The Serpent King Affection - Bab 84 Ketidak Hadiran Pengantin Pria
"Ini......"
Ular Putih Kecil memiringkan kepala merenung sejenak, tetap tidak terpikirkan alasan apa yang telah membuat Nona dan Raja Ular menjadi saling berselisih.
Ular Putih Kecil menggeleng-gelengkan kepala, dia sama sekali tidak terpikirkan apapun.
"Susan, coba pikirkanlah baik-baik, pasti ada sesuatu yang telah terjadi, baru bisa membuat Raja Ular dan Nona Isabelle bertengkar."
Penjaga Andrew Bai berkata sambil melihat ekspresi dari Ular Putih Kecil.
"Aku ingat, hari itu Bunda Mo telah menyuruh seseorang untuk membawa Nona pergi sejenak ke Paviliun Malige, Nona telah menjadi tidak senang semenjak kembali dari sana, bahkan Raja Ular juga tidak menghiraukannya, lalu selanjutnya, Raja Ular dan Nona telah bertengkar."
Akhirnya Ular Putih Kecil telah mengingat kunci utamanya.
Ternyata seperti itu, terus merasa heran mengapa Raja Ular dan Nona Isabelle bisa tiba-tiba bertengkar, pasti Bunda Mo terlibat dalam hal ini, mungkin saja Bunda Mo telah mengatakan sesuatu ataupun telah melakukan sesuatu terhadap Nona Isabelle, baru Nona Isabelle bisa tiba-tiba berubah, harus diketahui, Bunda Mo dari awal terus menentang Raja Ular menjadikan bangsa manusia menjadi seorang permaisuri, dengan Raja Ular meminang permaisuri lagi, bukankah telah sesuai dengan kemauan Bunda Mo.
"Apakah maksud dari Penjaga Andrew Bai adalah, Bunda Mo telah mengatakan sesuatu terhadap Nona, makanya Nona bisa merasa tidak senang."
Tanpa sadar, Ular Putih Kecil juga mulai merasa hanya ada alasan ini yang membuat Nona tidak senang.
Penjaga Andrew Bai menganggukkan kepala.
"Jadi, kita harus bagaimana, Raja Ular dan Nona jelas-jelas saling mencintai, tapi sekarang, Raja Ular akan segera meminang seorang permaisuri lagi."
Ular Putih Kecil mulai merasa sangat panik.
"Aku akan mengatakan hal ini kepada Raja Ular, Susan, kamu jagalah Nona Isabelle dengan baik."
Penjaga Andrew Bai menggunakan perkataan yang menenangkan terhadap Ular Putih Kecil.
Ular Putih Kecil menurutinya dan menganggukkan kepala, masalah telah menjadi seperti ini, saat ini hanya bisa seperti ini saja.
Ketika mendengar kabar dimana sang suami akan segera meminang lagi, dan acara pernikahannya akan diadakan lusa hari, aku tetap merasa hampir tumbang, dan semua ini, merupakan hal yang kuakibatkan sendiri. Akulah yang mendorongnya menuju pelukan wanita lain, saat ini, apa gunanya merasa sedih, aku menggigit bibir, bahkan ketika bibir telah kugigit sampai terluka, aku tidak merasa kesakitan apapun.
Masih ada rasa sakit apa yang lebih sakit dibandingkan sakit hati.
"Raja Ular, hamba......"
"Penjaga Andrew Bai, apakah kabar aku akan segera menikah ini, telah diketahui oleh Isabelle."
Penjaga Andrew Bai awalnya ingin mengatakan hal tentang Nona Isabelle pernah dipanggil ke Paviliun Malige, tapi sebelum dia sempat mengatakannya, perkataannya telah dipotong oleh Raja Ular, terlihat jelas, Raja Ular masih begitu peduli terhadap Nona Isabelle, alasan kenapa dia meminang lagi, semuanya hanya sekedar karena emosi besar saja.
"Nona Isabelle, dia telah mendengarnya."
Penjaga Andrew bai mengatakan dengan hormat.
"Jadi apakah dia mengatakan sesuatu?"
Raja Ular dengan tidak sabaran menanyakan Penjaga Andrew Bai, ingin mencoba mengerti bagaimana kepedulian Isabelle terhadap dirinya, hanya saja perkataan yang dikatakan Penjaga Andrew Bai selanjutnya, membuatnya merasa kecewa hingga tingkat puncak.
