Wahai Hati - Bab 108 Kemampuan Fetrin
Biarkan aku saja!
Tiga kata yang begitu ringan bagai sehelai bulu burung yang tipis, tetapi juga berat bagai gunung. Kata-kata itu menyentuh hatiku dengan dalam, sehingga aku tercengang. Seluruh perasaanku tertutup, terisa keterkejutan, bahkan aku kira diriku salah dengar. Tapi melihat Fetrin berlangkah besar dan langsung menuju ke hadapan Ruben setelah selesai mengatakan kata-kata itu, aku baru menyadari bahwa aku tidak salah dengar. Fetrin sendiri mau maju. Betapa mengejutkan wanita jago yang sepertinya ingin melawan Ruben, bahkan Chris tidak bisa mengalahkannya. Sehebat apakah Fetrin ini?
Meskipun aku juga telah menebak Fetrin bisa bela diri, sejak ia menggunakan kuku untuk merobek tenggorokan Michael. Tapi entah bagaimanapun, ia jugalah seorang wanita. Mau sehebat apapun, memangnya bisa sehebat apa? Jangan-jangan ia bisa mengalahkan Chris? Kalau tidak, bagaimana mungkin ia bisa melawan Ruben yang lebih jago dari Chris?
Orang-orang setenpat juga cukup terkejut, bahkan Ruben juga memasang raut wajah yang tidak mengerti. Ia menatap Fetrin dengan takjub dan berkata, "Kamu menyuruh bawahanmu mundur, kurasa kamu cukup mengerti. Tapi mengapa kamu sendiri yang maju?"
Fetrin tersenyum tipis dan membalas santai. "Aku datang untuk bersaing denganmu!"
Fetrin terlihat ingin segera bersaing, nada bicaranya juga terdengar sangat percaya diri. Baginya, orang yang seperti Ruben sangatlah mudah dikalahkan. Ia sama sekali tidak perlu takut.
Ruben makin terkejut setelab mendengar ucapannya. Ia menilai Fetrin dari atas hingga bawah, lalu mendecih remeh. "Kamu sedang bercandan denganku? Kamu kira kita bisa saling bersaing? Lagipula aku sendiri tidak memukul wanita!"
Ruben tidak lupa untuk menunjukkan sisi gentle-nya di saat seperti ini. Ucapannya terdengar tak percaya dan penuh remeh.
Fetrin tetap bersikap percaya diri. Ia juga mendecih pelan dan mengocehi Ruben. "Anak muda, jangan asal meremehkan orang!"
Ruben membalasnya cuek. "Bukan aku yang ingin meremehkanmu. Aku tahu kamu ada kemampuan, tapi aku tidak ingin melukai wanita dan juga tidak ingin terus bertengkar dengan kalian. Sudah tidak seru! Kamu seharusnya tahu bagaimana dengan kemampuanku. Aku sungguh ingin pergi. Kalian tidak ada yang bisa menghalangiku, jadi jangan lakukan hal-hal yang tidak berguna. Segera pergilah kalian!"
Fetrin mengangkat alisny setelah mendengar ucapannya. Ia berkata, "Oh, benarkah? Kalau begitu, kamu coba dulu untuk kabur dari tanganku!"
Ucapan ini penuh dengan nada memancing. Fetrin sama sekali tidak takut Ruben. Mau Ruben sehebat apapun, ia juga bisa tidak menganggapnya.
Ruben mulai tidak senang setelah melihat Fetrin yang begitu meremehkan dirinya. Ia bertanya kepada Fetrin dengan nada tidak senang. "Kamu yakin ingin bersaing denganku?"
Di saat yang sama, aura tubuh Ruben juga pelan-pelan mulai tersebar. Ia menggunakan auranya yang transparan untuk mengancam Fetrin, agar ia menyerah.
Tapi Fetrin sama sekali tidak terpengaruh. Ia membalasnya. "Hmm, mulailah!"
