The Serpent King Affection - Bab 155 Tujuh Bayi Ular
Air mata kembali mengalir di pipinya, hatinya dipenuhi kesedihan.
Suamiku, aku sangat merindukanmu, sungguh rindu.
Mengingat kenangan-kenangan indah tersebut, hatiku seperti tersayat, meskipun terus mengatakan pada diri sendiri agar tetap kuat, tapi rasa sakit itu tetap ada, apa yang Bunda Mo katakan tidak salah, karena diriku, suami Raja Ular terpaksa menerima hukuman, hati ini sungguh sedih, sangat menyakitkan.
“Suamiku……”
Setetes demi setetes air mata terus mengalir, saat ini lubuk hati terdalam teramat sangat menderita.
“Kakak, jangan berpikir sembarangan, istirahatlah dengan tenang.”
Karen Qing seperti tahu kalau aku sedang bersedih, dia membuka jubah luarnya dan menyelimutiku.
Aku menahan kesedihanku, melihat Karen Qing: “Aku tahu Karen Qing, kamu juga berbaringlah dan tidur.”
Aku mengatakannya, tapi mata sembabku tidak mungkin bisa menipunya.
Tidak jelas kapan air mataku berhenti mengalir, aku tidur sambir memikirkan suamiku.
Ketika aku terbangun, matahari sudah terbit, hujan juga sudah berhenti, cahaya matahari masuk menyinari gua.
Aroma daging panggang tercium olehku, mengangkat wajahku, Karen Qing sedang memanggang daging untukku.
“Kakak, kamu sudah bangun, aku tadi menangkap seekor kelinci, dan sedang memanggangnya untuk kakak, aromanya harum sekali, kakak pasti akan menyukainya.”
Karen Qing mengatakannya padaku, sambil memanggang.
“Terima kasih Karen Qing.”
Aku mengucapkan terima kasih, dihatiku, seperti ada sebongkah batu yang amat besar.
Karen Qing memberikan daging panggang padaku, tapi aku malah tidak bisa makan.
Tapi memikirkan bayi didalm perutku, aku pun memaksakan diri untuk makan.
Setelah terusir dari istana ular, aku dan Karen Qing tinggal di dalam gua, untung saja ada Karen Qing di sampingku, aku tidak akan sanggup bertahan hidup sendiri, di tempat tidak berpenghuni seperti ini.
Cuaca di sini berubah-ubah, pagi hari yang cerah, begitu malam tiba, datanglah hujan yang begitu deras.
Aku barusan melahap buah-buahan yang dicarikan oleh Karen Qing, dia membantuku menyiapkan rumput kering untuk tidur.
Diluar, hujan turun amat deras, aku tidak bisa melihat dengan jelas pemandangan diluar gua karenanya.
Tiba-tiba, aku merasa sedikit sakit pada perutku, aku merasakan bayi didalam perutku terus bergerak.
“Aduh.”
Aku memegang perutku, wajahku terlihat sangat kesakitan.
“Kakak, ada apa?”
Melihatku yang begitu kesakitan, Karen Qing segera bertanya.
“Aku merasakan sakit perut, mungkin sudah waktunya untuk melahirkan.”
Menyelesaikan perkataanku, aku kemudian menghitung, sudah tiba pada waktu kelahiran yang di ramalkan Dokter Ular.
“Kakak, apakah sudah saatnya?”
Mendengar perkataanku, membuat Karen Qing cemas, disini tidak ada Dokter Ular, meski dia adalah seorang wanita, dia tidak tahu apa yang harus dilakukan ketika seorang wanita akan melahirkan.
“Kakak, kamu jangan takut, ada aku.”
Tapi dia masih berusaha menenangkanku.
Aku merasakan rasa sakit yang semakin menjadi-jadi, rasa sakit ini membuatku tidak sanggup berbicara.
Keringat di dahi juga mulai berkucuran.
“Perutku sakit sekali.”
Rasa sakit yang tak tertahankan membuatku berguling diatas tumpukan daun kering, rasa sakit membuatku merasa hampir mati.
“Kakak, bertahanlah, kakak……”
Melihatku kesakitan, membuat Karen Qing hampir menangis, kakak akan melahirkan, tetapi dia tidak tahu bagaimana harus membantunya.
“Suamiku, suamiku.”
Disaat seperti ini, aku sangat merindukan suamiku Raja Ular, aku sangat berharap, dia bisa berada disampingku, aku sangat merindukannya.
“Kakak……”
Karen Qing akhirnya tidak tahan dan menangis, dia sangat khawatir.
“Tidak apa-apa Karen Qing, jangan mengkhawatirkanku……”
Aku menggenggam tangan Karen Qing agar dia berhenti mencemaskanku, meskipun aku mengatakan tidak apa-apa, tapi rasa sakitku sungguh tak tertahankan.
