The Serpent King Affection - Bab 65 Jangan Malu, Bukankah Ini Hanya Mandi
“Jangan menangis lagi, raja ingin membawamu kembali ke Istana Ular.
Lelaki itu mengulurkan tangannya dan menghapus tetesan air mata yang mengalir di wajahku, lalu berkata dengan nada yang lembut.
Kembali ke Istana Ular? Namun, aku baru saja diantar keluar, lalu kembali ke dalam, Bunda Mo akan merasa tidak senang, aku tahu ia tidak menyukaiku, kalau tidak, ia mengutus orang untuk mengantarku keluar.
“Kamu tidak perlu khawatir akan Bunda Mo, raja akan mengaturnya, kamu hanya perlu tinggal dengan tenang di Istana Ular, hanya perlu memikirkan kembali mengenai hal yang raja katakan.”
Lelaki itu berkata dengan penuh perasaan, nada bicaranya membuatku merasa sangat tenang.
Aku menganggukkan kepalaku dan menuruti perkataanya.
Di dalam hutan bambu, terlihat sebuah sosok yang mengenakan pakaian hitam terbang keluar dari hutan sambil menggendong seorang wanita, mereka baru saja pergi, namun, hutang bambu yang hijau tersebut hilang seketika, kehijauan itu berubah menjadi kuning, lalu menjadi hitam, semuanya hilang secara perlahan.
“Eh, mengapa hutan bambu tersebut hilang?”
Aku menempel erat pada bagian dadanya yang lebar itu dan bertanya, kedua matanya memutar, aku melihat sendiri hutan bambu tersebut menghilang, aku bahkan mengira bahwa mataku salah melihat, aku kemudian mengucek mataku dan benar saja bahwa hutan bambu itu menghilang, semuanya menghilang begitu saja.
“Siluman wanita sebenarnya hanyalah sebuah siluman bambu, keberadaannya akan membantu hutan bambu terlihat lebih hijau, namun, ia baru saja menyinggung raja dan berubah menjadi debu, maka hutan bambu tersebut juga ikut menghilang bersama dengannya.”
Lelaki itu mengatakannya dengan datar kepadaku, ia sepertinya tidak terlalu menghiraukan perubahan hutan bambu yang berada di belakangnya itu.
“Oh......”
Dengan itu, siluman wanita benar-benar sangat menyedihkan, sedikit dari nyawanya tidak lagi tersisa.
Lelaki itu menghela nafasnya secara perlahan, namun, dipikir kembali, hal seperti ini tidak memiliki penyelesaian apapun bagi seorang wanita yang baik hati, semua orang ingin sekali memakannya, walaupun ia baik, ia mempunyai perasaan yang sama dengan lawannya, ia hanya khawatir bahwa ia akan merasa sakit nantinya.
Seseorang harus hidup dengan mengetahui kapan saat yang tepat untuk melunakkan hatinya, kapan saat yang tepat untuk bersikap kejam, jika tidak, ia pasti hanya akan merasa sakit oleh karena dirinya sendiri.
Saat kembali ke Istana Ular, penjaga Andrew Bai dan Ular Putih yang menyambutnya, mereka berdua kebetulan sedang menunggu di depan pintu Istana Ular, mereka melihat bahwa Raja Ular sedang menggendong nona kecil, sehingga mereka pun menyambutnya.
“Raja Ular, Nona.”
“Raja Ular, Nona Isabelle Yao.”
Mlelihat nona yang berada di pelukan raja ular itu kembali, ular putih pun menjadi salah satu orang yang merasa paling senang, ia sudah sangat merindukan Isabelle Yao.
“Apakah Nona mengalami masalah?”
Ular putih bertanya dengan rasa khawatir, ini membuat hatiku merasa hangat, ternyata masih ada orang yang mengkhawatirkan diriku, ini merupakan hal baik.
“Susan tidak perlu khawatir, aku baik-baik saja.”
Aku berkata kepada Susan karena melihat wanita kecil tersebut sangat khawatir, sehingga hal ini akan menenangkanya.
“Raja akan membawanya pergi beristirahat, Susan tolong siapkan sedikit makanan.”
Lelaki itu berkata dengan nada dingin, lalu menggendong wanita tersebut dan berjalan masuk ke Istana Ular.
