The Serpent King Affection - Bab 166 Raja Ular, Aku Akan Terus Menunggumu, Selamanya
Ketulusanku kepada Raja Ular, akhirnya membuat Bunda Mo menerimaku.
Melihatku begitu bertekad, dia menganggukan kepala.
"Ini semua salahku, karena Raja Ular dihukum, membawa bencana bagi dunia ular, Bunda Mo jangan marah dengan Isabelle Yao."
Aku menyalahkan diriku sendiri, jika bukan karena aku, semua ini tidak akan terjadi.
"Ini semua takdir, aku tidak akan menyalahkanmu lagi."
Bunda Mo menghela nafas, dia sudah berfikir dengan jernih, beberpa hal dari awal sudah ditakdirkan, bagaimanapun mau dihindari tetap tidak dapat dihindari, dihindari bagaimanapun, berani menghadapi baru benar.
Perubahan Bunda Mo membuatku merasa lega.
"Apakah bayinya telah lahir?"
Bunda Mo melihat bentuk tubuhku yang sudah seperti semula, dan bertanya padaku, ketika aku diusir karena amarahnya, dia sedikit menyesalinya, lagi pula, yang aku kandung adalah darah daging dunia ular.
"Sudah Lahir, aku meninggalkan mereka kepada seseorang untuk dijaga."
Aku menjawab Bunda Mo, kelihatan Bunda Mo telah menerima kami ibu dan anak.
"Bisakah kamu membawa bayi kembali untuk menjumpaiku?"
Kata-kata yang lembut, tidak seperti dulu membenciku, pandangan matanya tulus.
"Tentu saja, aku akan membawa bayi kembali ke sini, aku dan Karen Qing membawa Kasim Ular Ke kebun belakang, Kasim Ular yang memberitahu kami Bunda Mo sedang kesulitan."
Aku berkata.
"Aku tahu, aku akan meminta seseorang menjemputnya."
Aku menganggukan kepala, bersama Adik Qing meninggalkan Istana Ular, menjemput bayi bayi.
"Isabelle Yao, apakah kamu benar-benar berencana untuk kembali ke Istana Ular?"
Pria cantik berbaju putih sudah mendengar keputusanku, dan bertanya padaku.
"Yah, terima kasih Raja Dewa, Raja Dewa menyelamatkanku tidak dapat aku balas, jika ada kehidupan selanjutnya, menjadi sapi atau kuda, Isabelle Yao pasti akan membayar kembali Raja Dewa."
"Aku tidak ingin kamu membayarnya, orang-orang di dunia ular tidak baik padamu, aku tidak ingin kamu kembali, tetap di sini, aku akan menjagamu dan bayi bayi."
Kata Raja Dewa, sinar matanya pebuh cinta menatap bayi yang ada dipelukan Adik Qing.
"Aku mengerti kemurahan hati Raja Dewa, tetapi dunia ular adalah rumahku, aku ingin kembali, menunggu suamiku pulang."
Aku berkata kepada Raja Dewa, aku tahu, dia ada rasa denganku, kebaikannya akan aku ingat dalam hati, tapi dihatiku hanya ada suamiku seorang, tidak bisa lagi ada orang lain.
"Baiklah kalau begitu, jika sesuatu terjadi setelah kamu kembali, biarkan Karen Qing memberi tahuku, dan lagi, disini selamanya adalah rumahmu, bawa bayi bayi sering sering kemari."
Pria cantik itu berbicara, kata-katanya jelas tidak rela dan sedikit keraguan, dia sangat tidak rela, tetapi, dia tahu dia sangat mencintai pria lain, dia hanya bisa diam diam mendoakannya.
"Hm."
Aku mengangguk, dan air mata mengalir dengan cepat, aku berbalik, tidak bisa membiarkannya melihat air mataku, ini hanya akan membuat pihak lain lebih ragu.
"Selamat tinggal, Paman Raja Dewa."
Bayi-bayi itu melambaikan tangan kecil mereka, dengan senyum manis di wajah mereka, dan melambaikan salam perpisahan kepada Raja Dewa.
"Bayi bayi selamat tinggal."
Raja Dewa itu juga melambaikan tangannya kepada bayi-bayi itu, matanya menatap tidak rela.
Paviliun Malige, di ruang rahasia.
Seorang wanita anggun dan tenang berdiri di sebelah Mutiara Azure, dia melihat, cahaya asli yang samar dari Mutiara Azure, tiba tiba menjadi sangat kuat, ini membuat Bunda Mo sangat terheran.