Perlawanan begitu saja dimulai. Ruben terlihat dibuat marah oleh Fetrin. Aku sibuk berdiri setelah melihat adegan yang akan berakhir buruk. Aku berkata kepada Fetrin. "Tante Fetrin, kamu tidak perlu bersaing dengannya. Ruben ini memang licik. Kita tidak perlu baik-baik dengannya, lebih baik kita bersama menyerangnya!"
Aku bukan tidak percaya kepada Fetrin, hanya saja aku terus meraaa bahwa ia bukanlah lawan Ruben. Ia adalah kepala pemimpin kita. Kalau ia saja terkalahkan oleh Ruben, maka kita akan sangat malu. Saat itu, orang-orang mulai menyerah pada kita dan Ruben akan lebih mudah untuk kabur. Meskipun kita bersama menangka0 Ruben, tapi itu juga cukup memalukan. Daripada membiarkan Fetrin jatuh dalam situasi yang berbahaya, lebih baik kita kerja sama mengalahkan Ruben. Lagipula aku hanya ingin segera menangkap Ruben dan segera membalas dendam kepadanya.
Fetrin belum saja membuka mulutnya, tiba-tiba Marie yang disamping berkata dengan kesal. Ia menatapku tidak senang dan berkata, "Apakah kamu itu orang, Chandra? Mengapa kamu harus terus memaksa diri? Kak Ruben sudah mau mundur, bahkan ia tidak meminta tanggung jawab dari kalian dan membiarkan kalian pergi. Apakah kalian perlu memaksa hingga kini?"
Marie benar-benar kesal karena diriku. Suaranya bahkan terdengar gemetarm Ia merasa diriku tidak jelas, karena masalah hubungan asmara, terus memaksa Ruben, hingga seluruh pasukannya kehilangan, tapi terus tidak ingin menyelesaikan masalah. Sebaliknya, Ruben adalah orang baik baginya. Apa yang ia lakukan hanyalah demi melindungi dirinya. Ia begitu hebat, juga tidak berpikir untuk menyerangku dan membiarkan kita pergi. Hal ini menunjukkan ia baik hati.
Aku mengerti maksud Marie. Aku juga tahu betapa bencinya ia kepadaku, tapi aku sudah tidak bisa mengembalikkan penampilanku di dalam haitnya, laku untuk apa aku peduli kepadanya. Ia semakin melindungi Ruben, aku semakin ingin mengalahkan Ruben. Oleh karena itu, aku langsung berkata kepada Maroe dengan cuek. "Benar. Aku bilang aku hari ini harus kalahkan Ruben, walaupun aku harus menerima akibat yang cukup berat!"
Marie kesal hingga badannya gemetar. Ia menatapku dan teriak, "Mengapa kamu bisa menjadi seperti ini, Chandra? Kemanakah dirimu yang adil? Kamu tidak seperti ini sebelumnya!"
Aku juga berteriak kepada Marie. "Marie, kamu seharusnya lihat dengan baik-baik, siapa yang sebenarnya berubah!"
Suara juga terdengar kesal. Marie sungguh membuatku sedih, setidaknya dulu ia bisa mengetahui mana yang benar atau yang salah, tapi sekarang ia sungguh banyak berubah. Ia sekarang sudah tidak tahu siapa yang salah siapa yang benar, bahkan masih berteriak kepadaku.
Marie sungguh kesal mendengar ucapanku. Ia ingin membuka mulut dan berkata kepadaku, tpai akhirnya tidak mengeluarkannya. Ia hanya berkata kepada Ruben. "Kak Ruben, kamu tidak perlu bersikap baik kepadanya. Kamu langsung saja menyerang mereka. Jangan sungkan!"
Ruben mengangguk, lalu menoleh kearah kita dan berteriak. "Minggirlah kalian semua!"
Sebuah kalimat begitu kuat. Seluruh aura kekejaman tubuhnya juga langsung meledak. Tampilannya seperti mengatakan siapa yang berani menghalangnya, ia pasti akan membuat orang itu hancur!
Aku hampir terkejut oleh Ruben. Kekuatan sungguh besar. Sebenarnya aku agak khawatir, takut Ruben marah besar dan membunuh kita semua, lalu kabur.
