The Serpent King Affection - Bab 85 Dia Malah Berada Di Ranjangku Saat Malam Pertamanya Dengan Wanita Lain
Setelah Bunda Mo menyuruh keluar, acara pernikahan telah berkahir begitu saja.
Malam hari di Istana Ular, dimana-mana telah digantungi lampion merah, istana yang begitu luas, beberapa wanita cantik duduk di atas ranjang dengan baik menunggu kepulangan Raja Ular, akhirnya pintu telah terbuka, sebuah aroma yang pekat diiringi dengan sebuah aroma lain yang khas menghembus kemari, beberapa wanita cantik yang sedang menantikan kepulangan Raja Ular seketika merasa sangat riang, akhinya Raja Ular yang dinanti-nantikan telah datang.
"Mei akan membantu Raja Ular mengganti baju."
Sama sekali tidak mempedulikan aturan yang ada lagi, beberapa wanita cantik langsung membuka sendiri tudung merah yang menutupi kepala, berjalan dengan gemulai saling berlomba-lomba menuju arah Raja Ular.
"Semuanya pergilah."
Sang pria berteriak terhadap sekumpulan wanita cantik yang datang menyerbu, sama sekali tidak menghargai kecantikan mereka.
Sedangkan empat wanita jelita yang baru saja berjalan sampai ke samping Raja Ular itu, menjadi sangat terkejut dan tidak berani mendekat lagi karena teriakannya.
"Kalian bukanlah Isabelleku, satupun bukan, aku hanya menyukai Isabelle, tidak menyukai kalian."
Sang pria yang telah mabuk mengatakan, dia begitu memikat, tapi tidak mudah untuk didekati, hal yang membuat para wanita asri ini merasa sakit hati, pada waktu yang bersamaan juga membuat mereka merasa benci terhadap Isabelle Yao.
"Pang, terdengar sebuah suara, pintu kamar terbanting keras, sang pria menawan telah keluar dan pergi mencari wanita yang satu lagi, dan hanya meninggalkan permaisuri yang tidak mendapat kasih sayang di kamar.
Dengan kepergian sang pria rupawan, wajah mereka yang awalnya cantik telah berubah menjadi murung, Mei menghantamkan telapak tangannya ke meja, membuat lilin merah di meja berjatuhan, api dari lilin merah telah padam, dan muncul segumpalan asap, kamar yang sedikit redup, seketika menjadi terasa begitu dingin.
"Kak Mei, Kak Hua, Adik Bai, kita harus bagaimana ini, Raja Ular pada dasarnya tidak menyukai kita, dalam hatinya hanya ada Isabelle si bangsa manusia itu."
Si Ular Hitam berkata dengan amarah, dia sangat iri terhadap Isabelle Yao itu, karena dia telah memonopoli ruang hati Raja Ular, bahkan sedikit pun tidak menyisakannya untuk mereka, si Ular Hitam merasa sangat benci.
Tidak hanya Ular Hitam saja, ketiga wanita lainnya juga merasa seperti itu, Raja Ular tidak menyukai mereka, tapi malah memiliki perasaan yang mendalam terhadap bangsa manusia, hal ini membuat mereka tidak mampu menerimanya.
"Suatu hari nanti, aku akan membuat bangsa manusia itu hancur berkeping-keping."
Mei mengatakan dengan begitu kejam, wajah yang cantik itu saat ini malah terlihat begitu mengerikan, ketiga wanita lainnya juga seperti itu, mereka saat ini sama sekali tidak menyembunyikan ekspresi mereka, dan menunjukkan raut wajah mereka yang sesungguhnya.
