The Serpent King Affection - Bab 111 Keras Kepala

Wajah pria di dalam peti kristal itu sangat tampan. Ia mengenakan jas biru dan terbaring tenang. Pria itu sudah meninggal, jadi jelas ia tidak menyadari sama sekali kesedihan wanita barusan.

“Suamiku, aku tidak akan membiarkan mereka masuk ke area ini. Akut idak akan membiarkan jasadmu membusuk, kamu harus selamanya bersamaku,” ujar wanita itu sambil menangis tersedu-sedu. Wanita itu kini membaringkan bahu dan kepalanya di atas peti. Pria itu adalah segalanya baginya。

Saat itu juga, ia menyadari empat orang barusan semakin lama semakin dekat dengannya.

“Suamiku, coba lihat, di depan ada gas putih,” ujarku pada Raja Ular.

“Itu area sihir.”

Raja Ular menghentikan langkahnya. Ia mengernyitkan alis menatap gas putih di depan. Penjaga Andrew Bai dan Susan ikut berhenti.

“Apakah itu diciptakan oleh serigala putih barusan?” tebak aku. Padang salju, serigala putih, area sihir, aku rasa semua ini ada hubungannya dengan dia.

“Sangat mungkin ia yang ciptakan. Tetapi area sihir itu tidak akan bisa menghalangiku,” jawab suamiku. Tiba-tiba sebuah sinar emas muncul di hadapan kami.

“Pegangan!”

Wanita dengan pakaian terusan putih tadi lagi-lagi muncul di hadapan kami.

“Kamu seharusnya sadar diri, kekuatan sihirmu terlalu lemah untuk menghalangi kami. Kamu dari tadi keras kepala melarang kami dan berulang kali melawan bukannya cari mati namanya?” tanya suamiku dingin. Aku sudah lepas dari pelukannya, sebab aku takut suamiku akan kesulitan melawan bila wanita itu tiba-tiba menyerang kami dengan kekuatan sihir.

“Kalau pun harus mempertaruhkan nyawa, aku juga tidak akan membiarkan kalian melewati area sihir sini,” jawab wanita itu dingin. Dari tatapannya aku bisa melihat kekerasan hati dan kekukuhan. Kepribadian wanita itu sepertinya sangat keras.

“Nona, kami hanya ingin lewat sebentar ke sana tanpa maksud menggangggu area sihirmu. Bisakah kamu biarkan kami lewat?” tanya aku sambil maju satu langkah. Ia tadi sudah terluka, jadi ia pasti takut bertarung lagi dengan Raja Ular. Kalau ia membiarkan kami lewat, perseteruan kedua akan bisa terelakkan.

“Siapa pun juga tidak boleh lewat. Aku tidak akan membiarkan kalian melewati area sihir di sini.” Kata-kataku tidak berhasil membujuk wanita itu berubah pikiran. Ia menjawab pertanyaanku dengan dingin, lalu menghempaskan kekuatan sihir ke arah kami.

Suamiku langsung sigap mendekapku. Kami berhasil menghindar dari serangan barusan. Sementar itu, Penjaga Andrew Bai dan Ular Putih juga berhasil menghindar dengan cara mengerahkan kekuatan sihir mereka berdua.

Suamiku kemudian memancarkan sinar yang sangat terang ke tubuh wanita itu. Ia sungguh tidak tahan dengan kekuatan sebesar itu dan langsung terkapar di tanah. Dari mulutnya mengalir darah segar. Ia untuk kedua kalinya dikalahkan Raja Ular.

Ketika suamiku ingin menghabisinya agar ia mati, aku langsung menghalanginya.

“Jangan bunuh dia, suamiku!”

Suamiku menatapku lekat-lekat. Ia paham betapa lembutnya hatiku. Di satu sisi, wanita ini sungguh menyebalkan, ia tidak boleh tidak membunuhnya. Tetapi, di sisi lain, yang menghalanginya untuk membunuhnya adalah aku, wanita yang sangat ia cintai. Ia akhirnya memilih mendengarkan permintaanku.

“Isabelle Yao.”

“Nona!”

Melihatku berjalan mendekati wanita itu, Raja Ular langsung berteriak berusaha mencegahku. Ia khawatir wanita itu bisa menyakitiku. Ular Putih Kecil dan Penjaga Andrew Bai yang ada di belakang kami juga sama khawatirnya.

Aku menengok dan memberi mereka isyarat untuk tidak khawatir. Aku terus berjalan mendekatinya.

“Bisa beritahu padaku mengapa kamu memasang area sihir di sini dan tidak mengizinkan kami melewatinya?” tanyaku lembut. Bagiku, ia pasti punya alasan yang kuat hingga berani mengorbankan nyawa hanya untuk mencegah kami berjalan. Aku sungguh ingin tahu alasan itu.

Aku membantunya duduk, tetapi ia terus melawan. Tatapannya was-was.

Ia perlahan menceritakan kisahnya.

