The Serpent King Affection - Bab 24 Dibohongi Untuk Keluar
Kedua pelayan itu berpura-pura di tempat yang tidak ada orangnya. Mereka menunjukkan bahwa mereka memiliki hati yang jahat.
Berdasarkan apa orang rendahan bisa mendapatkan cinta dari Raja Ular sedangkan mereka tidak bisa. Mereka tidak rela.
“Menurutku lebih baik begini saja……”
Pelayan yang menggunakan pakaian biru menunjukkan senyuman dingin di wajahnya, seperti sudah terpikirkan cara bagaimana menyelesaikan batu penghalang.
Kedua pelayan itu berbisik. Melihat pelayan wanita berpakaian kuning tersebut menganggukkan kepala bertanda setuju setelah mendengarnya, wajahnya menunjukkan senyuman dingin. Keduanya sudah memastikan untuk berbuat apa.
Berada di kamar dalam waktu yang lama, benar-benar membuat orang mati kebosanan. Aku sendirian berjalan dari pintu berencana ke taman untuk berjalan sejenak melihat pemandangan dan lainnya. Melihat matahari terbenam di langit, matahari berwarna oranye itu menyinari bunga yang ada di taman. Sebuah keindahan yang berbeda.
“Para pembantu melayani Nona Isabelle Yao berpakaian dan berias.”
Saat aku memandang sampai melamun, terdengar suara yang lembut di belakang.
Membalikkan badan, ternyata adalah dua pelayan wanita yang melayaniku setiap harinya. Satu berpakaian biru, satunya lagi berpakaian kuning.
“Sekarang?”
Tanyaku melihat langit yang belum gelap. Biasanya membantunya berpakaian dan yang lainnya dilakukan hampir malam, selanjutnya penjaga Andrew Bai akan datang menjemputnya makan. Penjaga Andrew Bai pernah mengatakan kepadaku bahwa Raja Ular lebih sibuk, jadi makan malam akan terlambat, dan aku bisa mengertinya. Sebagai raja, pasti ada banyak hal yang harus dilakukan, jadi bisa telat.
Hari ini pelayan wanita ingin mengatur pakaianku lebih awal. Atau bisa jadi Austine Ye sudah selesai dengan pekerjaannya dan menyuruhku datang lebih awal? Walaupun ada sedikit tanda tanya dalam hatiku, tapi tidak dipikirkan. Kedua pelayan wanita mengantarku kembali ke kamar dan membantuku berpakaian serta berias. Mana aku tahu bahwa mereka berdua yang terlihat baik dan ramah membuat perhitungan padaku.
“Penjaga Andrew Bai ada sedikit masalah jadi tidak bisa datang menjemput Nona Isabelle Yao. Dia menyuruh para pembantu membawa Nona Isabelle Yao pergi untuk makan bersama Raja Ular.”
Selesai berias, kedua pelayan tersebut bertatapan. Pelayan Lan mengatakan sesuatu yang kata-katanya terdengar sangat hormat, tapi tatapan matanya terlihat sepeti mencibir, hanya saja aku tidak melihatnya.
“En. Baiklah.”
Aku tidak merasakan ada yang janggal. Aku percaya bahwa perkataan kedua pelayan itu benar. Aku berdiri ingin pergi bersama mereka.
Meninggalkan kamar, kedua pelayan wanita berjalan di depan membawa jalan dan aku mengikuti dari samping belakang. Setelah pergi beberapa kali, aku familiar dengan lokasi makan. Hanya saja kali ini, kedua pelayan membawaku jalan ke arah yang berbeda, dan bukan arah yang biasanya dilalui olehku dan penjaga Andrew Bai. Walaupun waku tidak peka terhadap arah, tapi setidaknya aku maish bisa membedakannya.
“Sepertinya arahnya salah”
Kataku menghentikan langkah
“Hari ini Raja Ular di tempat yang lain. Para pembantu membawa Nona Isabelle Yao ke sana.”
Kedua pelayan wanita juga mengentikan langkahnya dan berkata kepadaku. Tampilan mereka tampak sangat seperti biasanya.
“Oh.”
Ternyata begitu. Istana ular sangat besar. Tempat makan juga pasti banyak. Berpikir seperti itu, aku jgua tidak merasa aneh, tidak curiga terhadap perkataan kedua pelayan wanita itu.
Hanya saja saat berlajan, aku mulai merasa ada yang tidak benar. Ini Istana Ular, kenapa semakin dilewati semakin gelap dan dingin. Bahkan tidak terlihat satupun penjaga wanita. Semakin dilalui, semakin cahaya semakin minim, redup. Aku melihat kiri kanan ada pohon besar.
Aku menghentikan langkah, tiba-tiba sadar ini bukanlah tempat Istana Ular.
“Tempat apa ini? Apa yang ingin kalian lakukan dengan membawaku ke sini?”
Aku menghentikan langkahku lagi kali ini. Aku menjadi berjaga-jaga karena selalu merasa ada yang tidak benar.
