The Serpent King Affection - Bab 102 Sangat Hebat
" Ayo masuk, kita akan tahu apa yang ada disana. "
Kata Raja Ular dengan dinginnya di kegelapan malam, seperti pandangan yang menatap gua gelap, dingin dan sangat dalam ini. Lalu, mereka memasuki lubang ini, Penjaga Andrew Bai mengikuti dari belakang.
Menyusuri lubang tersebut, yang dilihat adalah tumpukan tulang manusia, orang yang disakiti dengan sadisnya, juga ada tulang hewan. Kelihatannya monster ini sangat sadis.
Didalam gua yang dalam ini, sebuah mata yang besar dan mulut yang lebar dari monster itu melemparkan orang yang ditangkapnya. Lalu, monster itu merayap hendak menyerangnya dengan buas seperti hewan.
" Jangan mendekat! Jangan kesini! "
Nolan mundur, suaranya seakan ketakutan. Walaupun ia sangat polos, tetapi ia tidak bodoh, juga tahu bahwa yang menyerangnya adalah monster yang menakutkan, yang bisa memakan manusia, tidak heran jika Nolan ketakutan.
Monster itu tidak berkata apapun, mulutnya menganga hendak menerkam Nolan. Di mulutnya ada gigi-gigi tajam dengan bekas darah yang banyak, tanda bahwa ia baru saja dan sering menerkam manusia.
Nolan menelan ludah, hatinya ketakutan melihat monster yang akan menyerangnya. Hatinya gelisah, tangannya menggenggam tanah yang hendak dilemparkannya ke wajah monster itu.
Melihat mata monster itu terluka oleh tanah, Nolan segera berlari kencang. Sayangnya setelah beberapa langkah ia terjatuh dan angsung ditangkpan oleh monster itu, kukunya yang tajam menusuk kekulitnya, Nolan sekali lagi terhempas di tanah oleh monster itu.
" Ingin kabur? Tidak mungkin. "
Kata suara yang menakutkan itu, monster itu menjlat kukunya yang terkena darah. Matanya yang besar penuh dengan amarah, tindakan Nolan yang hendak kabur itu memancing emosinya.
" Jangan makan aku, jangan... "
Nolan memohon ampun, sudah tidak memiliki keberanian untuk melihat mata monster itu. Di dahinya sudah mengucur keringat, kelihatan sekali ia sangat ketakutan.
" Stop! "
Saat Nolan mengira ia hendak mati menjadi santapan monste ritu, dia mendengar suara lelaki yang datar, lalu, ia melihat dua orang lelaki yang mengnap di rumahnya muncul di dalam gua. Nolan pada akhirnya memiliki harapan, pandangannya terfokus kepda mereka, berharap mereka dapat menyelamatkannya.
" Siluman Ular, jangan ikut campur! "
Monster itu melihat kemunculan mereka berdua, ia hanya dapat melihat identitas asli mereka, tidak dapat melihat wujudnya saat ini. Terutama si tampan yang memakai qipao hitam, dari tubuhnya keluar sebuah aliran hawa dingin, tetapi juga terasa kekuatan yang luar biasa. Kuatnya sampai seberapa, monster itu tidak dapat menebaknya, tetapi ia masih nekat ingin melawannya.
" Monster pemakan manusia yang jahat, matilah kau! "
Tanpa disadari, Penjaga Andrew Bai sudah ada dibelakang monster tersebut, dari kedua tangannya muncul sinar yang digunakan untuk melawan monster. Monster pemakan manusia itu melepaskan pakaian hitamnya, mencoba untuk kabur, ia sangat licik.
Raja Ular Austin Ye menjadi dingin, pandangannya menyapu gua yang gelap. Dari ayunan jarinya, muncul sebuah sinar keemasan yang dapat menyinari gua itu, membuat mereka melihat monster itu tergulung-gulung kesakitan akibat diserang. Monster pemakan manusia itu memuntahkan darah segar, ia hanya bisa bersujud di lantai memohon ampun.
" Ampuni, ampuni aku, aku tidak akan berani berbuat lagi. "
Monster pemakan manusia itu memohon ampun, tetapi sebenarnya ia mempunyai maksud lain.
" Bawa dia, kita pergi dari sini. "
Kata lelaki itu dengan datarnya.
" Baik, Raja Ular. "
Penjaga Andrew Bai memapah Nolan, membawanya keluar dari gua.
Nolan berjalan sambil menoleh kebelakang diam-diam, melihat monster itu yang tadinya kesakitan sekarang menjadi sangat garang, dari tangannya muncul dua sinar, hendak menyerang mereka.