"Hehe"
Tawa ceria anak anak masuk ke telinga Bunda Mo, dia berbalik, melihat beberapa bayi imut memegangi kakinya, satu persatu wajah kecil putih dan lembut dengan senyum sangat lucu, sangat lucu, membuat Bunda Mo sangat menyukai mereka.
“Bayi bayi.” Bunda Mo membungkuk, tidak bisa menahan keinginan mendekati bayi-bayi itu, karena dia melihat beberapa bayi imut untuk pertama kalinya, dia sudah sangat mencintai mereka.
"Nenek."
"Nenek."
Beberapa bayi berteriak manis pada Bunda Mo, yang langsung meluluhkan hati Bunda Mo.
"Apa? Kalian memanggilku apa?"
Tidak salah dengar, bayi-bayi itu memanggilnya nenek, ketujuh bayi yang lucu ini adalah .....
"Nenek peluk."
"Bayi juga ingin nenek peluk."
Tujuh bayi kecil itu mengulurkan tangan mereka dan meminta nenek untuk memeluk.
"Baiklah, nenek akan memeluk kalian."
Bunda Mo duduk di atas lantai, mengulurkan tangannya dan menggendong beberapa bayi dialam pelukannya, dengan sinar mata berbinar bahagia, telah ada penerus di dunia ular, dan juga masih ada tujuh bayi yang sangat imut, kelahiran mereka membuat dunia ular lebih kuat.
Pada saat dia merasa bahagia, Bunda Mo juga menyalahkan dirinya sendiri, karena dia hampir membuat kesalahan besar, tetapi untungnya, semuanya belum terlambat.
Dia terlalu mencintai tujuh bayi imut ini, terlalu mencintai terlalu banyak mencintai, dan berpikir bahwa di masa depan, dia ingin membawa sekelompok bayi di sampingnya, Bunda Mo berbunga di hatinya.
Aku menyaksikan pemandangan cinta bayi bayi dan Bunda Mo, dengan air mata, aku tertawa.
Dengan membawa bayi bayi kembali ke Istana Ular, selanjutnya aku masih ada satu hal lagi yang harus dilakukan.
Raja Dewa membawa aku dan bayi bayi ke pengadilan surga, bertemu dengan suaminya Raja Ular, Raja Dewa membantuku saya untuk memohon kepada kaisar, aku baru memiliki kesempatan ini.
"Terima kasih."
"Pergilah, aku menunggumu di sini."
Suara pria itu lembut dan penuh kasih sayang.
Aku mengangguk, membawa ketujuh bayi yang lucu untuk berjalan masuk ke lapisan lapisan awan putih, bertemu dengan pria cantik di jaring hukuman.
Dia mengenakan jubah hitam panjang, dan rambutnya sedikit terhempas angin, sebuah wajah yang sempurna tidak menunjukkan emosi, dan masih sangat membuat orang lain terpesona.
"Suami."
Mendengar suaraku, pria cantik itu membuka matanya perlahan, dan segera berdiri.
"Isabelle Yao."
Pria cantik itu bergegas ke tepi penjara jaring, bertatap muka denganku, karena aja penjara jaring diantara kami, membuat kami tidak bisa berpelukan.
"Isabelle Yao, mengapa kamu kemari?"
"Suami, apakah kamu baik-baik saja, bagaimana orang-orang di pengadilan surga memperlakukanmu?"
Ketika akan datang ke sini, aku berulang kali mengatakan pada diri sendiri untuk tidak menangis, tetapi pada saat aku melihat suamiku, aku tidak dapat menahan tangis.
"Aku sangat baik, jangan khawatir Isabelle Yao, malah kamu, apakah kamu baik baik saja, apakah Bunda Mo mempersulitmu, dan juga Yoyo, bagaimana dia memperlakukan kamu?"
Dia bertanya dengan penuh perhatian, sepasang bola mata menatap dalam penuh kasih sayang.
"Aku baik-baik saja, suami jangan khawatir."
Sepuluh jari menggenggam erat, tidak terpisah tidak terlepas.
"Aku sangat merindukanmu."
"Aku juga merindukan suami."
Setelah sekian lama berpisah, kami saling mencurahkan kasih sayang, sangat berharap, waktu bisa berhenti disitu.
"Bayi bayi, panggil Ayah Raja."
Aku berkata kepada tujuh bayi imut di belakangku.
"Ayah Raja."
Ketujuh bayi imut itu bersamaan memanghil manis kepada pria cantik itu .
