The Serpent King Affection - Bab 93 Menghalangi Perjalanan
"Susan, kalau begitu ikutlah bersama dengan kami."
Aku berkata terhadapnya sambil menarik tangannya, "Masih ada", aku berpaling ke arah Penjaga Andrew Bai, "Penjaga Andrew Bai juga ikutlah bersama kami, di perjalanan akan ada banyak siluman, bertambah satu orang akan bertambah satu tenaga, kamu rasa bagaimana, suamiku."
Pandangan terakhir jatuh pada pria menawan yang sedang meminum sup ayam dengan elegan.
"Isabelle putuskan saja, kalau telah selesai, mari kesini untuk meminum sup ayam."
Pria menawan berkata dengan datar, semuanya telah diatur olehnya, sang wanita sangat senang dengan hal ini, dirinya ingin membawa siapa, dia tidak akan keberatan sama sekali.
"Terima kasih Raja Ular, terima kasih Nona."
Ular Putih Kecil berkata dengan penuh hormat dan riang, bagus sekali, kali ini, dia tidak akan merasa risih karena sendirian, dan juga bisa menemani sisi Nona, ini merupakan suatu hal yang Ular Putih Kecil anggap paling membahagiakan.
Setelah makan sarapan bersama dengan Austin Ye, kami bersiap-siap untuk membereskan barang perjalanan, besok akan berangkat untuk mencari tabib.
Saat malam hari, suamiku si Raja Ular membantuku melepaskan mahkota yang terukir gambar ular besar, dia memelukku, jarak diantara kami berdua begitu dekat.
"Jika bertemu dengan siluman di dalam perjalanan, dalam kepanikan seperti itu, kamu hanya perlu menunjukkan mahkota ular ini kepada siluman itu, tentu saja aku akan melindungimu dengan baik, ini hanya sekedar jaga-jaga."
Suara seorang pria yang lembut berkata terhadapku.
"Hmm, aku mengerti."
Dia memakaikan mahkota itu kembali ke kepalaku, aku menganggukkan kepala, bersandar ke bahu sang pria rupawan.
Di dalam hati, penuh dengan perasaan yang tenang dan aman.
Keesokan harinya di pagi hari, kami berangkat pagi-pagi sekali, Raja Ular telah berpesan dengan jelas permasalahan di Istana Ular dari awal.
Hanya saja ada seseorang yang merasa sangat marah ketika mendengar masalah ini.
"Apa? Austin membawa bangsa manusia itu pergi mencari tabib, konyol."
Bunda Mo mendengar kabar yang dilaporkan oleh pembantu, sungguh merasa sangat marah, setelah pernikahan baru, keberadaan sekumpulan para wanita ular cantik itu telah tidak diketahui, sekarang, Austin bahkan ingin pergi mencari seorang dokter demi seorang manusia, tidak mungkin bagi Bunda Mo untuk tidak merasa senang ketika dia melakukan sesuatu yang bisa merusak nama baik seperti ini.
"Pengawal."
Suara wanita yang dingin memanggil, beberapa pengawal masuk ke dalam setelah mendengarnya.
"Halangilah para orang yang pergi bersama dengan Raja Ular, dan bunuh wanita itu."
Bunda Mo mengatakan dengan dingin, sebuah wajah yang akan membuat orang lain merasa ketakutan dengan hanya melihatnya sekilas.
"Siap."
Pengawal dengan hormat menuruti perintah, lalu segera pergi keluar istana untuk menghalangi mereka.
"Austin oh Austin, ibunda awalnya mengira kamu akan melepaskan bangsa manusia itu, kamu sungguh membuat ibunda sangat merasa kecewa, apakah demi seorang bangsa manusia itu, kamu benar-benar tega melepaskan dunia ular dan tidak menghiraukannya lagi, apakah bahkan kamu tidak menginginkan ibundamu lagi."
Sang wanita berkata dengan suara kecil, dia memejamkan mata, ekspresinya terlihat sedih.
Lagipula, kami berempat telah pergi dari Istana Ular, terus berjalan menuju arah tenggara, perjalanan yang berbahaya akan dimulai dari sekarang.