Saat Nolan hendak berkata hati-hati kepada mereka, lelaki dingin yang berjalan didepannya mengayunkan lengannya lalu angin yang berkumpul jadi satu melawan kekuatan monster pemakan manusia tersebut. Ia merintih kesakitan, seketika monster itu lenya begitu saja. Si lelaki tersebut bahkan tidak menoleh sekalipun, hanya berjalan mengikuti angin yang membawa mereka keluar dari gua.
Saat ini, Nolan yang polos itu menggambar mereka dengan dua kata: SANGAT HEBAT! Tunggu hingga tiba waktunya, dia juga ingin menjadi sama seperti mereka menjadi pahlawan yang hebat, ini baru lelaki! Salut, salut!
Saat Nolan membayangkan bagaimana si lelaki dingin itu menyerang monster tersebut, dia sudah dibawa oleh Raja Ular Austin Ye dan Penjaga Andrew Bai sampai ke desa.
" Suamiku. "
Aku yang menanti mereka dengan khawatir, melihat Baginda Raja Ular suamiku dan Andrew Bai tiba dengan selamat, aku langsung menyambut mereka dengan dua tangan terbuka hendak memeluk mereka.
" Isabelle. "
" Suamiku, kau tidak terluka kan? "
Aku memandanginya dari kepala hingga kaki, lalu mendengar cerita Andrew Bai betapa liciknya monster itu, hatiku sangat kalut.
" Aku tidak apa-apa, monster mana pun, tidak akan bisa menyakiti aku. "
Dia melihatku sambil sedkit menunduk, kata-katanya lembut saat berbicara denganku, pandangan matanya pun lembut.
" Baguslah jika kau baik-baik saja, monster itu sudah mati? "
Aku mendongak bertanya, melihat dibalik punggungnya ada Nolan yang mereka selamatkan.
" Iya, rakyat desa tidak perlu lagi khawatir tentang monster pemakan manusia itu. "
Jawabnya dengan hangat, semua penduduk desa mendengar jawabannya.
" Monster itu sudah mati, apakah itu benar? "
Para penduduk desa bertanya dengan suara kecil.
" Nolan, kau baik-baik saja kan? "
Kakek tua melihat anaknya kembali, ia yang sedih menjadi bahagia, menyambutnya sambil bertanya.
" Aku baik-baik saja, ayah, untunglah ada mereka yang menyelamatkanku, monster itu sudah dibunuh oleh orang baik hati ini, kita tidak perlu bersembunyi di dalam rumah lagi. "
Jawab Nolan tanpa ragu, aku melihat Nolan menunjuk suamiku dan Andrew Bai.
" Pemuda baik ini telah menyelamatkan rakyat desa kita. "
" Iya iya, mulai dari hari ini monster itu telah mati, arwah keluarga kita akhirnya dapat istirahat dengan tenang. "
Mendengar cerita Nolan, semuanya mulai bersuara, mereka berterima kasih.
" Terima kasih, pemuda baik hati, menggantikan kam melenyapkan monster itu. "
Semua rakyat berlutut, ini adalah orang baik yang Tuhan kirimkan untuk kita.
" Semuanya berdiri, ini adalah yang seharusnya aku lakukan. "
Raja Ular suamiku menjawab mereka, sikapnya yang adil membuatku makin mengaguminya, hatiku memujanya. Suamiku, dia begitu sempurna.
Pagi buta ini, matahari menyinari desa, warna keemasan yang menghangatkan hati. Monster pemakan manusia ini telah disingkirkan, para penduduk desa kembali menjalankan aktivitas mereka, tenang, indah, ternyata seperti ini kegiatan desa ini.
Kami juga ingin cepat pergi mencari tabib, sebelum pergi, semua penduduk desa menghantarkan kepergian kami. Demi membalas kebaikan Baginda Raja Ular, semua penduduk desa membuat sebuah persembahan untuk Ular. Raja Ular kali ini dihormati, membuat semua orang mengingatnya. Maksud baik penduduk desa benar-benar tidak terpikirkan oleh Baginda Raja Ular.
" Penduduk desa sangat tulus ya. "
Kataku padanya sambil berjalan.
Dia tidak menjawab, hanya tersenyum sambil mengangguk.
" Dibawah perlindungan Raja Ular kita, aku percaya penduduk desa akan makin membaik. "
Kataku sambil tersenyum.
Dia memelukku, kami berempat berjalan kearah satu tempat yang sama.
