The Serpent King Affection - Bab 154 Dikeluarkan Dari Istana Ular

"Bunda Mo, kamu, apa yang kamu katakan? Suamiku ditangkap?"

Satu tangan aku memegang perut, satu tangan lagi memegang wajahku yang terkena tamparan itu, perkataan Bunda Mo, membuat aku terkejut.

"Kakak."

Karen mendirikan aku, dia sangat khawatir.

"Kamu ini orang jahat, jangan berakting lagi, semua karena kamu, Austin jadi kenapa tangkap, kamu pembawa sial, kamu sudah membuat Istana Ular mendapat musibah besar, aku akan memukul kamu hari ini."

Bunda Mo mengangkat tangan, memukul kearah aku, pada saat aku mendengar suamiku ditangkap, aku sudah pasra, aku tidak bisa menerima kenyataan ini, aku tidak ingin berpisah dengan suamiku.

"Bunda Mo, kakak sedang hamil, berharap Bunda Mo bisa melepaskan kakak."

Melihat aku tidak menghindar, Karen terburu-buru menghalang tamparan Bunda Mo.

"Bunda Mo, kakak ipar sedang hamil, tapi kemungkinan, masalah ini bukan masalah baik, kamu lihat abang Austin sudah ditangkap, kemungkinan bayi ini lahir, akan ada bencana."

Yoyo disamping berkata yang tidak baik pada Bunda Mo, dia hanya ingin menyingkirkan wanita ini dari sisi abang Austinnya, bersama dengan anak yang didalam perutnya.

"Aku kira kamu hamil bisa membuat dunia ular menjadi lebih baik, tidak disangka, musibah ini karena kamu, jika bukan karena kamu, Austin tidak akan melakukan kesalahan besar membuat kota itu tenggelam, dan juga tidak akan mengambil mata dewa, ini semua karena kamu."

Bunda Mo dengan marah menunjuk aku.

Kenapa bisa begini, air mata sudah mengalir, dibandingkan perkataan Bunda Mo, aku lebih sakit hati karena kenyataan ini yang membuat suamiku tertangkap.

Teringat tsunami itu, dan mata yang suamiku ambil untuk aku, aku baru mengerti, dia melakukan ini karena aku, dan sudah melanggar peraturan langit.

Saat ini hatiku sangat sakit, aku sudah tahu semuanya, ini karena dia cinta aku.

"Ayo, tarik wanita ini keluar dan bunuh."

Suara Bunda Mo sangat kejam, dia tidak akan membiarkan wanita ini membawa musibah bagi dunia ular dan tidak akan membiarkan dia tetap tinggal disini.

"Jangan, Bunda Mo lepaskan, mohon lepaskan kakak sekali ini saja, didalam perut kakak masih ada bayi, ini tidak boleh."

Karen berlutut, meminta ampun, dia tidak ingin kakak ada masalah.

"Aku lancang sedikit, berharap Bunda Mo bisa berpikir dengan baik."

Bahkan para pasuka itu juga bermohon, siapa saja tahu, dia sedang hamil anak Raja Ular, walaupun perintah Bunda Mo harus dituruti, tapi siapa yang berani membunuh meraka.

Mendengar pasukan berkata begitu, Bunda Mo menjadi tenang, bagaimanapun, tidak peduli dia seberapa tidak suka padanya, tapi perut wanita ini, benar-benar sedang hamil anak Raja Ular, tidak peduli betapa kejam dia, dia tidak akan membunuhnya, hanya saja tadi, dia benar-benar sangat marah.

"Lihat karena kamu sedang hamil, aku tidak akan membunuh kamu, seperti kamu yang pembawa sial, tidak pantas tinggal diIstana Ular, bawa dia pergi."

Bunda Mo berkata, jika bukan melihat dia sedang hamil, maka dia akan dibunuh.

"Baik."

Pasukan menerima perintah, mereka tahu, tidak membunuh dia, sudah sangat keputusan yang baik.

"Permaisuri, maaf."

Pasukan harus mendengarkan perintah dari Bunda Mo.

"Kakak, kakak."

Aku sudah tidak mendengar jelas apa yang mereka katakan, dalam hatiku, semua adalah Raja Ular, aku tidak bisa menerima dia ditangkap.

Aku dan Karen dibawa pasukan keluar dari Istana Ular, setelah pasukan pergi, hanya tersisa aku dan Karen ditempat yang tidak orang ini.

"Kakak, kakak kamu tidak kenapa kenapakan?"

Karen dengan khawatir bertanya, lalu mengakat aku berdiri.

"Karen, mengapa bisa begini? Mengapa bisa begini......"

Aku berkata, tapi air mata sudah menetes, aku sangat rindu padanya, sangat rindu.

