The Serpent King Affection - Bab 143 Jika Suatu Hari Nanti, Raja Tidak Ada Di Sisimu
"Kakakmu, Austin Ye, bersikeras ingin menikah dengan seorang manusia biasa, benar-benar membuatku tidak dapat menenangkan hati."
Bunda Mo mengatakannya sambil meletakkan buah abadi itu, perasaannya selalu memburuk ketika membahas hal ini.
"Ternyata seperti itu, memang Kakak Austin Ye ini, banyak sekali wanita yang beridentitas tinggi yang menyukainya, namun ia tidak tergerak sedikitpun, mengapa ia bisa menyukai seorang manusia biasa?"
Ia hanya berharap Bundo Mo tidak setuju, dengan itu, harapan dirinya untuk dapat bersama dengan Raja Ular akan menjadi lebih besar.
"Itu dia, seperti Yoyo ini adalah wanita yang beridentitas tinggi di dunia ular, kamu juga terlihat cantik, pasti sangat cocok dengan Austin."
Bunda Mo terlihat lebih menenang ketika membicarakan Yoyo, wanita dengan identitas tersebut adalah wanita yang ia setujui sebagai menantunya.
"Bunda Mo terlalu berlebihan, Yoyo tidak sebaik itu, jika tidak, Kakak Austin Ye tidak akan mungki tidak menyukai Yoyo."
Wajah Yoyo memerah, ia kemudian juga menundukkan kepalanya karena merasa malu telah dipuji oleh Bunda Mo, selama ia mendapatkan persetujuan dari Bunda Mo, apakah ia masih perlu takut ia tidak dapat merebut kembali Raja Ular, Austin Ye, Yoyo kini semakin merasa percaya diri.
Pada malam hari, aku dan Raja Ular, suamiku, berbaring di atas tempat tidur, Raja Ular, suamiku, memelukku, dimana salah satu tangannya menutupi perut kecilku, aku bersandar di dalam lekukan lengannya, terasa sungguh bahagia.
Aku tidak menyadari alis mata lelaki itu yang mengerut, ia juga tiba-tiba menajamkan pandangannya.
"Suamiku, apa yang sedang kamu pikirkan?"
Setelah beberapa saat suamiku tidak menjawabku, aku mengangkat kepalaku dan bertanya kepadanya.
"Raja sedang memikirkan Isabelle Yao."
Lelaki itu menjawabku dengan hangat, ia kemudian menundukkan kepalanya dan mengelus perutku dengan perlahan, pandangannya dipenuhi dengan rasa kasih sayang.
Aku tersenyum manis dan mendekatinya.
"Isabelle Yao, Raja ingin menyampaikan sesuatu padamu."
Ia tiba-tiba menjadi serius, ia menangkat wajahku dan membuatku menatapnya.
"Iya? Kenapa?"
Hatiku merasa kurang tenang melihat dirinya yang tiba-tiba menjadi serius seperti ini.
"Jika suatu hari nanti, raja tidak bisa berada di sisimu dan melindungimu, kamu harus menjaga dirimu dengan baik, sama halnya dengan bayi kecil, kamu juga harus berusaha untuk baik-baik menjaganya."
Ucap suamiku, aku tidak tahu mengapa ia tiba-tiba mengatakan hal seperti ini, hanya saja, ucapannya ini membuatku merasa sangat sedih, hal ini membuatnya terdengar seperti ia akan segera meninggalkanku.
"Apakah suamiku ingin meninggalkanku? Apakah kamu ingin pergi berlatih serperti Yoyo, aku tidak bisa melepaskanmu, aku pasti akan sangat merindukanmu."
Aku memeluknya erat, lagipula, umur manusia tidak akan melebih ratusan tahun, jika suamiku ingin pergi berlatih selama seribu tahun, maka, aku hanya takut aku tidak bisa menunggunya kembali, terlebih lagi, aku juga tidak bisa menerima dirinya pergi meninggalkanku, kami sekeluarga harus bersama.
"Bodoh, Raja hanya ingin mengatakannya saja, bukan karena ingin pergi berlatih, kamu benar-benar terlalu baik, Raja sangat mengkhawatirkanmu."
