The Serpent King Affection - Bab 119 Bercinta
Sampai keesokan paginya, si orang tua keluar dari belakang gunung dengan membawa sebuah botol kecil.
"Gadis kecil, minumlah obat ini, dengan begitu penyakitmu akan segera sembuh."
Kata orang tua itu sambil menyodorkan botol kecil itu ke tanganku.
"Apa ini, adalah obat yang bisa menyembuhkanku?"
Aku menerima botol kecil itu, apa cairan yang ada dalam botol ini adalah obat yang kucari dengan susah payah sampai ke sini?
"Minumlah."
Kata orang tua itu, aku melirik ke arah suamiku, ia juga mengangguk-anggukkan kepala, setelah mencuri air mandi bidadari dan menemukan boneka ginseng yang berumur ribuan tahun, ia percaya obat yang ada di tangan orang tua itu mampu menyembuhkan penyakitku.
Aku membuka tutup botol itu, mencium aromanya terlebih dahulu, tidak berbau apa-apa, lalu aku pun meminumnya seteguk, rasanya aneh, tidak bisa diungkapkan dengan kata-kata.
Lalu, aku tanpa berpikir panjang, aku pun menengadahkan kepalaku dan meminum obat itu sampai habis.
"Oh ya, Anda bilang bahwa obat ini memerlukan tiga bahan dasar, selain air mandi bidadari dan boneka ginseng, apa lagi yang satunya?"
Suamiku yang terpikir akan hal itu, lalu bertanya pada si orang tua.
"Betul, betul, betul."
Kataku sambil mengusap-usap mulutku, membayangkan air yang kuminum adalah air mandi bidadari, lambungku berputar-putar sejenak, kalau dia tak mengatakan kalau air mandi bidadari ini bisa menyembuhkan penyakitku, siapa yang mau meminumnya.
"Bahan dasar terakhir dari obat ini adalah bahan dasar yang paling sulit didapatkan, yaitu setetes air liur dari setengah siluman setengah dewa, untung saja aku punya banyak, haha."
"Hah? Ternyata aku tidak hanya meminum air mandi bidadari saja, aku juga meminum air liur Anda, ya Tuhan, obat apa ini."
Bukan hanya meminum air mandi orang lain saja, aku juga harus meminum air liur orang lain, juga boneka ginseng yang lucu itu yang harus dicampur dengan air mandi dan air liur, resep obat macam apa ini, kasihan sekali si boneka ginseng.
Aku tidak tahan lagi, "Uek.." aku pun memuntahkannya.
"Senior, ini......"
Melihatku muntah, suamiku pun mengira obat itu mulai bereaksi, dia sangat khawatir padaku, dia tidak tahu padahal aku muntah karena jijik.
"Tidak apa-apa, meskipun obatnya sudah dimuntahkan, khasiatnya masih ada, hahaha."
Tawanya lagi.
"Tidak apa-apa, Isabelle."
"Susan ambilkan air untuk Nona berkumur."
Kata Susan sambil mengambil semangkuk air untukku.
"Terima kasih."
Kataku, suamiku pun memberiku air itu padaku untuk berkumur.
"Kalian berdua, ikut denganku."
Setelah merasa baikan, sang orang tua itu pun mengatakannya.
"Nona, Raja Ular."
Kata Susan, ia dan Penjaga Bai ingin ikut juga.
"Kalian berdua tunggu di sini saja."
Kata orang tua itu pada Susan dan Penjaga Bai, kedua orang itu pun bertatapan mata, tidak mengerti apa maksud si orang tua, namun ada Raja Ular yang menemani Nona, mereka berdua pun merasa lebih tenang.
"Susan, Penjaga Bai, tunggu kami di sini saja ya."
Kataku, aku juga tidak mengerti orang tua itu ingin kita mengikutinya ke mana, kelihatannya misterius sekali.
"Baik, Nona."