"Nona Isabelle diam saja, tidak mengatakan apapun."
Penjaga Andrew Bai menjawab dengan jujur, tapi perkataan ini malah membuat Austin Ye si Raja Ular merasa sangat sakit hati.
"Kamu keluarlah."
Suara sang pria yang rendah berkata, mengandung kemurungan yang pekat, apakah Isabelle Yao telah benar-benar tidak mencintai dirinya lagi, bahkan dia sampai tidak merasakan apapun ketika dirinya akan segera menikah lagi, hatinya sungguh sakit, dia hanya ingin menyendiri sendirian, tidak ingin diganggu oleh siapapun.
"Baik, hamba pamit keluar."
Melihat suasana hati Raja Ular yang berubah menjadi tidak baik, Penjaga Andrew Bai tidak berani berkata terlalu banyak, dia hanya bisa keluar,dalam hati berpikir, dia akan mengatakan hal ini ketika suasana hati Raja Ular telah membaik.
Tapi, dalam waktu dua hari ini, Penjaga Andrew Bai sama sekali tidak memiliki kesempatan seperti ini lagi.
Dua hari ini, pria menawan terus menanti, menanti Isabelle akan datang menemuinya, menghalanginya meminang permaisuri, tapi, harapan terakhirnya tetap hancur, Isabelle Yao tetap tidak pernah pergi melihatnya dari awal, bahkan sekali pun tidak pernah.
Sedangkan di sisi lain, aku yang begitu sakit hati, tidak lagi secantik seperti biasanya, mata yang membengkak merah, wajah yang pucat pasi, rambut yang berantakan terurai begitu saja di depan dada, sungguh sangat berantakan.
"Nona, Susan baru saja membuat makanan bernutrisi, Nona makanlah sedikit, Nona telah tidak makan dan tidur beberapa hari ini, kalau seperti ini terus, tubuh Nona akan hancur."
Susan membawakan sebuah makanan bernutrisi dan berjalan sampai ke sisiku, berkata dengan khawatir terhadap diriku yang terus duduk di atas ranjang tidak mengatakan apapun, sama sekali tidak bergerak, dan hanya terus mengalirkan air mata.
Aku menggeleng-gelengkan kepala, matanya terus melihat ke depan tanpa berkedip, air mata mulai mengalir sekali lagi, kalau aku tidak salah ingat, hari ini adalah hari dimana dia akan meminang permaisuri, setelah melewati hari ini, aku tidak akan memiliki apapun lagi, tidak akan memiliki apapun lagi.
"Nona, kamu jangan seperti ini, Susan memohon terhadapmu, Nona makanlah sedikit."
Susan mengambil sesendok sup dan mengarahkannya ke mulutku, tapi diriku yang sama sekali tidak berselera makan tetap tidak membuka mulut.
"Nona jangan bersikap seperti ini, jangan seperti ini, Susan sangat mengkhawatirkan Nona."
Susan meletakkan mangkuk, bersandar di kedua kakiku dan mulai menangis, aku tahu, selain suamiku sang Raja Ular, Susan adalah orang yang paling bersikap baik terhadapku, aku mengelus rambutnya, sama seperti saat saudari-saudariku sedang menemaniku disaat kesedihanku, air mata mengalir semakin deras.
Di atas aula, telah terbentang karpet merah di lantai, Bunda Mo memakai busana merah yang megah dan duduk di tempat paling tinggi, terlihat lebih anggun mempesona, di bawah, empat wanita cantik yang berbusana serba merah dan bertudung merah berdiri dengan rapi di atas karpet merah, di sisi kiri dan kanan masing-masing telah berdiri para pelayan yang juga memakai busana merah, terlihat begitu megah.
"Penjaga Andrew Bai, dimana Raja Ular?"
Suara wanita yang datar menanyakan, di dalam upacara pernikahan ini, bagaimana mungkin bisa mengadakannya tanpa keberadaan pengantin pria, semua hal telah dipersiapkan dengan baik, saat ini hanya kekurangan kehadiran pengantin pria saja.
"Menjawab pertanyakan Bunda Mo, Hamba belum bertemu dengan Raja Ular dari pagi hari hingga sekarang."
Penjaga Andrew Bai menjawab dengan tidak panik, perkataan mengandung rasa hormat.
"Kamu coba pergi carikan, panggil dia untuk segera datang."
