The Serpent King Affection - Bab 73 Aduh, Bisa Tidak Jangan Berbicara Terlalu Frontal?
Lagipula, setelah aku dibawa pergi oleh si hitam dan si putih, mereka justru membawaku ke sebuah jalan yang berembun. Sekeliling dingin. Aku sangat takut, sangat berharap Austin Ye bisa menolongku. Dan di saat aku mengikuti si hitam dan si putih yang baru saja ingin masuk ke sebuah pintu besar, tiba-tiba aku merasakan sebuah tenaga yang kuat menarikku kembali. Si hitam dan putih diriku yang semakin lama semakin kabur.
“Ah.”
Sebuah nafas keluar dari mulut, lalu merasakan kesakitan di dalam tubuh.
Sebuah suara “wa”, sebuah darah hitam termuntahkan dari mulut, sangat tidak nyaman.
“Nona, Nona sudah hidup kembali.”
Melihat Nona yang hidup kembali, yang paling senang adalah Ular Putih Kecil. Hanya perasaan anak perempuan baru tidak bisa dikontrol.
“Isabelle Yao, kamu kenapa, Isabelle Yao?”
Di sebelah telinga, ada sebuah suara pria yang enak didengar memanggil namaku.
“Aku merasa tidak enak……”
Aku berkata seperti itu. Selanjutnya muntah. Ini adalah muntahan dari paru-paru yang sangat bau. Di tempat, tidak ada satu orangpun yang bisa tahan dengan aroma muntahan darah hitam dari mulutku.
“Raja Ular jangan panik. Racun di tubuh Nona juga sudah dimuntahkan. Nona sudah tidak apa-apa.”
Kata Dokter Ular setelah melihat kondisi ini untuk menenangkan.
“Isabelle Yao, jangan takut. Bagus kalau dimuntahkan.”
Melihat wanita itu hidup kembali, sang pria berubah dari sedih menjadi senang. Dia menepuk pelan pundakku. Perhatian ini membuat setiap orang yang ada di tempat terharu.
Siapa pun bisa mengerti kemarahan Raja Ular tadi, karena dia sangat peduli pada Nona Isabelle Yao.
Ini adalah perasaan cinta yang berharga.
Muntahan darah hitam itu sangat banyak. Aroma yang tidak enak dicium perhalan menghilang. Hanya saja merasa seluruh badan tidak bertenaga, bersandar di pelukan Raja Ular yang sedang memukul pundakku.
“Apakah kamu masih merasa tidak nyaman? Beritahu aku.”
Dia memapah kedua pundakku, melihatku dengan wajah yang khawatir, bertanya dengan nada yang lembut. Kalau tidak pernah kehilangan, dia juga tidak pernah tahu seberapa pedulinya terhadap wanita di perlukannya.
“Aku, aku lapar.”
Apa ada yang aneh? Perutku sudah kosong karena muntah, tentu saja lapar.
“Susan ambilkan makanan untuk Nona.”
Ular Putih yang senang itu melihat Nona yang hidup kembali. Dia tentu saja sangat senang. Dengan segera dia pergi membuat makanan yang enak untuk Nona.
“Ini Dokter Ular berikan beberapa obat untuk menawar racun dan penambah nutrisi untuk Nona. Dalam beberapa hari, Nona akan segera pulih kembali.”
Kata Dokter Ular dengan hormat. Sekarang Nona sudah hidup kembali. Bagi mereka ini adalah suatu hal yang bagus
Raja Ular mengangguk. Wajahnya yang sedih menjadi hangat seiring dengan kembalinya orang yang dicintai.
“Bawahan akan membawa Dokter Ular pergi memetik obat untuk Nona Isabelle Yao.”
Kata Ular Putih Kecil dengan hormat, lalu mengikuti Dokter Ular mengundurkan diri pergi. Kamar tidur yang besar hanya tersisa sepasang pria dan wanita.