Kata Susan dan Penjaga Bai sambil menganggukkan kepala, mereka pun tinggal di dalam kuil tua itu untuk menunggu kami, aku dan suamiku Austin mengikuti orang tua itu.
Kami mengikuti orang tua itu berjalan sampai ke belakang gunung, pemandangan di sini cantik sekali, bunga-bunga memenuhi ladang rumput itu, kupu-kupu beterbangan, indah bak surga, pemandangan alam yang secantik ini membuatku lupa pada rasa jijikku tadi, seisi mataku dipenuhi dengan keindahan alam ini.
"Wah, di sini cantik sekali, Senior, untuk apa Anda membawa kami kemari?"
Setelah bertanya, kami pun membalikkan kepala, orang tua itu sudah tidak ada, meninggalkan aku dan suamiku berdua.
"Suamiku, ke mana Senior, kok tidak kelihatan?"
Tanyaku bingung, dia membawa kami kemari, lalu pergi, apa maksudnya.
"Kalian berdua bermesra-mesraanlah di sini, hahaha."
Tubuhnya sudah tidak ada, yang bisa terdengar hanyalah suara tawanya yang khas itu.
Hah......
Aku benar-benar bingung dan tidak mengerti apa maksud perkataan orang tua itu.
Tiba-tiba, aku pun merasakan ada sebuah kehangatan yang datang melanda, lalu tubuhku pun mulai bereaksi.
"Isabelle."
Saat aku masih memikirkan perkataan orang tua itu, dan bingung apa yang terjadi pada tubuhku, kedua tangan sang pria tampan pun memegangi pundakku.
"Suamiku......"
Aku merasa suamiku Raja Ular menatapku dengan berapi-api, kedua tangannya yang menyentuh pundakku juga terasa sangat panas, dan hatiku saat ini juga sangat amat panas, wajahku juga panas.
"Isabelle, aku sangat mencintaimu."
Katanya sambil memelukku, lalu mulai menicumku, tentu saja dia tahu dari awal kalau aura panas itu sengaja dikeluarkan oleh Hua Tuo.
"Aku juga sangat mencintaimu."
Belakangan ini aku tak pernah merasa sesantai seperti sekarang, api-api cinta pun mulai membesar di tempat yang indah seperti ini, semakin lama semakin membara.
Kami berdua saling berpelukan, sang pria tampan membuat palang-palang di sekitar kami, agar tidak ada satu orang pun yang bisa mengganggu kami, lalu ia pun melepaskan jubah panjangnya ke atas rerumputan, lalu melepaskan pakaianku, merebahkan tubuhku di atas rerumputan, sepasang kekasih yang saling mencintai bergelut menjadi satu, pemandangan yang sedikit memalukan, suasananya penuh dengan rasa cinta, sungguh indah.
Waktu pun berlalu, tak tahu sudah melakukannya berapa kali, sampai lelah pun barulah kami menghentikannya.
"Sekali lagi ya?"
Satu tangan sang pria tampan memelukku, dan tangannya yang satu lagi bertopang di bawah, ia memandangiku dengan sangat memelas.
"Tidak, aku capek sekali."
Ya Tuhan, apa aku harus mempertaruhkan nyawaku, sudah berapa kali kita melakukannya.
Sang pria tampan tersenyum, tentu saja dia tahu kalau aku sudah tidak kuat lagi, dan dia pun hanya memberiku sebuah kecupan di pipiku.
"Kau pasti kelelahan, istirahatlah baik-baik."
Katanya padaku, suaranya sungguh sangat menggoda, ia memandangiku dengan mata yang penuh rasa sayang.
Aku pun mengangguk-anggukkan kepala, hangatnya cahaya matahari menyinari tubuh kami, orang yang kami cintai ada di samping kami, saat ini, hati kami dipenuhi dengan rasa bahagia, hati kami terasa sangat manis, sungguh ingin rasanya waktu berhenti berputar.