Raja Ular kembali ke kamar, aku yang berpakaian gaun berwarna ungu pudar berdiri di samping jendela yang terukir motif bunga, angin malam berhembus, menghembus rambut yang terurai di dada sampai berantakan, memandang Istana yang cahaya lilinnya telah padam, hati bagaikan disayat pisau, seberapa dalam perasaan cinta, rasa sakit akan terasa sedalam itu juga, saat ini, apakah dia telah memeluk wanita lain di atas ranjang, saat ini, apakah dia akan merindukanku, air mata tanpa hentinya mengalir, apakah aku tetap harus menahan diri, aku begitu mencintainya, tidak, aku tidak mampu menahan rasa sakit ini, tidak bisa menahannya lagi, aku ingin pergi mencarinya, sekarang segera langsung mencarinya, aku tidak mampu mengizinkannya bersama dengan wanita lain, detik ini, aku tidak lagi mampu menahan perasaan untuk mendorong pria yang kucintai jatuh ke pelukan wanita lain, tidak peduli bagaimana akibatnya, aku hanya berharap detik ini dia bisa menemaniku saja, jangan membuatku merasakan rasa sakit seperti ini lagi.
Aku tidak mempedulikan apapun lagi, menyerbu ke arah pintu dan hendak pergi mencarinya kembali, baru saja membuka pintu, aroma anggur dan diiringi dengan aroma yang khas telah menghembus ke hidung, aroma ini begitu familiar, mengangkat kepala dan melihat pria tampan yang berdiri di depan pintu, dia juga sedang melihatku dengan mendalam, cahaya bulan yang remang-remang menyinari tubuh, pria yang berada di hadapan mata terlihat begitu sempurna, sangat memikat hati.
Saat aku hendak pergi mencarinya, dia juga kebetulan datang mencariku, kami, jelas-jelas saling mencintai.
"Isabelle, aku merindukanmu, aku tidak bisa kehilanganmu."
Suara seorang pria yang rendah berkata, ucapan yang mendalam terdengar seperti sedang mabuk.
Rasa sakit, nyeri dan kerinduan dalam hati, seketika berubah menjadi kehangatan, aku tidak mampu menahannya lagi, langsung menyerbu ke dalam pelukannya, memeluknya dengan erat dan menghirup aroma tubuhnya yang khas, merasakan kehangatan yang menjalar dari tubuhnya.
"Suamiku, aku minta maaf, aku mencintaimu."
Aku mengatakan sambil menangis, aku sungguh mencintainya, sangat cinta sangat cinta.
"Aku juga sangat mencintai Isabelle, sangat cinta sangat cinta."
Setelah mengatakannya, dia memegang wajahku, mencium bibirku, dengan arogan, gila, dan kasar.
Sepasang tanganku memeluk lehernya, membalas ciumannya, menggunakan cara seperti ini, untuk menyampaikan kerinduan yang mendalam terhadap satu sama lain.
"Isabelle, aku menginginkanmu."
Suara pria yang merdu, terasa sangat memikat.
Pintu kamar tertutup otomatis, dia meraba tubuhku, dengan perlahan melepaskan simpul kupu-kupu di pinggang, baju telah terlepaskan, tubuhku terpangpang langsung di hadapan matanya tanpa memakai apapun, pria menawan menggendongku dan meletakkanku di atas ranjang dengan lembut, lalu dengan tidak sabaran merebahkan seluruh tubuhnya di atas tubuhku, suara dua bibir yang saling bersentuhan, ciuman yang bagaikan tetesan hujan terus berjalan dari leher ke bawah, mencium setiap inci dari tubuhku.
"Hmm."
Aku mendesah, tubuh yang tak bertenaga telah meleleh dalam ciuman panasnya.
Semua rasa sakit dan rindu, pada saat ini telah berubah menjadi gairah, tubuh kami saling melilit satu sama lain.
"Isabelle, aku sangat mencintaimu, sangat mencintaimu."
Suamiku, Isabelle juga sangat mencintaimu, sangat mencintaimu."
Kami saling berbisik di telinga masing-masing, malam pertamanya dengan orang lain, dia malah berada di atas ranjangku, masih ada hal seperti apa yang sebanding dengan cinta mendalam ini.
Malam ini, kami telah melakukannya banyak kali, ombak terkadang meninggi dan surut, setiap kali harus melakukannya sampai puncak baru puas, dan akhirnya, keduanya berhenti dengan kondisi yang sama-sama merasa kelelahan, dan tidur dengan saling berpelukan.
