The Serpent King Affection - Bab 110 Sejak Kapan Belajar Menjilat Orang

Setelah longsor salju mulai reda, kami akhirnya berhasil menemukan tempat yang lumayan aman. Suasana barusan sungguh mencekam.

Aku paham betul aku seorang beban. Kalau tidak ada aku, suamiku si Raja Ular pasti tidak perlu repot-repot menderita begini.

“Isabelle Yao, dingin sekali lagi?”

Melihatku mengigil hebat, Raja Ular semakin mengeratkan dekapannya padaku.

Sebenarnya dingin yang menusuk-nusuk tulang ini aku sungguh tidak tahan lagi. Aku bahkan masih terbata-bata berbicara meski sudah dipeluk pria yang tinggi besar.

“Raja Ular, Nona Isabelle Yao sepertinya tidak tahan lagi dengan cuaca seperti ini. Kalau kita tidak juga menemukan jalan keluar, Nona Isabelle Yao akan semakin kasihan,” ujar Penjaga Andrew Bai. Ular Putih Kecil di sebelahnya juga sangat khawatir padaku.

Raja Ular melihat-lihat sekeliling sambil terus memelukku. Ia tiba-tiba mencium bau yang sangat khas sekali bagi hidungnya. Ia bisa tahu, seorang monster hidup di dataran salju ini.

Ia curiga longsor salju barusan sengaja dibuat oleh monster itu.

“Ada bau monster.”

Satu detik setelah Raja Ular menyadari di sini ada monster, Penjaga Andrew Bai juga menyadari ada sesuatu yang tidak beres. Tetapi tidak lama kemudian bau itu langsung hilang.

“Raja Ular, di sini ada monster,” ujar Penjaga Andrew Bai dengan penuh hormat. Ia menyadari hal itu setelah menelaah segala penjuru. Hilangnya bau itu dalam sekejap membuat Penjaga Andrew Bai agak tidak abis pikir.

“Monster ini punya niat tidak baik, kita harus waspada,” ujar Penjaga Andrew Bai mengingatkan. Ketika tadi mencium bau monster itu, baunya sangat khas dengan kemarahan dan kedengkian. Dilihat dari kerasnya bau tadi, monster ini nampaknya tidak mudah ditaklukkan.

“Isabelle Yao, sini Raja lakukan sihir untuk membuatmu lebih hangat sedikit.”

“Penjaga Andrew Bai dan Susan, kalian tolong awasi sekeliling ya,” ujar Raja Ular memerintah mereka semua. Ia tidak ingin ada yang mengganggunya ketika melakukan sihir.

“Siap laksanakan,” jawab Penjaga Andrew Bai dan Susan serentak.

Raja Ular pun melakukan sihirnya, dan tubuhku yang awalnya beku perlahan menghangat. Rasanya seperti keluar dari kolam es dan langsung masuk ke kolam air panas yang sangat nyaman. Aku tahu, sihir yang diberikan suamiku tidak akan pernah mengecewakan.

“Bagaimana, Isabelle Yao? Baikan tidak?” tanya suamiku penuh perhatian.

“Sekarang tidak kedinginan lagi,” jawabku.

Ia menganggu, lalu membantuku berdiri.

“Kita lanjut mencari jalan keluar,” ujar suamiku lagi. Mungkin karena takut aku terpeleset, ia menggenggam tanganku erat-erat di setiap langkahku.

Kami berempat melanjutkan pencarian jalan keluar.

Tiba-tiba langit langsung tertutup kabut hitam. Angin kemudian bertiup kencang, dan bongkahan-bongkahan es yang cukup besar jatuh dari langit.

“Hati-hati,” Raja Ular memelukku erat-erat sambil menghindar dari bongkahan-bongkahan yang sanggup merenggut nyawa itu.

Raja Ular menggerak-gerakan tangannya untuk menggabungkan awan-awan di langit menjadi satu. Ia kemudian menjadikan kumpulan awan itu melindungi kami dari bongkahan-bongkahan es.

“Sebenarnya monster apa yang ingin bertarung dengan kita ini?” tanya suamiku geram.

“Aku sarankan kalian cepat-cepat pergi, kalau tidak kalian akan mati di titik ini juga.”

Tiba-tiba terdengar suara misterius entah dari mana. Dari nada bicaranya, si pembicara nampaknya sungguh tidak senang dengan kedatangan kami ke dataran salju ini, entah apa alasannya.

“Kamu sendiri yang tidak mengizinkan kami keluar, jadi jangan salahkan aku kalau terjadi apa-apa denganmu!” jawab suamiku ketut. Suamiku sangat marah. Tidak pernah ada orang yang berani mengusiknya, yang berani akan mati.

Raja Ular memancarkan sinar emas dari tangannya, dan kemudian terdengar suara perempuan mengaduh. Perempuan itu jatuh dari langit ke hadapan kami secara tiba-tiba. Sihir suamiku berhasil membuatnya jatuh terkapar di atas salju.