Namun, ada banyak hal yang mungkin sudah takdirnya, kebahagiaan selalu terasa sangat singkat, tak bisa selalu dinikmati.
Saat aku terbangun, sudah keesokan harinya, Raja Ular menggunakan ilmu sihirnya untuk membuatku merasa hangat, meskipun tidur di atas rumput, aku sama sekali tidak merasa kedinginan.
"Kau sudah bangun, apa tidurmu nyenyak?"
Tanya suara yang sangat indah dan menggoda itu, ia menatapku dengan sangat bahagia.
"Iya."
Aku menganggukkan kepalaku dan merentangkan tubuhku di dalam pelukannya, kalau tidur di pelukannya, aku pasti bisa tidur dengan sangat nyenyak.
"Kalau begitu terakhir kalinya ya,"
Melihat pandangannya yang sedang menatapi sekujur tubuhku, aku pun tak bisa menghindar lagi.
"Dasar ular mata keranjang, nakal sekali."
Sudah berapa kali masih tetap saja tak mau melepaskanku, aku sudah sangat lapar.
"Setelah itu aku akan mencarikan makanan yang enak untukmu."
Sepasang mata yang indah menatapku dengan tatapan penuh cinta, tatapan mata yang menggoda itu sungguh membuatku tak bisa menolaknya, wanita tulen manapun pasti bergetar hatinya melihat tatapannya itu, tubuhku mulai terangsang, lalu aku pun mencium bibirnya.
Dalam hatiku aku berpikir, kemarin orang tua itu memberiku obat apa, setelah meminum obat itu, rasanya tenaga di tubuhku bertambah banyak dan terasa sangat ingin melakukannya.
Sang pria tampan sedikit terkejut, ia tidak menyangka aku akan menciumnya, hatinya sungguh sangat senang, dasar, siapa yang lebih mata keranjang sekarang.
Aku dan suamiku terus bercinta tanpa menghiraukan waktu, dan di sudut lain, bibit-bibit cinta kedua orang yang sedang menunggu itu pun juga mulai bertumbuh.
Novel Terkait
Beautiful Love
Stefen LeeCinta Pada Istri Urakan
Laras dan GavinPenyucian Pernikahan
Glen ValoraCutie Mom
AlexiaLoving The Pain
AmardaDemanding Husband
MarshallThe Serpent King Affection×
- Bab 1 Didorong ke Jurang (1)
- Bab 1 Didorong ke Jurang (2)
- Bab 2 Terbaring di Atas Tubuh Ular
- Bab 3 Berguling ke Bawah Gunung
- Bab 4 Hei Wanita, Kau Sudah Membuat Masalah Besar Dengan Aku Sang Raja
- Bab 5 Dikelilingi Ular
- Bab 6 Hidup atau Mati
- Bab 7 Terpesona
- Bab 8 Terpancing
- Bab 9 Istana Megah
- Chapter 10 Perlakuan Istimewa
- Chapter 11 Wanita Cantik dari Lukisan Kuno
- Chapter 12 Bisa Lebih Terbuka Lagi
- Chapter 13 Menetap dengan Tenang
- Chapter 14 Tidur Bersama Ular Raksasa
- Chapter 15 Menantang Ular Raksasa
- Bab 16 Tolong Jangan Makan Aku
- Bab 17 Apakah Kamu Menyukai Bentukku Yang Seperti Ini?
- Bab 18 Gagal Kabur
- Bab 19 Janji Tidak Akan Kabur Lagi
- Bab 20 Apakah Kau Benar-Benar Raja Ular?