Pada saat ini, aku seharusnya akan tertidur dengan pulas di dalam pelukan sang pria menawan, tapi, diriku yang telah mengalami gairah sama sekali tidak merasa kantuk.
Melihat wajah tampan yang berada disamping, melihat sudut bibirnya yang tersenyum puas, melihat dia yang telah tertidur dengan begitu lelap karena mabuk, aku tersenyum, tapi senyuman ini juga mengandung kesedihan yang sulit dijelaskan.
"Suamiku, Isabelle akan mencintaimu selamanya, aku sangat bersyukur bisa bertemu denganmu, membuatku bisa mendapatkan seluruh cintamu, Isabelle tidak ada penyesalan lagi, dunia ular masih harus mengandalkan mu, Isabelle tidak ingin melibatkanmu, tidak ingin dunia ular musnah karena Isabelle, makanya baru terpaksa harus pergi meninggalkanmu, suamiku, di dalam kehidupan tanpa Isabelle, kamu harus hidup dengan baik dan bahagia."
Saat mengatakan kalimat terakhir, aku tetap tidak bisa menahan air mata, mencium bibirnya, ciuman perpisahan ini, begitu lama, begitu dalam, begitu berharap waktu akan berhenti pada saat ini.
Aku dengan ketidak relaan keluar dari pelukannya, memungut baju yang berantakan di lantai dan memakainya, lalu mengambil pisau pemotong buah di meja dan membawanya.
Kita saling mencintai dengan begitu mendalam, aku juga tidak mampu berpura-pura tidak mencintainya ataupun tidak mempedulikannya, semalam aku telah kehilangan kendali, karena aku benar-benar sangat mencintainya, aku tahu dengan jelas, dunia ular akan hancur jika seperti ini terus, makanya, aku hanya bisa memilih kesakitan untuk meninggalkan cinta, meninggalkannya, meninggalkan dunianya, aku ingin membuatnya melupakanku, apa yang tidak bisa kuberikan, pasti akan ada wanita lain yang bisa memberikannya.
Sedangkan aku, hidup atau mati tidak begitu penting, tanpa dia, aku sama sekali tidak mempedulikan apapun lagi, juga tidak akan merasa takut.
Saat sedetik sebelum menutup pintu, aku dengan mendalam melihat wajah tampannya, air mata membuat pandanganku menjadi kabur.
Penampilannya, telah terukir dengan dalam di hatiku, di mimpiku, juga di pikiranku.
Aku pergi dulu, suamiku, aku mencintaimu selamanya.
Novel Terkait
His Second Chance
Derick HoKembali Dari Kematian
Yeon KyeongCinta Tak Biasa
SusantiMy Only One
Alice SongThe Serpent King Affection×
- Bab 1 Didorong ke Jurang (1)
- Bab 1 Didorong ke Jurang (2)
- Bab 2 Terbaring di Atas Tubuh Ular
- Bab 3 Berguling ke Bawah Gunung
- Bab 4 Hei Wanita, Kau Sudah Membuat Masalah Besar Dengan Aku Sang Raja
- Bab 5 Dikelilingi Ular
- Bab 6 Hidup atau Mati
- Bab 7 Terpesona
- Bab 8 Terpancing
- Bab 9 Istana Megah
- Chapter 10 Perlakuan Istimewa
- Chapter 11 Wanita Cantik dari Lukisan Kuno
- Chapter 12 Bisa Lebih Terbuka Lagi
- Chapter 13 Menetap dengan Tenang
- Chapter 14 Tidur Bersama Ular Raksasa
- Chapter 15 Menantang Ular Raksasa
- Bab 16 Tolong Jangan Makan Aku
- Bab 17 Apakah Kamu Menyukai Bentukku Yang Seperti Ini?
- Bab 18 Gagal Kabur
- Bab 19 Janji Tidak Akan Kabur Lagi
- Bab 20 Apakah Kau Benar-Benar Raja Ular?