Baru melewati sebuah bukit, kakiku terasa sedikit sakit, suamiku si Raja Ular melihat aku telah merasa sedikit lelah karena berjalan, langsung menyuruh Ular Putih Kecil dan Penjaga Andrew Bai berhenti.
"Isabelle, kamu telah lelah bukan, kita istirahat dulu sejenak, baru melanjutkan perjalanan."
Pria rupawan menghentikan langkah kakinya dan berkata terhadapku, mengangkat tangan dan membantuku menghapus butiran keringat di kening, pandangan matanya penuh dengan kasih sayang, perkataannya sangatlah hangat.
"Hmm."
Aku menganggukkan kepala, jalan gunung sangat sulit untuk ditempuh, memang telah merasa sedikit lelah.
"Nona, Raja Ular, disini ada sedikit rumput kering, Nona cepat duduk disini untuk istirahat."
Ular Putih Kecil telah meletakkan tumpukan rumput kering.
"Baik."
Aku menarik tangan sang suami, berjalan ke tempat dimana Ular Putih Kecil telah menumpukkan rumput kering, dan duduk bersama, mengangkat kepala melihat gunung yang tidak terlihat dimana batasnya, sama sekali tidak tahu, selanjutnya kami harus berjalan ke arah mana.
"Raja Ular, Nona, makanlah sedikit buah."
Ular Putih Kecil yang begitu teliti telah membawa buah, dia khawatir aku akan kelelahan di dalam perjalanan, makanya mempersiapkannya khusus untukku, sungguh perhatian.
"Terima kasih Susan."
Aku dengan gembira menerima buah-buahan itu, juga menyodorkannya kepada sang suami.
"Penjaga Andrew Bai, cepat kemari untuk makan sedikit buah."
Aku berkata terhadap Penjawa Andrew Bai yang berjaga di sekitar kami, dia sangat bertanggung jawab akan tugasnya, walaupun berada diluar, juga akan mengamati situasi di sekitar, bahkan pergerakan dedaunan yang terhembus angin pun tidak akan bisa lepas dari pandangan matanya.
"Terima kasih atas iat baik dari nona Isabelle."
Penjaga Andrew Bai menjawab dengan sopan, aku tahu, dia berkata seperti ini maksudnya sedang menolak dengan baik.
"Sini, aku akan menyuapimu."
Pria menawan telah mengambil sepotong apel merah dan mengarahkannya ke mulutku, dia ingin menyuapi buah-buahan dengan tangannya sendiri.
Ini, tidaklah begitu bagus, di samping masih terdapat seorang pria dan seorang wanita, yaitu Penjaga Andrew Bai dan Ular Putih Kecil, pergerakan yang mersa seperti ini, masih mending jika dilakukan ketika hanya berduaan, tentu saja akan merasa tidak nyaman jika ada orang lain, meskipun, matanya menganggap orang lain selain diriku sebagai angin lalu yang tak terlihat, tapi aku tetap merasa tidak nyaman.
"Aku makan sendiri saja."
Mengambil apelnya, lalu memakannya, pria rupawan di sampingku terus melihatku mengunyah tanpa mengedipkan mata seperti ini saja, aku sungguh curiga, apakah penampilanku saat memakan buah sangatlah elok, haha.
"Susah, kamu juga makanlah."
Kedua pria tidak memakannya, makanya aku memanggil Susan untuk makan bersama.
"Baik, Nona."
Ular Putih Kecil juga mengambil sepotong apel dan makan bersama denganku.
Ternyata, para wanita memang lebih senang makan.
Setelah selesai memakan buah-buahan, dan telah cukup beristirahat, kami mulai melanjutkan perjalanan lagi, terlihat matahari telah mengarah ke barat dengan perlahan, kami harus menemukan sebuah tempat untuk berteduh sebelum matahari benar-benar terbenam sepenuhnya.
Demi mengejar waktu, sang suami menggunakan kekuatannya untuk membawaku terbang melewati sebuah sungai, Penjaga Andrew Bai dan Ular Putih Kecil juga menggunakan kekuatannya untuk mengikuti mereka dari belakang.
