The Serpent King Affection - Chapter 13 Menetap dengan Tenang
Setelah kenyang, aku teringat kembali dengan masalah kepulanganku.
“Terima kasih sudah menyelamatkanku, apa kamu bisa mengantarku pulang?”
Tanyaku sambil menatapnya, aku sudah memikirkan hal pertama yang akan aku lakukan ketika pergi dari sini yaitu aku akan mengekspos pria dan wanita kurang ajar yang menyakitiku itu, membiarkan mereka mendapatkan hukuman yang sepantasnya, mereka ingin membunuhku, aku juga tidak mungkin membiarkan mereka hidup enak.
“Aku sedang menugaskan orang untuk mencari jalan keluar, mungkin masih perlu menunggu beberapa hari, kamu menetap saja dulu dengan tenang, kalau ada yang kamu butuhkan, katakan saja kepada Petugas Bai, atau juga bisa langsung mencari dan mengatakannya kepadaku.”
Ucap Austin Ye, pandangan matanya yang gelap dan tenang itu seperti bisa menembus pikiran orang, seluruh kebencian dan dendam perlahan diluluhkan oleh perkataan penuh perhatian darinya itu.
“Baiklah, kalau begitu maaf sudah merepotkan.”
Aku berkata dengan penuh terima kasih, tidak mati kedinginan atau mati kelaparan di dalam gunung, ada orang yang menyelamatkanku, dan masih menanggung makan serta tempat untukku tinggal, memberikanku perlakuan yang baik, takutnya itu semua adalah seluruh keberuntungan yang telah aku kumpulkan dari beberapa renkarnasi hidupku.
“Pasti lelah kan? Aku akan menyuruh beberapa pendamping wanita untuk membawamu pergi istirahat, jangan terlalu banyak berpikir.”
Ucapnya dengan datar, pada mulanya dirinya ingin memberikan lebih banyak hukuman lagi kepada wanita itu, tetapi wanita yang sudah menerima luka itu membuat dirinya tidak tahan terluka.
Aku mengangguk-anggukkan kepalaku, kemudian dengan mengikuti beberapa pendamping wanita cantik yang dipanggil masuk itu pergi meninggalkan tempat itu, mengitari sebuah taman dan kembali ke ruangan itu lagi.
Ucapan itu “jangan berpikir terlalu banyak”, seperti menandakan semua yang diketahuinya tentang diriku.
Dalam ruangan itu, pendamping wanita itu sudah lama merapikan tempat tidur itu, Penjaga Bai sudah memerintahkan, ratu dunia ular dimasa depan harus dilayani dengan sangat baik, karena itu tidak ada satupun pendamping wanita yang berani lalai.
“Selamat malam, benar-benar sudah merepotkan kalian, tolong bantu aku untuk menutup pintu itu ketika kalian keluar, terima kasih.”
Aku dengan penuh sopan santun mengucapkan terima kasih kepada beberapa pendamping cantik yang telah membantuku menyiapkan tempat tidur itu.
“Kami semua berada di depan, kalau ada perintah apapun, Nona langsung panggil saja.”
Pendamping wanita itu hanya keluar dengan hormat tetapi tidak meninggalkan tempat itu.
Aku hanya ingin berkata hanya tidur, tidak perlu serepot itu, juga membiarkan mereka kembali untuk tidur, bekerja di jam malam benar-benar melelahkan, hanya saja belum sempat diriku membuka mulut, mereka sudah keluar duluan dan menutup pintu itu dengan pelan.
Karena masih belum menemukan jalan keluar, aku hanya bisa menetap dengan tenang disini, aku memang selalu merasa istana megah ini sedikit aneh, tetapi karena sudah diselamatkan kesini, aku hanya bisa tinggal dengan tenang, tidak mati dalam situasi parah seperti itu dan masih diselamatkan oleh orang, itu semua adalah berkah terbesar yang diberikan Tuhan kepadaku.
Dengan sedikit perasaan lelah, aku melirik sekali lewat ke arah luar jendela, pasti ada sekumpulan wanita yang berjaga diluar, kemudian aku melepaskan gaun panjang itu dan masuk kedalam selimut dengan hanya mengenakan pakaian tidur yang tipis, bagian perutku terasa sedikit nyeri, mengingat anak yang gugur dari kandunganku itu, bagaimana bisa aku tidak memikirkannya, satu tanganku mengelus bagian perutku dan menutup mata yang akhirnya terasa lembab.
