The Serpent King Affection - Bab 121 Tersipu Malu
Kataku pada si orang tua.
Orang tua itu hanya mengerutkan keningnya, lalu menengadahkan kepalanya melihat ke atap, ternyata benar, laba-laba yang dipeliharanya itu sudah tidak ada, yang tersisa hanyalah sarang laba-labanya saja.
"Ckck, sayang sekali, kenapa membiarkannya lari begitu saja, padahal aku mau menggunakan jaring racun yang dikeluarkan dari mulutnya itu untuk membuat suatu obat."
Kata orang tua itu sambil menggeleng-gelengkan kepalanya, ia merasa sangat sayang.
"Aduh, di saat seperti ini Anda masih tetap saja menyayangkan kepergian laba-laba jahat itu, cepat periksa dan tolong Susan."
Kataku sambil menarik si orang tua, aku tak ingin mendengarkan omong kosongnya.
"Anak muda, kau tidak mengerti, justru karena dia adalah seekor laba-laba yang jahat, barulah jaring-jaring yang dikeluarkan dari mulutnya itu beracun, dan dengan begitulah baru aku bisa membuat obat dari jaring itu."
Kata orang tua itu padaku.
"Iya, iya, tapi sekarang bukankah laba-laba Anda itu sudah lari, cepat tolong Susan saja."
Kataku, mana ada waktu memikirkan laba-laba berbisa yang jahat itu, dia bisa membunuh orang tahu.
Di bawah desakanku, si orang tua itu pun mulai memeriksa Susan.
"Benar kata suamimu, ilmu sihir hanya bisa mengontrol permukaannya saja, kalau ingin mengobati racunnya, ia harus meminum obat."
Kata orang itu sambil mengelus-elus jenggotnya.
Ia menambahkan lagi, "Tidak apa-apa, racun laba-laba saja, kuberi obat saja sudah cukup."
Kata orang tua itu sambil mengeluarkan sebutir obat dari lengan bajunya lalu ia berikan pada Susan, tak lama kemudian, bibir Susan yang awalnya biru berubah merah merona, wajahnya juga mulai cerah kembali.
"Susan sudah tertolong."
Kataku dengan senang, sebenarnya yang paling senang bukanlah diriku, tapi Penjaga Bai.
"Nona, Raja Ular, Penjaga Bai......"
Susan membuka matanya, lalu menegakkan tubuhnya dari rerumputan kering, awalnya aku hendak menopangnya, namun aku memberikan kesempatan itu pada Penjaga Andrew Bai.
"Susan, apa kau sudah baikan, apa ada yang tidak enak?"
Penjaga Bai menopang Susan, suaranya terdengar sangat peduli padanya.
Perubahan Penjaga Bai ini membuat pria tampan di sampingku mengerutkan keningnya, sejak kapan bawahannya ini bersikap baik pada seorang wanita?
"Susah sudah baikan, terima kasih Nona, juga Penjaga Bai."
Saat mengucapkan nama Penjaga Bai, tiba-tiba wajah Susan memerah, ia menundukkan kepalanya, kejadian kemarin saat bibir mereka bertabrakan sungguh membuatnya merasa sangat malu, ia sama sekali tidak berani menatap Penjaga Bai secara langsung.
Aku berdiri di samping, tentu saja aku tahu apa yang dipikirkan Susan, aku dan suamiku hanya meninggalkan mereka berdua semalaman saja, namun kemajuan kedua orang ini memang sungguh pesat, aku sudah menemukan kebahagiaanku, tentu saja aku ingin agar Susan juga bisa menemukan kebahagiaannya, Penjaga Bai adalah pilihan yang tepat untuknya, dari segi manapun, ia adalah seorang pria yang lumayan baik.
