The Serpent King Affection - Bab 1 Didorong ke Jurang (1)
Aku jatuh ke jurang, namun beruntung, aku tidak mati, aku tidak dibunuh mati oleh pacar dan sahabatku, namun walaupun aku tidak mati, sesuatu yang lebih menakutkan terjadi kepadaku, aku jatuh ke dalam sebuah sarang ular, dan saat ini, aku sedang berbaring di atas seekor ular python hitam raksasa......
Cerita ini dimulai dari awal.
Hari itu, aku berjalan keluar dari rumah sakit, saat itu sedang hujan, aku membuka tasku, tidak ada payung di dalamnya, mungkin karena tadi pagi aku terlalu terburu-buru, sehingga aku meninggalkan payungku di rumah.
Duh, sial, umpatku dalam hati, aku pun mengambil handphoneku untuk menelepon pacarku, Jason Li, tapi tidak diterima.
Ini sudah keempat kalinya aku menelepon Jason hari ini, tapi tak sekalipun dia mengangkatnya, aku merasa sedikit kecewa, kukira Jason bisa datang untuk menjemputku, tapi di saat seperti ini, ia malah menghilang.
Tetesan air hujan yang menetes di wajahku terasa dingin, dingin seperti hatiku saat ini, semakin lama, hujan pun semakin deras, tanpa berpikir panjang, aku pun mengangkat tasku untuk menutupi kepalaku, lalu melambai-lambaikan tanganku untuk menyetop taksi, namun setiap taksi yang lewat selalu berpenumpang, dan aku yang berdiri di pinggiran jalan sudah basah kuyup.
Sebenarnya aku bisa kembali ke dalam rumah sakit untuk berteduh sejenak, tapi kurasa sudah tidak perlu lagi sekarang, sekujur tubuhku sudah basah kuyup, berteduh atau tidak sudah tidak ada bedanya.
Ya sudah, akhirnya aku memutuskan untuk berjalan pulang, jarak dari rumah sakit ke tempat tinggalku kurang lebih lima belas menit, tidak jauh, tapi juga tidak dekat.
Mobil-mobil yang melaju cepat menyipratkan genangan-genangan air di jalanan ke tubuhku, wajahku, semuanya, orang-orang yang bergegas pulang dengan membawa payung tak ada yang peduli pada keadaanku, di tengah kota yang sebesar ini, orang seperti ada yang tidak ada, mereka tidak akan pernah peduli padamu hanya karena kau tidak membawa payung di tengah hujan deras seperti ini.
Satu-satunya orang yang peduli pada dirimu, hanyalah dirimu sendiri, kalau kau sendiri tidak peduli pada dirimu, jangan berharap akan ada yang peduli kepadamu.
Begitu kembali ke rumah, sekujur tubuhku sudah basah kuyup seperti semangkuk sup ayam, bajuku benar-benar basah, tetesan air yang ada di ujung rambutku pun menetes ke bawah dan jatuh ke atas lantai, aku pun mengambil sebuah baju kering dari dalam lemari, lalu mandi air hangat dan berganti baju, kemudian aku pun duduk di depan cermin yang ada di dalam kamar, mengeringkan rambutku dengan pengering rambut.
Setelah selesai mandi, sang wanita terlihat lebih cantik, seperti bunga yang baru saja disirami dengan air hujan di musim semi, ia memandangi dirinya sendiri yang ada di dalam cermin, dirinya yang dewasa, dirinya yang cantik, ia memberi dirinya sendiri nilai delapan puluh.
Namun, tak tahu kenapa, wajah dirinya yang ada di dalam cermin itu tidak begitu baik, sedikit pucat, mungkin karena beberapa hari ini perasaannya tidak senang, ditambah lagi......
Tiba-tiba, handphonenya pun berdering, memecahkan semua lamunanku, aku melihat handphoneku, rasa kekecewaan yang ada dalam hati pun menghilang seketika, sampai-sampai aku pun lupa aku baru saja diterpa hujan badai.
Akhirnya, pacarku Jason meneleponku.
"Suamiku, aku kangen padamu."