“Isabelle Yao, beritahu aku, apakah Bunda Mo mengirim orang untuk meracunimu?”
Tanya pria ular dengan memelukku. Matanya melihatku tanpa berkedip, penuh dengan sakit hati.
Kata-katanya membuatku teringat semua yang terjadi. Saat itu, setelah dia pergi karena dipanggil oleh utusan Bunda Bo, ada seorang pelayan wanita yang memberikan minuman anggur. Setelah meminumnya, aku merasakan kantuk. Setelahnya aku tertidur. Saat aku terbangun, aku menemukan diriku sudah mati. Berpikir seperti itu, masalahnya ada pada segelas anggur tersebut. Pasti utusan Bunda Mo yang memberiku racun anggur itu.
“Iya bukan? Hmm??”
Tanyanya kepadaku. Alisnya berkerut. Aku tahu dia sangat peduli padaku. Aku juga tahu Bunda Mo tidak menyukaiku. Tapi, aku tidak ingin karena ini, terjadi perselilsihan antara Austin Ye dan Bunda Mo.
“Sudahlah, sudah lewat. Bukankah kamu sekarang melihatku baik-baik saja. Lagipula, bukan utusan Bunda Mo yang meracuniku. Mungkin aku salah makan. Aku……”
Penjelasanku belum selesai. Sebuah tangan yang besar menarikku kedalam pelukannya, memelukku dengan erat dan tidak melepaskannya. Kebohongan ini, siapa yang percaya. Dia mengerti pemikiran wanita itu, baik yang membuatnya sayang padanya.
Berada dalam pelukannya, aku bisa merasakan detak jantungnya, bisa merasakan badanku yang dingin perlahan menghangat, karena kehangatan yang diberikan olehnya.
“Dasar bodoh. Kamu pikir kamu bisa membohongiku? Apa kamu tahu, betapa sakit aku kehilanganmu. Apa kamu tahu, aku sangat takut kehilangan kamu. Aku sangat mencintaimu.”
Pria tampan itu memelukku, mengatakannya dengan perasaan. Perasaan yang tidak bisa dideskripsikan oleh kata-kata menyentuh hatiku. Terlebih sudah menghangatkan hatiku. Aku tidak pernah setersentuh ini.
“Suamiku.”
Aku mengulurkan tangan dan memeluknya, bersamanya dalam pelukan.
Berpikir untuk berhenti di gambaran seperti ini, hangat dan bahagia.
“Isabelle Yao, tadi kamu memanggilku apa?”
Suara pria itu sangat antusias. Kedua tangannya memapah pundakku dan bertemu pandang.
“Suamiku, mulai sekarang, kamu adalah suamiku. Isabelle Yao hanya menyukaimu seorang.”
Akhirnya aku mengerti apa itu cinta sejati. Perasaan ini lebih dalam dari pada perasaanku sebelumnya. Pria yang saat ini memelukku, sebenarnya dialah orang yang paling aku cintai. Karena dia sudah membuat hatiku hangat dan tergerak, yang tidak bisa diberikan orang lain padaku.”
“Isabelle Yao akhirnya menerimaku. Isabelle Yao akhirnya menerimaku.”
Wajahnya yang tampan menunjukkan senyuman kebahagiaan yang tidak bisa dijelaskan. Tidak sisa-sia mencintainya, karena pada akhirnya mendapatkan cinta dari pria tampan ini. Ini lebih bahagia dari apapun untuknya.”
Selesai berkata, dia memelukku dengan erat. Suaranya menjadi sangat rendah: “Aku akan baik padamu, tidak akan membiarkan siapapun memyakiti Isabella Yao milikku.”
Kata pria tampan itu dengan perasaan. Wanita yang ada di pelukannya adalah harta paling berharga baginya, tidak akan membiarkan siapapun menyakitinya.
Aku menganggukkan kepala, percaya dia bisa menjagaku, memberikanku kebahagiaan. Selanjutnya, kehangatan terasa di bibir. Aku tidak tahu dia bisa tiba-tiba menciumku. Baru saja ingin bergerak, sepasang tangan yang besar menahan kepalaku: “Isabelle Yao, jangan menolakku.”