“Baik, Raja Ular.”
Ular putih berkata dengan penuh rasa hormat.
Tidak lama kemudian, ular putih dan penjaga Andrew Bai sepertinya menyadari suatu masalah dalam waktu yang bersamaan, yaitu mengenai adanya bagian yang robek dari pakaian hitam yang menutupi tubuh nona, astaga, siapa yang berani berbuat seperti itu, bahkan Raja Ular sendiri tidak berani merobeknya, orang itu pasti tidaklah mudah, mereka berdua tidak mengerti apa yang baru saja terjadi, mereka hanya bertukar pandangan sejenak dan terkejut di dalam hati masing-masing.
Akhirnya, ia kembali ke tempat ini, benar-benar sangat baik, dari keadaan awal dimana ia ingin pergi meninggalkan Istana Ular hignga memiliki perasaan untuk menetap di Istana Ular, ini adalah hal yang sesungguhnya berbalik, dimana ia sendiri juga merasa sulit mengertinya.
“Apakah kamu baru saja berjalan ke arah yang salah.”
Aku sudah menetap di Istana Ular untuk beberapa waktu, akumerasa bahwa lelaki ini sedang berjalan ke arah yang tidak pernah aku jalani sebelumnya.
“Kembali ke kamar raja.”
Lelaki itu menjawabku dengan datar, ia sepertinya tidak terlalu terkejut, apakah ini artinya kita akan tinggal bersama.
Aku masih berpikir untuk mengatakan sesuatu, namun lelaki itu langsung menggendongku dan berjalan masuk ke kamar raja.
“Raja Ular, kapankah para pembantu bisa memandikan nona?”
Melihat Raja Ular yang menggendong nona pulang, terlebih lagi melihat rambut Isabelle Yao yang berantakkan, para pembantu tersebut kemudian berkata dengan penuh hormat.
Lelaki itu kemudian mengucapkan perkataan yang mengejutkanku.
“Tidak perlu, raja yang akan melakukannya sendiri.”
Saat ucapan ini terdengar, yang terkejut tidak hanyalah diriku, namun, para pembantu wanita itu juga ikut merasa terkejut.
Raja Ular ingin memandikan Isabelle Yao sendiri, mereka tidak salah mendengarnya, para mandi tersebut menatapku dan aku juga menatap mereka, tidak salah, Raja Ular ingin memandikan Nona Isabelle Yao, hanya Nona Isabelle Yao yang mempunyai kesempatan itu.
“Betul.”
Setelah merasa terkejut, sekelompok pembantu tersebut tetap bersikap hormat kepadanya, lalu mengunci pintu secara perlahan, dan menunggu di depan dengan penuh hormat.
Ia tidak mengatakannya begitu saja, ia langsung menggendongku masuk ke kamar mandi dan ingin memandikanku sendiri.
Ini, ini tidak terlalu benar, lagipula, lelaki dan wanita itu berbeda, bagaimana mungkin aku membiarkan dirinya membantuku mandi, ini benar-benar akan membuatku merasa sangat malu.
“Aku akan melakukannya sendiri, kamu boleh menunggu di luar saja.”
Aku mengatakannya dengan kedua tanganku yang sedang menggenggam erat kedua lehernya, aku takut ia benar-benar akan memandikanku.
“Bagaimana mungkin, tubuhmu dipenuhi dengan luka, raja takut kamu ceroboh dan membuat lukamu menjadi lebih parah, raja merasa tidak tenang sehingga berkeputusan untuk memandikanmmu sendiri.”
“Tidak perlu, benar-benar tidak perlu, aku bisa berhati-hati.”
“Sudahlah, dengarkan perkataanku, sini, janganlah malu, bukankah ini hanyalah mandi.”
“Benar-benar tidak......”
Baju yang menutupi tubuhnya sudah dilepaskan sejak awal, ia tidak mengenakan apapun di dalam pelukannya, ia tidak peduli apakah aku bersedia atau tidak, ia langsung meletakkanku ke dalam air hangat, kecanggungan itu langsung berubah menjadi perasaan nyaman.