Kataku dengan sangat amat lembut.
"Isabelle, kenapa kau meneleponku?"
Belakangan ini, Jason tak memanggilku dengan sebutan "istriku" lagi, sebutan ini membuatku sedikit merasa tidak nyaman, bagaimanapun, saat aku ingin bermanja-manja dengannya, dia juga bisa bermanja-manja denganku.
Aku ingin dia memanggilku dengan sebutan "istriku", tapi dia tidak melakukannya.
"Oh, apa kau ada waktu? Ada yang ingin kubicarakan."
Aku pun menyimpan semua perasaan kecewaku, aku sungguh ingin bertemu dengannya.
"Hari ini aku masih ada rapat, lain hari saja ya."
Kata pria itu dari dalam telepon, sepertinya dia memang sangat sibuk.
"Suamiku, apa kau bisa ke sini sebentar, ada hal penting yang ingin kubicarakan padamu."
"Ya sudah, baiklah, sebentar lagi aku ke sana."
Balas pria itu setelah terdiam sejenak.
"Iya." balasku dengan sangat amat gembira, hal pertama yang kulakukan setelah mematikan telepon adalah berdandan, setelah aku merasa diriku sendiri sudah cukup cantik, aku pun mulai masak, hari ini adalah hari yang sangat spesial bagiku, ada satu kabar baik yang ingin kusampaikan pada Jason, kurasa kabar ini akan menjadi sebuah kejutan baginya.
Sekitar setengah jam kemudian, bel rumahku pun berbunyi, aku merapikan rambutku lalu membuka pintu, Jason yang datang.
Tanpa berkata apa-apa, aku pun memeluknya, sudah beberapa hari kita tidak bertemu, aku sungguh rindu padanya, dari tubuhnya tercium bau rokok yang sangat khas, dicampur dengan sebuah aroma wewangian yang sangat tidak asing, hatiku mulai tidak tenang.
"Aku rindu padamu, sayang."
Jason menggendongku masuk ke dalam, lalu menutup pintunya, suaranya terdengar begitu lembut dan penuh kasih sayang.
Mungkin aku yang berpikir terlalu banyak, semua rasa kesal dan kecewa yang tertumpuk dalam hatiku pun menghilang semua, aku tersenyum padanya, "Kalau rindu padaku, kenapa kau tak datang melihatku, kukira kau masih marah padaku."
Belakangan ini, aku dan Jason sering bertengkar karena hal-hal kecil, terakhir kali kita bertemu, kita saling berpisah begitu saja tanpa berbaikan, sudah berhari-hari ini kita perang dingin.
Sepertinya hubungan di antara kita berdua semakin renggang akhir-akhir ini, hal ini membuat aku merasa sedikit khawatir.
Aku sedikit sedih dan kecewa dia tidak menemuiku duluan setelah pertengkaran itu, tapi tak peduli siapa yang meminta maaf duluan, pada akhirnya bukankah kita sudah baikan.
"Bodoh, mana mungkin aku marah padamu, hanya saja aku agak sedikit sibuk belakangan ini, kuharap kau mengerti."
Jelas Jason, ia sama baiknya padaku seperti biasanya.
Aku membawa semua makanan yang kumasak dengan sepenuh hati tadi ke atas meja makan, lalu makan bersamanya.
Saat kita makan, handphonenya berdering tiga kali, tak tahu dia sedang berbalas pesan dengan siapa.
"Isabelle, kenapa kau memanggilku kemari, apa ada masalah, orang kantor menyuruhku kembali untuk menghadiri rapat, sebentar lagi aku harus pergi."
Jason sama sekali tidak mengatakan bagaimana masakanku, kurasa dia tidak ingin makan, konsentrasinya hanya tertuju pada handphonenya itu.
Aku meletakkan sumpitku, awalnya aku ingin memberitahunya setelah makan, tapi melihatnya terburu-buru seperti itu, aku juga kehilangan selera makanku.
Apa ada hal yang lebih penting dari makan?
"Aku hamil."
Kataku sambil melihat Jason.
"Apa?"