Tatapan dengan perasaan, kata-kata dengan perasaan, membuatku tidak bisa menolaknya. Bibirnya kali ini menempel lagi di bibriku dengan lembut, seperti ada sengatan listrik yang menjalar dalam tubuh. Aku memeluk erat dia, menyambut ciumannya, tidak memikirkan apapun. Sepenuhnya menikmati keromantisan ini.
Dia melepaskan bajuku, menekanku di atas ranjang. Sebuah sinar emas menyelimuti dalam kamar. Tidak ada orang bisa mengganggu kami.
Kain chiffon merah, lapisan kain tulle, seorang manusia dan seorang siluman ular bersama-sama, seperti cahaya musim semi, hangat, meneduhkan. Siapapun yang melihatnya bisa bermuka merah dan hati berdebar karena malu.
Bersama-sama sepanjang malam, sampai capek, kami baru saling berpelukan dan tidur. Saat bangun, matahari sudah terbit.
Aku melakukan peregangan, melihat ke samping dan melihat sebuah wajah tampan yang terlihat puas, dengan bulu mata yang panjang, kulit yang putih cerah, tubuh yang tegap, siluet yang bagus, poninya yang mengikuti arah menutup alisnya. Siapapun yang melihat bisa tergerak hatinya.
Aku menelan air liur, diam-diam memarahi diri sendiri bodoh. Dia adalah priaku. Masih saja tergoda dengannya, benar-benar bodoh.
Pas sekali, saat aku menelan air liur, bulu mata yang panjang bergerak. Dia sudah bangun. Mungkin dia sengaja mencuri-curi bangun di waktu seperti ini. Ada orang yang tergoda pada dirinya dan dia sudah melihatnya.
“Kenapa? Masih mau?”
Dia menatapku. Sebuah uluran tangan menghapus air liur di sudut bibirku. Wajahnya jelas sekali memiliki sebuah senyuman menyeringai.
Aduh, bisa tidak jangan berbicara terlalu frontal?
Novel Terkait
Cinta Yang Berpaling
NajokurataGaun Pengantin Kecilku
Yumiko YangKing Of Red Sea
Hideo TakashiLelaki Greget
Rudy GoldMy Cute Wife
DessyThe Serpent King Affection×
- Bab 1 Didorong ke Jurang (1)
- Bab 1 Didorong ke Jurang (2)
- Bab 2 Terbaring di Atas Tubuh Ular
- Bab 3 Berguling ke Bawah Gunung
- Bab 4 Hei Wanita, Kau Sudah Membuat Masalah Besar Dengan Aku Sang Raja
- Bab 5 Dikelilingi Ular
- Bab 6 Hidup atau Mati
- Bab 7 Terpesona
- Bab 8 Terpancing
- Bab 9 Istana Megah
- Chapter 10 Perlakuan Istimewa
- Chapter 11 Wanita Cantik dari Lukisan Kuno
- Chapter 12 Bisa Lebih Terbuka Lagi
- Chapter 13 Menetap dengan Tenang
- Chapter 14 Tidur Bersama Ular Raksasa
- Chapter 15 Menantang Ular Raksasa
- Bab 16 Tolong Jangan Makan Aku
- Bab 17 Apakah Kamu Menyukai Bentukku Yang Seperti Ini?
- Bab 18 Gagal Kabur
- Bab 19 Janji Tidak Akan Kabur Lagi
- Bab 20 Apakah Kau Benar-Benar Raja Ular?