Ucap lelaki itu, pandangannya terlihat sedikit tersakiti, bagaimana mungkin ia dapat melepaskannya, namun, ada beberapa hal yang memang tidak bisa dihindari, ia harus menerima akibat dari semua kesalahan yang pernah ia lakukan.
"Selama kamu berada di sisiku, aku tidak akan merasa takut."
"Suamiku, apakah ada sesuatu yang belum kamu sampaikan kepadaku?"
Aku kembali bertanya kepadanya.
"Bodoh, kamu lagi-lagi berpikir terlalu berlebihan, Raja tidak apa-apa, aku hanya mengatakannya saja kepadamu."
Ucapnya, ada beberapa hal yang ia putuskan untuk tidak menyampaikannya, karena ia takut Isabelle Yao sakit hati, walaupun ia akan tahu suatu hari nanti, namun, ia sangat berharap suatu hari itu tidak akan datang.
"Baiklah kalau begitu."
Ucapku sambil mengantuk.
"Sepertinya kamu sudah mengantuk."
Tanya lelaki itu kepadaku.
Aku menganggukkan kepalaku dan mengiyakannya, aku juga tidak berpikir lebih banyak lagi dan langsung tertidur dengan sangat cepat.
Pada hari subuh di hari kedua, cahaya sinar matahari yang hangat bersinar melewati kaca jendela, aku terbangun dalam pelukan lelaki itu.
Aku langsung mendapati sebuah wajah tampan saat aku membuka mataku.
"Kamu sudah bangun, apakah kamu tidur dengan nyenyak."
Lelaki itu juga ikut terbangun, ia melihatku tertidur sangat terlelap, sehingga ia tidak tega membangunkanku hingga aku terbangun dengan sendirinya.
"Iya."
Aku menganggukkan kepalaku, bagaimana mungkin aku tidak tertidur lelap ketika aku tertidur dalam pelukannya.
"Apakah kamu lapar, aku akan membantumu berdiri."
Ucap lelaki itu sambil membantuku, perutku kini semakin membesar, aku bahkan memerlukan bantuan orang lain ketika aku ingin membangunkan diri dari tempat tidur."
"Sedikit lapar."
Ucapku, sejak aku hamil, aku menjadi mudah sekali makan, porsi makanku menjadi sangat besar.
Setelah aku dan suamiku bangun dan mandi, Karen Qing kemudian membawakan sarapan yang bergizi.
"Raja Ular."
Hormat Karen Qing.
"kakak, Karen Qing membuatnya untukmu."
Karen Qing kemudian meletakkan sarapan bergizi itu di atas meja dan mengucapkannya kepadaku.
"Baik, terima kasih, Karen Qing."
Aku menjawab Karen Qing dengan sopan.
"Untuk apa, ini adalah hal yang sudah seharusnya Karen Qing lakukan."
Karen Qing tertawa dan menjawab dengan hormat.
Raja Ular, suamiku, menopangku hingga ke samping meja, kemudian menyuapi sarapan itu khusus untukku, ia benar-benar sangat memperhatikanku.
"Dokter Ular ingin bertemu."
Pada masa-masa ini, Dokter Ular selalu datang setiap hari untuk membantuku mengecek kondisi tubuhku dengan sangat hati-hati.
Setelah menghitung detak jantung, Dokter Ular kemudian mengundurkan diri, Dokter Ular berkata bahwa bayi kecil di dalam perutku sangatlah sehat, makan makanan yang bergisi, ditambah dengan olahraga yang cukup sudah sangat baik.
Ucapan Raja Ular ini membuatku sangat tenang, kepergianku ke Mount Southeast kali ini terasa sangat menenangkan, aku akhirnya dapat merasa sangat berbahagia, karena sudah mengandung bayi milik aku dan orang yang paling kucintai.
Setelah Dokter Ular baru saja pergi, satu orang kembali datang, sebenarnya, ia sudah datang cukup lama, sehingga ia mendengar seluruh ucapan Dokter Ular, saat ia mendengar bayi kecil sangat sehat, hatinya benar-benar merasa sangat tersakiti, ia ingin sekali membunuh wanita itu, sekaligus dengan bayi kecilnya.
