The Serpent King Affection - Bab 31 Mencari Kesempatan Membunuhnya

"Kalian mau apa, cepat lepaskan aku."

Sebuah teriakan yang menyedihkan terdengar dari dasar danau, dan hilang perlahan-lahan di tengah gelombang air.

Ular Putih Kecil duduk di dasar danau dengan tubuh yang penuh luka-luka, dia dipukuli habis-habisan oleh dua orang pembantu, kekuatannya juga sudah diikat oleh mereka, Ular Putih Kecil tak mungkin bisa lari, ia hanya bisa menunggu kematiannya di dasar danau.

Semua orang sudah tertipu oleh kedua pembantu itu, kedua pembantu itu sama sekali tidak pernah mau berubah.

"Dasar, kalau dia ingin menyalahkan orang, salahkan saja dirinya sendiri, tak seharusnya ia membantu Isabelle sialan itu untuk melawan kita."

Di luar permukaan danau yang dipenuhi dengan bunga teratai itu, dua orang pembantu yang berbaju biru dan kuning sedang berbicara di sana, wajah mereka yang cantik saat ini terlihat sangat menakutkan, mengeluarkan aura asli mereka sebagai ular berbisa.

Karena si Ular Putih Kecil jatuh ke tangan mereka, mereka ingin menyiksa Ular Putih Kecil itu perlahan-lahan, mereka ingin meluapkan semua kekesalan mereka pada Ular Putih Kecil.

"Iya, iya, kalau Ular Putih Kecil dan Penjaga Bai tidak menolong Isabelle, ia pasti sudah mati sekarang, benar-benar menyebalkan."

Kata pembantu berbaju kuning itu dengan kesal, ia sungguh ingin segera meminum darah dan memakan daging wanita itu.

"Apa kita akan melepaskannya begitu saja? Wanita itu benar-benar bodoh, ia kira kita akan berterimakasih padanya, benar-benar konyol."

Tanya pembantu berbaju kuning pada pembantu berbaju biru dengan nada yang sedikit mengejek.

Huh, melepaskannya, bagaimana mungkin, pikir pembantu berbaju biru itu dengan wajah dinginnya, ia sedang memikirkan seratus cara yang bagus untuk membunuh Isabelle.

"Jangan tergesa-gesa, tunggu sampai ada kesempatan, baru kita beraksi, kita harus berhati-hati, jangan sampai orang lain tahu."

Kata pembantu berbaju biru itu dengan sinis, saat mereka beraksi lagi, mereka harus bisa membunuh wanita yang merebut cinta Raja Ular itu bagaimanapun caranya.

Pembantu berbaju kuning menganggukkan kepalanya, ia sangat setuju dengan ucapan pembantu berbaju biru, mereka berdua pun sepakat akan menunggu kesempatan yang baru.

Semalaman tanpa mimpi, tapi aku tetap bisa tidur dengan nyenyak, saat aku terbangun, sinar matahari pagi menembus jendela kamarku, menyinari selimutku, rasanya sungguh hangat, dan membuat orang jadi malas untuk bangun.

Aku merebahkan tubuhku lebar-lebar di atas ranjang, dalam hati aku berpikir, kalau di zaman modern, mana mungkin aku bisa tidur senyenyak ini, kehidupan orang kantoran jelas tidak mungkin bisa menikmati tidur yang seenak ini, kalau tidak pasti sudah jadi pengangguran, lalu aku berpikir, sekarang aku ini sedang bersama dengan seekor Raja Ular yang kedudukannya sangat tinggi, apapun yang kumau pasti bisa kudapatkan, dan aku juga tak perlu melakukan apa-apa juga, rasanya seperti dalam mimpi saja.

Semakin dipikir, tiba-tiba aku pun kembali teringat pada Jason, lalu Lina, perasaanku yang baik itu tiba-tiba berubah hancur, aku menggeleng-gelengkan kepalaku sekuat tenaga, aku tak ingin mengingat-ingat masa laluku yang menyakitkan itu.

Bangun, ganti baju, pakai sepatu, tiba-tiba perutku terasa sakit, aku pun meletakkan tanganku di atas perutku, mungkin ini akibat keguguranku waktu itu, namun tak berapa lama rasa sakit itu pun menghilang, oleh karena itu aku juga tak seberapa mempedulikannya.

Mungkin karena tiba-tiba aku mendengar suara di dalam kamar, pintu kamarku terbuka perlahan-lahan, dua orang pembantu berbaju biru dan kuning masuk ke kamar dengan membawa sebaskom air untuk membasuk muka serta kue-kue.

"Nona Isabelle, aku sudah bangun, kami akan melayani Nona untuk cuci muka."

Kata pembantu itu dengan penuh hormat, tapi siapa yang tahu pembantu yang penampilannya sangat manis dan cantik itu sebenarnya memiliki hati yang bagaimana.

"Iya."

Balasku, belakangan ini aku pun mulai terbiasa dengan pelayanan-pelayanan yang diberikan kepadaku.

Setelah mencuci muka dan berdandan, aku sarapan, tapi rasanya sedikit bosan, aku pun teringat pada seseorang.

"Bagaimana luka Ular Putih Kecil? Di mana dia berobat?"

Mengingat gadis yang sangat lugu dan polos itu, aku pun bertanya pada kedua pembantu, sudah dua hari, seharusnya luka Ular Putih Kecil sudah membaik, begitu pikirku.

Kedua pembantu itu pun saling bertatapan, ternyata tak usah bersusah payah, kesempatan untuk membunuhnya pun datang lagi.

"Menjawab pertanyaan Nona Isabelle, Ular Putih Kecil berobat di dasar danau, luka-lukanya sudah membaik."

Kata pembantu berbaju biru dengan penuh hormat, si pembantu berbaju kuning pun juga ikut menganggukkan kepalanya.

Sudah dua hari, seharusnya si Ular Putih Kecil itu sudah mati, bagus juga sih, manusia dan ular ini bisa saling melengkapi satu sama lain di alam baka sana.

Novel Terkait

Everything i know about love

Everything i know about love

Shinta Charity
Cerpen
5 tahun yang lalu
The True Identity of My Hubby

The True Identity of My Hubby

Sweety Girl
Misteri
4 tahun yang lalu
Istri ke-7

Istri ke-7

Sweety Girl
Percintaan
5 tahun yang lalu
CEO Daddy

CEO Daddy

Tanto
Direktur
4 tahun yang lalu
Kisah Si Dewa Perang

Kisah Si Dewa Perang

Daron Jay
Serangan Balik
4 tahun yang lalu
Pernikahan Kontrak

Pernikahan Kontrak

Jenny
Percintaan
5 tahun yang lalu
Pria Misteriusku

Pria Misteriusku

Lyly
Romantis
4 tahun yang lalu
I'm Rich Man

I'm Rich Man

Hartanto
Merayu Gadis
4 tahun yang lalu