"Bayi bayi."
Raja Ular Austin Ye baru menyadari tujuh bayi kecil yang sangat imut di belakangku, sepasang mata yang menawan bersinar dengan gembira, bayi-bayi itu memberinya perasaan yang sangat akrab dan dekat.
"Ayah Raja."
"Ayah Raja."
Aku menggendong tujuh bayi yang lucu dalam pelukan, bayi-bayi itu mengedipkan mata dan memandangi pria cantik itu sambil berteriak dengan manis, tangan kecilnya diletakkan di tangannya yang besar, kami sekeluarga telah bersatu kembali, pada saat ini, betapa hangatnya itu.
"Bayi-bayi sangat imut, di masa depan, Isabelle Yao akan sangat menderita lagi."
Pria cantik itu berkata kepadaku.
"Suamiku tenanglah, aku akan merawat bayi bayi dengan baik, aku akan menunggu suamiku keluar."
Aku berkata, aku telah memikirkannya, selama sisa hidupku, aku akan menunggu, terus menunggu.
"Isabelle Yao, aku bisa bertemu denganmu, itu adalah berkah terbesarku."
Dia memegang tanganku dan berkata, kata-katanya penuh kasih dan sayang.
"Bayi bayi dengarkan kata kata ibu, mengerti?"
Suara pria itu lembut berkata pada bayi-bayi itu.
"Bayi bayi akan mendengarkan kata kata Ayah Raja, Ayah Raja dan tenanglah."
Bayi-bayi itu berkata dengan penuh pengertian
Melihat bayi-bayi itu begitu pengertian Raja Ular Austin Ye merasa lega.
Masa-masa indah selalu singkat, kami sekeluarga tidak mudah berkumpul sebentar, sudah waktunya untuk pergi.
"Isabelle Yao."
"Suami."
Tangan yang tergenggam erat tidak rela untuk melepaskan, tetapi secara paksa ditarik oleh Tentara surga.
"Raja Ular, Selir Ular, mohon pengertiannya."
Tentara surga dengan hormat berkata, mereka juga tidak ingin melakukan hal-hal buruk, memisahkan Raja ular dan Selir Ular, adalah tugas mereka, mereka terpaksa melakukannya.
"Suami, aku akan menunggumu, pasti akan."
"Isabelle Yao, Isabelle Yao."
Hal yang paling menyakitkan bukanlah kematian, tetapi hidup terpisah.
Pada saat berpisah dari suamiku, hatiku sangat sangat sakit, aku tidak tahu kapan, kami baru bisa bertemu.
"Ibu jangan menangis, jangan menangis. Ayah Raja akan baik-baik saja, bayi-bayi akan menemani ibu menunggu Ayah Raja kembali."
"Bayi-bayi akan menemani ibu bersama menunggu Ayah Raja kembali."
Bayi-bayi mengulurkan tangan kecil mereka untuk membantukumenghapus air mata, dan mereka sangat pengertian.
Aku memeluk bayi-bayi, berkata, "Bayi-bayi sangat baik, ibu tidak akan menangis."
Di ujung lain langit, Dewa Tai Bai Jin dan Dewi Kwan Im melihat pemandangan ini, Dewi Kwan Im sedikit menghela nafas.
"Tanpa diduga, cinta manusia dan ular begitu dalam."
"Mutiara Ular berubah menjadi manusia ular, mungkin ini kehendak langit, tetapi mungkin bukan hal yang buruk."
Dewa Tai Bai Jin memandangi tujuh bayi kecil yang lucu.
"Kata emang begitu diucapkan."
"Meskipun Raja Ular Austin Ye membuat kesalahan besar demi seorang wanita, pada kenyataannya, sifatnya tidak buruk, dan juga sifat manusia itu dermawan, Mutiara Ular berubah menjadi putra putri mereka, asalkan kita melapor ke kaisar jangan menyakiti Raja Ular Austin Ye, ancaman Mutiara Ular menjadi tidak ada."
Analisis Dewa Tai Bai Jin.
Dewi Kwan Im mengangguk ketika mendengar kata-kata itu, dan merasa bahwa perkataan Dewa Tai Bai Jin sangat masuk akal, kedua dewa menghilang ke langit, dan melaporkan berita itu ke kaisar.
Selain itu, aku membawa bayi bayi kembali ke Istana Ular, meskipun aku sedikit sedih, tapi aku masih berusaha kembali semangat, tidak peduli bagaimanapun, aku harus mengendalikan dunia ular ini, menunggu hari kepulangan suami Raja Ular.