- Bab 21 Marah
- Bab 22 Senyumanmu Sangat Cantik
- Bab 23 Iri, Cemburu, Dan Benci
- Bab 24 Dibohongi Untuk Keluar
- Bab 25 Pertolongan Dari Ular Putih Kecil
- Bab 26 Pelayan Ular Memohon Ampun
- Bab 27 Memaafkan
- Bab 28 Pikiran Yang Lain
- Bab 29 Berbohong Untuk Kebaikan
- Bab 30 Ini Juga Bisa Terlihat
- Bab 31 Mencari Kesempatan Membunuhnya
- Bab 32 Ditipu ke Dasar Danau
- Bab 33 Hampir Mati Tenggelam
- Bab 34 Mutiara Ular
- Bab 35 Selamat
- Bab 36 Bertemu Ular Putih
- Bab 37 Berjanji Menolong Ular Putih
- Bab 38 Apa Panggilan Ini Pantas
- Bab 39 Senyumannya Mengalihkan Duniaku
- Bab 40 Pertemuan yang Terlambat
- Bab 41 Tidak Tahan Akan Rasa Kesepian
- Bab 42 Pergi Jalan-Jalan
- Bab 43 Perkataan Sindiran
- Bab 44 Amarah Langsung Membara
- Bab 45 Merusak Paras Wajah
- Bab 46 Apakah Pria Ini Vegetarian
- Bab 47 Akan Membuat Mereka Mati Mengenaskan
- Bab 48 Merobek Kulit Wajah
- Bab 49 Meninggalkan Sebuah Bekas Luka
- Bab 50 Dimanjakan
- Bab 51 Kamu Jadi Pacarku Saja
- Bab 52 Mengikuti Pemilihan Selir
- Bab 53 Aku Hanya Orang Yang Sekadar Lewat
- Bab 54 Memasukkan Afrodisiak Ke Dalam Anggur
- Bab 55 Ular Kuning Loreng Yang Besar
- Bab 56 Raja ular, aku ingin, aku menginginkannya
- Bab 57 Akan Menunggu Sampai Hari Itu Tiba Untuk Menyentuhmu
- Bab 58 Ingin Tebusan Darimu
- Bab 59 Meninggalkan Istana Ular
- Bab 60 Perbedaan Kemampuan
- Bab 61 Dibawa Ke Hutan Bambu
- Bab 62 Menanti Pertemuan Denganmu Di Hutan Bambu
- Bab 63 Menyesal Tidak Seharusnya Mengancam Dirinya
- Bab 64 Lepaskan, Raja Memperbolehkanmu untuk Melepaskannya
- Bab 65 Jangan Malu, Bukankah Ini Hanya Mandi
- Bab 66 Mengubah Tubuh
- Bab 67 Diri yang Baru
- Bab 68 Sayangnya Tidak Ada Jika
- Bab 69 Mengantarkan Hadiah
- Bab 70: Bunda Mo Memberikan Anggur
- Bab 71: Bangun Dalam Keadaan Sudah Meninggal
- Bab 72 Mati Dalam Mimpi
- Bab 73 Aduh, Bisa Tidak Jangan Berbicara Terlalu Frontal?
- Bab 74 Suamiku Terlalu Menarik
- Bab 75 Berlilitan Tanpa Henti
- Bab 76 Telah Hamil
- Bab 77 Sang Anak Telah Tiada
- Bab 78 Tidak Berhak Untuk Tetap Disisinya
- Bab 79 Pertengkaran Kami Yang Pertama Kali
- Bab 80 Penemanian Para Wanita
- Bab 81 Kesakitan Yang Mendalam
- Bab 82 Lupa Ingatan Setelah Mabuk
- Bab 83 Selir
- Bab 84 Ketidak Hadiran Pengantin Pria
- Bab 85 Dia Malah Berada Di Ranjangku Saat Malam Pertamanya Dengan Wanita Lain
- Bab 86 Pergi Tanpa Berpamitan
- Bab 87 Membunuh Ular Dan Menjarah Kantong Empedu
- Bab 88 Menghadapi Jalan Buntu
- Bab 89 Penuh Siasat Licik
- Bab 90 Jatuh Ke Jurang
- Bab 91 Jatuh Ke Pelukannya
- Bab 92 Seorang Pria Yang Hangat
- Bab 93 Menghalangi Perjalanan
- Bab 94 Di Dalam Gunung Besar Terdapat Rumah Orang.