Bagaimana bisa mengadakan upacara ini dengan tanpa kehadiran sang pengantin pria, Bunda Mo memang tidak mengatakannya, tapi hatinya sangat merasa tidak senang.
"Baik."
Penjaga Andrew Bai menjawab dengan hormat, lalu pergi mencari Raja Ular, sisanya, sedang menunggu Penjaga Andrew Bai membawa Raja Ular datang.
Lagipula Austin Ye sang Raja Ular, sama sekali tidak ingin meminang permaisuri, dari awal dalam hatinya hanya ada Isabelle Yao seorang, hanya saja perubahan Isabelle Yao yang tiba-tiba ini, membuatnya merasa sangat sedih, dirinya mengira Isabelle Yao akan datang menemuinya ketika mendengar kabar dia akan meminang lagi, datang untuk menghalanginya, ataupun melakukan sesuatu yang lain juga sangat bagus, asalkan bisa membuktikan bahwa dalam hati Isabelle Yao masih ada dirinya saja.
Tapi Isabelle Yao tidak datang, ini dengan pasti akan membuatnya menjadi semakin sakit hati, di sebuah tempat dalam Istana Ular, sebuah sosok bayang seorang pria yang menawan dengan busana hitam panjang sedang bersandar di sebuah pilar yang terukir dengan gambar naga dan phoenix, di tangan yang putih panjang sedang menggenggam sekendi anggur, wajah tampannya mengandung kesedihan, bola mata yang hitam gelap sedang mengamati pemandangan depan, tidak tahu apa yang sedang dipikirkannya.
Bagaikan seorang pangeran yang sedang merasakan kepiluan, membuat ribuan wanita cantik merasa sedih.
Dia tertawa dingin, menertawakan dirinya sendiri yang menjadi seperti ini demi seorang wanita, dirinya bisa saja tidak menghiraukan Isabelle Yao, karena ada begitu banyak wanita yang sedang menantikannya, tapi, dirinya malah tidak mampu untuk melepaskannya.
Dia telah mengerti apa yang dimaksud dengan seorang pahlawan sulit melewati cobaan dalam hal wanita.
Sebuah suara yang terdengar telah menghancurkan perenungan sang pria, mengangkat tangan, meminum anggur, beberapa hari ini, dia sendiri pun tidak tahu seberapa banyak kendi anggur yang telah diminumnya, berapa kali hatinya telah merasa sakit,
"Jangan menggangguku."
Penjaga Andrew Bai baru saja berjalan mendekat, langsung terdengar suara Raja Ular yang dingin, sekejab mata kemudian, Raja Ular langsung menghilang, di lorong telah tidak ada seorang pun, hanya menyisakan aroma anggur yang memenuhi daerah sekitar, itu merupakan sebuah aroma yang menyedihkan.
Penjaga Andrew Bai menggeleng-gelengkan kepala, menghela nafas, dia sangat mengerti Raja Ular.
"Lapor terhadap Bunda Mo, hamba telah mencari ke seluruh daerah, tapi tetap tidak bisa menemukan Raja Ular."
Ucapan yang dikatakan dengan penuh hormat, Penjaga Andrew Bai terpaksa berbohong, dia adalah orang Raja Ular, Raja Ular tidak ingin muncul, maka dia akan menganggap tidak pernah melihat apapun.
"Yang benar saja, Austin ini semakin lama semakin tidak karuan, pengawal, antar dulu para wanita kembali ke kamar, yang lainnya pergi mencari Raja Ular."
Novel Terkait
Everything i know about love
Shinta CharityLove In Sunset
ElinaIstri Yang Sombong
JessicaLoving The Pain
AmardaDoctor Stranger
Kevin WongUangku Ya Milikku
Raditya DikaGaun Pengantin Kecilku
Yumiko YangThe Serpent King Affection×
- Bab 1 Didorong ke Jurang (1)
- Bab 1 Didorong ke Jurang (2)
- Bab 2 Terbaring di Atas Tubuh Ular
- Bab 3 Berguling ke Bawah Gunung
- Bab 4 Hei Wanita, Kau Sudah Membuat Masalah Besar Dengan Aku Sang Raja
- Bab 5 Dikelilingi Ular
- Bab 6 Hidup atau Mati
- Bab 7 Terpesona
- Bab 8 Terpancing
- Bab 9 Istana Megah
- Chapter 10 Perlakuan Istimewa
- Chapter 11 Wanita Cantik dari Lukisan Kuno
- Chapter 12 Bisa Lebih Terbuka Lagi
- Chapter 13 Menetap dengan Tenang
- Chapter 14 Tidur Bersama Ular Raksasa
- Chapter 15 Menantang Ular Raksasa
- Bab 16 Tolong Jangan Makan Aku
- Bab 17 Apakah Kamu Menyukai Bentukku Yang Seperti Ini?