"Kakak, lihat siapa yang telah kembali."
Hari telah terang, melihat wajah Karen Qing yang senang berlari masuk ke istana, tujuh bayi sedang bermain petak umpet.
"Siapa yang datang Karen Qing?"
Aku bertanya dengan penasaran, kecuali Raja Dewa, aku tidak bisa membayangkan siapa yang akan datang ke Istana Ular kami.
Seorang wanita cantik dengan gaun putih dan kerudung masuk, seindah salju.
"Susan."
Meskipun wanita cantik itu mengenakan kerudung, tapi aku bisa mengenalinya secara langsung, di belakang Susan, pria berbaju putih itu juga masuk.
"Susan, Andrew Bai, kalian telahkembali."
"Nona."
Susan datang ke arahku, dan kami berpelukan, beberapa waktu ini, aku sangat mengkhawatirkan mereka, sekarang setelah mereka kembali dengan selamat, aku sangat bersemangat.
"Susan, Andrew Bai, kemana saja kalian belakangan ini, dan lagi apa yang terjadi pada wajah Susan?"
Aku bertanya dengan khawatir, jelas terlihat wajah Susan telah terluka.
"Ceritanya panjang, tapi nona tidak perlu khawatir, Susan baik-baik saja."
Ketika Susan berbicara kepadaku, dia juga memberi tatapan penuh kasih kepada Andrew Bai, aku bisa melihat, bahwa setelah beberapa kesulitan, Susan telah dewasa, dan hubungan di antara mereka menjadi sangat dalam.
"Nona Isabelle Yao, aku mendengar bahwa sesuatu terjadi pada Raja Ular, apakah ini benar?"
Andrew Bai menanyakan topik ini.
Aku mengangguk.
"Nona, jangan terlalu sedih, kami akan menemani Nona untuk menunggu Raja Ular kembali."
Kata Susan.
"Dan juga Karen Qing akan menemani Nona."
"Dan juga bayi-bayi akan selamanya bersama ibu dan menunggu Ayah Raja kembali ."
Pada saat ini, tujuh bayi kecil yang lucu telah datang ke sisiku dan berkata dengan lembut.
"Wow, bayi bayi yang imut."
Susan dan Andrew Bai bertemu bayi-bayi untuk pertama kalinya, dan mereka sangat mencintai tujuh bayi yang lucu.
"Bibi Susan, Paman Andrew Bai."
Bayi bayi sudah lama tahu bahwa Bibi Susan dan Paman Andrew Bai adalah orang yang paling dipercaya di Ayah Raja dan ibu, sama seperti Bibi Karen Qing.
"Ini sangat bagus, nona telav memiliki pangeran dan putri yang begitu imut."
Susan menatap tujuh bayi kecil dengan mata berbinar dan berkata, "Selama berpisah sudah terlalu banyak hal yang terjadi."
Susan dan Andrew Bai memeluk bayi bayi itu, dan seluruh istana ular terdengar suara sukacita.
begitu kerudung merah jatuh ke tanah, indah dan tenang, aku melihat cakrawala, dalam hati berkata, Suami Raja Ular, aku akan menunggumu, sampai selamanya.
---- THE END -----
NB: Terima kasih kepada para pembaca atas dukungan yang diberikan kepada author. Author mendoakan supaya para pembaca sehat selalu dan Tuhan selalu memberkati kalian dan keluarga kalian. Jika kalian suka buku ini, jangan lupa ya untuk di share ke teman kalian. Sukses selalu!
Rekomendasi Novel Berikutnya: Two-face Kiddy ya, jangan lupa untuk di baca ya.
Novel Terkait
Nikah Tanpa Cinta
Laura WangMy Cute Wife
DessyRahasia Istriku
MahardikaCinta Dan Rahasia
JesslynMy Charming Lady Boss
AndikaDewa Perang Greget
Budi MaLove And Pain, Me And Her
Judika DenadaThe Serpent King Affection×
- Bab 1 Didorong ke Jurang (1)
- Bab 1 Didorong ke Jurang (2)
- Bab 2 Terbaring di Atas Tubuh Ular
- Bab 3 Berguling ke Bawah Gunung
- Bab 4 Hei Wanita, Kau Sudah Membuat Masalah Besar Dengan Aku Sang Raja
- Bab 5 Dikelilingi Ular
- Bab 6 Hidup atau Mati
- Bab 7 Terpesona
- Bab 8 Terpancing
- Bab 9 Istana Megah
- Chapter 10 Perlakuan Istimewa
- Chapter 11 Wanita Cantik dari Lukisan Kuno
- Chapter 12 Bisa Lebih Terbuka Lagi
- Chapter 13 Menetap dengan Tenang
- Chapter 14 Tidur Bersama Ular Raksasa
- Chapter 15 Menantang Ular Raksasa
- Bab 16 Tolong Jangan Makan Aku
- Bab 17 Apakah Kamu Menyukai Bentukku Yang Seperti Ini?