Aku langsung menerima tawarannya untuk dimandikan dari sikapku yang malu, walaupun hatiku terus berdebar dan wajahku memerah sepanjang prosesnya, namun, perasaan itu benar-benar sangatlah indah.
Setelah selesai mandi, ia mengobati lukaku sendiri, tubuhku terbuka di depannya, aku malu hingga tidak berani mengangkat kepalaku dan menatapnya.
Aku sedang memikirkan bagaimana seharusnya aku berhadapan dengannya setelah ini, wajahku semakin merah ketika memikirkannya.
“Sudah selesai mandi, raja akan memakaikan pakaianmu.”
Ia mengambil pakaian wanita yang berwarna merah sambil berkata, jika ia tidak ingin memaksakan sikapnya ketika ia tidak bersedia, siapa yang tidak akan gugup ketika tubuhnya yang menawan itu kini sedang berada di depannya, ia terus berusaha untuk menahannya, ia akhirnya selesai memandikannya dan mengenakan pakaiannya, lelaki itu lalu merendamkan diri ke bak air lainnya dan menenangkan diri.
Tubuh lelaki itu kemudian sangat lembab, wajahnya yang menawan itu ikut basah, tetesan air mengaliri rambutnya yang panjang, terlebih alis matanya yang lentik, ini adalah gambaran menawan dari seorang lelaki yang sedang mandi.
“Hei, apa yang sedang kamu lakukan, kamu bisa saja flu.”
Aku berkata sambil pergi menariknya keluar, kakiku bergemetar, sehingga tubuhku kemudian terjatuh ke dalam bak air tersebut, untung saja aku terjatuh ke pelukannya, namun, tubuhku tetap saja kembali basah, pakaian itu menjadi basah dan menempel pada tubuhnya, menunjukkan setiap lekukannya, hal itu membuat orang lain semakin menarik.
“Bodoh, siapa yang menyuruhmu turun, apakah kamu tahu bahwa kamu bisa saja masuk angin.”
Ia berkata dengan penuh rasa khawatir, ia menggendongnya dan tidak membiarkannya merasa kedinginan.
“Tadi aku bersikap kurang berhati-hati.”
Aku berkata dengan terpatah-patah, aku masih tidak berani langsung menatapnya.
“Raja benar-benar tidak bisa menahan ini, berjanjilah kepada raja untuk bersedia menjadi istri raja.”
Lelaki itu berkata dengan penuh perasaan, setiap orang yang mendengarnya pasti akan tersentuh.
Sebenarnya, aku sudah mengerti mengapa ia harus berendam air dingin, ia ingin aku bersedia tanpa harus memaksaku.
“Banyak sekali wanita yang menyukaimu......”
Ini mungkin saja merupakan suatu hal yang paling kukhawatirkan, aku takut ia akan melupakanku, aku lebih takut merasa sekali lagi ditinggalkan.
“Raja hanya menyukaimu seorang, untuk selamanya.”
Novel Terkait
Wahai Hati
JavAliusUntouchable Love
Devil BuddyLove And Pain, Me And Her
Judika DenadaThe Great Guy
Vivi HuangPerjalanan Selingkuh
LindaHarmless Lie
BaigeMi Amor
TakashiThe Serpent King Affection×
- Bab 1 Didorong ke Jurang (1)
- Bab 1 Didorong ke Jurang (2)
- Bab 2 Terbaring di Atas Tubuh Ular
- Bab 3 Berguling ke Bawah Gunung
- Bab 4 Hei Wanita, Kau Sudah Membuat Masalah Besar Dengan Aku Sang Raja
- Bab 5 Dikelilingi Ular
- Bab 6 Hidup atau Mati
- Bab 7 Terpesona
- Bab 8 Terpancing
- Bab 9 Istana Megah
- Chapter 10 Perlakuan Istimewa
- Chapter 11 Wanita Cantik dari Lukisan Kuno
- Chapter 12 Bisa Lebih Terbuka Lagi
- Chapter 13 Menetap dengan Tenang
- Chapter 14 Tidur Bersama Ular Raksasa
- Chapter 15 Menantang Ular Raksasa
- Bab 16 Tolong Jangan Makan Aku
- Bab 17 Apakah Kamu Menyukai Bentukku Yang Seperti Ini?