Setelah melewati sungai, kami telah tiba di sebuah hutan yang tak perpenghuni, tidak terlihat adanya desa juga toko apapun, matahari terlihat semakin terbenam, hal ini membuatku merasa sedikit panik.
"Tempat apa ini, begitu sunyi, kita harus beteduh dimana."
Aku berkata sambil memandang ke pedalaman hutan yang tiada batasnya, merasa sedikit khawatir.
"Jangan khawatir, aku akan menemukan sebuah tempat untuk berteduh."
Sang pria menenangkannya, sebuah tangannya dengan lembut diletakkan ke bahuku.
Aku menganggukkan kepala, dalam hati merasa sungguh telah membuatnya kesulitan, dia sebagai seorang Raja Ular, malah menemaniku melintasi gunung menyebrangi sungai, dan harus menemukan sebuah tempat untuk berteduh, kalau bukan karena aku, dia tidak akan perlu mengkhawatirkan masalah seperti ini, tapi lagipula, aku hanya sekedar seorang manusia, tidak bisa terus berjalan sepanjang hari sepanjang malam.
Dan tepat pada saat ini juga, sekumpulan pengawal telah muncul tiba-tiba, menghalangi perjalanan kami.
Aku sangat kaget, bersembunyi di belakang suamiku, dan merasakan aura dingin yang dipancarkan dari tubuhnya, aura dingin seperti ini, membuat orang tidak berani untuk mendekat, tentu saja, kecuali orang yang sangat dekat.
Penjaga Andrew Bai dan Ular Putih Kecil berdiri di paling depan, kedua ular itu telah merasa kedatangan para pengawal ini memiliki tujuan yang tidak baik.
"Raja Ular, Bunda Mo menyuruh kami untuk menyampaikan pesan kepada Raja Ular agar segera kembali."
Pengawal yang berkumis lebat berkata dengan hormat, wajahnya sama sekali tidak memancarkan perasaan apapun, sekali lihat, langsung tahu bahwa mereka adalah pengawal yang telah menerima latihan khusus yang ketat, bukan hanya pengawal yang berkumis lebat itu saja, pengawal yang lainnya juga sama.
Kening pria menawan telah berkerut, ekspresinya sangat dingin, dia dari awal telah menduga Bunda Mo akan menghalanginya, tapi, jika dia telah membuat keputusan, tidak akan ada orang yang bisa menghalanginya.
"Kembalilah dan katakan kepada Bunda Mo, setelah aku telah selesai mengurus masalah, aku akan langsung kembali."
Suara pria yang dingin berkata, memancarkan sebuah kharisma seorang raja.
"Ini......"
Para Pengawal merasa kesulitan, mereka mengerti dengan jelas maksud dari Raja Ular, tapi mereka juga tidak berani untuk membantah perintah dari Bunda Mo.
Novel Terkait
Mata Superman
BrickYou're My Savior
Shella NaviCinta Tapi Diam-Diam
RossieCintaku Pada Presdir
NingsiMenunggumu Kembali
NovanMy Tough Bodyguard
Crystal SongMy Perfect Lady
AliciaEternal Love
Regina WangThe Serpent King Affection×
- Bab 1 Didorong ke Jurang (1)
- Bab 1 Didorong ke Jurang (2)
- Bab 2 Terbaring di Atas Tubuh Ular
- Bab 3 Berguling ke Bawah Gunung
- Bab 4 Hei Wanita, Kau Sudah Membuat Masalah Besar Dengan Aku Sang Raja
- Bab 5 Dikelilingi Ular
- Bab 6 Hidup atau Mati
- Bab 7 Terpesona
- Bab 8 Terpancing
- Bab 9 Istana Megah
- Chapter 10 Perlakuan Istimewa
- Chapter 11 Wanita Cantik dari Lukisan Kuno
- Chapter 12 Bisa Lebih Terbuka Lagi
- Chapter 13 Menetap dengan Tenang
- Chapter 14 Tidur Bersama Ular Raksasa
- Chapter 15 Menantang Ular Raksasa
- Bab 16 Tolong Jangan Makan Aku
- Bab 17 Apakah Kamu Menyukai Bentukku Yang Seperti Ini?