Mendengar perkataanku, Jason mengerutkan keningnya, memandangiku dengan sangat tidak percaya.
"Aku hamil."
Kataku lagi sambil membalik-balikkan isi tasku, mengeluarkan selembar laporan pemeriksaan dari rumah sakit pagi tadi.
Jason menerima hasil laporan itu dan melihatnya dengan seksama, wajahnya sama sekali tidak terlihat senang, malah terlihat sedikit berat.
"Isabelle, anak ini, kita gugurkan dulu ya?"
Perkataan Jason ini membuat hatiku terasa sakit, sebenarnya dari awal aku sudah mengira dia akan berkata seperti itu, tapi aku tetap saja tidak percaya ia bisa mengatakannya.
"Kita sudah lima tahun kan, dan sekarang aku hamil, kita bisa segera mengambil surat nikah, lalu melahirkan anak ini kan."
"Isabelle, dengarkan aku, kau juga bukan tidak tahu keadaan kita sekarang ini kan, menurutku, tunggu sampai kondisi kita lumayan berkecukupan, baru kita menikah dan melahirkan anak, aku melakukan semua ini juga demi kebaikanmu dan anak kita, aku ingin kalian hidup di lingkungan yang lebih baik."
Perkataan Jason ini benar-benar omong kosong, meskipun kita berdua memang bukan orang kaya, tapi kita masih mampu untuk merawat seorang anak, aku berpacaran dengannya dari umur dua puluh dua tahun, aku memberikan semua masa mudaku padanya, dan sekarang aku sudah dua puluh tujuh tahun, aku sudah memutuskan untuk selalu bersamanya, aku ingin menikah dan melahirkan anak dengannya, hidup dengannya dengan bahagia,
Namun, ini semua hanya pemikiranku saja, tidak berarti Jason juga berpikir seperti ini.
Lima tahun tidak berarti selamanya, rasa cinta seseorang itu bisa berubah, hati seseorang juga bisa berubah.
"Maksudnya, kau ini tak ingin menikah denganku, tak ingin melahirkan anak denganku kan?"
Perkataanku ini tidak selembut tadi, kedengarannya sedikit dingin.
"Aku bukan tidak ingin menikah dan melahirkan anak denganmu, tapi hanya belum waktunya saja, tunggu sebentar lagi ya Isabelle, kita gugurkan anak ini dulu."
Kata Jason dengan nada memohon, berusaha berunding denganku dengan hati-hati.
"Aku tidak setuju, aku tidak akan menggugurkan anak ini, kalau kau tidak mau, aku mau."
Novel Terkait
Cinta Di Balik Awan
KellyWahai Hati
JavAliusSuami Misterius
LauraInnocent Kid
FellaMenantu Hebat
Alwi GoAkibat Pernikahan Dini
CintiaThe Serpent King Affection×
- Bab 1 Didorong ke Jurang (1)
- Bab 1 Didorong ke Jurang (2)
- Bab 2 Terbaring di Atas Tubuh Ular
- Bab 3 Berguling ke Bawah Gunung
- Bab 4 Hei Wanita, Kau Sudah Membuat Masalah Besar Dengan Aku Sang Raja
- Bab 5 Dikelilingi Ular
- Bab 6 Hidup atau Mati
- Bab 7 Terpesona
- Bab 8 Terpancing
- Bab 9 Istana Megah
- Chapter 10 Perlakuan Istimewa
- Chapter 11 Wanita Cantik dari Lukisan Kuno
- Chapter 12 Bisa Lebih Terbuka Lagi
- Chapter 13 Menetap dengan Tenang
- Chapter 14 Tidur Bersama Ular Raksasa
- Chapter 15 Menantang Ular Raksasa
- Bab 16 Tolong Jangan Makan Aku
- Bab 17 Apakah Kamu Menyukai Bentukku Yang Seperti Ini?
- Bab 18 Gagal Kabur
- Bab 19 Janji Tidak Akan Kabur Lagi
- Bab 20 Apakah Kau Benar-Benar Raja Ular?
