The Serpent King Affection - Bab 58 Ingin Tebusan Darimu
Aku bangun setelah dua hari dua malam kemudian, pertarungan melawan wanita ular cantik pada malam hari itu telah menguras seluruh tenagaku, setelah tidur begitu lama baru semangatku pulih kembali.
"Nona, nona telah sadar."
Baru membukakan mata, langsung terdengar sebuah suara yang merdu di telinga, ular putih berada di sisiku.
"Chandelier, cepat pergi melapor pada raja ular, bahwa nona telah kembali sadar."
Ular putih dengan nada suara yang sangat senang berkata terhadap seorang pembantu di samping.
"Chandelier sekarang akan langsung pergi melapor pada raja ular."
Pembantu berbegas mengangkat roknya dan keluar dari pintu, pergi melapor.
"Susan, aku sudah tidur berapa lama?"
Aku berniat untuk bangun dari ranjang, Susan bergegas membantuku untuk bangun, "Nona telah tidur selama dua hari dua malam, selama dua hari ini, raja ular lah yang terus menjaga nona, hanya saja tadi raja ular memiliki urusan dan telah pergi, menyuruh Susan menjaga nona, apakah nona merasa tidak nyaman?"
Perkataan Susan yang penuh perhatian, merasa khawatir nona merasa sakit, sampai saat ini dia belum mengerti, bagaimana caranya nona bisa membunuh wanita ular cantik itu.
"Aku tidak apa."
Aku menggeleng-gelengkan kepala, kembali mengingat kejadian mengerikan yang sulit untuk dilupakan itu, aku telah membunuh seekor ular besar yang mencoba merangsang perasaanku, darah ular telah melumuri tubuhku.
Menundukkan kepala, baju yang basah kuyup akan darah entah kapan telah diganti, saat ini aku berpakaian sebuah baju tidur yang rapi dan besih.
"Kamu sudah sadar."
Terasa sebuah hawa dingin menghembus ke wajahku, juga sebuah suara seorang pria yang merdu terdengar di telingaku, dibandingkan dengan biasanya, di dalamnya telah kekurangan rasa hangat.
Austin Ye dengan langkah kaki yang besar berjalan memasuki kamar, dan duduk di samping ranjangku, ekspresi wajahnya kelihatan tidak begitu senang, hal ini membuatku merasa tidak tenang.
"Iya."
Aku menjawab sejenak, tetap memandang ekspresi wajahnya. Sebelum ekspresi wajahnya kembali hangat seperti dulu, aku tidak akan berani untuk berbicara dengannya.
Aku takut akan membuatnya marah, takut dia akan berubah menjadi ular besar dan memakanku.
Seorang pria dan seorang wanita, hanya saling bertatapan begitu saja, ular putih dan Chandelier bertatapan sejenak, tidak mengerti mereka sedang apa dengan hanya saling melihat satu sama lain tanpa berbicara?
"Kamu, suasana hatimu tidak bagus?"
Akhirnya sudah tidak tahan lagi, aku telah mematahkan suasanya yang hening dan menanyakannya, sepertinya aku tidak pernah melihat ekspresi wajahnya yang begitu tidak senang seperti ini.
"Itu, aku akan membantumu memberi pelajaran kepada siapapun yang membuatmu tidak senang, bagaimana?"
Aku mengepalkan tanganku untuk membantunya melampiaskan amarah, siapakah yang berani membuat raja ular besar merasa tidak senang seperti ini, dan akan menghajarnya.
Sang pria hanya memandang orang di hadapan matanya tanpa mengedipkan mata sekalipun seperti ini, dia benar-benar tidak tahu atau pura-pura tidak tahu, suasana hatinya tidak senang, semuanya karena perkataannya malam itu.
"Ah, katakanlah, jangan terus melihatku seperti ini."
Aku merenggangkan bahu sejenak, tapi terlihat ekspresi wajahnya menjadi semakin tidak senang, hawa dingin di tubuhku menjadi semakin pekat, dan hawa dingin itu, dipancarkan dari tubuhnya sang pria.
Sebuah tangan besar dengan kuat menarikku dan memasukkanku dalam pelukannya, dengan erat memelukku, dia memerlukan sebuah penenangan.
"Apa yang kamu lakukan......"
Aku ingin mendorongnya, tapi tidak bisa sama sekali, Susan dan Chandelier telah menyadari situasi dan pergi keluar sambil menutup pintu dengan perlahan, di dalam sini, hanya tertinggal dunia bagi kedua orang itu saja.
Setelah merasa tidak ada gunanya melakukan perlawanan, aku hanya bisa dengan penurut membiarkannya memelukku, bahu yang begitu lebar dan memikat, bahkan sampai membuatku terhanyut ke dalamnya.