“Ah……”
Aku kembali berguling, rasa sakit di perutku membuatku hampir mati.
Disaat aku hampir kesakitan melahirkan digua, aku tidak menyadari, seorang telah menemukan gua tempat aku dan Karen Qing tinggal, melihatku hampir melahirkan, muncul senyum sinis di wajahnya.
“Wanita sialan, beraninya merebut kakak Austin Ye, aku ingin kamu menderita dan berharap untuk mati.”
Senyum diwajahnya berubah mengerikan, sesungguhnya dia berencana untuk menghabisi mereka, tapi melihatnya hampir melahirkan, dia menemukan cara yang akan membuat Isabelle Yao lebih menderita daripada mati.
Dia ingin membuatnya menderita, atas dasar apa, sesuatu yang tidak bisa didapatkannya, direbut oleh wanita itu, dia tidak rela, dia marah, dia ingin merebut kembali kakak Austin Ye.
Diluar gua hujan turun lebih deras, dia memegang perutnya, sekejurnya tubuhnya basah oleh keringat, rasa sakitnya sungguh luar biasa.
Dilangit, tiba-tiba muncul keajaiban.
Dilangit yang gelap, tiba-tiba muncul sinar kemerahan, sinar itu tidak henti-hentinya bergerak, kemudian berhenti dimulut gua.
“Kakak, bertahanlah, bayinya sudah hampir keluar.”
Melihatku yang begitu kesakitan membuat Karen Qing merasa ketakutan, melihat kakak kesakitan seperti ini, mungkin dia sendiri tidak akan berani melahirkan.
Kira-kira setengah jam kemudian, aku merasakan perut bergerak ke bawah, disusul, kemunculan rasa sakit sobekan.
“Ah……”
Aku menjerit kesakitan, rasa hangat masuk dari bawah tubuhku, kemudian, jalan keluar pun ditemukan.
“Kakak, bayimu sudah keluar.”
Karen Qing melihat cahaya merah masuk ke dalam perut kakak, kemudian, bayi kakak pun keluar.
Aku, karena proses melahirkan yang menyakitkan, segera kehilangan kesadaran.
“Kakak, kakak.”
Disaat itu, Karen Qing tiba-tiba merasakan rasa sakit di kepalanya, kemudian, dia pun kehilangan kesadaran.
Yoyo muncul di belakang Karen Qing, wajahnya dipenuhi aura kegelapan, kedua tangannya mengangkat telur tersebut.
“Aku pikir apa, ternyata hanya sebuah telur, menggelikan sekali.”
Sambil mengatakannya, Yoyo pun mengangkat telur ular tersebut dan meninggalkan gua.
“Bibit jelek, aku akan membunuh kalian.”
Dia tiba di tempat dimana tidak ada seorang pun disana, Yoyo mengangkat telur tersebut dan membanting dengan kuat.
Telur ular pecah, mengeluarkan cahaya kemerahan, hal ini membuat Yoyo sangat terkejut.
Cahaya merah berpendar, muncullah tujuh ular berkepala manusia.
Ketujuh ular berkepala manusia tersebut, terlihat sangat menggemaskan, salah satu diantara mereka memiliki rambut ikal, dengan bulu mata panjang, sekali lihat juga akan tahu kalau dia bayi perempuan, sisa ke 6 bayi laki-laki tersebut, masing-masing terlihat amat tampan, ditubuh mereka, dapat terlihat bayangan Raja Ular Austin Ye.
Tujuh bayi yang begitu menggemaskan, siapapun yang melihat mereka akan langsung menyukai mereka, termasuk Yoyo.
Dia tidak pernah melihat bayi yang begitu menggemaskan seperti mereka, kulit mereka begitu putih dan kenyal, ekor ular yang merah kehijau-hijauan, bukannya menakutkan, tapi malah sangat menggemaskan.
“Bagaimana mungkin aku bisa menyukai ketujuh bayi ular yang dilahirkan oleh wanita itu, Isabelle Yao, aku seharusnya membunuh mereka agar wanita sialan tersebut menderita.”
Sambil mengatakannya, tatapan mata Yoyo kembali mengeluarkan aura jahat dan gelap, tidak peduli seberapa menggemaskan bayi tersebut, mereka tetap saja dilahirkan oleh wanita sialan itu, dia ingin menghabisi mereka.
“Anak-anak, cepatlah kemari.”
Yoyo mengatakannya sambil membungkukkan badannya, menatap dingin pada ketujuh bayi manusia bertubuh ular tersebut.
Ketujuh bayi tersebut saling bertukar pandang, wanita ini jahat sekali, mencuri mereka dari ibu mereka, dan ingin mencelakai mereka, sepertinya cara berpikirnya terlalu sederhana.
