The Serpent King Affection - Bab 1 Didorong ke Jurang (2)

Aku pun berdiri, memandanginya dengan penuh rasa terluka.

Pertemuan kali ini sungguh diluar dugaanku, bukan hanya karena tak ada kejutan, tapi juga karena pertemuan kali ini membuat kita berdua bertengkar lagi, seharusnya kabar ini adalah sebuah kabar yang membahagiakan, tapi tak kusangka akan menjadi seperti ini.

Aku tak tahu mengapa Jason setega ini menginginkanku menggugurkan anak ini, padahal anak ini adalah buah cinta kita berdua.

"Sayang, aku tahu kau tidak tega menggugurkan anak ini, tapi tunggu nanti baru kita melahirkan anak ya?"

Jason menghiburku dengan sabar, maksudnya jelas, ia tak ingin menikah dan melahirkan anak denganku.

"Jason, jujur padaku, apa aku sudah tidak mencintaiku dan tak mau menikah denganku lagi."

Tanyaku dengan lantang, kurasa, Jason sudah berubah, ia berubah tak mencintaiku lagi, semua kebaikannya yang ia lakukan padaku dulu sudah tidak ada lagi.

Apa karena sudah terlalu lama, ia mulai merasa bosan padaku, tapi kenapa aku malah semakin cinta padanya.

"Kenapa kau begini lagi, aku benar-benar capek."

Akhirnya Jason pun tak tahan lagi, ia berteriak padaku, semua kelembutannya tadi menghilang seketika.

Daripada mengatakan kalau dia capek, lebih baik dia mengatakan kalau dia sudah tidak cinta lagi.

"Aku memang begini, kalau kau tidak suka, kau boleh mencari orang lain lagi, tapi aku tak akan menggugurkan anak ini."

Teriakku sambil menahan air mataku, hatiku sungguh sangat sedih.

Kalau dia mau mengalah dan menerima anak dalam kandunganku, semua masih akan baik-baik saja.

Namun ternyata tidak demikian.

"Kau benar-benar tidak bisa diajak bicara!"

Kata Jason dengan marah, ia berdiri dari kursinya, lalu pergi dari rumahku.

"Kalau kau pergi, jangan pernah temui aku lagi."

Aku tetap marah, aku mengambil sebuah bantal dari kamarku lalu berlari mengejarnya dan melemparkan bantal itu padanya.

Jason sudah pergi, ia bahkan tak membalikkan kepalanya untuk melihatku, ia tak peduli sesedih apa diriku.

Aku pun membanting pintuku, melempar semua piring yang ada di atas meja makan, pecahan-pecahan piring pun berserakan di atas lantai, sama seperti perasaanku saat ini, dan aku pun tak kuasa menahan air mataku.

Di saat seperti ini, aku sangat ingin mencari seseorang untuk membagi kesedihanku, aku mengambil handphoneku, lalu menelepon sahabat terbaikku, Lina, hanya dia yang terpikir olehku.

"Lina, Jason menyuruhku untuk menggugurkan anak ini, aku tidak mau, huhu."

Baru saja telepon itu tersambung, aku langsung menangis dan meronta padanya, setelah beberapa saat, barulah aku bisa mendengar suara Lina dari seberang sana.

"Isabelle, apa kau mengandung anak Jason?"

Sepertinya Lina sangat terkejut mendengar kalau aku mengandung anak Jason.

"Iya, dia tidak mau, dia menyuruhku menggugurkan anak ini, tapi aku tidak mau, kecuali kalau dia membunuhku."

Saat itu, perasaanku sangat tidak stabil, aku sama sekali tidak mengira kalau perkataan "kecuali kalau dia membunuku" ini benar-benar hampir membunuhku.

"Isabelle, belakangan ini kau dan Jason sering bertengkar, kalau tidak, turuti saja permintaannya, gugurkan anak ini."

Aku tidak menyangka Lina akan berkata seperti itu, seharusnya aku menyadarinya dari awal, apa untungnya baginya kalau aku menggugurkan anak ini.

"Tidak mungkin, aku matikan dulu teleponnya."

Hatiku bertambah sedih, kenapa sahabatku sendiri juga berkata seperti itu, apa aku benar-benar tidak boleh melahirkan bayi ini.

Anakku, aku mencintaimu, aku pasti akan menjagamu baik-baik, kataku dalam hati sambil mengelus-elus perutku.

Apapun yang terjadi, aku akan melahirkan anak ini.

Setelah pertengkaran ini, aku dan Jason pun perang dingin, dia memang mengirimkan beberapa pesan padaku, tapi semua isinya kurang lebih menyuruhku ke rumah sakit untuk menggugurkan kandungan.

Aku tidak membalas pesannya, kali ini, aku tidak akan menurutinya, meskipun dia benar-benar sudah tak menginginkanku dan anak ini lagi.

Perasaanku tidak senang, ditambah dengan kehamilanku, kondisiku sangat tidak baik, oleh karena itu aku mengambil cuti satu minggu.

Setiap hari aku sendirian di rumah, makan tak enak, tidur tak enak, tak ingin pergi ke manapun, alasan utamanya ya karena aku dan Jason sedang bertengkar.

Kalau dari dulu aku tahu dia orang yang seperti ini, aku tak akan bersama dengannya, wanita akan selalu menyesal di saat seperti ini.

Di akhir pekan, aku pun menerima telepon dari Lina.