"Perkataan yang kukatakan padamu di hari pemilihan permaisuri waktu itu sangat tulus, kamu adalah wanita pertama yang aku sukai, bagaimana kalau kamu menjadi permaisuriku?"
Sepasang tangan yang panjang dan putih mendorong bahuku, kedua mata yang berbirnar-binar dengan penuh perasaan menatapku, ekspresinya sangat serius.
Sang pria telah memikirkannya baik-baik, ingin membuatnya berada disisi diri sendiri selamanya, membuatnya menjadi permaisurinya.
Menyukai seseorang sungguh berbahaya, bisa mmebuat seseorang terhanyut ke dalam, dan sulit untuk melepaskan diri, bahkan dirinya sebagai seorang raja pun sulit untuk melewati rintangan ini.
Bola mata yang bulat indah, aku tidak menyangka dia akan mengatakan pernyataan cinta seperti ini sekali lagi, seketika telah terbungkam, pikiran menjadi sangat kacau balau.
Baru saja diputusin dan dicelakai oleh pacar, malah langsung ada seseorang yang menyatakan cinta padaku lagi, aku sungguh tidak tahu haruskah menerimanya atau tidak, aku sangat takut drama yang tragis akan kembali terulang, dan merasakan kesakitan sekali lagi.
Aku takut jika pergi mencintai seseorang dengan segenap hatiku, yang kudapatkan sebagai balasan adalah penyiksaan darinya, hatiku yang telah penuh lubang dari awal, tidak lagi berani untuk percaya pada cinta dengan mudah.
"Ada beberapa orang yang tidak pantas untuk diingat kembali, aku tidak akan mengkhianatimu, aku akan mencintaimu dengan tulus, terimalah aku, boleh tidak?"
Sang pria mengerti apa yang sedang wanita ini renungkan, dengan tulus mengatakan, kalau bukan dia, dia tidak akan tahu bahwa dirinya bisa memiliki perasaan yang setulus ini terhadap seorang wanita.
Pernyataan cinta dari pria menawan yang penuh perasaan ini, tidak akan ada wanita yang bisa menolaknya, sedangkan aku, merasa sedikit ragu.
Kalau aku menjadi kakak, dia menjadi adik, mungkin hal ini tidak akan menjadi begitu rumit.
"Aku tidak ingin menjadi seorang adik, aku ingin menjadi seorang suami."
Hanya melamun dalam sekejab, bahkan telah disadari olehnya.
Wajahnya memerah: "Berikanlah sedikit waktu untukku pertimbangkan, baru aku memberikan jawaban untukmu, bagaimana?"
Aku menurunkan pandangan mataku, bahkan tidak menolaknya.
"Baik, aku akan memberikanmu waktu dua hari untuk berpikir."
Merasakan hati dia yang sedang goyah, tidak menolak seperti sebelumnya, membuat suasana hatinya menjadi lebih membaik, sudut mulutnya membentuk sebuah sedikit senyuman.
Saat kembali mengangkat kepala, terlihat dia sedang melihatku terus tanpa mengedipkan mata, kenapa, apakah wajahku memiliki bunga? Tidak mengerti.
"Bekas luka di wajahmu telah menghilang."
Dia mengatakan, dokter kerajaan tua mengatakan membutuhkan waktu beberapa hari, tapi ini baru berlalu beberapa hari saja, bekas luka langsung menghilang.
Aku berjalan sampai ke hadapan cermin untuk melihat, ternyata benar, sebuah wajah yang mulus dan berkilau, tidak ada bekas apapun.
Dokter kerajaan tua yang dipanggil sebelumnya, mengatakan bahwa sedikit cairan ludah racun ular telah memasuki bekas lukaku, dan bekas luka juga awalnya telah meninggalkan beberapa cairan racun, racun melawan racun, makanya bekas luka telah menghilang.
Dokter kerajaan tua awalnya sangat khawatir raja ular akan segera menghukumnya jika tidak bisa secepatnya menghilangkan bekas luka di wajahnya nona, dan akhirnya dia sekarang tidak perlu khawatir lagi.
Menyuruh dokter kerajaan tua untuk keluar, lalu membuatku sekali lagi teringat akan ular yang penuh nafsu itu.
"Ular itu sepertinya sedang menunggumu bukan?"
Teringat akan wanita ular cantik itu menekanku dibawah dan mengatakan raja ular, aku menginginkannya, aku seketika merasa merinding.
"Benar, dia memang sedang menungguku."
Dia mengatakan dengan nada yang datar, mengamati setiap ekspresi orang di hadapannya.