- Bab 21 Marah
- Bab 22 Senyumanmu Sangat Cantik
- Bab 23 Iri, Cemburu, Dan Benci
- Bab 24 Dibohongi Untuk Keluar
- Bab 25 Pertolongan Dari Ular Putih Kecil
- Bab 26 Pelayan Ular Memohon Ampun
- Bab 27 Memaafkan
- Bab 28 Pikiran Yang Lain
- Bab 29 Berbohong Untuk Kebaikan
- Bab 30 Ini Juga Bisa Terlihat
- Bab 31 Mencari Kesempatan Membunuhnya
- Bab 32 Ditipu ke Dasar Danau
- Bab 33 Hampir Mati Tenggelam
- Bab 34 Mutiara Ular
- Bab 35 Selamat
- Bab 36 Bertemu Ular Putih
- Bab 37 Berjanji Menolong Ular Putih
- Bab 38 Apa Panggilan Ini Pantas
- Bab 39 Senyumannya Mengalihkan Duniaku
- Bab 40 Pertemuan yang Terlambat
- Bab 41 Tidak Tahan Akan Rasa Kesepian
- Bab 42 Pergi Jalan-Jalan
- Bab 43 Perkataan Sindiran
- Bab 44 Amarah Langsung Membara
- Bab 45 Merusak Paras Wajah
- Bab 46 Apakah Pria Ini Vegetarian
- Bab 47 Akan Membuat Mereka Mati Mengenaskan
- Bab 48 Merobek Kulit Wajah
- Bab 49 Meninggalkan Sebuah Bekas Luka
- Bab 50 Dimanjakan
- Bab 51 Kamu Jadi Pacarku Saja
- Bab 52 Mengikuti Pemilihan Selir
- Bab 53 Aku Hanya Orang Yang Sekadar Lewat
- Bab 54 Memasukkan Afrodisiak Ke Dalam Anggur
- Bab 55 Ular Kuning Loreng Yang Besar
- Bab 56 Raja ular, aku ingin, aku menginginkannya
- Bab 57 Akan Menunggu Sampai Hari Itu Tiba Untuk Menyentuhmu
- Bab 58 Ingin Tebusan Darimu
- Bab 59 Meninggalkan Istana Ular
- Bab 60 Perbedaan Kemampuan
- Bab 61 Dibawa Ke Hutan Bambu
- Bab 62 Menanti Pertemuan Denganmu Di Hutan Bambu
- Bab 63 Menyesal Tidak Seharusnya Mengancam Dirinya
- Bab 64 Lepaskan, Raja Memperbolehkanmu untuk Melepaskannya
- Bab 65 Jangan Malu, Bukankah Ini Hanya Mandi
- Bab 66 Mengubah Tubuh
- Bab 67 Diri yang Baru
- Bab 68 Sayangnya Tidak Ada Jika
- Bab 69 Mengantarkan Hadiah
- Bab 70: Bunda Mo Memberikan Anggur
- Bab 71: Bangun Dalam Keadaan Sudah Meninggal
- Bab 72 Mati Dalam Mimpi
- Bab 73 Aduh, Bisa Tidak Jangan Berbicara Terlalu Frontal?
- Bab 74 Suamiku Terlalu Menarik
- Bab 75 Berlilitan Tanpa Henti
- Bab 76 Telah Hamil
- Bab 77 Sang Anak Telah Tiada
- Bab 78 Tidak Berhak Untuk Tetap Disisinya
- Bab 79 Pertengkaran Kami Yang Pertama Kali
- Bab 80 Penemanian Para Wanita
- Bab 81 Kesakitan Yang Mendalam
- Bab 82 Lupa Ingatan Setelah Mabuk
- Bab 83 Selir
- Bab 84 Ketidak Hadiran Pengantin Pria
- Bab 85 Dia Malah Berada Di Ranjangku Saat Malam Pertamanya Dengan Wanita Lain
- Bab 86 Pergi Tanpa Berpamitan
- Bab 87 Membunuh Ular Dan Menjarah Kantong Empedu
- Bab 88 Menghadapi Jalan Buntu
- Bab 89 Penuh Siasat Licik
- Bab 90 Jatuh Ke Jurang
- Bab 91 Jatuh Ke Pelukannya
- Bab 92 Seorang Pria Yang Hangat
- Bab 93 Menghalangi Perjalanan
- Bab 94 Di Dalam Gunung Besar Terdapat Rumah Orang.