Tapi Fetrin tidak takut. Ia dengan tenang berkata kepada Ruben. "Kamu boleh kalau ingin pergi dengan syarat bersaing denganku. Kalau kamu menang, aku akan melepaskanmu!"
Aku terkejut sekali lagi setelah mendengar ucapan Fetrin. Ruben yang sekarang seperti sebuah gunung api yang sudah meledak. Kalau Fetrin maju begitu saja, berarti sama saja dengan bunuh diri. Kalau ingin menangkap Ruben, semua orang harus bekerja sama, agar kemungkinan menang menjadi lebih besar.
Aku langsung menasehati Fetrin. "Tante Fetrin, kamu tidak perlu melawannya!"
Fetrin tersenyum dan berkata, "Tak apa-apa, aku akan membuatnya menerima kekalahannya!"
Aku tahu bahwa Fetrin sangat peduli dengan harga diri. Ia harus mengalahkan Ruben secara terbuka, agar Ruben tidak menggunakan alasan yang orang begitu banyak melawan dirinya yang sendirian, sehingga kita menang dengan tidak baik. Tapi aku takut karena Fetrin terlalu memaksa dirinya, sehingga ia juga mempertaruhkan seluruh nyawanya ke dalam. Oleh karena itu, aku berkata lagi, "Tapi..."
Aku baru saja membuka mulut, Chris berjalan mendekatiku. Ia langsung memotong pembicaraanku dan berbisik di samping telingaku. "Tidak perlu khawatir, Tuan Muda. Bu Fetrin akan baik-baik saja. Ia dulu adalah pengawal Ibumu."
Ucapan Chris seperti obat penenang, seketika membuatku tenang. Di saat yang sama, aku tidak tahan untuk erasa kagum. Ternyata awalnya Fetrin bukan hanya asisten Ibuku, ia juga adalah pengawal Ibuku. Sepertinya aku agak menganggap Fetrin remeh. Ia tidak semudah yang seperti kupikirkan. Ia adalah orang jago. Kalau Chris tidak mengatakan itu kepadaku, maka aku juga tidak akan terpikir bahwa seorang wanita bisa sehebat itu, sehingga bisa bersaing dengan Ruben. Tapi Chris sudah pernah melawan Ruben, ditambah ia kenal dengan Fetrin, jadi aku mulai percaya kepada Fetrin dan tidak coba untuk membujuknya lagi.
Tentu Ruben tidak mengetahui hal itu. Informasi Fetrin yang ia dapat hanyalah asisten Jbuku. Ia sama sekali tidak tahu Fetrin begitu hebat. Oleh karena itu, ia tetap tidak peduli kepada Fetrin. Ia awalnya juga tidak ingin bertengkar dengan wanita karena merasa merusak dengan harga dirinya, tapi Fetrin terus memancingnya. Kalau ia lanjut menolaknya, maka terlihat dirinya takut bersaing. lagipula Fetrin sudah jamin kepadanya, bahwa masalah ini akan berakhir baik jika ia bisa mengalahkan Fetrin. Ruben tentu ingin berakhir seperti itu, jadi ia sungguh jelas bahwa keadaan sekarang kurang baik untuknya. Jadi ia berkata kepada Fetrin dengan serius. "Apakah yang kamu ucapkan itu benar?"
Fetrin langsung membalas, "Tentu. Aku memegang kata-kataku. Kalau kamu menang, kita akan pergi!"
Hati Ruben merasa senang dan langsung berkara, "Baik. Kalau begitu, aku temani kamu untuk bermain-main."
Ruben tersenyum. Ia sangat percaya kepada dirinya sendiri dan juga merasa bahagia atas hal-hal yang ia peroleh. Ia tidak hanya bisa lanjut sombong, ia juga bisa melepaskan dirinya dari kita. Hal ini merupakan hal baik baginya.
Fetrin juga tidak tahan tersenyum melihat Ruben. Ia tidak banyak cakap lagi dan langsung berjata, "Mulailah sekarang!"