Disisi lainnya, di dalam sebuah ruangan yang paling besar dan paling megah di dalam istana itu, Austin Ye duduk di atas singgasananya, tangannya mengangkat secangkir arak, dirinya sedang meminum arak dengan perasaan tidak bahagia.
Penjaga Bai yang berdiri disamping dan melihat Raja Ular sedang minum arak untuk menenangkan amarahnya, tidak berani mengatakan apapun.
Minum arak seorang diri benar-benar tidak ada artinya, pandangan mata dingin dan tajamnya itu kemudian terarah ke satu-satunya orang disampingnya itu, Penjaga Bai merasakan semacam serangan dingin sedang dijatuhkan ke tubuhnya.
“Andrew Bai, duduk kemari, temani aku minum.”
Austin Ye menuangkan secangkir arak untuk Penjaga Bai.
Karena itu adalah keinginan Raja Ular, Penjaga Bai juga tidak berani menolaknya, dirinya hanya bisa menerima cangkir arak itu dengan hormat dan duduk di tempat itu.
“Kalau tebakan hamba benar, Raja sedang khawatir untuk memilih selir lagi tahun ini.”
Penjaga Bai meminum satu teguk arak itu sambil bertanya dengan penuh hati-hati, aroma harum arak itu menyeruak di dalam mulutnya, selain orang terdekat disisi Raja Ular, tidak banyak orang yang bisa meminum arak dengan kualitas tinggi seperti itu, tetapi pikiran Penjaga Bai tidak terletak di arak itu, dengan statusnya sebagai pendamping raja, kalau ingin mendapatkan kepercayaan hari raja, pertama-tama dirinya harus belajar cara untuk menyelesaikan masalah untuk raja.
“Memang hanya kamu yang paling mengerti diriku, tuang arak lagi.”
Mendengar ucapan itu, Penjaga Bai langsung mengisi penuh cangkir arak Raja Ular, juga menuangkan arak itu sampai penuh di cangkirnya.
Benar-benar tidak salah pria itu mengikuti dirinya selama ribuan tahun, apa yang hatinya pikirkan, takutnya juga hanya ada Penjaga Bai yang paling mengerti, Penjaga Bai memiliki kemampuan tinggi untuk menangani masalah, dan bisa mengatakan beberapa kata-kata tulus kepada dirinya, karena itu dia yang memiliki status sebagai Raja Ular barulah bisa menganggap penting pria itu, dan membiarkan pria itu tinggal disisinya.
Semakin tinggi kedudukkan seseorang, akan semakin sedikit memiliki orang disekitar yang bisa dipercaya.
Novel Terkait
My Lady Boss
GeorgeMy Perfect Lady
AliciaLelah Terhadap Cinta Ini
Bella CindyCintaku Pada Presdir
NingsiMore Than Words
HannyUnlimited Love
Ester GohYama's Wife
ClarkThe Serpent King Affection×
- Bab 1 Didorong ke Jurang (1)
- Bab 1 Didorong ke Jurang (2)
- Bab 2 Terbaring di Atas Tubuh Ular
- Bab 3 Berguling ke Bawah Gunung
- Bab 4 Hei Wanita, Kau Sudah Membuat Masalah Besar Dengan Aku Sang Raja
- Bab 5 Dikelilingi Ular
- Bab 6 Hidup atau Mati
- Bab 7 Terpesona
- Bab 8 Terpancing
- Bab 9 Istana Megah
- Chapter 10 Perlakuan Istimewa
- Chapter 11 Wanita Cantik dari Lukisan Kuno
- Chapter 12 Bisa Lebih Terbuka Lagi
- Chapter 13 Menetap dengan Tenang
- Chapter 14 Tidur Bersama Ular Raksasa
- Chapter 15 Menantang Ular Raksasa
- Bab 16 Tolong Jangan Makan Aku
- Bab 17 Apakah Kamu Menyukai Bentukku Yang Seperti Ini?