Novel Terkait
Pergilah Suamiku
DanisHalf a Heart
Romansa UniverseMenunggumu Kembali
NovanPernikahan Tak Sempurna
Azalea_Gaun Pengantin Kecilku
Yumiko YangInnocent Kid
FellaThe Serpent King Affection×
- Bab 1 Didorong ke Jurang (1)
- Bab 1 Didorong ke Jurang (2)
- Bab 2 Terbaring di Atas Tubuh Ular
- Bab 3 Berguling ke Bawah Gunung
- Bab 4 Hei Wanita, Kau Sudah Membuat Masalah Besar Dengan Aku Sang Raja
- Bab 5 Dikelilingi Ular
- Bab 6 Hidup atau Mati
- Bab 7 Terpesona
- Bab 8 Terpancing
- Bab 9 Istana Megah
- Chapter 10 Perlakuan Istimewa
- Chapter 11 Wanita Cantik dari Lukisan Kuno
- Chapter 12 Bisa Lebih Terbuka Lagi
- Chapter 13 Menetap dengan Tenang
- Chapter 14 Tidur Bersama Ular Raksasa
- Chapter 15 Menantang Ular Raksasa
- Bab 16 Tolong Jangan Makan Aku
- Bab 17 Apakah Kamu Menyukai Bentukku Yang Seperti Ini?
- Bab 18 Gagal Kabur
- Bab 19 Janji Tidak Akan Kabur Lagi
- Bab 20 Apakah Kau Benar-Benar Raja Ular?
- Bab 21 Marah
- Bab 22 Senyumanmu Sangat Cantik
- Bab 23 Iri, Cemburu, Dan Benci
- Bab 24 Dibohongi Untuk Keluar
- Bab 25 Pertolongan Dari Ular Putih Kecil
- Bab 26 Pelayan Ular Memohon Ampun
- Bab 27 Memaafkan
- Bab 28 Pikiran Yang Lain
- Bab 29 Berbohong Untuk Kebaikan
- Bab 30 Ini Juga Bisa Terlihat
- Bab 31 Mencari Kesempatan Membunuhnya
- Bab 32 Ditipu ke Dasar Danau
- Bab 33 Hampir Mati Tenggelam
- Bab 34 Mutiara Ular
- Bab 35 Selamat
- Bab 36 Bertemu Ular Putih
- Bab 37 Berjanji Menolong Ular Putih
- Bab 38 Apa Panggilan Ini Pantas
- Bab 39 Senyumannya Mengalihkan Duniaku
- Bab 40 Pertemuan yang Terlambat
- Bab 41 Tidak Tahan Akan Rasa Kesepian
- Bab 42 Pergi Jalan-Jalan
- Bab 43 Perkataan Sindiran
- Bab 44 Amarah Langsung Membara
- Bab 45 Merusak Paras Wajah
- Bab 46 Apakah Pria Ini Vegetarian
- Bab 47 Akan Membuat Mereka Mati Mengenaskan
- Bab 48 Merobek Kulit Wajah
- Bab 49 Meninggalkan Sebuah Bekas Luka
- Bab 50 Dimanjakan
- Bab 51 Kamu Jadi Pacarku Saja
- Bab 52 Mengikuti Pemilihan Selir
- Bab 53 Aku Hanya Orang Yang Sekadar Lewat
- Bab 54 Memasukkan Afrodisiak Ke Dalam Anggur
- Bab 55 Ular Kuning Loreng Yang Besar
- Bab 56 Raja ular, aku ingin, aku menginginkannya
- Bab 57 Akan Menunggu Sampai Hari Itu Tiba Untuk Menyentuhmu
- Bab 58 Ingin Tebusan Darimu
- Bab 59 Meninggalkan Istana Ular
- Bab 60 Perbedaan Kemampuan
- Bab 61 Dibawa Ke Hutan Bambu
- Bab 62 Menanti Pertemuan Denganmu Di Hutan Bambu
- Bab 63 Menyesal Tidak Seharusnya Mengancam Dirinya
- Bab 64 Lepaskan, Raja Memperbolehkanmu untuk Melepaskannya
- Bab 65 Jangan Malu, Bukankah Ini Hanya Mandi
- Bab 66 Mengubah Tubuh
- Bab 67 Diri yang Baru
- Bab 68 Sayangnya Tidak Ada Jika
- Bab 69 Mengantarkan Hadiah
- Bab 70: Bunda Mo Memberikan Anggur
- Bab 71: Bangun Dalam Keadaan Sudah Meninggal
- Bab 72 Mati Dalam Mimpi
- Bab 73 Aduh, Bisa Tidak Jangan Berbicara Terlalu Frontal?