Ia langsung menggenggam erat kepalannya, kemudian berusaha untuk menahannya, pasti akan suatu hari dimana ia dapat menyingkirkan wanita yang sudah mengambil posisinya itu, hanya saja, waktunya bukanlah sekarang.
"Kakak Austin Ye."
Ucapnya dengan nada yang lembut, Yoyo kemudian melangkah masuk, ia terlihat seperti orang yang berbeda dengan orang yang baru saja berdiri di depan pintu.
"Kakak ipar."
Yoyo juga langsung menyapaku dengan suaranya yang manis, bahkan aku juga merasa sangat menyukainya, siapa yang menyangka bahwa isi hati dari wanita menawan ini sungguh menakutkan.
"Yoyo, kamu datang."
Aku baru saja selesai makan, aku langsung berdiri ketika melihat orang yang datang adalah Yoyo, hanya saja, gerakanku sedikit lambat, sehingga Raja Ular, suamiku, langsung bergegas membantuku, Karen Qing juga datang membantuku.
"Kakak ipar, duduk saja, kamu sedang mengandung, kamu seharusnya lebih berhati-hati."
Ucap Yoyo dengan hangat, pandangannya tertuju ke perutku, namun, aku tidak menyadari pandangannya itu disertai dengan perasaan cemburu dan benci.
"Ayo kesini dan duduk bersama."
Aku menarik tangan Yoyo untuk menyuruhnya duduk bersama, suamiku berkata bahwa Yoyo adalah adik yang bertumbuh besar bersama dengannya, sehingga aku juga harus memandangnya sebagai seorang adik juga.
"Kakak ipar menawan dan lembut, Kakak Austin Ye benar-benar sangat beruntung."
Yoyo berpura-pura terlihat ikut berbahagia, ia bahkan merasa bahwa ucapannya itu membuatnya sangat sakit hati ketikamendengarnya, apa yang cantik lembut, ia ingin sekali wanita itu segera mati dengan bayi kecilnya.
Suamiku tersenyum dan tidak banyak berbicara, ia tidak mencampuri perbincangan para wanita, sehingga ia hanya duduk di samping dan meminum teh.
"Oh iya, Yoyo, apakah kamu sudah mempunyai pasangan, kamu sangat menawan, lelaki yang menyukaimu pasti seorang kakak yang sangat tampan."
Aku tersenyum, namun, aku tidak tahu bahwa ucapanku ini sudah menusuk lukanya.
Novel Terkait
Innocent Kid
FellaPejuang Hati
Marry SuPRIA SIMPANAN NYONYA CEO
Chantie LeeMi Amor
TakashiKamu Baik Banget
Jeselin VelaniWanita Yang Terbaik
Tudi SaktiThe Serpent King Affection×
- Bab 1 Didorong ke Jurang (1)
- Bab 1 Didorong ke Jurang (2)
- Bab 2 Terbaring di Atas Tubuh Ular
- Bab 3 Berguling ke Bawah Gunung
- Bab 4 Hei Wanita, Kau Sudah Membuat Masalah Besar Dengan Aku Sang Raja
- Bab 5 Dikelilingi Ular
- Bab 6 Hidup atau Mati
- Bab 7 Terpesona
- Bab 8 Terpancing
- Bab 9 Istana Megah
- Chapter 10 Perlakuan Istimewa
- Chapter 11 Wanita Cantik dari Lukisan Kuno
- Chapter 12 Bisa Lebih Terbuka Lagi
- Chapter 13 Menetap dengan Tenang
- Chapter 14 Tidur Bersama Ular Raksasa
- Chapter 15 Menantang Ular Raksasa
- Bab 16 Tolong Jangan Makan Aku
- Bab 17 Apakah Kamu Menyukai Bentukku Yang Seperti Ini?
- Bab 18 Gagal Kabur
- Bab 19 Janji Tidak Akan Kabur Lagi
- Bab 20 Apakah Kau Benar-Benar Raja Ular?
