The Serpent King Affection - Bab 156 Mutiara Ular Ajaib
Ketujuh bayi ular tersebut saling memahami arti pandangan tersebut, salah satu diantara mereka menggerakkan tubuhnya dan bergerak memanjat ke tangan Yoyo.
“Benar sekali, cepat kemari, ayo kemarilah.”
Melihat bayi-bayi yang begitu mudah tertipu, hati Yoyo tentu saja senang bukan kepalang.
Mereka bergerak menuju ke tangan wanita tersebut, mereka mengerjapkan mata mereka, terlihat begitu menggemaskan.
“Kalau kalian bukan lahir dari wanita sialan itu, aku bisa saja memutuskan untuk merawat kalian, tapi kalian malah bibit sialan wanita itu, jalan satu-satunya yang tersisa adalah mati, dengarkan aku, salahkan diri kalian telah salah memilih rahim, huh.”
Yoyo mengatakannya dengan nada yang begitu dingin, mengangkat tangannya, di tangannya muncul cahaya bulat, yang kemudian diarahkan pada bayi-bayi tersebut.
Yoyo tertawa dingin, dia berpikir, ketujuh bayi tersebut akan mati olehnya.
Hanya saja, hal yang membuatnya terkejut adalah, ketika dia mengangkat tangannya, dia tidak menemukan bayi tersebut.
Yoyo merasa sangat heran, tadi mereka jelas-jelas sudah berada di tangannya, kenapa mereka tiba-tiba saja menghilang.
Setelah diperhatikan baik-baik, ketujuh bayi ular tersebut entah kapan telah berada di atas sebuah batu, mereka mengerjapkan mata jernih mereka, bibir merah mereka mengerucut seperti ingin menyusu.
“Rupanya kalian ada disana, kita lihat bagaimana kalian bisa kabur.”
Yoyo mengatakannya, sambil mengangkat sebuah batu besar dari tanah, selangkah demi selangkah berjalan menuju ke bayi-bayi tersebut, kemudian mengangkatnya dan melemparkannya dengan kuat kearah mereka.
“Aku tidak percaya jika kalian masih belum mati.”
Sambil mengatakannya, Yoyo menggerakkan batu tersebut, dia berpikir dia akan melihat jasad mereka yang berlumuran darah, sekali lagi dia kecewa tidak bisa menemukan bayi tersebut, mereka, sudah menghilang.
Mengapa bisa begini? Mengapa bisa demikian?
“Hihihi, hahahaha.”
Terdengar suara tawa bayi, Yoyo mengangkat kepalanya, tapi tidak dapat menemukan apapun.
“Hihihi, hahaha.”
Suara tawa renyah bayi kembali terdengar, tapi tawa ini malah terdengar mengerikan bagi Yoyo.
Kalian, dimana kalian?
Beberapa bayi yang baru lahir ini, ternyata tidak bisa dilukai, malah dengan anehnya, mereka berhasil membuat Yoyo merasa was-was, rasa yang menakutkan, muncul tersebar dalam hatinya.
Dia tidak bisa menemukan bayangan bayi-bayi tersebut, dia hanya bisa mendengar tawa mereka, Yoyo merasa ada hal yang tidak beres, dia memutuskan untuk kabur, dan akan menangkap mereka beberapa hari kemudian, dan membunuh mereka.
“Jangan kabur, temani kita bermain.”
“Jangan kabur, ayo temani kita bermain lagi.”
Suara anak kecil terdengar dari arah belakang tubuh Yoyo, suara yang begitu indah, malah membuat dia semakin ketakutan.
“Anak sialan, jangan ikuti aku, tunggu saja, suatu hari, aku akan menghabisi kalian.”
Yoyo berlari sambil mengutuk marah.
Bayi-bayi itu tertawa cengengesan, melihat wanita jahat tersebut berlari kabur karena dikejar mereka, mereka hanya ingin menakut-nakutinya, mereka ingin melihat apa dia masih berani untuk mencoba membunuh mereka.
“Hihihi, hahaha.”
“Jangan kabur, jangan kabur.”
Yoyo tidak pernah merasakan hal seperti ini, tidak peduli kemanapun dia bergerak, bagaimana kuatnya ilmu sihir yang digunakannya, dia tetap tidak bisa lepas dari kejaran bayi-bayi ular tersebut, mereka selalu berada di belakangnya, membuatnya terengah-engah.
Tiba-tiba saja, sebuah angin dashyat menerpanya dan membuatnya terangkat keudara, sebuah kekuatan yang begitu dashyat, membuat orang ketakutan, dan kali ini Yoyo berada di bawah kendali kekuatan ini, membuatnya tidak bisa mengeluarkan jurus untuk melindungi diri.