- Bab 18 Gagal Kabur
- Bab 19 Janji Tidak Akan Kabur Lagi
- Bab 20 Apakah Kau Benar-Benar Raja Ular?
- Bab 21 Marah
- Bab 22 Senyumanmu Sangat Cantik
- Bab 23 Iri, Cemburu, Dan Benci
- Bab 24 Dibohongi Untuk Keluar
- Bab 25 Pertolongan Dari Ular Putih Kecil
- Bab 26 Pelayan Ular Memohon Ampun
- Bab 27 Memaafkan
- Bab 28 Pikiran Yang Lain
- Bab 29 Berbohong Untuk Kebaikan
- Bab 30 Ini Juga Bisa Terlihat
- Bab 31 Mencari Kesempatan Membunuhnya
- Bab 32 Ditipu ke Dasar Danau
- Bab 33 Hampir Mati Tenggelam
- Bab 34 Mutiara Ular
- Bab 35 Selamat
- Bab 36 Bertemu Ular Putih
- Bab 37 Berjanji Menolong Ular Putih
- Bab 38 Apa Panggilan Ini Pantas
- Bab 39 Senyumannya Mengalihkan Duniaku
- Bab 40 Pertemuan yang Terlambat
- Bab 41 Tidak Tahan Akan Rasa Kesepian
- Bab 42 Pergi Jalan-Jalan
- Bab 43 Perkataan Sindiran
- Bab 44 Amarah Langsung Membara
- Bab 45 Merusak Paras Wajah
- Bab 46 Apakah Pria Ini Vegetarian
- Bab 47 Akan Membuat Mereka Mati Mengenaskan
- Bab 48 Merobek Kulit Wajah
- Bab 49 Meninggalkan Sebuah Bekas Luka
- Bab 50 Dimanjakan
- Bab 51 Kamu Jadi Pacarku Saja
- Bab 52 Mengikuti Pemilihan Selir
- Bab 53 Aku Hanya Orang Yang Sekadar Lewat
- Bab 54 Memasukkan Afrodisiak Ke Dalam Anggur
- Bab 55 Ular Kuning Loreng Yang Besar
- Bab 56 Raja ular, aku ingin, aku menginginkannya
- Bab 57 Akan Menunggu Sampai Hari Itu Tiba Untuk Menyentuhmu
- Bab 58 Ingin Tebusan Darimu
- Bab 59 Meninggalkan Istana Ular
- Bab 60 Perbedaan Kemampuan
- Bab 61 Dibawa Ke Hutan Bambu
- Bab 62 Menanti Pertemuan Denganmu Di Hutan Bambu
- Bab 63 Menyesal Tidak Seharusnya Mengancam Dirinya
- Bab 64 Lepaskan, Raja Memperbolehkanmu untuk Melepaskannya
- Bab 65 Jangan Malu, Bukankah Ini Hanya Mandi
- Bab 66 Mengubah Tubuh
- Bab 67 Diri yang Baru
- Bab 68 Sayangnya Tidak Ada Jika
- Bab 69 Mengantarkan Hadiah
- Bab 70: Bunda Mo Memberikan Anggur
- Bab 71: Bangun Dalam Keadaan Sudah Meninggal
- Bab 72 Mati Dalam Mimpi
- Bab 73 Aduh, Bisa Tidak Jangan Berbicara Terlalu Frontal?
- Bab 74 Suamiku Terlalu Menarik
- Bab 75 Berlilitan Tanpa Henti
- Bab 76 Telah Hamil
- Bab 77 Sang Anak Telah Tiada
- Bab 78 Tidak Berhak Untuk Tetap Disisinya
- Bab 79 Pertengkaran Kami Yang Pertama Kali
- Bab 80 Penemanian Para Wanita
- Bab 81 Kesakitan Yang Mendalam
- Bab 82 Lupa Ingatan Setelah Mabuk
- Bab 83 Selir
- Bab 84 Ketidak Hadiran Pengantin Pria
- Bab 85 Dia Malah Berada Di Ranjangku Saat Malam Pertamanya Dengan Wanita Lain
- Bab 86 Pergi Tanpa Berpamitan
- Bab 87 Membunuh Ular Dan Menjarah Kantong Empedu
- Bab 88 Menghadapi Jalan Buntu
- Bab 89 Penuh Siasat Licik
- Bab 90 Jatuh Ke Jurang
- Bab 91 Jatuh Ke Pelukannya
- Bab 92 Seorang Pria Yang Hangat
- Bab 93 Menghalangi Perjalanan
- Bab 94 Di Dalam Gunung Besar Terdapat Rumah Orang.