Kedua pelayan wanita membalikkan badan dan tersenyum dingin kepadaku. Ekspresi dengan hormat tersebut sirna, menunjukkan ekspresi yang sebenarnya.
“Pelayan Huang, kamu beritahu orang rendahan ini, apa tempat ini.”
Kata pelayan wanita berpakaian biru itu kepada pelayan wanita yang satunya.
Pelayan wanita berbaju kuning melihatku. Senyum di wajahnya semakin dingin.
Novel Terkait
PRIA SIMPANAN NYONYA CEO
Chantie LeeWanita Yang Terbaik
Tudi SaktiHanya Kamu Hidupku
RenataMarriage Journey
Hyon SongWahai Hati
JavAliusCinta Dan Rahasia
JesslynMy Perfect Lady
AliciaThe Serpent King Affection×
- Bab 1 Didorong ke Jurang (1)
- Bab 1 Didorong ke Jurang (2)
- Bab 2 Terbaring di Atas Tubuh Ular
- Bab 3 Berguling ke Bawah Gunung
- Bab 4 Hei Wanita, Kau Sudah Membuat Masalah Besar Dengan Aku Sang Raja
- Bab 5 Dikelilingi Ular
- Bab 6 Hidup atau Mati
- Bab 7 Terpesona
- Bab 8 Terpancing
- Bab 9 Istana Megah
- Chapter 10 Perlakuan Istimewa
- Chapter 11 Wanita Cantik dari Lukisan Kuno
- Chapter 12 Bisa Lebih Terbuka Lagi
- Chapter 13 Menetap dengan Tenang
- Chapter 14 Tidur Bersama Ular Raksasa
- Chapter 15 Menantang Ular Raksasa
- Bab 16 Tolong Jangan Makan Aku
- Bab 17 Apakah Kamu Menyukai Bentukku Yang Seperti Ini?
- Bab 18 Gagal Kabur
- Bab 19 Janji Tidak Akan Kabur Lagi
- Bab 20 Apakah Kau Benar-Benar Raja Ular?
- Bab 21 Marah
- Bab 22 Senyumanmu Sangat Cantik
- Bab 23 Iri, Cemburu, Dan Benci
- Bab 24 Dibohongi Untuk Keluar
- Bab 25 Pertolongan Dari Ular Putih Kecil
- Bab 26 Pelayan Ular Memohon Ampun
- Bab 27 Memaafkan
- Bab 28 Pikiran Yang Lain
- Bab 29 Berbohong Untuk Kebaikan
- Bab 30 Ini Juga Bisa Terlihat
- Bab 31 Mencari Kesempatan Membunuhnya
- Bab 32 Ditipu ke Dasar Danau
- Bab 33 Hampir Mati Tenggelam
- Bab 34 Mutiara Ular
- Bab 35 Selamat
- Bab 36 Bertemu Ular Putih
- Bab 37 Berjanji Menolong Ular Putih
- Bab 38 Apa Panggilan Ini Pantas
- Bab 39 Senyumannya Mengalihkan Duniaku
- Bab 40 Pertemuan yang Terlambat
- Bab 41 Tidak Tahan Akan Rasa Kesepian
- Bab 42 Pergi Jalan-Jalan
- Bab 43 Perkataan Sindiran
- Bab 44 Amarah Langsung Membara
- Bab 45 Merusak Paras Wajah
- Bab 46 Apakah Pria Ini Vegetarian
- Bab 47 Akan Membuat Mereka Mati Mengenaskan
- Bab 48 Merobek Kulit Wajah
- Bab 49 Meninggalkan Sebuah Bekas Luka
- Bab 50 Dimanjakan
- Bab 51 Kamu Jadi Pacarku Saja
- Bab 52 Mengikuti Pemilihan Selir
- Bab 53 Aku Hanya Orang Yang Sekadar Lewat
- Bab 54 Memasukkan Afrodisiak Ke Dalam Anggur
- Bab 55 Ular Kuning Loreng Yang Besar
- Bab 56 Raja ular, aku ingin, aku menginginkannya
- Bab 57 Akan Menunggu Sampai Hari Itu Tiba Untuk Menyentuhmu
- Bab 58 Ingin Tebusan Darimu
- Bab 59 Meninggalkan Istana Ular
- Bab 60 Perbedaan Kemampuan
- Bab 61 Dibawa Ke Hutan Bambu
- Bab 62 Menanti Pertemuan Denganmu Di Hutan Bambu
- Bab 63 Menyesal Tidak Seharusnya Mengancam Dirinya
- Bab 64 Lepaskan, Raja Memperbolehkanmu untuk Melepaskannya
- Bab 65 Jangan Malu, Bukankah Ini Hanya Mandi
- Bab 66 Mengubah Tubuh
- Bab 67 Diri yang Baru
- Bab 68 Sayangnya Tidak Ada Jika
- Bab 69 Mengantarkan Hadiah
- Bab 70: Bunda Mo Memberikan Anggur
- Bab 71: Bangun Dalam Keadaan Sudah Meninggal
- Bab 72 Mati Dalam Mimpi
- Bab 73 Aduh, Bisa Tidak Jangan Berbicara Terlalu Frontal?