- Bab 21 Marah
- Bab 22 Senyumanmu Sangat Cantik
- Bab 23 Iri, Cemburu, Dan Benci
- Bab 24 Dibohongi Untuk Keluar
- Bab 25 Pertolongan Dari Ular Putih Kecil
- Bab 26 Pelayan Ular Memohon Ampun
- Bab 27 Memaafkan
- Bab 28 Pikiran Yang Lain
- Bab 29 Berbohong Untuk Kebaikan
- Bab 30 Ini Juga Bisa Terlihat
- Bab 31 Mencari Kesempatan Membunuhnya
- Bab 32 Ditipu ke Dasar Danau
- Bab 33 Hampir Mati Tenggelam
- Bab 34 Mutiara Ular
- Bab 35 Selamat
- Bab 36 Bertemu Ular Putih
- Bab 37 Berjanji Menolong Ular Putih
- Bab 38 Apa Panggilan Ini Pantas
- Bab 39 Senyumannya Mengalihkan Duniaku
- Bab 40 Pertemuan yang Terlambat
- Bab 41 Tidak Tahan Akan Rasa Kesepian
- Bab 42 Pergi Jalan-Jalan
- Bab 43 Perkataan Sindiran
- Bab 44 Amarah Langsung Membara
- Bab 45 Merusak Paras Wajah
- Bab 46 Apakah Pria Ini Vegetarian
- Bab 47 Akan Membuat Mereka Mati Mengenaskan
- Bab 48 Merobek Kulit Wajah
- Bab 49 Meninggalkan Sebuah Bekas Luka
- Bab 50 Dimanjakan
- Bab 51 Kamu Jadi Pacarku Saja
- Bab 52 Mengikuti Pemilihan Selir
- Bab 53 Aku Hanya Orang Yang Sekadar Lewat
- Bab 54 Memasukkan Afrodisiak Ke Dalam Anggur
- Bab 55 Ular Kuning Loreng Yang Besar
- Bab 56 Raja ular, aku ingin, aku menginginkannya
- Bab 57 Akan Menunggu Sampai Hari Itu Tiba Untuk Menyentuhmu
- Bab 58 Ingin Tebusan Darimu
- Bab 59 Meninggalkan Istana Ular
- Bab 60 Perbedaan Kemampuan
- Bab 61 Dibawa Ke Hutan Bambu
- Bab 62 Menanti Pertemuan Denganmu Di Hutan Bambu
- Bab 63 Menyesal Tidak Seharusnya Mengancam Dirinya
- Bab 64 Lepaskan, Raja Memperbolehkanmu untuk Melepaskannya
- Bab 65 Jangan Malu, Bukankah Ini Hanya Mandi
- Bab 66 Mengubah Tubuh
- Bab 67 Diri yang Baru
- Bab 68 Sayangnya Tidak Ada Jika
- Bab 69 Mengantarkan Hadiah
- Bab 70: Bunda Mo Memberikan Anggur
- Bab 71: Bangun Dalam Keadaan Sudah Meninggal
- Bab 72 Mati Dalam Mimpi
- Bab 73 Aduh, Bisa Tidak Jangan Berbicara Terlalu Frontal?
- Bab 74 Suamiku Terlalu Menarik
- Bab 75 Berlilitan Tanpa Henti
- Bab 76 Telah Hamil
- Bab 77 Sang Anak Telah Tiada
- Bab 78 Tidak Berhak Untuk Tetap Disisinya
- Bab 79 Pertengkaran Kami Yang Pertama Kali
- Bab 80 Penemanian Para Wanita
- Bab 81 Kesakitan Yang Mendalam
- Bab 82 Lupa Ingatan Setelah Mabuk
- Bab 83 Selir
- Bab 84 Ketidak Hadiran Pengantin Pria
- Bab 85 Dia Malah Berada Di Ranjangku Saat Malam Pertamanya Dengan Wanita Lain
- Bab 86 Pergi Tanpa Berpamitan
- Bab 87 Membunuh Ular Dan Menjarah Kantong Empedu
- Bab 88 Menghadapi Jalan Buntu
- Bab 89 Penuh Siasat Licik
- Bab 90 Jatuh Ke Jurang
- Bab 91 Jatuh Ke Pelukannya
- Bab 92 Seorang Pria Yang Hangat
- Bab 93 Menghalangi Perjalanan
- Bab 94 Di Dalam Gunung Besar Terdapat Rumah Orang.