- Bab 18 Gagal Kabur
- Bab 19 Janji Tidak Akan Kabur Lagi
- Bab 20 Apakah Kau Benar-Benar Raja Ular?
- Bab 21 Marah
- Bab 22 Senyumanmu Sangat Cantik
- Bab 23 Iri, Cemburu, Dan Benci
- Bab 24 Dibohongi Untuk Keluar
- Bab 25 Pertolongan Dari Ular Putih Kecil
- Bab 26 Pelayan Ular Memohon Ampun
- Bab 27 Memaafkan
- Bab 28 Pikiran Yang Lain
- Bab 29 Berbohong Untuk Kebaikan
- Bab 30 Ini Juga Bisa Terlihat
- Bab 31 Mencari Kesempatan Membunuhnya
- Bab 32 Ditipu ke Dasar Danau
- Bab 33 Hampir Mati Tenggelam
- Bab 34 Mutiara Ular
- Bab 35 Selamat
- Bab 36 Bertemu Ular Putih
- Bab 37 Berjanji Menolong Ular Putih
- Bab 38 Apa Panggilan Ini Pantas
- Bab 39 Senyumannya Mengalihkan Duniaku
- Bab 40 Pertemuan yang Terlambat
- Bab 41 Tidak Tahan Akan Rasa Kesepian
- Bab 42 Pergi Jalan-Jalan
- Bab 43 Perkataan Sindiran
- Bab 44 Amarah Langsung Membara
- Bab 45 Merusak Paras Wajah
- Bab 46 Apakah Pria Ini Vegetarian
- Bab 47 Akan Membuat Mereka Mati Mengenaskan
- Bab 48 Merobek Kulit Wajah
- Bab 49 Meninggalkan Sebuah Bekas Luka
- Bab 50 Dimanjakan
- Bab 51 Kamu Jadi Pacarku Saja
- Bab 52 Mengikuti Pemilihan Selir
- Bab 53 Aku Hanya Orang Yang Sekadar Lewat
- Bab 54 Memasukkan Afrodisiak Ke Dalam Anggur
- Bab 55 Ular Kuning Loreng Yang Besar
- Bab 56 Raja ular, aku ingin, aku menginginkannya
- Bab 57 Akan Menunggu Sampai Hari Itu Tiba Untuk Menyentuhmu
- Bab 58 Ingin Tebusan Darimu
- Bab 59 Meninggalkan Istana Ular
- Bab 60 Perbedaan Kemampuan
- Bab 61 Dibawa Ke Hutan Bambu
- Bab 62 Menanti Pertemuan Denganmu Di Hutan Bambu
- Bab 63 Menyesal Tidak Seharusnya Mengancam Dirinya
- Bab 64 Lepaskan, Raja Memperbolehkanmu untuk Melepaskannya
- Bab 65 Jangan Malu, Bukankah Ini Hanya Mandi
- Bab 66 Mengubah Tubuh
- Bab 67 Diri yang Baru
- Bab 68 Sayangnya Tidak Ada Jika
- Bab 69 Mengantarkan Hadiah
- Bab 70: Bunda Mo Memberikan Anggur
- Bab 71: Bangun Dalam Keadaan Sudah Meninggal
- Bab 72 Mati Dalam Mimpi
- Bab 73 Aduh, Bisa Tidak Jangan Berbicara Terlalu Frontal?
- Bab 74 Suamiku Terlalu Menarik
- Bab 75 Berlilitan Tanpa Henti
- Bab 76 Telah Hamil
- Bab 77 Sang Anak Telah Tiada
- Bab 78 Tidak Berhak Untuk Tetap Disisinya
- Bab 79 Pertengkaran Kami Yang Pertama Kali
- Bab 80 Penemanian Para Wanita
- Bab 81 Kesakitan Yang Mendalam
- Bab 82 Lupa Ingatan Setelah Mabuk
- Bab 83 Selir
- Bab 84 Ketidak Hadiran Pengantin Pria
- Bab 85 Dia Malah Berada Di Ranjangku Saat Malam Pertamanya Dengan Wanita Lain
- Bab 86 Pergi Tanpa Berpamitan
- Bab 87 Membunuh Ular Dan Menjarah Kantong Empedu
- Bab 88 Menghadapi Jalan Buntu
- Bab 89 Penuh Siasat Licik
- Bab 90 Jatuh Ke Jurang
- Bab 91 Jatuh Ke Pelukannya
- Bab 92 Seorang Pria Yang Hangat
- Bab 93 Menghalangi Perjalanan
- Bab 94 Di Dalam Gunung Besar Terdapat Rumah Orang.