” Ruben menyesap bibirnya dan mengangguk. Ia terus menebarkan aura angkuhnya. Ia dengan sombong, pelan-pelan menaruh tangan kiri di belakang tubuhnya. Lalu ia menjulur tangan kanannya, bagai seorang seorang tuan yang sopan. Ia berkata kepada Fetrin, "Demi mencegah adanya orang yang bilang aku memukul wanita, aku pakai satu tangan saja. Terimalah seranganku!"
Setelah itu, Ruben langsung menyerang Fetrin bagai sebuah panah. Gerakannya sangatlah cepat, bahkan debu di lantai langsung terbang karena kakinya. Seketika ia langsung berada di hadapan Fetrin dan tangan kanannya mengepal, lalu terarahkan kepada Fetrin.
Ruben terlihat seperti hanya mengeluarkan satu tangan, tapi sebenarnya ia menaruh seluruh kekuatannya pada pukulan ini. Tangan kanannya seperti bom, yang langsung mengeluarkan kekuatan besar. Rasanya seperti bisa memecah belah bumi. Kalau aku yang diserang olehnya, maka aku pasti akan langsung mati. Ruben ini memang sangat licik. Ia pura-pura bilang memakai satu tangan, tapi serangannya cukup berat. Meskipun aku sudah mempersiapkan hatiku dan merasa khawatir kepada Fetrin.
Orang lain setempat juga sangat gugup, hingga tidak berani bernafas dan terus menatap ke pertarungan mereka.
Sedangkan Fetrin sendiri yang paling tenang. Ia sama sekali tidak bergerak dan terus berdiri di tempat, menunggu serangan Ruben. Saat kepalan Ruben menuju kearahnya, ia baru menjulurkan tangan kanannya dan menangkap kepala Ruben dengan cepat.
Hal ini membuat Ruben yang langsung menyerang, seketika berhenti. Ia tiba-tiba menjadi kaku, bahkan raut wajahnya juga tak berubah. Bola matanya tak bergerak, bahkan sama sekali tidak bisa berputar.
Semua orang setempat termasuk diriku, hati mereka sepertinya tergencar. Serangan Ruben yang menghabiskan dunia, seketika bisa ditahan Fetrin, apalagi diterima dengan begitu mudah, tanpa bersusah payah. Bagaimana mungkin orang bisa percaya!
Saat semua orang sedang tercengang, Fetrin membuka mulutnya. Ia menatap Ruben dan berkata, "Kamu masih ingin menyerangku dengan satu tangan?"
Novel Terkait
Cinta Yang Dalam
Kim YongyiMy Cute Wife
DessyRahasia Istriku
MahardikaSi Menantu Buta
DeddyHis Second Chance
Derick HoWahai Hati×
- Bab 1 Kekokohan Ibuku (1)
- Bab 1 Kekokohan Ibuku (2)
- Bab 2 Bu, Maaf (1)
- Bab 2 Bu, Maaf (2)
- Bab 3 Berjuang untuk bangkit kembali (1)
- Bab 3 Berjuang untuk bangkit kembali (2)
- Bab 4 Pria Perkasa (1)
- Bab 4 Pria Perkasa (2)
- Bab 5 Kemunculan Olive
- Bab 6 Kegaduhan Kantin (1)
- Bab 6 Kegaduhan Kantin (2)
- Bab 7 Sudah Lama Tidak Bertemu(1)
- Bab 7 Sudah Lama Tidak Bertemu(2)
- Bab 8 Musuhku(1)
- Bab 8 Musuhku(2)
- Bab 9 Sebelum badai datang
- Bab 10 Gunung satu itu lebih besar dari gunung lain (1)
- Bab 10 Gunung satu itu lebih besar dari gunung lain (2)
- Bab 11 Suara yang tidak asing (1)
- Bab 11 Suara yang tidak asing (2)
- Bab 12 Lepaskan Gadis Itu (1)
- Bab 12 Lepaskan Gadis Itu (2)
- Bab 13 Menjadi Pahlawan
- Bab 14 Lalat yang menganggu (1)
- Bab 14 Lalat yang menganggu (2)