- Bab 18 Gagal Kabur
- Bab 19 Janji Tidak Akan Kabur Lagi
- Bab 20 Apakah Kau Benar-Benar Raja Ular?
- Bab 21 Marah
- Bab 22 Senyumanmu Sangat Cantik
- Bab 23 Iri, Cemburu, Dan Benci
- Bab 24 Dibohongi Untuk Keluar
- Bab 25 Pertolongan Dari Ular Putih Kecil
- Bab 26 Pelayan Ular Memohon Ampun
- Bab 27 Memaafkan
- Bab 28 Pikiran Yang Lain
- Bab 29 Berbohong Untuk Kebaikan
- Bab 30 Ini Juga Bisa Terlihat
- Bab 31 Mencari Kesempatan Membunuhnya
- Bab 32 Ditipu ke Dasar Danau
- Bab 33 Hampir Mati Tenggelam
- Bab 34 Mutiara Ular
- Bab 35 Selamat
- Bab 36 Bertemu Ular Putih
- Bab 37 Berjanji Menolong Ular Putih
- Bab 38 Apa Panggilan Ini Pantas
- Bab 39 Senyumannya Mengalihkan Duniaku
- Bab 40 Pertemuan yang Terlambat
- Bab 41 Tidak Tahan Akan Rasa Kesepian
- Bab 42 Pergi Jalan-Jalan
- Bab 43 Perkataan Sindiran
- Bab 44 Amarah Langsung Membara
- Bab 45 Merusak Paras Wajah
- Bab 46 Apakah Pria Ini Vegetarian
- Bab 47 Akan Membuat Mereka Mati Mengenaskan
- Bab 48 Merobek Kulit Wajah
- Bab 49 Meninggalkan Sebuah Bekas Luka
- Bab 50 Dimanjakan
- Bab 51 Kamu Jadi Pacarku Saja
- Bab 52 Mengikuti Pemilihan Selir
- Bab 53 Aku Hanya Orang Yang Sekadar Lewat
- Bab 54 Memasukkan Afrodisiak Ke Dalam Anggur
- Bab 55 Ular Kuning Loreng Yang Besar
- Bab 56 Raja ular, aku ingin, aku menginginkannya
- Bab 57 Akan Menunggu Sampai Hari Itu Tiba Untuk Menyentuhmu
- Bab 58 Ingin Tebusan Darimu
- Bab 59 Meninggalkan Istana Ular
- Bab 60 Perbedaan Kemampuan
- Bab 61 Dibawa Ke Hutan Bambu
- Bab 62 Menanti Pertemuan Denganmu Di Hutan Bambu
- Bab 63 Menyesal Tidak Seharusnya Mengancam Dirinya
- Bab 64 Lepaskan, Raja Memperbolehkanmu untuk Melepaskannya
- Bab 65 Jangan Malu, Bukankah Ini Hanya Mandi
- Bab 66 Mengubah Tubuh
- Bab 67 Diri yang Baru
- Bab 68 Sayangnya Tidak Ada Jika
- Bab 69 Mengantarkan Hadiah
- Bab 70: Bunda Mo Memberikan Anggur
- Bab 71: Bangun Dalam Keadaan Sudah Meninggal
- Bab 72 Mati Dalam Mimpi
- Bab 73 Aduh, Bisa Tidak Jangan Berbicara Terlalu Frontal?