- Bab 18 Gagal Kabur
- Bab 19 Janji Tidak Akan Kabur Lagi
- Bab 20 Apakah Kau Benar-Benar Raja Ular?
- Bab 21 Marah
- Bab 22 Senyumanmu Sangat Cantik
- Bab 23 Iri, Cemburu, Dan Benci
- Bab 24 Dibohongi Untuk Keluar
- Bab 25 Pertolongan Dari Ular Putih Kecil
- Bab 26 Pelayan Ular Memohon Ampun
- Bab 27 Memaafkan
- Bab 28 Pikiran Yang Lain
- Bab 29 Berbohong Untuk Kebaikan
- Bab 30 Ini Juga Bisa Terlihat
- Bab 31 Mencari Kesempatan Membunuhnya
- Bab 32 Ditipu ke Dasar Danau
- Bab 33 Hampir Mati Tenggelam
- Bab 34 Mutiara Ular
- Bab 35 Selamat
- Bab 36 Bertemu Ular Putih
- Bab 37 Berjanji Menolong Ular Putih
- Bab 38 Apa Panggilan Ini Pantas
- Bab 39 Senyumannya Mengalihkan Duniaku
- Bab 40 Pertemuan yang Terlambat
- Bab 41 Tidak Tahan Akan Rasa Kesepian
- Bab 42 Pergi Jalan-Jalan
- Bab 43 Perkataan Sindiran
- Bab 44 Amarah Langsung Membara
- Bab 45 Merusak Paras Wajah
- Bab 46 Apakah Pria Ini Vegetarian
- Bab 47 Akan Membuat Mereka Mati Mengenaskan
- Bab 48 Merobek Kulit Wajah
- Bab 49 Meninggalkan Sebuah Bekas Luka
- Bab 50 Dimanjakan
- Bab 51 Kamu Jadi Pacarku Saja
- Bab 52 Mengikuti Pemilihan Selir
- Bab 53 Aku Hanya Orang Yang Sekadar Lewat
- Bab 54 Memasukkan Afrodisiak Ke Dalam Anggur
- Bab 55 Ular Kuning Loreng Yang Besar
- Bab 56 Raja ular, aku ingin, aku menginginkannya
- Bab 57 Akan Menunggu Sampai Hari Itu Tiba Untuk Menyentuhmu
- Bab 58 Ingin Tebusan Darimu
- Bab 59 Meninggalkan Istana Ular
- Bab 60 Perbedaan Kemampuan
- Bab 61 Dibawa Ke Hutan Bambu
- Bab 62 Menanti Pertemuan Denganmu Di Hutan Bambu
- Bab 63 Menyesal Tidak Seharusnya Mengancam Dirinya
- Bab 64 Lepaskan, Raja Memperbolehkanmu untuk Melepaskannya
- Bab 65 Jangan Malu, Bukankah Ini Hanya Mandi
- Bab 66 Mengubah Tubuh
- Bab 67 Diri yang Baru
- Bab 68 Sayangnya Tidak Ada Jika
- Bab 69 Mengantarkan Hadiah
- Bab 70: Bunda Mo Memberikan Anggur
- Bab 71: Bangun Dalam Keadaan Sudah Meninggal
- Bab 72 Mati Dalam Mimpi
- Bab 73 Aduh, Bisa Tidak Jangan Berbicara Terlalu Frontal?
- Bab 74 Suamiku Terlalu Menarik
- Bab 75 Berlilitan Tanpa Henti
- Bab 76 Telah Hamil
- Bab 77 Sang Anak Telah Tiada
- Bab 78 Tidak Berhak Untuk Tetap Disisinya
- Bab 79 Pertengkaran Kami Yang Pertama Kali
- Bab 80 Penemanian Para Wanita
- Bab 81 Kesakitan Yang Mendalam
- Bab 82 Lupa Ingatan Setelah Mabuk
- Bab 83 Selir
- Bab 84 Ketidak Hadiran Pengantin Pria
- Bab 85 Dia Malah Berada Di Ranjangku Saat Malam Pertamanya Dengan Wanita Lain
- Bab 86 Pergi Tanpa Berpamitan
- Bab 87 Membunuh Ular Dan Menjarah Kantong Empedu
- Bab 88 Menghadapi Jalan Buntu
- Bab 89 Penuh Siasat Licik
- Bab 90 Jatuh Ke Jurang
- Bab 91 Jatuh Ke Pelukannya
- Bab 92 Seorang Pria Yang Hangat
- Bab 93 Menghalangi Perjalanan
- Bab 94 Di Dalam Gunung Besar Terdapat Rumah Orang.