Ia mengenakan baju terusan berwarna putih. Wajahnya tampak kesakitan.

“Ini kamu yang minta sendiri," ujar suamiku sambil menatap marah perempuan yang terkapar itu.

Wanita itu memegangi dadanya yang kesakitan. Sihir suamiku tadi rupanya membuatnya menderita luka dalam.

“Jangan pikir kalian akan bisa pergi dari sini," ujar wanita itu tiba-tiba, diikuti dengan lenyapnya dia.

“Raja Ular, ia kabur," ujar Penjaga Andrew Bai yang tidak tahan untuk mencarinya.

“Tidak perlu dikejar, makanya jangan main-main denganku,” jawab suamiku sambil merangkul bahuku.

“Ayo jalan.”

“Suamiku, wanita itu monster jenis apa? Mengapa ia menghalangi kita?” tanyaku pada Raja Ular. Kami sepertinya tidak melakukan kekeliruan apa pun, jadi aku tidak paham mengapa kami diperlakukan begini.

“Kalau aku tidak salah ingat, ia harusnya jenis serigala salju. Kalau ditanya mengapa ia menghalangi kita, aku sendiri tidak tahu, tetapi yang jelas ia pasti punya maksud tertentu,” jawabnya tenang.

“Serigala salju?”

Itu kan binatang yang sangat indah. Aku pernah melihatnya di televisi, bulunya sangat indah. Aku sangat suka.

“Iya?”

Suamiku menggangguk sambil melihatku yang sedang berpikir keras. Ia kemudian bertanya, “Apa yang kamu pikirkan, Isabelle Yao?”

“Aku sedang berpikir, mengapa binatang kalau berubah jadi monster selalu jadi jahat?”

“Belum tentu, contohnya aku, aku bukannya sangat baik ya?”

“Hahaha……”

Aku tidak bisa menahan tawa. Kalau ia tidak kejam, mana mungkin ia tega menyakiti wanita barusan seperti tadi?

“Menertawakan apa? Yang aku katakan memang kenyataan kan? Masak aku belum cukup baik padamu?” tanya suamiku.

“Baik, baik, di dunia ini kamu lah Raja Ular yang paling sempurna, oke? Kamu sangat tampan, dan kepribadianmu sangat baik. Kamu ditambah aku berarti baik ditambah baik, kita memang sangat serasi.”

Aku bersumpah, ini pertama kalinya aku memuji seseorang sebanyak ini dalam satu pernyataan.

“Isabelle Yao sejak kapan belajar menjilat orang nih?”

Dengar-dengar Raja Ular sangat benci dijilat orang. Meski begitu, mendengarku wanita yang ada dalam pelukannya tiba-tiba menjilatnya, ia sama sekali tidak marah, malah dari tatapannya terlihat menikmatinya.

Percakapan Raja Ular dan Isabelle Yao ini memancing Penjaga Andrew Bai dan Ular Putih Kecil di belakang iku tertawa. Andrew Bai sendiri belum pernah melihat Raja Ular bisa dibuat seorang wanita sebahagia ini. Tatapannya terus mengarah ke Ular Putih Kecil yang berjalan di depannya. Ia saat ini sudah berubah banyak, dari seseorang yang ekspresinya selalu datar hingga berubah jadi sangat periang……

Awalnya kupikir monster serigala salju itu tidak akan mengganggu kami lagi, tetapi ternyata aku salah. Ia sama sekali tidak menyerah, ia tidak akan mengizinkan kami jalan lebih jauh lagi ke arah area yang sudah ia lindungi dengan sihir. Sekalinya ada yang melakukan itu, ia akan berusaha sekuat tenaga mencegahnya.

Di kejauhan sana ada sebuah peti kristal. Wanita yang barusan terluka berdiri di samping kristal itu sambil menatap iba pria yang terbaring di dalam peti. Tatapannya sangat berduka, air matanya tidak terasa mengalir keluar.

Novel Terkait

Perjalanan Cintaku

Perjalanan Cintaku

Hans
Direktur
4 tahun yang lalu
Akibat Pernikahan Dini

Akibat Pernikahan Dini

Cintia
CEO
5 tahun yang lalu
Everything i know about love

Everything i know about love

Shinta Charity
Cerpen
5 tahun yang lalu
Penyucian Pernikahan

Penyucian Pernikahan

Glen Valora
Merayu Gadis
4 tahun yang lalu
1001Malam bersama pramugari cantik

1001Malam bersama pramugari cantik

andrian wijaya
Merayu Gadis
4 tahun yang lalu
Kisah Si Dewa Perang

Kisah Si Dewa Perang

Daron Jay
Serangan Balik
4 tahun yang lalu
Ten Years

Ten Years

Vivian
Romantis
4 tahun yang lalu
Nikah Tanpa Cinta

Nikah Tanpa Cinta

Laura Wang
Romantis
4 tahun yang lalu