"Makanya kamu pergi ke taman untuk mencarinya......"
Berkata sampai sini, hatiku bahkan menjalar sebuah perasaan nyeri, bisa dibilang, kalau aku tidak sengaja pergi untuk mengacaukannya, kedua ekor ular ini akan melakukan itu di taman sana......
Rasa nyeri terasa lebih pekat.
"Benar, aku memang pergi untuk mencarinya."
Melihat ekspresinya yang berubah sedikit, sang pria menjawab apa yang di tanyakan, bertujuan ingin melihat ekspresinya yang cemburu juga menaruh perhatian akan hal ini, mencari sebuah jejak keberadaan dirinya di dalam hati sang gadis.
"Tapi dia menganggap aku sebagai dirimu, dia ingin melakukan itu denganku, makanya, makanya aku terpaksa membunuhnya, kamu akan marah tidak."
Aku mengatakannya dengan sedikit merasa bersalah, lagipula akulah yang menusuk ular besar sampai mati.
"Aku ingin kamu menebus."
Dia mengatakan dengan sedikit jahil, ingin melihat bagaimana aku akan bereaksi.
"Aku, bagaimana caranya aku menebusnya, aku hanya seorang manusia, kemana aku harus pergi mencari seekor ular betina untukmu."
"Tebuslah dengan menggunakan dirimu."
Setelah sekian lama, malah menarikku kembali dalam topik ini.
"Apakah tidak ada cara lain lagi?"
"Ada, kamu pergi cari seekor ular yang secantik wanita ular cantik yang kamu bunuh."
Lupakan saja, lebih baik langsung memberikan diriku untuk dia, oh Tuhan, ingin menangis tapi tak ada air mata.
"Aku masih ada urusan yang harus diurus, aku akan datang lain kali untuk menagih jawabanmu."
Melihat wajahku yang penuh dengan ekspresi murung, senyuman di wajahnya terlihat lebih mendalam, bangun lalu pergi, meninggalkan sebuah bayangan tampan.
"Menerimanya, tidak menerinamanya, terima, tidak terdma......"
Sejak pria menawan telah pergi, aku terus merasa gundah akan masalah ini, aku seharusnya memikirkan cara untuk pergi meninggalkan dunia ular, apakah mencarikan seekor wanita ular cantik untuknya, ataupun tinggal dan menetap disisinya menjadi permaisurinya.
Kepalaku sangat pusing...... sungguh sulit untuk membuat keputusan.......
"Nona," Susan membawakan berbagai makanan masuk ke dalam, "Raja ular menyuruh Susan untuk membawakan makanan kemari, nona telah dua hari tidak makan, pasti telah sangat lapar bukan."
Susan sambil menyusun semua makanan itu di atas meja mengatakannya, aroma yang menggiurkan itu langsung masuk ke hidung.
Pilihan yang sesulit apapun, setelah mengisi perut sampai penuh baru bisa dipikirkan kembali, "Memang benar telah lapar, Susan sungguh baik." aku menggulung lengan bajuku dan duduk di samping meja, mengambil sumpit lalu menjepit sepotong daging memasukkannya kedalam mulutku, sambil menarik Susan untuk duduk, "Mari kita makan bersama" Setelah mengatakannya, langsung memberikan sepasang sumpit kepadanya.
Susan menerima sumpitnya, dia tidak merasa takut dengan ketidakberadaan raja ular di sekitar, dan mulai makan bersama dengan nona.
"Susan, kamu rasa orang seperti apa itu raja ular?"
Sambil menyantap makanan yang menggiurkan, sambil menanyakan Susan, aku ingin mendengar kesan dia dari mulut orang lain, karena aku tidak tahu, dan Susan tidak akan berbohong.
Susan mengedipkan matanya, sambil belajar bagaimana cara nona memegang sumpit untuk menjepit makanan, lalu sepotong daging telah memasuki perutnya, dengan cepat mengatakan: "Susan merasa raja ular orangnya sangat baik, terutama sikapnya terhadap nona, sangat baik."
Walaupun dia sangat merasa takut terhadap raja ular, tapi dia benar-benar merasa raja ular sangat bersikap baik terhadap nona, ini adalah kejujuran.