Novel Terkait
Nikah Tanpa Cinta
Laura WangDemanding Husband
MarshallMy Tough Bodyguard
Crystal SongIstri kontrakku
RasudinCinta Yang Tak Biasa
WennieThe Serpent King Affection×
- Bab 1 Didorong ke Jurang (1)
- Bab 1 Didorong ke Jurang (2)
- Bab 2 Terbaring di Atas Tubuh Ular
- Bab 3 Berguling ke Bawah Gunung
- Bab 4 Hei Wanita, Kau Sudah Membuat Masalah Besar Dengan Aku Sang Raja
- Bab 5 Dikelilingi Ular
- Bab 6 Hidup atau Mati
- Bab 7 Terpesona
- Bab 8 Terpancing
- Bab 9 Istana Megah
- Chapter 10 Perlakuan Istimewa
- Chapter 11 Wanita Cantik dari Lukisan Kuno
- Chapter 12 Bisa Lebih Terbuka Lagi
- Chapter 13 Menetap dengan Tenang
- Chapter 14 Tidur Bersama Ular Raksasa
- Chapter 15 Menantang Ular Raksasa
- Bab 16 Tolong Jangan Makan Aku
- Bab 17 Apakah Kamu Menyukai Bentukku Yang Seperti Ini?
- Bab 18 Gagal Kabur
- Bab 19 Janji Tidak Akan Kabur Lagi
- Bab 20 Apakah Kau Benar-Benar Raja Ular?
- Bab 21 Marah
- Bab 22 Senyumanmu Sangat Cantik
- Bab 23 Iri, Cemburu, Dan Benci
- Bab 24 Dibohongi Untuk Keluar
- Bab 25 Pertolongan Dari Ular Putih Kecil
- Bab 26 Pelayan Ular Memohon Ampun
- Bab 27 Memaafkan
- Bab 28 Pikiran Yang Lain
- Bab 29 Berbohong Untuk Kebaikan
- Bab 30 Ini Juga Bisa Terlihat
- Bab 31 Mencari Kesempatan Membunuhnya
- Bab 32 Ditipu ke Dasar Danau
- Bab 33 Hampir Mati Tenggelam
- Bab 34 Mutiara Ular
- Bab 35 Selamat
- Bab 36 Bertemu Ular Putih
- Bab 37 Berjanji Menolong Ular Putih
- Bab 38 Apa Panggilan Ini Pantas
- Bab 39 Senyumannya Mengalihkan Duniaku
- Bab 40 Pertemuan yang Terlambat
- Bab 41 Tidak Tahan Akan Rasa Kesepian
- Bab 42 Pergi Jalan-Jalan
- Bab 43 Perkataan Sindiran
- Bab 44 Amarah Langsung Membara
- Bab 45 Merusak Paras Wajah
- Bab 46 Apakah Pria Ini Vegetarian
- Bab 47 Akan Membuat Mereka Mati Mengenaskan
- Bab 48 Merobek Kulit Wajah
- Bab 49 Meninggalkan Sebuah Bekas Luka
- Bab 50 Dimanjakan
- Bab 51 Kamu Jadi Pacarku Saja
- Bab 52 Mengikuti Pemilihan Selir
- Bab 53 Aku Hanya Orang Yang Sekadar Lewat
- Bab 54 Memasukkan Afrodisiak Ke Dalam Anggur
- Bab 55 Ular Kuning Loreng Yang Besar
- Bab 56 Raja ular, aku ingin, aku menginginkannya
- Bab 57 Akan Menunggu Sampai Hari Itu Tiba Untuk Menyentuhmu
- Bab 58 Ingin Tebusan Darimu
- Bab 59 Meninggalkan Istana Ular
- Bab 60 Perbedaan Kemampuan
- Bab 61 Dibawa Ke Hutan Bambu
- Bab 62 Menanti Pertemuan Denganmu Di Hutan Bambu
- Bab 63 Menyesal Tidak Seharusnya Mengancam Dirinya
- Bab 64 Lepaskan, Raja Memperbolehkanmu untuk Melepaskannya
- Bab 65 Jangan Malu, Bukankah Ini Hanya Mandi
- Bab 66 Mengubah Tubuh
- Bab 67 Diri yang Baru
- Bab 68 Sayangnya Tidak Ada Jika
- Bab 69 Mengantarkan Hadiah
- Bab 70: Bunda Mo Memberikan Anggur
- Bab 71: Bangun Dalam Keadaan Sudah Meninggal
- Bab 72 Mati Dalam Mimpi
- Bab 73 Aduh, Bisa Tidak Jangan Berbicara Terlalu Frontal?