Setelah si Ular Putih Kecil membaik, kita pun tinggal di Southeast Mount semalaman, lalu memutuskan untuk kembali ke istana, meskipun perjalanan kali ini dipenuhi dengan peristiwa-peristiwa yang berat, namun kita sudah berhasil menemukan Hua Tuo dan mengobati penyakitku, bagaimana ya, rasanya perjalanan kali ini cukup berharga.
"Anak muda, jangan lupa pada janjimu."
Kata orang tua itu sambil mengelus-elus jenggotnya sebelum kami meninggalkan tempat itu, ia terus mengingat hal itu, kalau bukan karena arak, mungkin ia juga tidak akan mengobati penyakitku, ia hanya suka minum arak saja, kalau tidak minum ia bisa tidak senang, kalau bisa minum apa saja akan dilakukannya.
"Tentu saja aku ingat."
Kataku tersenyum, lalu menambahkan, "Asalkan kau mau memberikan dedaunan untuk monster, monster itu pasti akan memakan dedaunan itu dengan menurut tanpa mengganggumu lagi."
"Ternyata, selama ini, kenapa bisa aku tidak tahu dia suka makan dedaunan."
Orang tua itu berpikir sambil memutar matanya, ini adalah sebuah cara yang jenius, kalau begitu ia tak akan takut kehabisan arak lagi.
"Terima kasih Senior sudah mengobati penyakit Isabelle, sampai jumpa."
Kata suamiku si Raja Ular sambil memeluk pundakku, suaranya terdengar lembut dan penuh rasa sopan santun.
"Iya."
Orang tua itu menganggukkan kepalanya pada kami berdua, "Cepat atau lambat kalian pasti akan punya anak."
Perkataannya ini membuat wajahku memerah, mengingat kejadian di belakang gunung semalam, pasti itu adalah ulah Hua Tuo yang sengaja membuat suasananya menjadi seromantis itu.
"Haha, cinta ular dan manusia saja juga bisa sedalam ini, hebat, hebat, ini adalah takdir, jangan sia-siakan hal itu."
Kata si orang tua, ia tahu pasangan ini sungguh saling mencintai satu sama lain.
"Pasti."
Kata suamiku, setelah berterimakasih lagi, kami pun berpamitan dan turun gunung, hendak kembali ke Istana Ular.
"Susan, apa kau tahu, saat kau terluka, Penjaga Bai sangat mengkhawatirkanmu."
Dalam perjalanan, aku melepaskan gandengan tangan suamiku dan berjalan bersama Susan, aku berjalan di sampingnya sambil berbisik-bisik padanya, kedua pria itu sama sekali tidak tahu kita sedang membicarakan apa.
"Be, benarkah Nona?"
Kata Susan dengan wajahnya yang memerah dan menunduk ke bawah.
"Tentu saja benar, Penjaga Bai sangat peduli padamu, kelihatan sekali dia sungguh menyukaimu."
Bisikku ke teling Susan.
"Mana, mana mungkin, Nona pasti sedang bercanda pada Susan."
Kata Susan terbata-bata malu, wajahnya memerah, ia sungguh merasa malu, tapi perkataan Nona sebenarnya juga membuat hatinya merasa senang.
"Tidak, semua yang kukatakan itu kenyataan, aku akan menanyakannya pada Penjaga Bai, kalau kalian berdua setuju, aku akan menyuruh Raja Ular untuk mengatur urusan pernikahan kalian, bagaimana."
Kurasa Penjaga Bai dan Susan saling menyukai, tentu saja aku ingin menjodohkan mereka berdua.
"Kenapa Nona masih mengatakannya."
Kata Susan tersipu malu, wajahnya bertambah merah.
Suamiku sang Raja Ular melihatku berbisik-bisik dengan Susan, lalu melihat wajah Susan yang memerah, seketika ia pun tahu aku sedang menjodohkannya dengan Penjaga Bai.
"Penjaga Bai."
Setelah berbicara dengan Susan, aku pun berbicara pada Penjaga Bai, aku ingin tahu bagaimana isi hatinya, pokoknya, aku ingin menjodohkan mereka berdua.