- Bab 74 Suamiku Terlalu Menarik
- Bab 75 Berlilitan Tanpa Henti
- Bab 76 Telah Hamil
- Bab 77 Sang Anak Telah Tiada
- Bab 78 Tidak Berhak Untuk Tetap Disisinya
- Bab 79 Pertengkaran Kami Yang Pertama Kali
- Bab 80 Penemanian Para Wanita
- Bab 81 Kesakitan Yang Mendalam
- Bab 82 Lupa Ingatan Setelah Mabuk
- Bab 83 Selir
- Bab 84 Ketidak Hadiran Pengantin Pria
- Bab 85 Dia Malah Berada Di Ranjangku Saat Malam Pertamanya Dengan Wanita Lain
- Bab 86 Pergi Tanpa Berpamitan
- Bab 87 Membunuh Ular Dan Menjarah Kantong Empedu
- Bab 88 Menghadapi Jalan Buntu
- Bab 89 Penuh Siasat Licik
- Bab 90 Jatuh Ke Jurang
- Bab 91 Jatuh Ke Pelukannya
- Bab 92 Seorang Pria Yang Hangat
- Bab 93 Menghalangi Perjalanan
- Bab 94 Di Dalam Gunung Besar Terdapat Rumah Orang.
- Bab 95 Mimpi Yang Menyeramkan
- Bab 96 Monster Air Di Tengah Sungai.
- Bab 97 Dipaksa Menikah
- Bab 98 Datang Bulan
- Bab 99 Bolehkah Tidak Sebaik Hati Ini?
- Bab 100 Menginap di Desa
- Bab 101 Monster Pemakan Manusia
- Bab 102 Sangat Hebat
- Bab 103 Minum Racun Kalajengking
- Bab 104 Kalau Tidak Senang Sini Gigit Aku
- Bab 105 Jatuh Cinta Pada Pandangan Pertama
- Bab 106 Tujuan Tertentu
- Bab 107 Adegan Tersebut, Melukai Hatiku
- Bab 108 Siluman Kalajengking Beracun
- Bab 109 Padang Salju
- Bab 110 Sejak Kapan Belajar Menjilat Orang
- Bab 111 Keras Kepala
- Bab 112 Hua Tuo di Namsan
- Bab 113 Ada Syaratnya
- Bab 114 Monster Ganas
- Bab 115 Berjanji Memberi Pengobatan
- Bab 116 Mengambil Air Bekas Mandi Peri
- Bab 117 Dua Wanita Cabul
- Bab 118 Boneka Ginseng Berusia Seribu Tahun
- Bab 119 Bercinta
- Bab 120 Keracunan
- Bab 121 Tersipu Malu
- Bab 122 Tertangkap
- Bab 123 Pantang Menyerah
- Bab 124 Mengecap Dengan Besi Panas
- Bab 125 Memohon Padanya
- Bab 126 Rasa Malu
- Bab 127 Pertemuan
- Bab 128 Berpura-Pura Mati
- Bab 129 Bunuh Diri
- Bab 130 Tidak Bisa Kabur
- Bab 131 Paksaan
- Bab 132 Membutakan Sepasang Mata
- Bab 133 Dijual Ke Rumah Bordil
- Bab 134 Ular Hijau Menyelamatkanku
- Bab 135 Dosa Yang Mengerikan
- Bab 136 Hamil Lagi
- Bab 137 Kembali Bersama Suamiku
- Bab 138 Mengambil Mata
- Bab 139 Pulang Ke Istana Ular
- Bab 140 Memanjakan
- Bab 141 Jatuh Cinta Diam-Diam
- Bab 142 Bertengkar Demi Keinginan
- Bab 143 Jika Suatu Hari Nanti, Raja Tidak Ada Di Sisimu
- Bab 144 Pemikiran Lain
- Bab 145 Mencari Kesempatan Untuk Menyerang.
- Bab 146 Terjatuh Kedalam Air.
- Bab 147 Tidak Meninggal.
- Bab 148 Berpura-pura Menyalahkan Diri Sendiri.
- Bab 149 Menempel Padanya.
- Bab 150 Pengakuan Ditolak
- Bab 151 Kembali Kealam Manusia
- Bab 152 Kita Akan Berpisah
- Bab 153 Kepergian Dia
- Bab 154 Dikeluarkan Dari Istana Ular
- Bab 155 Tujuh Bayi Ular
- Bab 156 Mutiara Ular Ajaib
- Bab 157 Para Bayi Ingin Minum Susu
- Bab 158 Mencari Bayi Ular
- Bab 159 Anak-anakku
- Bab 160 Sendiri Mencari Susu Untuk Diminum
- Bab 161 Menjaga Ibu dan Anak Kami
- Bab 162 Kebencian Karena Cinta
- Bab 163 Dunia Ular Dikendalikan
- Bab 164 Cinta Berubah Menjadi Luka
- Bab 165 Bayi Ular Terselamatkan
- Bab 166 Raja Ular, Aku Akan Terus Menunggumu, Selamanya