakan
- Bab 42 Mike Berlutut
- Bab 43 Aura Pemenang
- Bab 44 Menginjak Jalan yang Buruk
- Bab 45 Amarah Ten Zhou (1)
- Bab 45 Amarah Ten Zhou (2)
- Bab 46 Pertarungan
- Bab 47 Tidak Ada yang Bisa Menaklukkanku
- Bab 48 Mencari Masalah
- Bab 49 Dua puluh miliar, itu hal yang kecil
- Bab 50 Menarik Uang
- Bab 51 menganggapmu ayah jika kaya
- Bab 52 keagungan
- Bab 53 Fetrin yang Percaya Diri
- Bab 54 Pengemis Tua
- Bab 55 Ada Uang, Sombong
- Bab 56 Krisis Ekonomi Keluarga Hu
- Bab 57 Merasa Terkejut
- Bab 58 Mike Kembali
- Bab 59 Datang Sendiri
- Bab 60 Boleh Membunuh Tapi Tidak Boleh Menghina
- Bab 61 Satu panggilan kak Chandra
- Bab 62 Mati dan hidup bersama
- Bab 63 Tidak berhenti sampai mati
- Bab 64 Insiden sensasional kampus (1)
- Bab 64 Insiden sensasional kampus (2)
- Bab 65 Pertarungan Besar Dimulai (1)
- Bab 65 Pertarungan Besar Dimulai (2)
- Bab 66 Waktu kematian sudah datang
- Bab 67 Perbuatan tercela Mike
- Bab 68 Fetrin Tiba
- Bab 69 Tuan Muda, Aku Terlambat
- Bab 70 Menjalani Keputusan Tuhan
- Bab 71 Amarah Michael Li
- Bab 72 Remehan Fetrin
- Bab 73 Bahaya Menyerang
- Bab 74 Namaku Jeno (1)
- Bab 74 Namaku Jeno (2)
- Bab 75 Michael Li Yang Jago
- Bab 76 Ada Orang di dalam Rumah
- Bab 77 Insting Orang hebat
- Bab 78 Malam yang Menakutkan(1)
- Bab 78 Malam yang Menakutkan(2)
- Bab 79 Jangan Mengulang ke Tiga Kalinya
- Bab 80 Orang Hebat Pertama di Kota (1)
- Bab 80 Orang Hebat Pertama di Kota (2)
- Bab 81 Olive Yang Pasrah (1)
- Bab 81 Olive Yang Pasrah (2)
- Bab 82 Balasan
- Bab 83 Posisi Defensif Michael Li
- Bab 84 Dia, adalah Fetrin (1)
- Bab 84 Dia, adalah Fetrin (2)
- Bab 85 Kematian Michael Li
- Bab 86 Kejadian saat itu
- Bab 87 Ayahmu
- Bab 88 Perasaan gelisah yang kuat.
- Bab 89 Perselisihan di Villa Keluarga Hu
- Bab 90 Sekeliling penuh dengan musuh
- Bab 91 Tuan Chandra
- Bab 92 Halo, Nama Aku Ruben
- Bab 93 Kamu Pantas Bertarung Denganku? (1)
- Bab 93 Kamu Pantas Bertarung Denganku? (2)
- Bab 94 Ruben Yang Misterius (1)
- Bab 94 Ruben Yang Misterius (2)
- Bab 95 Malu Ekstrim
- Bab 96 Tidur Seranjang Dengan Olive (1)
- Bab 96 Tidur Seranjang Dengan Olive (2)
- Bab 97 Kita Putus Saja (1)
- Bab 97 Kita Putus Saja (2)
- Bab 98 Kebencian
- Bab 99 Orang Belakang Ruben
- Bab 100 Kehadiran Fetrin dengan Penampilan yang Sombong (1)
- Bab 100 Kehadiran Fetrin dengan Penampilan yang Sombong (2)
- Bab 101 Menatap Semua orang
- Bab 102 Bersebrangan Dengan Marie Hu
- Bab 103 Ruben Yang Penuh Percaya Diri
- Bab 104 Tangkap Ruben dengan cara apapun
- Bab 105 Pertempuran Sengit
- Bab 106 Amarah Ruben
- Bab 107 Chris VS Ruben
- Bab 108 Kemampuan Fetrin
- Bab 109 Marie Berlutut
- Bab 110 Membalas Dendam Kepada Ruben
- Bab 111 Maaf, Aku Tidak Terima
- Bab 112 Pria Besar muncul
- Bab 113 Bunga Kampus yang Ketiga
- Bab 114 Selalu ada orang yang lebih hebat
- Bab 115 Putra Godi chen
- Bab 116 Chandra, Kamu Ditangkap (1)
- Bab 116 Chandra, Kamu Ditangkap (2)
- Bab 117 Ferdy Yang bertindak
- Bab 118 Keputusasaan Tanpa Akhir
- Bab 119 Lebih Baik Mati Daripada Hidup
- Bab 120 Pengemis Dan orang kaya generasi kedua (1)
- Bab 120 Pengemis dan orang kaya generasi kedua (2)
- Bab 121 Candra, Kamu Tamat (1)
- Bab 121 Chandra, Kamu Tamat ( 2)
- Bab 122 Ciuman Clara
- Bab 123 Kemarahan Ferdy
- Bab 124 Kobaran Api
- Bab 125 Hidup Mati
- Bab 126 Kematian Ruben Cai
- Bab 127 Ucapan Marie
- Bab 128 Menuju Ke Lokasi Perang
- Bab 129 Tuan Muda Ferdy Yang Susah Ditebak
- Bab 130 Ibuku Datang
- Bab 131 Keangkuhan Tuan muda Ferdy
- Bab 132 Api Peperangan Menyala
- Bab 133 Ibuku VS Tuan Muda Ferdy
- Bab 134 Berjuanglah Untuk Tetap Bertahan Hidup
- Bab 135 Air Mata Dua Wanita (1)
- Bab 135 Air Mata Dua Wanita (2)