- Bab 95 Mimpi Yang Menyeramkan
- Bab 96 Monster Air Di Tengah Sungai.
- Bab 97 Dipaksa Menikah
- Bab 98 Datang Bulan
- Bab 99 Bolehkah Tidak Sebaik Hati Ini?
- Bab 100 Menginap di Desa
- Bab 101 Monster Pemakan Manusia
- Bab 102 Sangat Hebat
- Bab 103 Minum Racun Kalajengking
- Bab 104 Kalau Tidak Senang Sini Gigit Aku
- Bab 105 Jatuh Cinta Pada Pandangan Pertama
- Bab 106 Tujuan Tertentu
- Bab 107 Adegan Tersebut, Melukai Hatiku
- Bab 108 Siluman Kalajengking Beracun
- Bab 109 Padang Salju
- Bab 110 Sejak Kapan Belajar Menjilat Orang
- Bab 111 Keras Kepala
- Bab 112 Hua Tuo di Namsan
- Bab 113 Ada Syaratnya
- Bab 114 Monster Ganas
- Bab 115 Berjanji Memberi Pengobatan
- Bab 116 Mengambil Air Bekas Mandi Peri
- Bab 117 Dua Wanita Cabul
- Bab 118 Boneka Ginseng Berusia Seribu Tahun
- Bab 119 Bercinta
- Bab 120 Keracunan
- Bab 121 Tersipu Malu
- Bab 122 Tertangkap
- Bab 123 Pantang Menyerah
- Bab 124 Mengecap Dengan Besi Panas
- Bab 125 Memohon Padanya
- Bab 126 Rasa Malu
- Bab 127 Pertemuan
- Bab 128 Berpura-Pura Mati
- Bab 129 Bunuh Diri
- Bab 130 Tidak Bisa Kabur
- Bab 131 Paksaan
- Bab 132 Membutakan Sepasang Mata
- Bab 133 Dijual Ke Rumah Bordil
- Bab 134 Ular Hijau Menyelamatkanku
- Bab 135 Dosa Yang Mengerikan
- Bab 136 Hamil Lagi
- Bab 137 Kembali Bersama Suamiku
- Bab 138 Mengambil Mata
- Bab 139 Pulang Ke Istana Ular
- Bab 140 Memanjakan
- Bab 141 Jatuh Cinta Diam-Diam
- Bab 142 Bertengkar Demi Keinginan
- Bab 143 Jika Suatu Hari Nanti, Raja Tidak Ada Di Sisimu
- Bab 144 Pemikiran Lain
- Bab 145 Mencari Kesempatan Untuk Menyerang.
- Bab 146 Terjatuh Kedalam Air.
- Bab 147 Tidak Meninggal.
- Bab 148 Berpura-pura Menyalahkan Diri Sendiri.
- Bab 149 Menempel Padanya.
- Bab 150 Pengakuan Ditolak
- Bab 151 Kembali Kealam Manusia
- Bab 152 Kita Akan Berpisah
- Bab 153 Kepergian Dia
- Bab 154 Dikeluarkan Dari Istana Ular
- Bab 155 Tujuh Bayi Ular
- Bab 156 Mutiara Ular Ajaib
- Bab 157 Para Bayi Ingin Minum Susu
- Bab 158 Mencari Bayi Ular
- Bab 159 Anak-anakku
- Bab 160 Sendiri Mencari Susu Untuk Diminum
- Bab 161 Menjaga Ibu dan Anak Kami
- Bab 162 Kebencian Karena Cinta
- Bab 163 Dunia Ular Dikendalikan
- Bab 164 Cinta Berubah Menjadi Luka
- Bab 165 Bayi Ular Terselamatkan
- Bab 166 Raja Ular, Aku Akan Terus Menunggumu, Selamanya