- Bab 74 Suamiku Terlalu Menarik
- Bab 75 Berlilitan Tanpa Henti
- Bab 76 Telah Hamil
- Bab 77 Sang Anak Telah Tiada
- Bab 78 Tidak Berhak Untuk Tetap Disisinya
- Bab 79 Pertengkaran Kami Yang Pertama Kali
- Bab 80 Penemanian Para Wanita
- Bab 81 Kesakitan Yang Mendalam
- Bab 82 Lupa Ingatan Setelah Mabuk
- Bab 83 Selir
- Bab 84 Ketidak Hadiran Pengantin Pria
- Bab 85 Dia Malah Berada Di Ranjangku Saat Malam Pertamanya Dengan Wanita Lain
- Bab 86 Pergi Tanpa Berpamitan
- Bab 87 Membunuh Ular Dan Menjarah Kantong Empedu
- Bab 88 Menghadapi Jalan Buntu
- Bab 89 Penuh Siasat Licik
- Bab 90 Jatuh Ke Jurang
- Bab 91 Jatuh Ke Pelukannya
- Bab 92 Seorang Pria Yang Hangat
- Bab 93 Menghalangi Perjalanan
- Bab 94 Di Dalam Gunung Besar Terdapat Rumah Orang.
- Bab 95 Mimpi Yang Menyeramkan
- Bab 96 Monster Air Di Tengah Sungai.
- Bab 97 Dipaksa Menikah
- Bab 98 Datang Bulan
- Bab 99 Bolehkah Tidak Sebaik Hati Ini?
- Bab 100 Menginap di Desa
- Bab 101 Monster Pemakan Manusia
- Bab 102 Sangat Hebat
- Bab 103 Minum Racun Kalajengking
- Bab 104 Kalau Tidak Senang Sini Gigit Aku
- Bab 105 Jatuh Cinta Pada Pandangan Pertama
- Bab 106 Tujuan Tertentu
- Bab 107 Adegan Tersebut, Melukai Hatiku
- Bab 108 Siluman Kalajengking Beracun
- Bab 109 Padang Salju
- Bab 110 Sejak Kapan Belajar Menjilat Orang
- Bab 111 Keras Kepala
- Bab 112 Hua Tuo di Namsan
- Bab 113 Ada Syaratnya
- Bab 114 Monster Ganas
- Bab 115 Berjanji Memberi Pengobatan
- Bab 116 Mengambil Air Bekas Mandi Peri
- Bab 117 Dua Wanita Cabul
- Bab 118 Boneka Ginseng Berusia Seribu Tahun
- Bab 119 Bercinta
- Bab 120 Keracunan
- Bab 121 Tersipu Malu
- Bab 122 Tertangkap
- Bab 123 Pantang Menyerah
- Bab 124 Mengecap Dengan Besi Panas
- Bab 125 Memohon Padanya
- Bab 126 Rasa Malu
- Bab 127 Pertemuan
- Bab 128 Berpura-Pura Mati
- Bab 129 Bunuh Diri
- Bab 130 Tidak Bisa Kabur
- Bab 131 Paksaan
- Bab 132 Membutakan Sepasang Mata
- Bab 133 Dijual Ke Rumah Bordil
- Bab 134 Ular Hijau Menyelamatkanku
- Bab 135 Dosa Yang Mengerikan
- Bab 136 Hamil Lagi
- Bab 137 Kembali Bersama Suamiku
- Bab 138 Mengambil Mata
- Bab 139 Pulang Ke Istana Ular
- Bab 140 Memanjakan
- Bab 141 Jatuh Cinta Diam-Diam
- Bab 142 Bertengkar Demi Keinginan
- Bab 143 Jika Suatu Hari Nanti, Raja Tidak Ada Di Sisimu
- Bab 144 Pemikiran Lain
- Bab 145 Mencari Kesempatan Untuk Menyerang.
- Bab 146 Terjatuh Kedalam Air.
- Bab 147 Tidak Meninggal.
- Bab 148 Berpura-pura Menyalahkan Diri Sendiri.
- Bab 149 Menempel Padanya.
- Bab 150 Pengakuan Ditolak
- Bab 151 Kembali Kealam Manusia
- Bab 152 Kita Akan Berpisah
- Bab 153 Kepergian Dia
- Bab 154 Dikeluarkan Dari Istana Ular
- Bab 155 Tujuh Bayi Ular
- Bab 156 Mutiara Ular Ajaib
- Bab 157 Para Bayi Ingin Minum Susu
- Bab 158 Mencari Bayi Ular
- Bab 159 Anak-anakku
- Bab 160 Sendiri Mencari Susu Untuk Diminum
- Bab 161 Menjaga Ibu dan Anak Kami
- Bab 162 Kebencian Karena Cinta
- Bab 163 Dunia Ular Dikendalikan
- Bab 164 Cinta Berubah Menjadi Luka
- Bab 165 Bayi Ular Terselamatkan
- Bab 166 Raja Ular, Aku Akan Terus Menunggumu, Selamanya