- Bab 21 Marah
- Bab 22 Senyumanmu Sangat Cantik
- Bab 23 Iri, Cemburu, Dan Benci
- Bab 24 Dibohongi Untuk Keluar
- Bab 25 Pertolongan Dari Ular Putih Kecil
- Bab 26 Pelayan Ular Memohon Ampun
- Bab 27 Memaafkan
- Bab 28 Pikiran Yang Lain
- Bab 29 Berbohong Untuk Kebaikan
- Bab 30 Ini Juga Bisa Terlihat
- Bab 31 Mencari Kesempatan Membunuhnya
- Bab 32 Ditipu ke Dasar Danau
- Bab 33 Hampir Mati Tenggelam
- Bab 34 Mutiara Ular
- Bab 35 Selamat
- Bab 36 Bertemu Ular Putih
- Bab 37 Berjanji Menolong Ular Putih
- Bab 38 Apa Panggilan Ini Pantas
- Bab 39 Senyumannya Mengalihkan Duniaku
- Bab 40 Pertemuan yang Terlambat
- Bab 41 Tidak Tahan Akan Rasa Kesepian
- Bab 42 Pergi Jalan-Jalan
- Bab 43 Perkataan Sindiran
- Bab 44 Amarah Langsung Membara
- Bab 45 Merusak Paras Wajah
- Bab 46 Apakah Pria Ini Vegetarian
- Bab 47 Akan Membuat Mereka Mati Mengenaskan
- Bab 48 Merobek Kulit Wajah
- Bab 49 Meninggalkan Sebuah Bekas Luka
- Bab 50 Dimanjakan
- Bab 51 Kamu Jadi Pacarku Saja
- Bab 52 Mengikuti Pemilihan Selir
- Bab 53 Aku Hanya Orang Yang Sekadar Lewat
- Bab 54 Memasukkan Afrodisiak Ke Dalam Anggur
- Bab 55 Ular Kuning Loreng Yang Besar
- Bab 56 Raja ular, aku ingin, aku menginginkannya
- Bab 57 Akan Menunggu Sampai Hari Itu Tiba Untuk Menyentuhmu
- Bab 58 Ingin Tebusan Darimu
- Bab 59 Meninggalkan Istana Ular
- Bab 60 Perbedaan Kemampuan
- Bab 61 Dibawa Ke Hutan Bambu
- Bab 62 Menanti Pertemuan Denganmu Di Hutan Bambu
- Bab 63 Menyesal Tidak Seharusnya Mengancam Dirinya
- Bab 64 Lepaskan, Raja Memperbolehkanmu untuk Melepaskannya
- Bab 65 Jangan Malu, Bukankah Ini Hanya Mandi
- Bab 66 Mengubah Tubuh
- Bab 67 Diri yang Baru
- Bab 68 Sayangnya Tidak Ada Jika
- Bab 69 Mengantarkan Hadiah
- Bab 70: Bunda Mo Memberikan Anggur
- Bab 71: Bangun Dalam Keadaan Sudah Meninggal
- Bab 72 Mati Dalam Mimpi
- Bab 73 Aduh, Bisa Tidak Jangan Berbicara Terlalu Frontal?
- Bab 74 Suamiku Terlalu Menarik
- Bab 75 Berlilitan Tanpa Henti
- Bab 76 Telah Hamil
- Bab 77 Sang Anak Telah Tiada
- Bab 78 Tidak Berhak Untuk Tetap Disisinya
- Bab 79 Pertengkaran Kami Yang Pertama Kali
- Bab 80 Penemanian Para Wanita
- Bab 81 Kesakitan Yang Mendalam
- Bab 82 Lupa Ingatan Setelah Mabuk
- Bab 83 Selir
- Bab 84 Ketidak Hadiran Pengantin Pria
- Bab 85 Dia Malah Berada Di Ranjangku Saat Malam Pertamanya Dengan Wanita Lain
- Bab 86 Pergi Tanpa Berpamitan
- Bab 87 Membunuh Ular Dan Menjarah Kantong Empedu
- Bab 88 Menghadapi Jalan Buntu
- Bab 89 Penuh Siasat Licik
- Bab 90 Jatuh Ke Jurang
- Bab 91 Jatuh Ke Pelukannya
- Bab 92 Seorang Pria Yang Hangat
- Bab 93 Menghalangi Perjalanan
- Bab 94 Di Dalam Gunung Besar Terdapat Rumah Orang.