- Bab 95 Mimpi Yang Menyeramkan
- Bab 96 Monster Air Di Tengah Sungai.
- Bab 97 Dipaksa Menikah
- Bab 98 Datang Bulan
- Bab 99 Bolehkah Tidak Sebaik Hati Ini?
- Bab 100 Menginap di Desa
- Bab 101 Monster Pemakan Manusia
- Bab 102 Sangat Hebat
- Bab 103 Minum Racun Kalajengking
- Bab 104 Kalau Tidak Senang Sini Gigit Aku
- Bab 105 Jatuh Cinta Pada Pandangan Pertama
- Bab 106 Tujuan Tertentu
- Bab 107 Adegan Tersebut, Melukai Hatiku
- Bab 108 Siluman Kalajengking Beracun
- Bab 109 Padang Salju
- Bab 110 Sejak Kapan Belajar Menjilat Orang
- Bab 111 Keras Kepala
- Bab 112 Hua Tuo di Namsan
- Bab 113 Ada Syaratnya
- Bab 114 Monster Ganas
- Bab 115 Berjanji Memberi Pengobatan
- Bab 116 Mengambil Air Bekas Mandi Peri
- Bab 117 Dua Wanita Cabul
- Bab 118 Boneka Ginseng Berusia Seribu Tahun
- Bab 119 Bercinta
- Bab 120 Keracunan
- Bab 121 Tersipu Malu
- Bab 122 Tertangkap
- Bab 123 Pantang Menyerah
- Bab 124 Mengecap Dengan Besi Panas
- Bab 125 Memohon Padanya
- Bab 126 Rasa Malu
- Bab 127 Pertemuan
- Bab 128 Berpura-Pura Mati
- Bab 129 Bunuh Diri
- Bab 130 Tidak Bisa Kabur
- Bab 131 Paksaan
- Bab 132 Membutakan Sepasang Mata
- Bab 133 Dijual Ke Rumah Bordil
- Bab 134 Ular Hijau Menyelamatkanku
- Bab 135 Dosa Yang Mengerikan
- Bab 136 Hamil Lagi
- Bab 137 Kembali Bersama Suamiku
- Bab 138 Mengambil Mata
- Bab 139 Pulang Ke Istana Ular
- Bab 140 Memanjakan
- Bab 141 Jatuh Cinta Diam-Diam
- Bab 142 Bertengkar Demi Keinginan
- Bab 143 Jika Suatu Hari Nanti, Raja Tidak Ada Di Sisimu
- Bab 144 Pemikiran Lain
- Bab 145 Mencari Kesempatan Untuk Menyerang.
- Bab 146 Terjatuh Kedalam Air.
- Bab 147 Tidak Meninggal.
- Bab 148 Berpura-pura Menyalahkan Diri Sendiri.
- Bab 149 Menempel Padanya.
- Bab 150 Pengakuan Ditolak
- Bab 151 Kembali Kealam Manusia
- Bab 152 Kita Akan Berpisah
- Bab 153 Kepergian Dia
- Bab 154 Dikeluarkan Dari Istana Ular
- Bab 155 Tujuh Bayi Ular
- Bab 156 Mutiara Ular Ajaib
- Bab 157 Para Bayi Ingin Minum Susu
- Bab 158 Mencari Bayi Ular
- Bab 159 Anak-anakku
- Bab 160 Sendiri Mencari Susu Untuk Diminum
- Bab 161 Menjaga Ibu dan Anak Kami
- Bab 162 Kebencian Karena Cinta
- Bab 163 Dunia Ular Dikendalikan
- Bab 164 Cinta Berubah Menjadi Luka
- Bab 165 Bayi Ular Terselamatkan
- Bab 166 Raja Ular, Aku Akan Terus Menunggumu, Selamanya