- Bab 95 Mimpi Yang Menyeramkan
- Bab 96 Monster Air Di Tengah Sungai.
- Bab 97 Dipaksa Menikah
- Bab 98 Datang Bulan
- Bab 99 Bolehkah Tidak Sebaik Hati Ini?
- Bab 100 Menginap di Desa
- Bab 101 Monster Pemakan Manusia
- Bab 102 Sangat Hebat
- Bab 103 Minum Racun Kalajengking
- Bab 104 Kalau Tidak Senang Sini Gigit Aku
- Bab 105 Jatuh Cinta Pada Pandangan Pertama
- Bab 106 Tujuan Tertentu
- Bab 107 Adegan Tersebut, Melukai Hatiku
- Bab 108 Siluman Kalajengking Beracun
- Bab 109 Padang Salju
- Bab 110 Sejak Kapan Belajar Menjilat Orang
- Bab 111 Keras Kepala
- Bab 112 Hua Tuo di Namsan
- Bab 113 Ada Syaratnya
- Bab 114 Monster Ganas
- Bab 115 Berjanji Memberi Pengobatan
- Bab 116 Mengambil Air Bekas Mandi Peri
- Bab 117 Dua Wanita Cabul
- Bab 118 Boneka Ginseng Berusia Seribu Tahun
- Bab 119 Bercinta
- Bab 120 Keracunan
- Bab 121 Tersipu Malu
- Bab 122 Tertangkap
- Bab 123 Pantang Menyerah
- Bab 124 Mengecap Dengan Besi Panas
- Bab 125 Memohon Padanya
- Bab 126 Rasa Malu
- Bab 127 Pertemuan
- Bab 128 Berpura-Pura Mati
- Bab 129 Bunuh Diri
- Bab 130 Tidak Bisa Kabur
- Bab 131 Paksaan
- Bab 132 Membutakan Sepasang Mata
- Bab 133 Dijual Ke Rumah Bordil
- Bab 134 Ular Hijau Menyelamatkanku
- Bab 135 Dosa Yang Mengerikan
- Bab 136 Hamil Lagi
- Bab 137 Kembali Bersama Suamiku
- Bab 138 Mengambil Mata
- Bab 139 Pulang Ke Istana Ular
- Bab 140 Memanjakan
- Bab 141 Jatuh Cinta Diam-Diam
- Bab 142 Bertengkar Demi Keinginan
- Bab 143 Jika Suatu Hari Nanti, Raja Tidak Ada Di Sisimu
- Bab 144 Pemikiran Lain
- Bab 145 Mencari Kesempatan Untuk Menyerang.
- Bab 146 Terjatuh Kedalam Air.
- Bab 147 Tidak Meninggal.
- Bab 148 Berpura-pura Menyalahkan Diri Sendiri.
- Bab 149 Menempel Padanya.
- Bab 150 Pengakuan Ditolak
- Bab 151 Kembali Kealam Manusia
- Bab 152 Kita Akan Berpisah
- Bab 153 Kepergian Dia
- Bab 154 Dikeluarkan Dari Istana Ular
- Bab 155 Tujuh Bayi Ular
- Bab 156 Mutiara Ular Ajaib
- Bab 157 Para Bayi Ingin Minum Susu
- Bab 158 Mencari Bayi Ular
- Bab 159 Anak-anakku
- Bab 160 Sendiri Mencari Susu Untuk Diminum
- Bab 161 Menjaga Ibu dan Anak Kami
- Bab 162 Kebencian Karena Cinta
- Bab 163 Dunia Ular Dikendalikan
- Bab 164 Cinta Berubah Menjadi Luka
- Bab 165 Bayi Ular Terselamatkan
- Bab 166 Raja Ular, Aku Akan Terus Menunggumu, Selamanya