- Bab 95 Mimpi Yang Menyeramkan
- Bab 96 Monster Air Di Tengah Sungai.
- Bab 97 Dipaksa Menikah
- Bab 98 Datang Bulan
- Bab 99 Bolehkah Tidak Sebaik Hati Ini?
- Bab 100 Menginap di Desa
- Bab 101 Monster Pemakan Manusia
- Bab 102 Sangat Hebat
- Bab 103 Minum Racun Kalajengking
- Bab 104 Kalau Tidak Senang Sini Gigit Aku
- Bab 105 Jatuh Cinta Pada Pandangan Pertama
- Bab 106 Tujuan Tertentu
- Bab 107 Adegan Tersebut, Melukai Hatiku
- Bab 108 Siluman Kalajengking Beracun
- Bab 109 Padang Salju
- Bab 110 Sejak Kapan Belajar Menjilat Orang
- Bab 111 Keras Kepala
- Bab 112 Hua Tuo di Namsan
- Bab 113 Ada Syaratnya
- Bab 114 Monster Ganas
- Bab 115 Berjanji Memberi Pengobatan
- Bab 116 Mengambil Air Bekas Mandi Peri
- Bab 117 Dua Wanita Cabul
- Bab 118 Boneka Ginseng Berusia Seribu Tahun
- Bab 119 Bercinta
- Bab 120 Keracunan
- Bab 121 Tersipu Malu
- Bab 122 Tertangkap
- Bab 123 Pantang Menyerah
- Bab 124 Mengecap Dengan Besi Panas
- Bab 125 Memohon Padanya
- Bab 126 Rasa Malu
- Bab 127 Pertemuan
- Bab 128 Berpura-Pura Mati
- Bab 129 Bunuh Diri
- Bab 130 Tidak Bisa Kabur
- Bab 131 Paksaan
- Bab 132 Membutakan Sepasang Mata
- Bab 133 Dijual Ke Rumah Bordil
- Bab 134 Ular Hijau Menyelamatkanku
- Bab 135 Dosa Yang Mengerikan
- Bab 136 Hamil Lagi
- Bab 137 Kembali Bersama Suamiku
- Bab 138 Mengambil Mata
- Bab 139 Pulang Ke Istana Ular
- Bab 140 Memanjakan
- Bab 141 Jatuh Cinta Diam-Diam
- Bab 142 Bertengkar Demi Keinginan
- Bab 143 Jika Suatu Hari Nanti, Raja Tidak Ada Di Sisimu
- Bab 144 Pemikiran Lain
- Bab 145 Mencari Kesempatan Untuk Menyerang.
- Bab 146 Terjatuh Kedalam Air.
- Bab 147 Tidak Meninggal.
- Bab 148 Berpura-pura Menyalahkan Diri Sendiri.
- Bab 149 Menempel Padanya.
- Bab 150 Pengakuan Ditolak
- Bab 151 Kembali Kealam Manusia
- Bab 152 Kita Akan Berpisah
- Bab 153 Kepergian Dia
- Bab 154 Dikeluarkan Dari Istana Ular
- Bab 155 Tujuh Bayi Ular
- Bab 156 Mutiara Ular Ajaib
- Bab 157 Para Bayi Ingin Minum Susu
- Bab 158 Mencari Bayi Ular
- Bab 159 Anak-anakku
- Bab 160 Sendiri Mencari Susu Untuk Diminum
- Bab 161 Menjaga Ibu dan Anak Kami
- Bab 162 Kebencian Karena Cinta
- Bab 163 Dunia Ular Dikendalikan
- Bab 164 Cinta Berubah Menjadi Luka
- Bab 165 Bayi Ular Terselamatkan
- Bab 166 Raja Ular, Aku Akan Terus Menunggumu, Selamanya