- Bab 95 Mimpi Yang Menyeramkan
- Bab 96 Monster Air Di Tengah Sungai.
- Bab 97 Dipaksa Menikah
- Bab 98 Datang Bulan
- Bab 99 Bolehkah Tidak Sebaik Hati Ini?
- Bab 100 Menginap di Desa
- Bab 101 Monster Pemakan Manusia
- Bab 102 Sangat Hebat
- Bab 103 Minum Racun Kalajengking
- Bab 104 Kalau Tidak Senang Sini Gigit Aku
- Bab 105 Jatuh Cinta Pada Pandangan Pertama
- Bab 106 Tujuan Tertentu
- Bab 107 Adegan Tersebut, Melukai Hatiku
- Bab 108 Siluman Kalajengking Beracun
- Bab 109 Padang Salju
- Bab 110 Sejak Kapan Belajar Menjilat Orang
- Bab 111 Keras Kepala
- Bab 112 Hua Tuo di Namsan
- Bab 113 Ada Syaratnya
- Bab 114 Monster Ganas
- Bab 115 Berjanji Memberi Pengobatan
- Bab 116 Mengambil Air Bekas Mandi Peri
- Bab 117 Dua Wanita Cabul
- Bab 118 Boneka Ginseng Berusia Seribu Tahun
- Bab 119 Bercinta
- Bab 120 Keracunan
- Bab 121 Tersipu Malu
- Bab 122 Tertangkap
- Bab 123 Pantang Menyerah
- Bab 124 Mengecap Dengan Besi Panas
- Bab 125 Memohon Padanya
- Bab 126 Rasa Malu
- Bab 127 Pertemuan
- Bab 128 Berpura-Pura Mati
- Bab 129 Bunuh Diri
- Bab 130 Tidak Bisa Kabur
- Bab 131 Paksaan
- Bab 132 Membutakan Sepasang Mata
- Bab 133 Dijual Ke Rumah Bordil
- Bab 134 Ular Hijau Menyelamatkanku
- Bab 135 Dosa Yang Mengerikan
- Bab 136 Hamil Lagi
- Bab 137 Kembali Bersama Suamiku
- Bab 138 Mengambil Mata
- Bab 139 Pulang Ke Istana Ular
- Bab 140 Memanjakan
- Bab 141 Jatuh Cinta Diam-Diam
- Bab 142 Bertengkar Demi Keinginan
- Bab 143 Jika Suatu Hari Nanti, Raja Tidak Ada Di Sisimu
- Bab 144 Pemikiran Lain
- Bab 145 Mencari Kesempatan Untuk Menyerang.
- Bab 146 Terjatuh Kedalam Air.
- Bab 147 Tidak Meninggal.
- Bab 148 Berpura-pura Menyalahkan Diri Sendiri.
- Bab 149 Menempel Padanya.
- Bab 150 Pengakuan Ditolak
- Bab 151 Kembali Kealam Manusia
- Bab 152 Kita Akan Berpisah
- Bab 153 Kepergian Dia
- Bab 154 Dikeluarkan Dari Istana Ular
- Bab 155 Tujuh Bayi Ular
- Bab 156 Mutiara Ular Ajaib
- Bab 157 Para Bayi Ingin Minum Susu
- Bab 158 Mencari Bayi Ular
- Bab 159 Anak-anakku
- Bab 160 Sendiri Mencari Susu Untuk Diminum
- Bab 161 Menjaga Ibu dan Anak Kami
- Bab 162 Kebencian Karena Cinta
- Bab 163 Dunia Ular Dikendalikan
- Bab 164 Cinta Berubah Menjadi Luka
- Bab 165 Bayi Ular Terselamatkan
- Bab 166 Raja Ular, Aku Akan Terus Menunggumu, Selamanya