"Nona Isabelle, ada apa?"
Katanya dengan nada sopan, ia tidak tahu apa Nona Isabelle punya masalah, tiba-tiba ia sangat ingin tahu apa yang Nona Isabelle katakan pada Susan tadi sampai-sampai wajah Ular Putih Kecil berubah menjadi semerah itu.
"Begini Penjaga Bai."
Aku tidak peduli suamiku dan Ular Putih Kecil juga ada di situ, aku langsung memeluk pundak Penajga Bai seperti sahabatku sendiri saja.
"Menurutmu Susan bagaimana?"
Tanyaku pelan.
Mendengar pertanyaanku, Penjaga Bai pun mengangkat kepalanya, wajah Susan memerah, Raja Ular tak mengatakan apa-apa, sepertinya mereka tahu jelas apa yang ingin ditanyakan Nona Isabelle pada dirinya.
Penjaga Bai yang tak pernah tersipu malu pun memerah pula wajahnya karena mendengar pertanyaanku.
"Menjawab pertanyaan Nona Isabelle, Susan, Susan gadis yang baik."
Jawab Penjaga Bai dengan penuh hormat dan terbata-bata, ini pertama kalinya aku mendengar dia terbata-bata seperti ini.
"Kalau begitu, apa kau suka padanya?"
Tanyaku lagi.
"Eh... Hem..."
Penjaga Bai tak bisa menjawab apa-apa, ia tak menyangka Nona Isabelle bisa bertanya hal seperti ini padanya.
"Tidak usah malu, katakan saja."
Kataku lantang, kelihatan sekali dia ini pasti belum pernah berpacaran, seperti wanita saja, semua sisi galak dan jantannya dulu hilang seketika.
"Jujur saja, Susan adalah gadis yang baik hati, dia adalah gadis yang berbeda dengan gadis-gadis lainnya."
Kata Penjaga Bai, ia merasa Susan lumayan baik.
Novel Terkait
Istri Yang Sombong
JessicaKembali Dari Kematian
Yeon KyeongAwesome Husband
EdisonDiamond Lover
LenaMy Greget Husband
Dio ZhengMy Only One
Alice SongThe Serpent King Affection×
- Bab 1 Didorong ke Jurang (1)
- Bab 1 Didorong ke Jurang (2)
- Bab 2 Terbaring di Atas Tubuh Ular
- Bab 3 Berguling ke Bawah Gunung
- Bab 4 Hei Wanita, Kau Sudah Membuat Masalah Besar Dengan Aku Sang Raja
- Bab 5 Dikelilingi Ular
- Bab 6 Hidup atau Mati
- Bab 7 Terpesona
- Bab 8 Terpancing
- Bab 9 Istana Megah
- Chapter 10 Perlakuan Istimewa
- Chapter 11 Wanita Cantik dari Lukisan Kuno
- Chapter 12 Bisa Lebih Terbuka Lagi
- Chapter 13 Menetap dengan Tenang
- Chapter 14 Tidur Bersama Ular Raksasa
- Chapter 15 Menantang Ular Raksasa
- Bab 16 Tolong Jangan Makan Aku
- Bab 17 Apakah Kamu Menyukai Bentukku Yang Seperti Ini?
- Bab 18 Gagal Kabur
- Bab 19 Janji Tidak Akan Kabur Lagi
- Bab 20 Apakah Kau Benar-Benar Raja Ular?