- Bab 15 Bunga kampus yang seksi (1)
- Bab 15 Bunga kampus yang seksi (2)
- Bab 16 serangan yang terbuka mudah untuk ditangani, serangan kegelapan sulit untuk dihindari
- Bab 17 Harimau ingin menunjukkan kekuatan
- Bab 18 Aksi Balas Dendam
- Bab 19 Apa yang ditakutkan pasti akan terjadi
- Bab 20 Momen Menegangkan
- Bab 21 Marie Hu yang menggoda (1)
- Bab 21 Marie Hu yang menggoda (2)
- Bab 22 Tendangan yang Intimidasi (1)
- Bab 22 Tendangan yang Intimidasi (2)
- Bab 23 Majikan dan Anjingnya
- Bab 24 Pertemuan yang Tak Terhindari (1)
- Bab 24 Pertemuan yang Tak Terhindari (2)
- Bab 25 Rencana Licik (1)
- Bab 25 Rencana Licik (2)
- Bab 26 Satu Langkah Lagi
- Bab 27 Melukai Diri untuk Mendapatkan Kepercayaan
- Bab 28 Cinta dan Tidak Cinta
- Bab 29 Adegan Sebelum Acara Besar Dimulai (1)
- Bab 29 Adegan Sebelum Acara Besar Dimulai (2)
- Bab 30 Chandra, Aku Mencintaimu (1)
- Bab 30 Chandra, Aku Mencintaimu (2)
- Bab 31 Aura Seorang Ratu
- Bab 32 Pilihanmu Tidak Salah
- Bab 33 Pencegatan Mike
- Bab 34 Penyiksaan yang Kejam
- Bab 35 Ia adalah Ten Zhou
- Bab 36 Satu yang Menjaga, Tidak Ada yang Berani Menyerang
- Bab 37 Dendam dan Kewajiban
- Bab 38 Kecelakaan Gunawan
- Bab 39 Tokoh Kecil yang Tidak Dianggap
- Bab 40 Olive yang Sangat Terkejut
- Bab 41 Memancing ke dalam Jebakan
- Bab 42 Mike Berlutut
- Bab 43 Aura Pemenang
- Bab 44 Menginjak Jalan yang Buruk
- Bab 45 Amarah Ten Zhou (1)
- Bab 45 Amarah Ten Zhou (2)
- Bab 46 Pertarungan
- Bab 47 Tidak Ada yang Bisa Menaklukkanku
- Bab 48 Mencari Masalah
- Bab 49 Dua puluh miliar, itu hal yang kecil
- Bab 50 Menarik Uang
- Bab 51 menganggapmu ayah jika kaya
- Bab 52 keagungan
- Bab 53 Fetrin yang Percaya Diri
- Bab 54 Pengemis Tua
- Bab 55 Ada Uang, Sombong
- Bab 56 Krisis Ekonomi Keluarga Hu
- Bab 57 Merasa Terkejut
- Bab 58 Mike Kembali
- Bab 59 Datang Sendiri
- Bab 60 Boleh Membunuh Tapi Tidak Boleh Menghina
- Bab 61 Satu panggilan kak Chandra
- Bab 62 Mati dan hidup bersama
- Bab 63 Tidak berhenti sampai mati
- Bab 64 Insiden sensasional kampus (1)
- Bab 64 Insiden sensasional kampus (2)
- Bab 65 Pertarungan Besar Dimulai (1)
- Bab 65 Pertarungan Besar Dimulai (2)
- Bab 66 Waktu kematian sudah datang
- Bab 67 Perbuatan tercela Mike
- Bab 68 Fetrin Tiba
- Bab 69 Tuan Muda, Aku Terlambat
- Bab 70 Menjalani Keputusan Tuhan
- Bab 71 Amarah Michael Li
- Bab 72 Remehan Fetrin
- Bab 73 Bahaya Menyerang
- Bab 74 Namaku Jeno (1)
- Bab 74 Namaku Jeno (2)
- Bab 75 Michael Li Yang Jago
- Bab 76 Ada Orang di dalam Rumah
- Bab 77 Insting Orang hebat
- Bab 78 Malam yang Menakutkan(1)
- Bab 78 Malam yang Menakutkan(2)
- Bab 79 Jangan Mengulang ke Tiga Kalinya
- Bab 80 Orang Hebat Pertama di Kota (1)
- Bab 80 Orang Hebat Pertama di Kota (2)
- Bab 81 Olive Yang Pasrah (1)
- Bab 81 Olive Yang Pasrah (2)
- Bab 82 Balasan
- Bab 83 Posisi Defensif Michael Li
- Bab 84 Dia, adalah Fetrin (1)
- Bab 84 Dia, adalah Fetrin (2)
- Bab 85 Kematian Michael Li
- Bab 86 Kejadian saat itu
- Bab 87 Ayahmu
- Bab 88 Perasaan gelisah yang kuat.