- Bab 74 Suamiku Terlalu Menarik
- Bab 75 Berlilitan Tanpa Henti
- Bab 76 Telah Hamil
- Bab 77 Sang Anak Telah Tiada
- Bab 78 Tidak Berhak Untuk Tetap Disisinya
- Bab 79 Pertengkaran Kami Yang Pertama Kali
- Bab 80 Penemanian Para Wanita
- Bab 81 Kesakitan Yang Mendalam
- Bab 82 Lupa Ingatan Setelah Mabuk
- Bab 83 Selir
- Bab 84 Ketidak Hadiran Pengantin Pria
- Bab 85 Dia Malah Berada Di Ranjangku Saat Malam Pertamanya Dengan Wanita Lain
- Bab 86 Pergi Tanpa Berpamitan
- Bab 87 Membunuh Ular Dan Menjarah Kantong Empedu
- Bab 88 Menghadapi Jalan Buntu
- Bab 89 Penuh Siasat Licik
- Bab 90 Jatuh Ke Jurang
- Bab 91 Jatuh Ke Pelukannya
- Bab 92 Seorang Pria Yang Hangat
- Bab 93 Menghalangi Perjalanan
- Bab 94 Di Dalam Gunung Besar Terdapat Rumah Orang.
- Bab 95 Mimpi Yang Menyeramkan
- Bab 96 Monster Air Di Tengah Sungai.
- Bab 97 Dipaksa Menikah
- Bab 98 Datang Bulan
- Bab 99 Bolehkah Tidak Sebaik Hati Ini?
- Bab 100 Menginap di Desa
- Bab 101 Monster Pemakan Manusia
- Bab 102 Sangat Hebat
- Bab 103 Minum Racun Kalajengking
- Bab 104 Kalau Tidak Senang Sini Gigit Aku
- Bab 105 Jatuh Cinta Pada Pandangan Pertama
- Bab 106 Tujuan Tertentu
- Bab 107 Adegan Tersebut, Melukai Hatiku
- Bab 108 Siluman Kalajengking Beracun
- Bab 109 Padang Salju
- Bab 110 Sejak Kapan Belajar Menjilat Orang
- Bab 111 Keras Kepala
- Bab 112 Hua Tuo di Namsan
- Bab 113 Ada Syaratnya
- Bab 114 Monster Ganas
- Bab 115 Berjanji Memberi Pengobatan
- Bab 116 Mengambil Air Bekas Mandi Peri
- Bab 117 Dua Wanita Cabul
- Bab 118 Boneka Ginseng Berusia Seribu Tahun
- Bab 119 Bercinta
- Bab 120 Keracunan
- Bab 121 Tersipu Malu
- Bab 122 Tertangkap
- Bab 123 Pantang Menyerah
- Bab 124 Mengecap Dengan Besi Panas
- Bab 125 Memohon Padanya
- Bab 126 Rasa Malu
- Bab 127 Pertemuan
- Bab 128 Berpura-Pura Mati
- Bab 129 Bunuh Diri
- Bab 130 Tidak Bisa Kabur
- Bab 131 Paksaan
- Bab 132 Membutakan Sepasang Mata
- Bab 133 Dijual Ke Rumah Bordil
- Bab 134 Ular Hijau Menyelamatkanku
- Bab 135 Dosa Yang Mengerikan
- Bab 136 Hamil Lagi
- Bab 137 Kembali Bersama Suamiku
- Bab 138 Mengambil Mata
- Bab 139 Pulang Ke Istana Ular
- Bab 140 Memanjakan
- Bab 141 Jatuh Cinta Diam-Diam
- Bab 142 Bertengkar Demi Keinginan
- Bab 143 Jika Suatu Hari Nanti, Raja Tidak Ada Di Sisimu
- Bab 144 Pemikiran Lain
- Bab 145 Mencari Kesempatan Untuk Menyerang.
- Bab 146 Terjatuh Kedalam Air.
- Bab 147 Tidak Meninggal.
- Bab 148 Berpura-pura Menyalahkan Diri Sendiri.
- Bab 149 Menempel Padanya.
- Bab 150 Pengakuan Ditolak
- Bab 151 Kembali Kealam Manusia
- Bab 152 Kita Akan Berpisah
- Bab 153 Kepergian Dia
- Bab 154 Dikeluarkan Dari Istana Ular
- Bab 155 Tujuh Bayi Ular
- Bab 156 Mutiara Ular Ajaib
- Bab 157 Para Bayi Ingin Minum Susu
- Bab 158 Mencari Bayi Ular
- Bab 159 Anak-anakku
- Bab 160 Sendiri Mencari Susu Untuk Diminum
- Bab 161 Menjaga Ibu dan Anak Kami
- Bab 162 Kebencian Karena Cinta
- Bab 163 Dunia Ular Dikendalikan
- Bab 164 Cinta Berubah Menjadi Luka
- Bab 165 Bayi Ular Terselamatkan
- Bab 166 Raja Ular, Aku Akan Terus Menunggumu, Selamanya