- Bab 21 Marah
- Bab 22 Senyumanmu Sangat Cantik
- Bab 23 Iri, Cemburu, Dan Benci
- Bab 24 Dibohongi Untuk Keluar
- Bab 25 Pertolongan Dari Ular Putih Kecil
- Bab 26 Pelayan Ular Memohon Ampun
- Bab 27 Memaafkan
- Bab 28 Pikiran Yang Lain
- Bab 29 Berbohong Untuk Kebaikan
- Bab 30 Ini Juga Bisa Terlihat
- Bab 31 Mencari Kesempatan Membunuhnya
- Bab 32 Ditipu ke Dasar Danau
- Bab 33 Hampir Mati Tenggelam
- Bab 34 Mutiara Ular
- Bab 35 Selamat
- Bab 36 Bertemu Ular Putih
- Bab 37 Berjanji Menolong Ular Putih
- Bab 38 Apa Panggilan Ini Pantas
- Bab 39 Senyumannya Mengalihkan Duniaku
- Bab 40 Pertemuan yang Terlambat
- Bab 41 Tidak Tahan Akan Rasa Kesepian
- Bab 42 Pergi Jalan-Jalan
- Bab 43 Perkataan Sindiran
- Bab 44 Amarah Langsung Membara
- Bab 45 Merusak Paras Wajah
- Bab 46 Apakah Pria Ini Vegetarian
- Bab 47 Akan Membuat Mereka Mati Mengenaskan
- Bab 48 Merobek Kulit Wajah
- Bab 49 Meninggalkan Sebuah Bekas Luka
- Bab 50 Dimanjakan
- Bab 51 Kamu Jadi Pacarku Saja
- Bab 52 Mengikuti Pemilihan Selir
- Bab 53 Aku Hanya Orang Yang Sekadar Lewat
- Bab 54 Memasukkan Afrodisiak Ke Dalam Anggur
- Bab 55 Ular Kuning Loreng Yang Besar
- Bab 56 Raja ular, aku ingin, aku menginginkannya
- Bab 57 Akan Menunggu Sampai Hari Itu Tiba Untuk Menyentuhmu
- Bab 58 Ingin Tebusan Darimu
- Bab 59 Meninggalkan Istana Ular
- Bab 60 Perbedaan Kemampuan
- Bab 61 Dibawa Ke Hutan Bambu
- Bab 62 Menanti Pertemuan Denganmu Di Hutan Bambu
- Bab 63 Menyesal Tidak Seharusnya Mengancam Dirinya
- Bab 64 Lepaskan, Raja Memperbolehkanmu untuk Melepaskannya
- Bab 65 Jangan Malu, Bukankah Ini Hanya Mandi
- Bab 66 Mengubah Tubuh
- Bab 67 Diri yang Baru
- Bab 68 Sayangnya Tidak Ada Jika
- Bab 69 Mengantarkan Hadiah
- Bab 70: Bunda Mo Memberikan Anggur
- Bab 71: Bangun Dalam Keadaan Sudah Meninggal
- Bab 72 Mati Dalam Mimpi
- Bab 73 Aduh, Bisa Tidak Jangan Berbicara Terlalu Frontal?
- Bab 74 Suamiku Terlalu Menarik
- Bab 75 Berlilitan Tanpa Henti
- Bab 76 Telah Hamil
- Bab 77 Sang Anak Telah Tiada
- Bab 78 Tidak Berhak Untuk Tetap Disisinya
- Bab 79 Pertengkaran Kami Yang Pertama Kali
- Bab 80 Penemanian Para Wanita
- Bab 81 Kesakitan Yang Mendalam
- Bab 82 Lupa Ingatan Setelah Mabuk
- Bab 83 Selir
- Bab 84 Ketidak Hadiran Pengantin Pria
- Bab 85 Dia Malah Berada Di Ranjangku Saat Malam Pertamanya Dengan Wanita Lain
- Bab 86 Pergi Tanpa Berpamitan
- Bab 87 Membunuh Ular Dan Menjarah Kantong Empedu
- Bab 88 Menghadapi Jalan Buntu
- Bab 89 Penuh Siasat Licik
- Bab 90 Jatuh Ke Jurang
- Bab 91 Jatuh Ke Pelukannya
- Bab 92 Seorang Pria Yang Hangat
- Bab 93 Menghalangi Perjalanan
- Bab 94 Di Dalam Gunung Besar Terdapat Rumah Orang.