Dengan cepat, tubuhnya di banting ketanah oleh kekuatan tersebut, Yoyo merasakan kesakitan pada wajahnya, dia meraba wajahnya, ditangannya terlihat darah segar, sebuah luka menganga muncul di wajahnya, darah pun mengalir keluar.
Dia terkejut setengah mati, tubuhnya gemetar hebat, dia tidak bisa menerima wajahnya telah dirusak, terlebih lagi pelakunya tak lain dan tak bukan adalah bayi-bayi yang baru lahir tidak lebih dari 20 menit.
Hal ini terlalu menakutkan, terlalu menakutkan, Yoyo bangkit dari lantai, dia merangkak berguling dan kabur.
Melihat Yoyo kabur terbirit-birit, bayi-bayi tersebut kemudian muncul, tubuh ular mereka, sudah berubah menjadi sepasang kaki, sisik ular mereka berubah menjadi pakaian pada tubuh mereka, wajah putih dan menggemaskan mereka mengeluarkan senyum nakal, sungguh sangat menggemaskan.
“Kakak, aku masih ingin bermain, bagaimana kalau kita kejar wanita jahat itu.”
Sibungsu, bayi perempuan berambut ikal tersebut menarik baju kakaknya sambil mengatakan perkataan tadi, dia mengedipkan matanya, melihat kearah kaburnya Yoyo, wajahnya terlihat tidak puas.
“Adik, sekarang masih ada hal penting yang harus kita kerjakan, wanita jahat itu, kita lepaskan dulu untuk kali ini.”
Sisulung, bayi laki-laki yang terlihat paling berkharisma menjawab dengan suara yang menggemaskan.
“Betul sekali yang dikatakan kakak, kita harus mencari ibu, dia akan khawatir jika dia tidak melihat kita.”
Bayi lainnya juga menjawab, mereka semua sangat mematuhi perkataan si sulung, mereka terlihat sangat lucu dan cerdas.
“Aku sangat merindukan ibu.”
“Aku lapar, aku ingin minum susu.”
“Aku juga lapar, aku juga ingin minum susu.”
“Tapi dimana ada susu?”
“Sepertinya hanya ibu yang ada.”
“Benar sekali, aku juga merasa demikian.”
“Tapi, ibu ada dimana?”
“Waktu itu, kita semua berada didalam telur, tidak tahu iu berada dimana.”
Ketujuh bayi tersebut berdiskusi sejenak, dengan sisulung sebagai pemimpin, mereka akan pergi mencari ibu mereka.
Di Khayangan.
Didalam sebuah jaring sihir, duduk seorang pria yang begitu tampan, mata indahnya terbuka, dia melihat segumpal cahaya merah bergerak menuju kearahnya, kemudian, gumpalan cahaya tersebut mengitarinya, dan meninggalkannya.
Gumpalan cahaya tersebut terasa tidak asing, seolah-olah mereka saling mengenal, pria tampan tersebut melihat cahaya merah tersebut pergi meninggalkannya, muncul ekspresi yang sulit di tebak pada wajah tampan itu.
Istana Langit
“Lapor Kaisar Langit, mutiara ular ajaib tiba-tiba saja mengeluarkan cahaya merah, menembus pertahanan, tidak tahu kemana.”
Pria berambut putih dengan bintang di dahi mengucapkan salam dan melapor pada pria berwibawa yang duduk di singgasana dengan pakaian emas.
“Mutiara ular ajaib yang sangat sakti, sudah tertidur untuk puluhan ribu tahun, hari ini berhasil melepaskan diri dari sihir Penguasa Tiga Alam terbangun dan menuju ke dunia manusia, mungkin akan membawa ancaman untuk langit dan bumi, Dewa Tai Bai Jin, Dewi Kwan Im, kalian pergi dan carilah keberadaan mutiara ular ajaib tersebut, begitu merasakan kemunculan kekuatan mutiara ular tersebut, segera laporkan padaku, kita harus menghancurkannya saat kekuatannya masih lemah.”
Terdengar suara yang begitu tegas dan berwibawa.
“Baiklah, Kaisar Langit.”
Dewa Tai Bai Jin dan Dewi Kwan Im yang duduk diatas teratai menjawab.
Ketika keduanya pergi, Kaisar Langit kemudian mendesah ringan.
Para dewa saling bertatapan, siapa yang tidak tahu mutiara ular ajaib berasal dari langit dan bumi, sifat asli mutiara ajaib juga setengah baik dan setengah jahat, oleh karena itu selama puluhan ribu tahun Penguasa Tiga Alam menyihirnya, tujuannnya agar bisa mengubah mutiara ular ajaib, memusnahkan sifat jahatnya.
Sekarang mutiara ular ajaib telah terlepas dari kekuatan sihir dan menghilang entah kemana, siapa yang tahu apakah keberuntungan atau bencana yang akan dibawanya.