Novel Terkait
The Richest man
AfradenMy Greget Husband
Dio ZhengMenaklukkan Suami CEO
Red MapleMata Superman
BrickHalf a Heart
Romansa UniverseMeet By Chance
Lena TanThe Serpent King Affection×
- Bab 1 Didorong ke Jurang (1)
- Bab 1 Didorong ke Jurang (2)
- Bab 2 Terbaring di Atas Tubuh Ular
- Bab 3 Berguling ke Bawah Gunung
- Bab 4 Hei Wanita, Kau Sudah Membuat Masalah Besar Dengan Aku Sang Raja
- Bab 5 Dikelilingi Ular
- Bab 6 Hidup atau Mati
- Bab 7 Terpesona
- Bab 8 Terpancing
- Bab 9 Istana Megah
- Chapter 10 Perlakuan Istimewa
- Chapter 11 Wanita Cantik dari Lukisan Kuno
- Chapter 12 Bisa Lebih Terbuka Lagi
- Chapter 13 Menetap dengan Tenang
- Chapter 14 Tidur Bersama Ular Raksasa
- Chapter 15 Menantang Ular Raksasa
- Bab 16 Tolong Jangan Makan Aku
- Bab 17 Apakah Kamu Menyukai Bentukku Yang Seperti Ini?
- Bab 18 Gagal Kabur
- Bab 19 Janji Tidak Akan Kabur Lagi
- Bab 20 Apakah Kau Benar-Benar Raja Ular?
- Bab 21 Marah
- Bab 22 Senyumanmu Sangat Cantik
- Bab 23 Iri, Cemburu, Dan Benci
- Bab 24 Dibohongi Untuk Keluar
- Bab 25 Pertolongan Dari Ular Putih Kecil
- Bab 26 Pelayan Ular Memohon Ampun
- Bab 27 Memaafkan
- Bab 28 Pikiran Yang Lain
- Bab 29 Berbohong Untuk Kebaikan
- Bab 30 Ini Juga Bisa Terlihat
- Bab 31 Mencari Kesempatan Membunuhnya
- Bab 32 Ditipu ke Dasar Danau
- Bab 33 Hampir Mati Tenggelam
- Bab 34 Mutiara Ular
- Bab 35 Selamat
- Bab 36 Bertemu Ular Putih
- Bab 37 Berjanji Menolong Ular Putih
- Bab 38 Apa Panggilan Ini Pantas
- Bab 39 Senyumannya Mengalihkan Duniaku
- Bab 40 Pertemuan yang Terlambat
- Bab 41 Tidak Tahan Akan Rasa Kesepian
- Bab 42 Pergi Jalan-Jalan
- Bab 43 Perkataan Sindiran
- Bab 44 Amarah Langsung Membara
- Bab 45 Merusak Paras Wajah
- Bab 46 Apakah Pria Ini Vegetarian
- Bab 47 Akan Membuat Mereka Mati Mengenaskan
- Bab 48 Merobek Kulit Wajah
- Bab 49 Meninggalkan Sebuah Bekas Luka
- Bab 50 Dimanjakan
- Bab 51 Kamu Jadi Pacarku Saja
- Bab 52 Mengikuti Pemilihan Selir
- Bab 53 Aku Hanya Orang Yang Sekadar Lewat
- Bab 54 Memasukkan Afrodisiak Ke Dalam Anggur
- Bab 55 Ular Kuning Loreng Yang Besar
- Bab 56 Raja ular, aku ingin, aku menginginkannya
- Bab 57 Akan Menunggu Sampai Hari Itu Tiba Untuk Menyentuhmu
- Bab 58 Ingin Tebusan Darimu
- Bab 59 Meninggalkan Istana Ular
- Bab 60 Perbedaan Kemampuan
- Bab 61 Dibawa Ke Hutan Bambu
- Bab 62 Menanti Pertemuan Denganmu Di Hutan Bambu
- Bab 63 Menyesal Tidak Seharusnya Mengancam Dirinya
- Bab 64 Lepaskan, Raja Memperbolehkanmu untuk Melepaskannya
- Bab 65 Jangan Malu, Bukankah Ini Hanya Mandi
- Bab 66 Mengubah Tubuh
- Bab 67 Diri yang Baru
- Bab 68 Sayangnya Tidak Ada Jika
- Bab 69 Mengantarkan Hadiah
- Bab 70: Bunda Mo Memberikan Anggur
- Bab 71: Bangun Dalam Keadaan Sudah Meninggal
- Bab 72 Mati Dalam Mimpi
- Bab 73 Aduh, Bisa Tidak Jangan Berbicara Terlalu Frontal?