- Bab 95 Mimpi Yang Menyeramkan
- Bab 96 Monster Air Di Tengah Sungai.
- Bab 97 Dipaksa Menikah
- Bab 98 Datang Bulan
- Bab 99 Bolehkah Tidak Sebaik Hati Ini?
- Bab 100 Menginap di Desa
- Bab 101 Monster Pemakan Manusia
- Bab 102 Sangat Hebat
- Bab 103 Minum Racun Kalajengking
- Bab 104 Kalau Tidak Senang Sini Gigit Aku
- Bab 105 Jatuh Cinta Pada Pandangan Pertama
- Bab 106 Tujuan Tertentu
- Bab 107 Adegan Tersebut, Melukai Hatiku
- Bab 108 Siluman Kalajengking Beracun
- Bab 109 Padang Salju
- Bab 110 Sejak Kapan Belajar Menjilat Orang
- Bab 111 Keras Kepala
- Bab 112 Hua Tuo di Namsan
- Bab 113 Ada Syaratnya
- Bab 114 Monster Ganas
- Bab 115 Berjanji Memberi Pengobatan
- Bab 116 Mengambil Air Bekas Mandi Peri
- Bab 117 Dua Wanita Cabul
- Bab 118 Boneka Ginseng Berusia Seribu Tahun
- Bab 119 Bercinta
- Bab 120 Keracunan
- Bab 121 Tersipu Malu
- Bab 122 Tertangkap
- Bab 123 Pantang Menyerah
- Bab 124 Mengecap Dengan Besi Panas
- Bab 125 Memohon Padanya
- Bab 126 Rasa Malu
- Bab 127 Pertemuan
- Bab 128 Berpura-Pura Mati
- Bab 129 Bunuh Diri
- Bab 130 Tidak Bisa Kabur
- Bab 131 Paksaan
- Bab 132 Membutakan Sepasang Mata
- Bab 133 Dijual Ke Rumah Bordil
- Bab 134 Ular Hijau Menyelamatkanku
- Bab 135 Dosa Yang Mengerikan
- Bab 136 Hamil Lagi
- Bab 137 Kembali Bersama Suamiku
- Bab 138 Mengambil Mata
- Bab 139 Pulang Ke Istana Ular
- Bab 140 Memanjakan
- Bab 141 Jatuh Cinta Diam-Diam
- Bab 142 Bertengkar Demi Keinginan
- Bab 143 Jika Suatu Hari Nanti, Raja Tidak Ada Di Sisimu
- Bab 144 Pemikiran Lain
- Bab 145 Mencari Kesempatan Untuk Menyerang.
- Bab 146 Terjatuh Kedalam Air.
- Bab 147 Tidak Meninggal.
- Bab 148 Berpura-pura Menyalahkan Diri Sendiri.
- Bab 149 Menempel Padanya.
- Bab 150 Pengakuan Ditolak
- Bab 151 Kembali Kealam Manusia
- Bab 152 Kita Akan Berpisah
- Bab 153 Kepergian Dia
- Bab 154 Dikeluarkan Dari Istana Ular
- Bab 155 Tujuh Bayi Ular
- Bab 156 Mutiara Ular Ajaib
- Bab 157 Para Bayi Ingin Minum Susu
- Bab 158 Mencari Bayi Ular
- Bab 159 Anak-anakku
- Bab 160 Sendiri Mencari Susu Untuk Diminum
- Bab 161 Menjaga Ibu dan Anak Kami
- Bab 162 Kebencian Karena Cinta
- Bab 163 Dunia Ular Dikendalikan
- Bab 164 Cinta Berubah Menjadi Luka
- Bab 165 Bayi Ular Terselamatkan
- Bab 166 Raja Ular, Aku Akan Terus Menunggumu, Selamanya