The Serpent King Affection - Bab 2 Terbaring di Atas Tubuh Ular

Tak tahu tertidur berapa lama, aku merasa sedikit kedinginan, udara di sekitarku sungguh dingin, aku ingin menarik selimut untuk menutupi tubuhku, kedua tanganku terus meraba-raba untuk mencari letak selimutku, namun aku tak menemukan apa-apa, jangan-jangan, aku bukan tidur di atas ranjangku? Akhirnya aku pun terbangun.

Aku membuka kedua mataku, tempat ini sedikit gelap, tapi aku masih bisa melihat keadaan sekitar dengan jelas, aku berbaring di atas batu hitam besar, sekelilingku dipenuhi dengan pohon-pohon besar yang rimbun, daun-daun pohon itu menutupi cahaya matahari yang masuk ke tempat itu, makanya tempat itu terlihat sangat gelap.

Di mana aku ini? Karena baru sadar, otakku terasa sedikit rabun, aku mencoba mengingat kejadian yang terjadi sebelumnya.

Aku didorong oleh pacar dan sahabatku ke jurang!

Seketika, kejadian-kejadian tadi pun terbesit dalam otakku seperti film di dalam bioskop.

Aku sangat kesal, kalau aku sekarang ini sudah menjadi hantu, aku pasti akan membalas perbuatan mereka, aku akan membunuh pria dan wanita jalang itu.

Tapi apa aku mati? Aku berpikir sambil mencubit lenganku sendiri, dan rasa sakit ini memberitahuku, kalau aku belum mati.

Terjatuh dari jurang yang curam seperti itu dan tidak mati, rasanya tidak mungkin.

Dipikir-pikir, ketidakmatianku mungkin ada hubungannya dengan batu ini, karena batu ini sama sekali tidak keras, aku yang duduk di atasnya merasa batu ini agak sedikit kenyal dan empuk.

Kalau aku mau berpikir lebih panjang lagi, mana mungkin benda yang kenyal dan empuk itu adalah batu......

Tapi aku sekarang sama sekali tidak ingin berpikir kenapa batu ini terasa begitu nyaman, aku hanya merasa perutku sedikit sakit, aku merasa ada sesuatu yang hangat mengalir dari dalam tubuhku.

Anak, anakku, saat aku menyadari anakku sudah tiada, hatiku terasa sakit seperti disayat-sayat.

Perasaanku saat ini jauh lebih sakit dibandingkan kalau aku mati, anakku sudah tiada, pacarku juga sudah tiada, aku tak punya apa-apa lagi, aku sudah kehilangan semuanya, untuk apa aku hidup.

Ya Tuhan, kenapa kau tidak membiarkanku mati saja, aku sungguh tidak bisa menerima semua cobaan ini, di dalam hatiku kini hanya ada rasa benci dan rasa sakit, semua saat-saat bahagia yang kita lewati bersama hancur berkeping-keping saat ini juga, akhirnya aku tak kuasa menahan emosiku, aku pun menangis.

Kalau aku tahu suara tangisanku akan membangunkan seekor ular python yang sedang tertidur, aku tak akan menangis.

Di dalam kegelapan. seekor ular python yang tertidur selama beribu-ribu tahun pun membuka matanya, ia masih belum cukup tidur, tapi malah dibangunkan oleh suara tangisan seorang wanita, dan wanita ini mengotori sekujur tubuhnya dengan darahnya, juga ingus dan air matanya yang terus menetes di atas tubuhnya, ular python itu pun marah, kedua matanya yang bercahaya itu menatapku itu dengan dingin.

Aku sama sekali tidak merasakan bahaya, aku hanya merasa semakin sedih dan hanya ingin terus menangis, sampai akhirnya aku pun merasakan kalau batu di bawahku ini mulai berubah.

Batu ini bergerak, aku yang duduk di atasnya pun mulai bergoncang-goncang.

Gempa? Aku tak ingin menangis lagi, lalu mengusap air mataku dan melihat batu yang ada di bawahku itu.

Tidak mungkin, kenapa batu bisa bergerak! Dan kejadian yang kulihat setelah itu sungguh membuatku terkejut bukan kepalang!

Di dalam kegelapan, sebuah kepala yang sungguh besar berdiri perlahan-lahan, kedua mata yang berkilauan itu menatap ke arahku.

U... U... Ular!

Saat ini, aku hanya bisa memikirkan kata itu.

Ternyata aku terjatuh ke atas tubuh seekor ular python raksasa, makanya aku tidak mati! Batu apanya.

Kepala ular itu mendekat ke arahku, aku bisa merasakan nafas ular itu yang dihembuskan ke wajahku.

Aku sungguh ketakutan, bulu kudukku berdiri tegak, dan masih ada yang lebih menakutkan lagi di belakangnya.

Ular itu membuka mulutnya lebar-lebar di hadapanku, orang bodoh pun tahu kalau sebentar lagi ia pasti akan dilahap habis.

Ya Tuhan! Bisakah tidak seekstrim ini, jantungku bisa melompat keluar kalau seperti ini.

"Tolong! Ada siluman ular!"

Akhirnya, aku pun berteriak, tapi tidak pingsan di saat seperti ini, kalau aku dimakan ular ini saat aku pingsan, rasanya pasti akan lebih baik daripada melihat dengan mata kepala sendiri dan ketakutan seperti ini, apa aku tidak bisa diberikan pilihan lain sebelum aku mati?

Novel Terkait

Unplanned Marriage

Unplanned Marriage

Margery
Percintaan
5 tahun yang lalu
Thick Wallet

Thick Wallet

Tessa
Serangan Balik
4 tahun yang lalu
More Than Words

More Than Words

Hanny
Misteri
4 tahun yang lalu
Adieu

Adieu

Shi Qi
Kejam
5 tahun yang lalu
The Revival of the King

The Revival of the King

Shinta
Peperangan
4 tahun yang lalu
Love Is A War Zone

Love Is A War Zone

Qing Qing
Balas Dendam
5 tahun yang lalu
Too Poor To Have Money Left

Too Poor To Have Money Left

Adele
Perkotaan
4 tahun yang lalu
King Of Red Sea

King Of Red Sea

Hideo Takashi
Pertikaian
4 tahun yang lalu