- Bab 95 Mimpi Yang Menyeramkan
- Bab 96 Monster Air Di Tengah Sungai.
- Bab 97 Dipaksa Menikah
- Bab 98 Datang Bulan
- Bab 99 Bolehkah Tidak Sebaik Hati Ini?
- Bab 100 Menginap di Desa
- Bab 101 Monster Pemakan Manusia
- Bab 102 Sangat Hebat
- Bab 103 Minum Racun Kalajengking
- Bab 104 Kalau Tidak Senang Sini Gigit Aku
- Bab 105 Jatuh Cinta Pada Pandangan Pertama
- Bab 106 Tujuan Tertentu
- Bab 107 Adegan Tersebut, Melukai Hatiku
- Bab 108 Siluman Kalajengking Beracun
- Bab 109 Padang Salju
- Bab 110 Sejak Kapan Belajar Menjilat Orang
- Bab 111 Keras Kepala
- Bab 112 Hua Tuo di Namsan
- Bab 113 Ada Syaratnya
- Bab 114 Monster Ganas
- Bab 115 Berjanji Memberi Pengobatan
- Bab 116 Mengambil Air Bekas Mandi Peri
- Bab 117 Dua Wanita Cabul
- Bab 118 Boneka Ginseng Berusia Seribu Tahun
- Bab 119 Bercinta
- Bab 120 Keracunan
- Bab 121 Tersipu Malu
- Bab 122 Tertangkap
- Bab 123 Pantang Menyerah
- Bab 124 Mengecap Dengan Besi Panas
- Bab 125 Memohon Padanya
- Bab 126 Rasa Malu
- Bab 127 Pertemuan
- Bab 128 Berpura-Pura Mati
- Bab 129 Bunuh Diri
- Bab 130 Tidak Bisa Kabur
- Bab 131 Paksaan
- Bab 132 Membutakan Sepasang Mata
- Bab 133 Dijual Ke Rumah Bordil
- Bab 134 Ular Hijau Menyelamatkanku
- Bab 135 Dosa Yang Mengerikan
- Bab 136 Hamil Lagi
- Bab 137 Kembali Bersama Suamiku
- Bab 138 Mengambil Mata
- Bab 139 Pulang Ke Istana Ular
- Bab 140 Memanjakan
- Bab 141 Jatuh Cinta Diam-Diam
- Bab 142 Bertengkar Demi Keinginan
- Bab 143 Jika Suatu Hari Nanti, Raja Tidak Ada Di Sisimu
- Bab 144 Pemikiran Lain
- Bab 145 Mencari Kesempatan Untuk Menyerang.
- Bab 146 Terjatuh Kedalam Air.
- Bab 147 Tidak Meninggal.
- Bab 148 Berpura-pura Menyalahkan Diri Sendiri.
- Bab 149 Menempel Padanya.
- Bab 150 Pengakuan Ditolak
- Bab 151 Kembali Kealam Manusia
- Bab 152 Kita Akan Berpisah
- Bab 153 Kepergian Dia
- Bab 154 Dikeluarkan Dari Istana Ular
- Bab 155 Tujuh Bayi Ular
- Bab 156 Mutiara Ular Ajaib
- Bab 157 Para Bayi Ingin Minum Susu
- Bab 158 Mencari Bayi Ular
- Bab 159 Anak-anakku
- Bab 160 Sendiri Mencari Susu Untuk Diminum
- Bab 161 Menjaga Ibu dan Anak Kami
- Bab 162 Kebencian Karena Cinta
- Bab 163 Dunia Ular Dikendalikan
- Bab 164 Cinta Berubah Menjadi Luka
- Bab 165 Bayi Ular Terselamatkan
- Bab 166 Raja Ular, Aku Akan Terus Menunggumu, Selamanya