"Kakak, jangan terlalu sedih, Raja Ular sangat hebat, Raja Ular tidak akan ada masalah, kakak sedang hamil, tidak boleh terlalu sedih."

Karen membujuk aku.

"Karen......Aku harus bagaimana......"

Aku menangis keluar, saat ini, aku merasa sudah kiamat, aku tidak tahu, dengan kekuatan aku, bagaimana menyelamatkan suamiku, kemudian hari, aku harus bagaimana.

"Kakak jangan khawatir, Raja Ular tidak akan ada masalah."

Karen memeluk aku, membujuk aku, saat ini, disisi ku masih ada satu orang, yang membujuk aku.

"Kakak, sudah mau hujan, kita harus cari tempat tinggal dulu."

Karen mengingatkan aku, melihat langit sudah gelap, sudah geremis, membasahi tubuh aku.

"Kakak, aku bantu kamu, hati-hati."

Karen menggandeng aku, berjalan kearah hutan.

Baru saja kami jalan, tiba-tiba muncul satu orang, dia melihat kami berjalan, wajahnya pun menjadi dingin.

"Wanita jahat, aku tidak akan membiarkan kamu."

Yoyo dengan dingin berkata, Bunda Mo tidak membunuh kamu, maka aku yang lakukan, dia tidak akan melepaskan Isabelle.

"Kakak, didepan ada gua, kita masuk kedalam lihat dulu."

Karen berkata padaku, lalu membawa aku kedalam gua yang gelap itu.

"Kakak, disini ada rumput kering, mari duduk disini."

Karen mencari rumput kering lalu menyuruh aku duduk disana, diapun keluar mencari kayu untuk dihidupkan.

"Kakak, Karen bantu kakak lap, sudah basah."

Karen berkata, dan mengambil sapu tangan membantu aku mengelap air hujan.

"Karen, terima kasih."

Aku memegang tangan Karen, disetiap aku sangat susah, Karen selalu menemani aku dan menjaga aku, kebaikan ini, membuat aku sangat terharu.

"Kakak tidak perlu sungkan, ini harus dilakukan Karen, kakak sedang hamil, jangan terlalu sedih."

Karen membujuk aku, terjadi masalah seperti ini dia pasti sangat sedih, tapi, dia harus menghibur kakak, jangan membuat kakak putus asa, juga jangan membuat kakak sedih.

"Em, aku tahu, Karen tidak ingin aku khawatir, aku akan menjadi kuat, menunggu dia kembali."

Aku menghapus air mata berkata, satu tangan memegang perut, apa yng dikatakan Karen itu benar, aku sedang hamil, Raja Ular pernah bilang, aku harus menjaga bayi ini, disaat ini aku tidak boleh membuat dia khawatir, aku harus kuat.

"Kakak bisa berpikir begini sangat baik, Karen akan melindungi kakak, kakak jangan takut."

Karen berkata padaku, dia akan melindungi kakak.

"Terima kasih, Karen."

Aku dengan tulus berkata, hatiku sangat sedih, tapi mengingat bayi, aku harus kuat.

"Kakak jangan berterima kasih padaku, ini memang harus dilakukan oleh Karen."

"Karen mencari makanan untuk kakak dulu."

Karen berkata, dan ingin mencari makan untuk aku.

"Tidak perlu Karen, aku sekarang tidak lapar, nanti pagi saja baru mencari makanan."

Aku menarik tangan Karen berkata.

"Baiklah, pagi Karen mencari makanan untuk kakak, baju sudah dikeringkan, kakak istirahat dulu."

Aku mengaggukan kepala, baju sudah kering, lalu aku tidur diatas rumput yang disiapkan Karen.

Novel Terkait

Hanya Kamu Hidupku

Hanya Kamu Hidupku

Renata
Pernikahan
4 tahun yang lalu
Aku bukan menantu sampah

Aku bukan menantu sampah

Stiw boy
Menantu
3 tahun yang lalu
Ternyata Suamiku Seorang Sultan

Ternyata Suamiku Seorang Sultan

Tito Arbani
Menantu
4 tahun yang lalu
Thick Wallet

Thick Wallet

Tessa
Serangan Balik
4 tahun yang lalu
Akibat Pernikahan Dini

Akibat Pernikahan Dini

Cintia
CEO
4 tahun yang lalu
Rahasia Istriku

Rahasia Istriku

Mahardika
Cerpen
4 tahun yang lalu
Innocent Kid

Innocent Kid

Fella
Anak Lucu
4 tahun yang lalu
Love From Arrogant CEO

Love From Arrogant CEO

Melisa Stephanie
Dimanja
4 tahun yang lalu