- Bab 74 Suamiku Terlalu Menarik
- Bab 75 Berlilitan Tanpa Henti
- Bab 76 Telah Hamil
- Bab 77 Sang Anak Telah Tiada
- Bab 78 Tidak Berhak Untuk Tetap Disisinya
- Bab 79 Pertengkaran Kami Yang Pertama Kali
- Bab 80 Penemanian Para Wanita
- Bab 81 Kesakitan Yang Mendalam
- Bab 82 Lupa Ingatan Setelah Mabuk
- Bab 83 Selir
- Bab 84 Ketidak Hadiran Pengantin Pria
- Bab 85 Dia Malah Berada Di Ranjangku Saat Malam Pertamanya Dengan Wanita Lain
- Bab 86 Pergi Tanpa Berpamitan
- Bab 87 Membunuh Ular Dan Menjarah Kantong Empedu
- Bab 88 Menghadapi Jalan Buntu
- Bab 89 Penuh Siasat Licik
- Bab 90 Jatuh Ke Jurang
- Bab 91 Jatuh Ke Pelukannya
- Bab 92 Seorang Pria Yang Hangat
- Bab 93 Menghalangi Perjalanan
- Bab 94 Di Dalam Gunung Besar Terdapat Rumah Orang.
- Bab 95 Mimpi Yang Menyeramkan
- Bab 96 Monster Air Di Tengah Sungai.
- Bab 97 Dipaksa Menikah
- Bab 98 Datang Bulan
- Bab 99 Bolehkah Tidak Sebaik Hati Ini?
- Bab 100 Menginap di Desa
- Bab 101 Monster Pemakan Manusia
- Bab 102 Sangat Hebat
- Bab 103 Minum Racun Kalajengking
- Bab 104 Kalau Tidak Senang Sini Gigit Aku
- Bab 105 Jatuh Cinta Pada Pandangan Pertama
- Bab 106 Tujuan Tertentu
- Bab 107 Adegan Tersebut, Melukai Hatiku
- Bab 108 Siluman Kalajengking Beracun
- Bab 109 Padang Salju
- Bab 110 Sejak Kapan Belajar Menjilat Orang
- Bab 111 Keras Kepala
- Bab 112 Hua Tuo di Namsan
- Bab 113 Ada Syaratnya
- Bab 114 Monster Ganas
- Bab 115 Berjanji Memberi Pengobatan
- Bab 116 Mengambil Air Bekas Mandi Peri
- Bab 117 Dua Wanita Cabul
- Bab 118 Boneka Ginseng Berusia Seribu Tahun
- Bab 119 Bercinta
- Bab 120 Keracunan
- Bab 121 Tersipu Malu
- Bab 122 Tertangkap
- Bab 123 Pantang Menyerah
- Bab 124 Mengecap Dengan Besi Panas
- Bab 125 Memohon Padanya
- Bab 126 Rasa Malu
- Bab 127 Pertemuan
- Bab 128 Berpura-Pura Mati
- Bab 129 Bunuh Diri
- Bab 130 Tidak Bisa Kabur
- Bab 131 Paksaan
- Bab 132 Membutakan Sepasang Mata
- Bab 133 Dijual Ke Rumah Bordil
- Bab 134 Ular Hijau Menyelamatkanku
- Bab 135 Dosa Yang Mengerikan
- Bab 136 Hamil Lagi
- Bab 137 Kembali Bersama Suamiku
- Bab 138 Mengambil Mata
- Bab 139 Pulang Ke Istana Ular
- Bab 140 Memanjakan
- Bab 141 Jatuh Cinta Diam-Diam
- Bab 142 Bertengkar Demi Keinginan
- Bab 143 Jika Suatu Hari Nanti, Raja Tidak Ada Di Sisimu
- Bab 144 Pemikiran Lain
- Bab 145 Mencari Kesempatan Untuk Menyerang.
- Bab 146 Terjatuh Kedalam Air.
- Bab 147 Tidak Meninggal.
- Bab 148 Berpura-pura Menyalahkan Diri Sendiri.
- Bab 149 Menempel Padanya.
- Bab 150 Pengakuan Ditolak
- Bab 151 Kembali Kealam Manusia
- Bab 152 Kita Akan Berpisah
- Bab 153 Kepergian Dia
- Bab 154 Dikeluarkan Dari Istana Ular
- Bab 155 Tujuh Bayi Ular
- Bab 156 Mutiara Ular Ajaib
- Bab 157 Para Bayi Ingin Minum Susu
- Bab 158 Mencari Bayi Ular
- Bab 159 Anak-anakku
- Bab 160 Sendiri Mencari Susu Untuk Diminum
- Bab 161 Menjaga Ibu dan Anak Kami
- Bab 162 Kebencian Karena Cinta
- Bab 163 Dunia Ular Dikendalikan
- Bab 164 Cinta Berubah Menjadi Luka
- Bab 165 Bayi Ular Terselamatkan
- Bab 166 Raja Ular, Aku Akan Terus Menunggumu, Selamanya