- Bab 89 Perselisihan di Villa Keluarga Hu
- Bab 90 Sekeliling penuh dengan musuh
- Bab 91 Tuan Chandra
- Bab 92 Halo, Nama Aku Ruben
- Bab 93 Kamu Pantas Bertarung Denganku? (1)
- Bab 93 Kamu Pantas Bertarung Denganku? (2)
- Bab 94 Ruben Yang Misterius (1)
- Bab 94 Ruben Yang Misterius (2)
- Bab 95 Malu Ekstrim
- Bab 96 Tidur Seranjang Dengan Olive (1)
- Bab 96 Tidur Seranjang Dengan Olive (2)
- Bab 97 Kita Putus Saja (1)
- Bab 97 Kita Putus Saja (2)
- Bab 98 Kebencian
- Bab 99 Orang Belakang Ruben
- Bab 100 Kehadiran Fetrin dengan Penampilan yang Sombong (1)
- Bab 100 Kehadiran Fetrin dengan Penampilan yang Sombong (2)
- Bab 101 Menatap Semua orang
- Bab 102 Bersebrangan Dengan Marie Hu
- Bab 103 Ruben Yang Penuh Percaya Diri
- Bab 104 Tangkap Ruben dengan cara apapun
- Bab 105 Pertempuran Sengit
- Bab 106 Amarah Ruben
- Bab 107 Chris VS Ruben
- Bab 108 Kemampuan Fetrin
- Bab 109 Marie Berlutut
- Bab 110 Membalas Dendam Kepada Ruben
- Bab 111 Maaf, Aku Tidak Terima
- Bab 112 Pria Besar muncul
- Bab 113 Bunga Kampus yang Ketiga
- Bab 114 Selalu ada orang yang lebih hebat
- Bab 115 Putra Godi chen
- Bab 116 Chandra, Kamu Ditangkap (1)
- Bab 116 Chandra, Kamu Ditangkap (2)
- Bab 117 Ferdy Yang bertindak
- Bab 118 Keputusasaan Tanpa Akhir
- Bab 119 Lebih Baik Mati Daripada Hidup
- Bab 120 Pengemis Dan orang kaya generasi kedua (1)
- Bab 120 Pengemis dan orang kaya generasi kedua (2)
- Bab 121 Candra, Kamu Tamat (1)
- Bab 121 Chandra, Kamu Tamat ( 2)
- Bab 122 Ciuman Clara
- Bab 123 Kemarahan Ferdy
- Bab 124 Kobaran Api
- Bab 125 Hidup Mati
- Bab 126 Kematian Ruben Cai
- Bab 127 Ucapan Marie
- Bab 128 Menuju Ke Lokasi Perang
- Bab 129 Tuan Muda Ferdy Yang Susah Ditebak
- Bab 130 Ibuku Datang
- Bab 131 Keangkuhan Tuan muda Ferdy
- Bab 132 Api Peperangan Menyala
- Bab 133 Ibuku VS Tuan Muda Ferdy
- Bab 134 Berjuanglah Untuk Tetap Bertahan Hidup
- Bab 135 Air Mata Dua Wanita (1)
- Bab 135 Air Mata Dua Wanita (2)