The Serpent King Affection - Bab 109 Padang Salju

“Hanya dengan memasukkan bubuk obat ini ke dalam mata air, racun kalajengking yang terkandung di dalamnya akan langsung hilang. Kemudian, hanya dengan meminum air yang sudah steril tersebut, orang-orang akan langsung sembuh.”

Jennie Qing berkata apa adanya tanpa berani melebih-lebihkan.

“Setelah semuanya pulih, kamu bisa pergi.”

Suamiku menerima bubuk obat itu lalu menggandeng tanganku ke luar.

Sementara di belakang kami Susan dan Penjaga Andrew Bai mengawal Jennie Qing ikut ke luar.

Setelah mendengar bahwa Wali Kota ini dan anak perempuannya adalah jelmaan kalajengking, semua orang langsung panik. Mereka sama sekali tidak menyangka bisa ada hal semacam ini dalam dunia nyata. Racun kalajengking, yang ada dalam tubuh warga, semuanya disebabkan karena mereka meminum air yang sudah diracuni ayah dan putri siluman kalajengking. Mereka berdua melakukannya agar dapat menguasai jiwa para warga dan memakan organ dalam mereka. Semuanya terang-benderang sekarang.

“Anda semua jangan panik, pelaku utama kejadian ini adalah sang ayah, sementara sang anak sudah berjanji untuk mau berobat dan tidak menyakiti orang lain lagi. Kalian semua cukup minum air yang sudah dicampur bubuk obat ini. Ayo semua ambil mangkuk, setiap orang dapat jatah satu mangkuk.

Ujarku pada para warga.

Setelah mendengar instruksiku, semua warga mengambil mangkuk dan berebutan menyerahkannya padaku. Ekspresi semua orang yang mengidap penyakit dalam akibat racun kalajengking langsung penuh harapan.

“Satu-satu menyerahkannya, semua pasti kebagian,” ujar Ular Putih Kecil. Ia dan Raja Ular berinisiatif mengatur barisan untuk menjaga ketertiban. Raja Ular sekilas menatapku sambil tersenyum.

Setelah semua orang mendapat jatah, aku ikut mengambil dua mangkuk, satu untuk Susan dan satu lagi untukku. Sisa bubuk obat aku buang lagi ke mata air.

Tidak beberapa lama setelah minum, perutku langsung tidak enak dan aku merasa sangat mual. Di hadapanku, para warga yang barusan minum air juga muntah bergantian. Pemandangan ini sungguh menjijikan dan menakutkan.

Tetapi memang muntah itulah tanda keluarnya racun kalajengking dari tubuh kami.

Aku juga muntah sangat banyak layaknya ibu hamil.

“Baguslah kalau sudah muntah,” ujar Raja Ular ramah sambil menepuk-nepuk bahuku.

Badanku terasa lelah dan aku duduk beristirahat. Susan dari tadi biasa saja, ia jelas tidak selemah orang biasa karena ia siluman ular.

“Nona, minum air dulu, baru makan yang lain.”

Susan menyendokkanku semangkuk penuh air putih. Ia juga memberikan beberapa camilan.

“Terima kasih Susan.”

Aku menerima air dan camilan itu. Sekarang aku sudah sehat, hanya tinggal memulihkan sebentar kondisi tubuh saja.

Ketika aku sudah pulih sepenuhnya, warga juga sudah pulih, jadi kami bisa pergi dengan hati lega. Jennie Qing juga kami lepaskan seperti janji kami sebelumnya.

Kami meninggalkan kota itu dan berjalan ke arah mata angin yang lain.

Aku dan suamiku, si Raja Ular, berjalan di paling depan, sementara Susan dan Penjaga Andrew Bai mengikuti di belakang. Susan dan Penjaga Andrew Bai entah mengapa berubah sangat bawel sepanjang perjalanan yang melelahkan ini, jadi mereka terus berbincang tanpa henti. Mereka semakin akrab hari demi hari.

“Isabelle Yao, ada apa denganmu? Kok sepanjang jalan diam saja? Kamu sepertinya sedang gundah,” tanya Raja Ular padaku.

“Tidak kok.”

Aku kemudian berterus terang bawa aku dalam hati terus teringat kejadian Jennie Qing dan suamiku waktu itu. Meski itu tidak benar, tetapi hatiku tetap terus memikirkannya. Aku sepertinya sangat terikat pada suamiku, aku takut suatu hari nanti ia tidak mencintaiku lagi.

“Dasar bodoh, jangan asal bicara, aku akan selamanya ada di sisimu.”

Ujar Raja Ular berusaha menghiburku.

“Awas kamu menipuku.”

Hatiku sangat senang mendengar kata-katanya barusan, tetapi mulutku tetap mengancamnya seperti itu. Aku melangkah cepat mendekati Raja Ular dan menutup mulutnya dengan tanganku rapat-rapat.

“Iya iya, raja ini sangat takut dengan Isabelle Yao, apa pun yang Isabelle Yao katakan pasti raja dengar.”

Melihat suamiku takut dengan ancamanku, aku langsung tertawa. Aku menggandeng tangannya erat-erat dan tidak mau memikirkan hal-hal yang membuatku gundah seperti tadi.