- Bab 95 Mimpi Yang Menyeramkan
- Bab 96 Monster Air Di Tengah Sungai.
- Bab 97 Dipaksa Menikah
- Bab 98 Datang Bulan
- Bab 99 Bolehkah Tidak Sebaik Hati Ini?
- Bab 100 Menginap di Desa
- Bab 101 Monster Pemakan Manusia
- Bab 102 Sangat Hebat
- Bab 103 Minum Racun Kalajengking
- Bab 104 Kalau Tidak Senang Sini Gigit Aku
- Bab 105 Jatuh Cinta Pada Pandangan Pertama
- Bab 106 Tujuan Tertentu
- Bab 107 Adegan Tersebut, Melukai Hatiku
- Bab 108 Siluman Kalajengking Beracun
- Bab 109 Padang Salju
- Bab 110 Sejak Kapan Belajar Menjilat Orang
- Bab 111 Keras Kepala
- Bab 112 Hua Tuo di Namsan
- Bab 113 Ada Syaratnya
- Bab 114 Monster Ganas
- Bab 115 Berjanji Memberi Pengobatan
- Bab 116 Mengambil Air Bekas Mandi Peri
- Bab 117 Dua Wanita Cabul
- Bab 118 Boneka Ginseng Berusia Seribu Tahun
- Bab 119 Bercinta
- Bab 120 Keracunan
- Bab 121 Tersipu Malu
- Bab 122 Tertangkap
- Bab 123 Pantang Menyerah
- Bab 124 Mengecap Dengan Besi Panas
- Bab 125 Memohon Padanya
- Bab 126 Rasa Malu
- Bab 127 Pertemuan
- Bab 128 Berpura-Pura Mati
- Bab 129 Bunuh Diri
- Bab 130 Tidak Bisa Kabur
- Bab 131 Paksaan
- Bab 132 Membutakan Sepasang Mata
- Bab 133 Dijual Ke Rumah Bordil
- Bab 134 Ular Hijau Menyelamatkanku
- Bab 135 Dosa Yang Mengerikan
- Bab 136 Hamil Lagi
- Bab 137 Kembali Bersama Suamiku
- Bab 138 Mengambil Mata
- Bab 139 Pulang Ke Istana Ular
- Bab 140 Memanjakan
- Bab 141 Jatuh Cinta Diam-Diam
- Bab 142 Bertengkar Demi Keinginan
- Bab 143 Jika Suatu Hari Nanti, Raja Tidak Ada Di Sisimu
- Bab 144 Pemikiran Lain
- Bab 145 Mencari Kesempatan Untuk Menyerang.
- Bab 146 Terjatuh Kedalam Air.
- Bab 147 Tidak Meninggal.
- Bab 148 Berpura-pura Menyalahkan Diri Sendiri.
- Bab 149 Menempel Padanya.
- Bab 150 Pengakuan Ditolak
- Bab 151 Kembali Kealam Manusia
- Bab 152 Kita Akan Berpisah
- Bab 153 Kepergian Dia
- Bab 154 Dikeluarkan Dari Istana Ular
- Bab 155 Tujuh Bayi Ular
- Bab 156 Mutiara Ular Ajaib
- Bab 157 Para Bayi Ingin Minum Susu
- Bab 158 Mencari Bayi Ular
- Bab 159 Anak-anakku
- Bab 160 Sendiri Mencari Susu Untuk Diminum
- Bab 161 Menjaga Ibu dan Anak Kami
- Bab 162 Kebencian Karena Cinta
- Bab 163 Dunia Ular Dikendalikan
- Bab 164 Cinta Berubah Menjadi Luka
- Bab 165 Bayi Ular Terselamatkan
- Bab 166 Raja Ular, Aku Akan Terus Menunggumu, Selamanya