- Bab 21 Marah
- Bab 22 Senyumanmu Sangat Cantik
- Bab 23 Iri, Cemburu, Dan Benci
- Bab 24 Dibohongi Untuk Keluar
- Bab 25 Pertolongan Dari Ular Putih Kecil
- Bab 26 Pelayan Ular Memohon Ampun
- Bab 27 Memaafkan
- Bab 28 Pikiran Yang Lain
- Bab 29 Berbohong Untuk Kebaikan
- Bab 30 Ini Juga Bisa Terlihat
- Bab 31 Mencari Kesempatan Membunuhnya
- Bab 32 Ditipu ke Dasar Danau
- Bab 33 Hampir Mati Tenggelam
- Bab 34 Mutiara Ular
- Bab 35 Selamat
- Bab 36 Bertemu Ular Putih
- Bab 37 Berjanji Menolong Ular Putih
- Bab 38 Apa Panggilan Ini Pantas
- Bab 39 Senyumannya Mengalihkan Duniaku
- Bab 40 Pertemuan yang Terlambat
- Bab 41 Tidak Tahan Akan Rasa Kesepian
- Bab 42 Pergi Jalan-Jalan
- Bab 43 Perkataan Sindiran
- Bab 44 Amarah Langsung Membara
- Bab 45 Merusak Paras Wajah
- Bab 46 Apakah Pria Ini Vegetarian
- Bab 47 Akan Membuat Mereka Mati Mengenaskan
- Bab 48 Merobek Kulit Wajah
- Bab 49 Meninggalkan Sebuah Bekas Luka
- Bab 50 Dimanjakan
- Bab 51 Kamu Jadi Pacarku Saja
- Bab 52 Mengikuti Pemilihan Selir
- Bab 53 Aku Hanya Orang Yang Sekadar Lewat
- Bab 54 Memasukkan Afrodisiak Ke Dalam Anggur
- Bab 55 Ular Kuning Loreng Yang Besar
- Bab 56 Raja ular, aku ingin, aku menginginkannya
- Bab 57 Akan Menunggu Sampai Hari Itu Tiba Untuk Menyentuhmu
- Bab 58 Ingin Tebusan Darimu
- Bab 59 Meninggalkan Istana Ular
- Bab 60 Perbedaan Kemampuan
- Bab 61 Dibawa Ke Hutan Bambu
- Bab 62 Menanti Pertemuan Denganmu Di Hutan Bambu
- Bab 63 Menyesal Tidak Seharusnya Mengancam Dirinya
- Bab 64 Lepaskan, Raja Memperbolehkanmu untuk Melepaskannya
- Bab 65 Jangan Malu, Bukankah Ini Hanya Mandi
- Bab 66 Mengubah Tubuh
- Bab 67 Diri yang Baru
- Bab 68 Sayangnya Tidak Ada Jika
- Bab 69 Mengantarkan Hadiah
- Bab 70: Bunda Mo Memberikan Anggur
- Bab 71: Bangun Dalam Keadaan Sudah Meninggal
- Bab 72 Mati Dalam Mimpi
- Bab 73 Aduh, Bisa Tidak Jangan Berbicara Terlalu Frontal?
- Bab 74 Suamiku Terlalu Menarik
- Bab 75 Berlilitan Tanpa Henti
- Bab 76 Telah Hamil
- Bab 77 Sang Anak Telah Tiada
- Bab 78 Tidak Berhak Untuk Tetap Disisinya
- Bab 79 Pertengkaran Kami Yang Pertama Kali
- Bab 80 Penemanian Para Wanita
- Bab 81 Kesakitan Yang Mendalam
- Bab 82 Lupa Ingatan Setelah Mabuk
- Bab 83 Selir
- Bab 84 Ketidak Hadiran Pengantin Pria
- Bab 85 Dia Malah Berada Di Ranjangku Saat Malam Pertamanya Dengan Wanita Lain
- Bab 86 Pergi Tanpa Berpamitan
- Bab 87 Membunuh Ular Dan Menjarah Kantong Empedu
- Bab 88 Menghadapi Jalan Buntu
- Bab 89 Penuh Siasat Licik
- Bab 90 Jatuh Ke Jurang
- Bab 91 Jatuh Ke Pelukannya
- Bab 92 Seorang Pria Yang Hangat
- Bab 93 Menghalangi Perjalanan
- Bab 94 Di Dalam Gunung Besar Terdapat Rumah Orang.