- Bab 74 Suamiku Terlalu Menarik
- Bab 75 Berlilitan Tanpa Henti
- Bab 76 Telah Hamil
- Bab 77 Sang Anak Telah Tiada
- Bab 78 Tidak Berhak Untuk Tetap Disisinya
- Bab 79 Pertengkaran Kami Yang Pertama Kali
- Bab 80 Penemanian Para Wanita
- Bab 81 Kesakitan Yang Mendalam
- Bab 82 Lupa Ingatan Setelah Mabuk
- Bab 83 Selir
- Bab 84 Ketidak Hadiran Pengantin Pria
- Bab 85 Dia Malah Berada Di Ranjangku Saat Malam Pertamanya Dengan Wanita Lain
- Bab 86 Pergi Tanpa Berpamitan
- Bab 87 Membunuh Ular Dan Menjarah Kantong Empedu
- Bab 88 Menghadapi Jalan Buntu
- Bab 89 Penuh Siasat Licik
- Bab 90 Jatuh Ke Jurang
- Bab 91 Jatuh Ke Pelukannya
- Bab 92 Seorang Pria Yang Hangat
- Bab 93 Menghalangi Perjalanan
- Bab 94 Di Dalam Gunung Besar Terdapat Rumah Orang.
- Bab 95 Mimpi Yang Menyeramkan
- Bab 96 Monster Air Di Tengah Sungai.
- Bab 97 Dipaksa Menikah
- Bab 98 Datang Bulan
- Bab 99 Bolehkah Tidak Sebaik Hati Ini?
- Bab 100 Menginap di Desa
- Bab 101 Monster Pemakan Manusia
- Bab 102 Sangat Hebat
- Bab 103 Minum Racun Kalajengking
- Bab 104 Kalau Tidak Senang Sini Gigit Aku
- Bab 105 Jatuh Cinta Pada Pandangan Pertama
- Bab 106 Tujuan Tertentu
- Bab 107 Adegan Tersebut, Melukai Hatiku
- Bab 108 Siluman Kalajengking Beracun
- Bab 109 Padang Salju
- Bab 110 Sejak Kapan Belajar Menjilat Orang
- Bab 111 Keras Kepala
- Bab 112 Hua Tuo di Namsan
- Bab 113 Ada Syaratnya
- Bab 114 Monster Ganas
- Bab 115 Berjanji Memberi Pengobatan
- Bab 116 Mengambil Air Bekas Mandi Peri
- Bab 117 Dua Wanita Cabul
- Bab 118 Boneka Ginseng Berusia Seribu Tahun
- Bab 119 Bercinta
- Bab 120 Keracunan
- Bab 121 Tersipu Malu
- Bab 122 Tertangkap
- Bab 123 Pantang Menyerah
- Bab 124 Mengecap Dengan Besi Panas
- Bab 125 Memohon Padanya
- Bab 126 Rasa Malu
- Bab 127 Pertemuan
- Bab 128 Berpura-Pura Mati
- Bab 129 Bunuh Diri
- Bab 130 Tidak Bisa Kabur
- Bab 131 Paksaan
- Bab 132 Membutakan Sepasang Mata
- Bab 133 Dijual Ke Rumah Bordil
- Bab 134 Ular Hijau Menyelamatkanku
- Bab 135 Dosa Yang Mengerikan
- Bab 136 Hamil Lagi
- Bab 137 Kembali Bersama Suamiku
- Bab 138 Mengambil Mata
- Bab 139 Pulang Ke Istana Ular
- Bab 140 Memanjakan
- Bab 141 Jatuh Cinta Diam-Diam
- Bab 142 Bertengkar Demi Keinginan
- Bab 143 Jika Suatu Hari Nanti, Raja Tidak Ada Di Sisimu
- Bab 144 Pemikiran Lain
- Bab 145 Mencari Kesempatan Untuk Menyerang.
- Bab 146 Terjatuh Kedalam Air.
- Bab 147 Tidak Meninggal.
- Bab 148 Berpura-pura Menyalahkan Diri Sendiri.
- Bab 149 Menempel Padanya.
- Bab 150 Pengakuan Ditolak
- Bab 151 Kembali Kealam Manusia
- Bab 152 Kita Akan Berpisah
- Bab 153 Kepergian Dia
- Bab 154 Dikeluarkan Dari Istana Ular
- Bab 155 Tujuh Bayi Ular
- Bab 156 Mutiara Ular Ajaib
- Bab 157 Para Bayi Ingin Minum Susu
- Bab 158 Mencari Bayi Ular
- Bab 159 Anak-anakku
- Bab 160 Sendiri Mencari Susu Untuk Diminum
- Bab 161 Menjaga Ibu dan Anak Kami
- Bab 162 Kebencian Karena Cinta
- Bab 163 Dunia Ular Dikendalikan
- Bab 164 Cinta Berubah Menjadi Luka
- Bab 165 Bayi Ular Terselamatkan
- Bab 166 Raja Ular, Aku Akan Terus Menunggumu, Selamanya