Novel Terkait
Sederhana Cinta
Arshinta Kirania PratistaMore Than Words
HannyCinta Pada Istri Urakan
Laras dan GavinCinta Yang Terlarang
MinnieThe Richest man
AfradenThe Serpent King Affection×
- Bab 1 Didorong ke Jurang (1)
- Bab 1 Didorong ke Jurang (2)
- Bab 2 Terbaring di Atas Tubuh Ular
- Bab 3 Berguling ke Bawah Gunung
- Bab 4 Hei Wanita, Kau Sudah Membuat Masalah Besar Dengan Aku Sang Raja
- Bab 5 Dikelilingi Ular
- Bab 6 Hidup atau Mati
- Bab 7 Terpesona
- Bab 8 Terpancing
- Bab 9 Istana Megah
- Chapter 10 Perlakuan Istimewa
- Chapter 11 Wanita Cantik dari Lukisan Kuno
- Chapter 12 Bisa Lebih Terbuka Lagi
- Chapter 13 Menetap dengan Tenang
- Chapter 14 Tidur Bersama Ular Raksasa
- Chapter 15 Menantang Ular Raksasa
- Bab 16 Tolong Jangan Makan Aku
- Bab 17 Apakah Kamu Menyukai Bentukku Yang Seperti Ini?
- Bab 18 Gagal Kabur
- Bab 19 Janji Tidak Akan Kabur Lagi
- Bab 20 Apakah Kau Benar-Benar Raja Ular?
- Bab 21 Marah
- Bab 22 Senyumanmu Sangat Cantik
- Bab 23 Iri, Cemburu, Dan Benci
- Bab 24 Dibohongi Untuk Keluar
- Bab 25 Pertolongan Dari Ular Putih Kecil
- Bab 26 Pelayan Ular Memohon Ampun
- Bab 27 Memaafkan
- Bab 28 Pikiran Yang Lain
- Bab 29 Berbohong Untuk Kebaikan
- Bab 30 Ini Juga Bisa Terlihat
- Bab 31 Mencari Kesempatan Membunuhnya
- Bab 32 Ditipu ke Dasar Danau
- Bab 33 Hampir Mati Tenggelam
- Bab 34 Mutiara Ular
- Bab 35 Selamat
- Bab 36 Bertemu Ular Putih
- Bab 37 Berjanji Menolong Ular Putih
- Bab 38 Apa Panggilan Ini Pantas
- Bab 39 Senyumannya Mengalihkan Duniaku
- Bab 40 Pertemuan yang Terlambat
- Bab 41 Tidak Tahan Akan Rasa Kesepian
- Bab 42 Pergi Jalan-Jalan
- Bab 43 Perkataan Sindiran
- Bab 44 Amarah Langsung Membara
- Bab 45 Merusak Paras Wajah
- Bab 46 Apakah Pria Ini Vegetarian
- Bab 47 Akan Membuat Mereka Mati Mengenaskan
- Bab 48 Merobek Kulit Wajah
- Bab 49 Meninggalkan Sebuah Bekas Luka
- Bab 50 Dimanjakan
- Bab 51 Kamu Jadi Pacarku Saja
- Bab 52 Mengikuti Pemilihan Selir
- Bab 53 Aku Hanya Orang Yang Sekadar Lewat
- Bab 54 Memasukkan Afrodisiak Ke Dalam Anggur
- Bab 55 Ular Kuning Loreng Yang Besar
- Bab 56 Raja ular, aku ingin, aku menginginkannya
- Bab 57 Akan Menunggu Sampai Hari Itu Tiba Untuk Menyentuhmu
- Bab 58 Ingin Tebusan Darimu
- Bab 59 Meninggalkan Istana Ular
- Bab 60 Perbedaan Kemampuan
- Bab 61 Dibawa Ke Hutan Bambu
- Bab 62 Menanti Pertemuan Denganmu Di Hutan Bambu
- Bab 63 Menyesal Tidak Seharusnya Mengancam Dirinya
- Bab 64 Lepaskan, Raja Memperbolehkanmu untuk Melepaskannya
- Bab 65 Jangan Malu, Bukankah Ini Hanya Mandi
- Bab 66 Mengubah Tubuh
- Bab 67 Diri yang Baru
- Bab 68 Sayangnya Tidak Ada Jika
- Bab 69 Mengantarkan Hadiah
- Bab 70: Bunda Mo Memberikan Anggur
- Bab 71: Bangun Dalam Keadaan Sudah Meninggal
- Bab 72 Mati Dalam Mimpi
- Bab 73 Aduh, Bisa Tidak Jangan Berbicara Terlalu Frontal?