"Isabelle, bersiap-siaplah, aku ingin mengajakmu mendaki gunung, aku juga sudah mengajak Jason, aku bilang kau yang mengajaknya, kau bisa menggunakan kesempatan ini untuk bicara baik-baik dengannya, tak usah berterimakasih padaku, sampai jumpa nanti."

Belum sampai aku menjawab, Lina sudah mematikan teleponnya, lalu tak lama, aku pun menerima pesan darinya lagi, isinya adalah lokasi tempat pertemuan kita nanti.

Baru saja aku memikirkan akan pergi atau tidak, Jason pun mengirimkan sebuah pesan padaku, isinya ia meminta maaf padaku, tak seharusnya ia menyuruhku ke rumah sakit untuk menggugurkan anak ini.

Pesan ini membuat hatiku riang seketika, aku pun segera bersiap-siap dan menuju ke lokasi yang tadi sudah dikirimkan Lina, siapa yang tahu kalau ternyata ini semua hanyalah rencana yang akan mengirimkanku ke alam baka.

Sesampainya di tempat itu, aku pun turun dari mobil, Jason dan Lina sudah menungguku dari tadi di sana, Lina memberitahuku dengan tersenyum kalau dia dan Jason kebetulan bertemu, lalu datang kemari dalam satu mobil.

Memang benar-benar kebetulan sekali, tapi aku sama sekali tidak curiga, sampai mati pun aku tetap tidak percaya kalau kedua orang ini bisa jadian.

Lina membawaku dan Jason mendaki gunung sambil melihat peta, dan akhirnya kita pun sampai ke puncak gunung, aku benar-benar capek.

"Lina, kenapa kau berpikir untuk membawa kita mendaki gunung di sini?"

Tanyaku.

Tempat ini sangat terpencil, daerah sekitarnya semuanya pegunungan, cukup jauh juga dari tengah kota. aku benar-benar tidak tahu kalau tempat ini adalah tempat yang sangat bagus untuk membunuh seseorang.

"Aku menemukannya di peta, bukankah kita sangat cocok untuk mendaki gunung di sini?"

Kata Lina sambil menatap ke arah Jason dalam-dalam sejenak.

"Lihat, di sini ada jurang, tinggi sekali."

Kata Lina sambil berjalan ke pinggiran sebuah jurang.

"Ayo kita lihat."

Jason menggandeng tanganku, berjalan selangkah demi selangkah ke pinggiran jurang itu.

Aku merasa sedikit pusing, tak berani berjalan terlalu ke pinggir, jurang ini terlalu tinggi, dasarnya sama sekali tak terlihat.

"Isabelle, ada yang ingin kukatakan padamu."

Ada perkataan apa yang ingin dikatakan di pinggiran jurang seperti ini, kakiku terasa sedikit gatal, aku hanya ingin memundurkan langkahku, tapi Jason memegangi tanganku dengan erat dan tak mau melepaskannya.

"Kenapa Jason? Jurang itu terlalu tinggi, aku takut, kita mundur sedikit saja ya, kita bicara di situ ya?"

"Tidak, Jason ingin berkata kalau dia tak mencintaimu lagi, orang yang dicintainya sekarang adalah aku."

Tak kusangka Lina yang berdiri di belakangku itu akan berkata seperti itu, aku memandangi Jason dengan penuh rasa ketidakpercayaan, apa mereka mengajakku keluar untuk memberitahuku hal ini.

Awalnya aku masih sedikit tidak percaya, sampai akhirnya Jason melepaskan tanganku dan mencoba mendorongku ke jurang, aku pun tersadar, namun agak sedikit terlambat.

Akhirnya aku pun mengerti kenapa Jason bersikap semakin dingin kepadaku, aku juga mengerti mengapa Lina membujukku untuk menggugurkan anak ini, ternyata, mereka berdua diam-diam jadian di belakangku.

Aku tidak terima, yang satu sahabatku, yang satu pacarku, aku tak pernah membayangkan kalau mereka akan mengkhianatiku, juga tak pernah mengira kalau mereka akan mencari cara untuk membunuhku.

"Jadi setan pun aku tak akan memaafkan kalian."

Aku terjatuh ke dalam jurang seperti sebuah kelopak bunga yang gugur dari pohonnya, dengan membawa kebencian, dengan membawa kemarahan, dengan membawa kesakitan, dengan membawa kekecewaan.

Namun beruntung, aku tidak mati, aku tidak dibunuh mati oleh pacar dan sahabatku, namun walaupun aku tidak mati, hal yang lebih menakutkan terjadi kepadaku, aku terjatuh ke dalam sebuah sarang ular, dan saat ini, aku sedang berbaring di atas sebuah ular python hitam raksasa......

Novel Terkait

His Second Chance

His Second Chance

Derick Ho
Practice
4 tahun yang lalu
See You Next Time

See You Next Time

Cherry Blossom
CEO
5 tahun yang lalu
1001Malam bersama pramugari cantik

1001Malam bersama pramugari cantik

andrian wijaya
Merayu Gadis
4 tahun yang lalu
Penyucian Pernikahan

Penyucian Pernikahan

Glen Valora
Merayu Gadis
4 tahun yang lalu
My Greget Husband

My Greget Husband

Dio Zheng
Karir
4 tahun yang lalu
Excellent Love

Excellent Love

RYE
CEO
4 tahun yang lalu
Si Menantu Buta

Si Menantu Buta

Deddy
Menantu
4 tahun yang lalu
Pengantin Baruku

Pengantin Baruku

Febi
Percintaan
4 tahun yang lalu