- Bab 95 Mimpi Yang Menyeramkan
- Bab 96 Monster Air Di Tengah Sungai.
- Bab 97 Dipaksa Menikah
- Bab 98 Datang Bulan
- Bab 99 Bolehkah Tidak Sebaik Hati Ini?
- Bab 100 Menginap di Desa
- Bab 101 Monster Pemakan Manusia
- Bab 102 Sangat Hebat
- Bab 103 Minum Racun Kalajengking
- Bab 104 Kalau Tidak Senang Sini Gigit Aku
- Bab 105 Jatuh Cinta Pada Pandangan Pertama
- Bab 106 Tujuan Tertentu
- Bab 107 Adegan Tersebut, Melukai Hatiku
- Bab 108 Siluman Kalajengking Beracun
- Bab 109 Padang Salju
- Bab 110 Sejak Kapan Belajar Menjilat Orang
- Bab 111 Keras Kepala
- Bab 112 Hua Tuo di Namsan
- Bab 113 Ada Syaratnya
- Bab 114 Monster Ganas
- Bab 115 Berjanji Memberi Pengobatan
- Bab 116 Mengambil Air Bekas Mandi Peri
- Bab 117 Dua Wanita Cabul
- Bab 118 Boneka Ginseng Berusia Seribu Tahun
- Bab 119 Bercinta
- Bab 120 Keracunan
- Bab 121 Tersipu Malu
- Bab 122 Tertangkap
- Bab 123 Pantang Menyerah
- Bab 124 Mengecap Dengan Besi Panas
- Bab 125 Memohon Padanya
- Bab 126 Rasa Malu
- Bab 127 Pertemuan
- Bab 128 Berpura-Pura Mati
- Bab 129 Bunuh Diri
- Bab 130 Tidak Bisa Kabur
- Bab 131 Paksaan
- Bab 132 Membutakan Sepasang Mata
- Bab 133 Dijual Ke Rumah Bordil
- Bab 134 Ular Hijau Menyelamatkanku
- Bab 135 Dosa Yang Mengerikan
- Bab 136 Hamil Lagi
- Bab 137 Kembali Bersama Suamiku
- Bab 138 Mengambil Mata
- Bab 139 Pulang Ke Istana Ular
- Bab 140 Memanjakan
- Bab 141 Jatuh Cinta Diam-Diam
- Bab 142 Bertengkar Demi Keinginan
- Bab 143 Jika Suatu Hari Nanti, Raja Tidak Ada Di Sisimu
- Bab 144 Pemikiran Lain
- Bab 145 Mencari Kesempatan Untuk Menyerang.
- Bab 146 Terjatuh Kedalam Air.
- Bab 147 Tidak Meninggal.
- Bab 148 Berpura-pura Menyalahkan Diri Sendiri.
- Bab 149 Menempel Padanya.
- Bab 150 Pengakuan Ditolak
- Bab 151 Kembali Kealam Manusia
- Bab 152 Kita Akan Berpisah
- Bab 153 Kepergian Dia
- Bab 154 Dikeluarkan Dari Istana Ular
- Bab 155 Tujuh Bayi Ular
- Bab 156 Mutiara Ular Ajaib
- Bab 157 Para Bayi Ingin Minum Susu
- Bab 158 Mencari Bayi Ular
- Bab 159 Anak-anakku
- Bab 160 Sendiri Mencari Susu Untuk Diminum
- Bab 161 Menjaga Ibu dan Anak Kami
- Bab 162 Kebencian Karena Cinta
- Bab 163 Dunia Ular Dikendalikan
- Bab 164 Cinta Berubah Menjadi Luka
- Bab 165 Bayi Ular Terselamatkan
- Bab 166 Raja Ular, Aku Akan Terus Menunggumu, Selamanya