- Bab 74 Suamiku Terlalu Menarik
- Bab 75 Berlilitan Tanpa Henti
- Bab 76 Telah Hamil
- Bab 77 Sang Anak Telah Tiada
- Bab 78 Tidak Berhak Untuk Tetap Disisinya
- Bab 79 Pertengkaran Kami Yang Pertama Kali
- Bab 80 Penemanian Para Wanita
- Bab 81 Kesakitan Yang Mendalam
- Bab 82 Lupa Ingatan Setelah Mabuk
- Bab 83 Selir
- Bab 84 Ketidak Hadiran Pengantin Pria
- Bab 85 Dia Malah Berada Di Ranjangku Saat Malam Pertamanya Dengan Wanita Lain
- Bab 86 Pergi Tanpa Berpamitan
- Bab 87 Membunuh Ular Dan Menjarah Kantong Empedu
- Bab 88 Menghadapi Jalan Buntu
- Bab 89 Penuh Siasat Licik
- Bab 90 Jatuh Ke Jurang
- Bab 91 Jatuh Ke Pelukannya
- Bab 92 Seorang Pria Yang Hangat
- Bab 93 Menghalangi Perjalanan
- Bab 94 Di Dalam Gunung Besar Terdapat Rumah Orang.
- Bab 95 Mimpi Yang Menyeramkan
- Bab 96 Monster Air Di Tengah Sungai.
- Bab 97 Dipaksa Menikah
- Bab 98 Datang Bulan
- Bab 99 Bolehkah Tidak Sebaik Hati Ini?
- Bab 100 Menginap di Desa
- Bab 101 Monster Pemakan Manusia
- Bab 102 Sangat Hebat
- Bab 103 Minum Racun Kalajengking
- Bab 104 Kalau Tidak Senang Sini Gigit Aku
- Bab 105 Jatuh Cinta Pada Pandangan Pertama
- Bab 106 Tujuan Tertentu
- Bab 107 Adegan Tersebut, Melukai Hatiku
- Bab 108 Siluman Kalajengking Beracun
- Bab 109 Padang Salju
- Bab 110 Sejak Kapan Belajar Menjilat Orang
- Bab 111 Keras Kepala
- Bab 112 Hua Tuo di Namsan
- Bab 113 Ada Syaratnya
- Bab 114 Monster Ganas
- Bab 115 Berjanji Memberi Pengobatan
- Bab 116 Mengambil Air Bekas Mandi Peri
- Bab 117 Dua Wanita Cabul
- Bab 118 Boneka Ginseng Berusia Seribu Tahun
- Bab 119 Bercinta
- Bab 120 Keracunan
- Bab 121 Tersipu Malu
- Bab 122 Tertangkap
- Bab 123 Pantang Menyerah
- Bab 124 Mengecap Dengan Besi Panas
- Bab 125 Memohon Padanya
- Bab 126 Rasa Malu
- Bab 127 Pertemuan
- Bab 128 Berpura-Pura Mati
- Bab 129 Bunuh Diri
- Bab 130 Tidak Bisa Kabur
- Bab 131 Paksaan
- Bab 132 Membutakan Sepasang Mata
- Bab 133 Dijual Ke Rumah Bordil
- Bab 134 Ular Hijau Menyelamatkanku
- Bab 135 Dosa Yang Mengerikan
- Bab 136 Hamil Lagi
- Bab 137 Kembali Bersama Suamiku
- Bab 138 Mengambil Mata
- Bab 139 Pulang Ke Istana Ular
- Bab 140 Memanjakan
- Bab 141 Jatuh Cinta Diam-Diam
- Bab 142 Bertengkar Demi Keinginan
- Bab 143 Jika Suatu Hari Nanti, Raja Tidak Ada Di Sisimu
- Bab 144 Pemikiran Lain
- Bab 145 Mencari Kesempatan Untuk Menyerang.
- Bab 146 Terjatuh Kedalam Air.
- Bab 147 Tidak Meninggal.
- Bab 148 Berpura-pura Menyalahkan Diri Sendiri.
- Bab 149 Menempel Padanya.
- Bab 150 Pengakuan Ditolak
- Bab 151 Kembali Kealam Manusia
- Bab 152 Kita Akan Berpisah
- Bab 153 Kepergian Dia
- Bab 154 Dikeluarkan Dari Istana Ular
- Bab 155 Tujuh Bayi Ular
- Bab 156 Mutiara Ular Ajaib
- Bab 157 Para Bayi Ingin Minum Susu
- Bab 158 Mencari Bayi Ular
- Bab 159 Anak-anakku
- Bab 160 Sendiri Mencari Susu Untuk Diminum
- Bab 161 Menjaga Ibu dan Anak Kami
- Bab 162 Kebencian Karena Cinta
- Bab 163 Dunia Ular Dikendalikan
- Bab 164 Cinta Berubah Menjadi Luka
- Bab 165 Bayi Ular Terselamatkan
- Bab 166 Raja Ular, Aku Akan Terus Menunggumu, Selamanya