“Namaku Melissa Rou, aku seekor serigala salju. Lima ratus tahun lalu aku bertemu pria yang aku suka, lalu kami menikah dan tinggal di padang salju ini. Hidup kami setiap saat sangat bahagia. Kami pernah berjanji akan sehidup semati dan tidak akan pernah meninggalkan satu sama lain, tetapi......” Sampai sini, wajah Melissa Rou langsung berubah muram, “Tetapi, suatu hari, suamiku sakit dan kondisinya semakin lama semakin lemah. Ia terakhir berkata padaku, ia tidak bisa menemaniku lagi. Ia kemudian meninggal. Perasaanku sangat hancur, aku tidak bisa menerima kepergian orang yang kucintai untuk selamanya, jadi aku memakaikan sihir di area ini untuk melindungi mayatnya agar tetap utuh sempurna. Dengan begini aku tidak akan merasa sendirian dan ditinggalkan.”

Mataku langsung berkaca-kaca mendengar cerita Melissa Rou. Aku tersentuh oleh kekuatan cintanya pada suaminya. Aku kini bisa memaklumi alasan ia melarang keras kami melewati area sihirnya.

Ular Putih Kecil kemudian ikut mendekat.

“Nona, ia sungguh wanita yang penyayang ya.”

Ular Putih Kecil juga membasuh air matanya tanpa henti. Ia sungguh tergugah.

Aku berbalik badan, berjalan ke arah Raja Ular, dan menyatakan keputusanku.

“Suamiku, mari kita pulang, kita tidak usah melanjutkan perjalanan lagi.”

Aku bersandar di dadanya. Aku sungguh tidak tega membuat mayat suami Melissa Rou rusak hanya gara-gara kami melewati area sihirnya. Tidak apa-apa kami gagal bertemu Hua Tuo dan selamanya tetap tidak bisa punya anak.

Raja Ular memelukku erat-erat. Ia paling paham suasana hatiku saat ini.

“Kalian lewatlah,” ujar Melissa Rou tiba-tiba.

Aku berbalik badan, dan di hadapanku sudah ada sebongkah peti kristal yang didalamnya terbaring pria yang sangat tampan. Nampaknya itu yang dari tadi dibilang Melissa Rou sebagai mayat suaminya.

“Melissa Rou……”

Aku tidak paham mengapa wanita yang daritadi melarang kami melewati area sihirnya ini tiba-tiba mengizinkan kami lewat.

“Kalian lewat saja, biarlah mayat ini rusak. Aku juga sebentar lagi akan bertemu kembali dengannya kok.”

Melissa Rou muntah darah segar.

“Melissa Rou……” ujarku sambil menepuk-nepuk bahunya.

“Suamiku, aku sudah pernah bilang kita akan selamanya bersama. Tidak boleh ada seorang pun yang pergi.”

Melissa Rou merangkak susah-payah ke samping peti, lalu perlahan berdiri dan memasukkan sekujur tubuhnya ke dalam peti. Ia memeluk erat-erat mayat suaminya, wajahnya tersenyum manis.

Senyum itu, itu senyum kebahagiaan.

“Suamiku, cepat tolong dia.”

Aku tahu Melissa Rou akan segera mati. Melihatnya seperti ini, aku sungguh iba.

Tiba-tiba tubuh Melissa Rou dan mayat suaminya perlahan menghilang ke dasar padang salju. Beberapa saat kemudian mereka berdua sudah sepenuhnya tidak ada lagi di hadapan kami.

“Bagaimana bisa seperti ini, kok Melissa Rou dan mayat suaminya tiba-tiba sekarang hilang?” tanyaku bingung pada Raja Ular. Aku terus memeriksa lapisan salju tempat mereka menghilang barusan.

“Melissa Rou sudah mati. Baginya, ini bukan sesuatu yang buruk. Bahkan kalau kita hari ini tidak melewati area sihirnya, cepat atau lambat pasti akan ada orang yang melewatinya. Baginya, mati saat ini adalah akhir yang paling baik,” jawab suamiku lembut sambil menatapku dengan penuh kasih sayang.

Novel Terkait

Meet By Chance

Meet By Chance

Lena Tan
Percintaan
4 tahun yang lalu
Sederhana Cinta

Sederhana Cinta

Arshinta Kirania Pratista
Cerpen
5 tahun yang lalu
Marriage Journey

Marriage Journey

Hyon Song
Percintaan
4 tahun yang lalu
Cinta Adalah Tidak Menyerah

Cinta Adalah Tidak Menyerah

Clarissa
Kisah Cinta
5 tahun yang lalu
After The End

After The End

Selena Bee
Cerpen
5 tahun yang lalu
Cantik Terlihat Jelek

Cantik Terlihat Jelek

Sherin
Dikasihi
4 tahun yang lalu
Cintaku Yang Dipenuhi Dendam

Cintaku Yang Dipenuhi Dendam

Renita
Balas Dendam
5 tahun yang lalu
Eternal Love

Eternal Love

Regina Wang
CEO
4 tahun yang lalu