Aku dan suamiku bergandengan tangan dan berjalan di depan sambil berbincang ria. Ular Putih Kecil dan Penjaga Andrew Bai berjalan di belakang kami sambil berbincang juga. Kami terlihat sangat bahagia seperti sekumpulan orang yang tidak punya kesulitan hidup sama sekali. Alangkah enaknya kalau bisa hidup seperti ini terus selamanya. Sayang, tidak beberapa lama kemudian, kami kembali dihadapkan pada masalah baru.

Kami tiba-tiba berada di sebuah padang salju. Di sini tidak ada matahari, suhu juga sangat dingin. Sepanjang mata memandang, yang terlihat hanyalah hamparan salju putih.

“Suamiku, kita ini di mana? Mengapa dingin sekali?” ujarku sambil memeluk kedua bahu dengan tangan. Udara yang luar biasa dingin ini membuat sekujur tubuhku menggigil.

Penjaga Andrew Bai dan Susan juga berhenti berbincang. Mereka mendekat ke sisiku.

“Isabelle Yao sabar sebentar, nanti kita keluar dari sini sudah tidak dingin lagi kok,” ujar Raja Ular sambil melepaskan jaket panjangnya dan memasangkannya padaku.

“Penjaga Andrew Bai, coba kamu telusuri dulu jalanan di depan, coba lihat kita kira-kira butuh berapa lama untuk keluar dari sini,” ujar Raja Ular sambil menatap salju di sekelilingnya.

“Baik, Raja Ular,” jawab Penjaga Andrew Bai penuh hormat. Penjaga Andrew Bai berubah jadi cahaya putih dan tidak terlihat lagi.

“Nona, kamu sabar sebentar, kita akan segera keluar dari sini sebentar lagi,” ujar Susan padaku. Karena ada Raja Ular di sini, nada suaranya terdengar agak ketakutan.

Aku mengangguk, aku masih bisa bertahan meski tempat ini luar biasa dingin. Nanti kalau sudah keluar semuanya akan kembali normal kok.

Raja Ular mendekapku. Ia membiarkanku berbaring di dadanya agar mendapat kehangatan.

Meski suhu sangat dingin, tapi hatiku kini sangat hangat.

Tidak lama kemudian, Penjaga Andrew Bai kembali.

“Lapor Raja Ular, di depan masih dataran salju, aku tidak menemukan jalan keluar.”

Penjaga Andrew Bai sudah mengecek, namun ia gagal menemukan apa yang kami cari.

“Tidak ada jalan keluar?” tanya suamiku dingin.

“Suamiku, kalau begini caranya apakah itu artinya kita tidak bisa lanjut jalan ke depan lagi?” tanyaku dengan suara bergetar. Kalau tidak ada jalan keluar, kami pasti tidak bisa melanjutkan perjalanan ke Southeast Mount.

“Kita sudah menempuh setengah perjalanan, bagaimana mungkin kita menyerah? Kita pasti bisa menemukan jalan keluar, percaya pada Raja,” ujar Raja Ular.

Aku mengangguk. Aku percaya kata-kata suamiku, kata-katanya sungguh memberikanku kekuatan. Itu kekuatan melawan rasa dingin, kekuatan menghadapi kesulitan, dan lebih dari semuanya, itu kekuatan cinta.

Ketika sedang berbicara, tiba-tiba kami merasakan getaran.

“Hati-hati, mungkin ada longsor salju.”

Sepanjang perjalanan Raja Ular mendekapku erat-erat. Penjaga Andrew Bai dan Susan juga saling berdekapan seperti kami. Kami melihat banyak sekali gumpalan salju yang jatuh, dan aku hanya bisa terkaget-kaget sambil berlindung dalam dekapan Raja Ular. Kalau tidak ada mukjizat, kami semua pasti sudah terkubur dalam-dalam di gumpalan salju.

Udara dingin di hadapanku membentuk wajah wanita dengan raut jahat. Ia mengamati lekat-lekat empat pria dan wanita yang masuk dalam teritorinya ini. Ia melarang keras siapa pun memasukinya. Siapa pun yang berani melanggar aturan itu, orang itu harus mati.

Novel Terkait

Demanding Husband

Demanding Husband

Marshall
CEO
4 tahun yang lalu
Istri ke-7

Istri ke-7

Sweety Girl
Percintaan
4 tahun yang lalu
Cinta Adalah Tidak Menyerah

Cinta Adalah Tidak Menyerah

Clarissa
Kisah Cinta
4 tahun yang lalu
Precious Moment

Precious Moment

Louise Lee
CEO
3 tahun yang lalu
After Met You

After Met You

Amarda
Kisah Cinta
4 tahun yang lalu
Beautiful Lady

Beautiful Lady

Elsa
Percintaan
3 tahun yang lalu
Menantu Luar Biasa Bangkrut

Menantu Luar Biasa Bangkrut

Menantu
4 tahun yang lalu
My Charming Wife

My Charming Wife

Diana Andrika
CEO
3 tahun yang lalu