- Bab 18 Gagal Kabur
- Bab 19 Janji Tidak Akan Kabur Lagi
- Bab 20 Apakah Kau Benar-Benar Raja Ular?
- Bab 21 Marah
- Bab 22 Senyumanmu Sangat Cantik
- Bab 23 Iri, Cemburu, Dan Benci
- Bab 24 Dibohongi Untuk Keluar
- Bab 25 Pertolongan Dari Ular Putih Kecil
- Bab 26 Pelayan Ular Memohon Ampun
- Bab 27 Memaafkan
- Bab 28 Pikiran Yang Lain
- Bab 29 Berbohong Untuk Kebaikan
- Bab 30 Ini Juga Bisa Terlihat
- Bab 31 Mencari Kesempatan Membunuhnya
- Bab 32 Ditipu ke Dasar Danau
- Bab 33 Hampir Mati Tenggelam
- Bab 34 Mutiara Ular
- Bab 35 Selamat
- Bab 36 Bertemu Ular Putih
- Bab 37 Berjanji Menolong Ular Putih
- Bab 38 Apa Panggilan Ini Pantas
- Bab 39 Senyumannya Mengalihkan Duniaku
- Bab 40 Pertemuan yang Terlambat
- Bab 41 Tidak Tahan Akan Rasa Kesepian
- Bab 42 Pergi Jalan-Jalan
- Bab 43 Perkataan Sindiran
- Bab 44 Amarah Langsung Membara
- Bab 45 Merusak Paras Wajah
- Bab 46 Apakah Pria Ini Vegetarian
- Bab 47 Akan Membuat Mereka Mati Mengenaskan
- Bab 48 Merobek Kulit Wajah
- Bab 49 Meninggalkan Sebuah Bekas Luka
- Bab 50 Dimanjakan
- Bab 51 Kamu Jadi Pacarku Saja
- Bab 52 Mengikuti Pemilihan Selir
- Bab 53 Aku Hanya Orang Yang Sekadar Lewat
- Bab 54 Memasukkan Afrodisiak Ke Dalam Anggur
- Bab 55 Ular Kuning Loreng Yang Besar
- Bab 56 Raja ular, aku ingin, aku menginginkannya
- Bab 57 Akan Menunggu Sampai Hari Itu Tiba Untuk Menyentuhmu
- Bab 58 Ingin Tebusan Darimu
- Bab 59 Meninggalkan Istana Ular
- Bab 60 Perbedaan Kemampuan
- Bab 61 Dibawa Ke Hutan Bambu
- Bab 62 Menanti Pertemuan Denganmu Di Hutan Bambu
- Bab 63 Menyesal Tidak Seharusnya Mengancam Dirinya
- Bab 64 Lepaskan, Raja Memperbolehkanmu untuk Melepaskannya
- Bab 65 Jangan Malu, Bukankah Ini Hanya Mandi
- Bab 66 Mengubah Tubuh
- Bab 67 Diri yang Baru
- Bab 68 Sayangnya Tidak Ada Jika
- Bab 69 Mengantarkan Hadiah
- Bab 70: Bunda Mo Memberikan Anggur
- Bab 71: Bangun Dalam Keadaan Sudah Meninggal
- Bab 72 Mati Dalam Mimpi
- Bab 73 Aduh, Bisa Tidak Jangan Berbicara Terlalu Frontal?
- Bab 74 Suamiku Terlalu Menarik
- Bab 75 Berlilitan Tanpa Henti
- Bab 76 Telah Hamil
- Bab 77 Sang Anak Telah Tiada
- Bab 78 Tidak Berhak Untuk Tetap Disisinya
- Bab 79 Pertengkaran Kami Yang Pertama Kali
- Bab 80 Penemanian Para Wanita
- Bab 81 Kesakitan Yang Mendalam
- Bab 82 Lupa Ingatan Setelah Mabuk
- Bab 83 Selir
- Bab 84 Ketidak Hadiran Pengantin Pria
- Bab 85 Dia Malah Berada Di Ranjangku Saat Malam Pertamanya Dengan Wanita Lain
- Bab 86 Pergi Tanpa Berpamitan
- Bab 87 Membunuh Ular Dan Menjarah Kantong Empedu
- Bab 88 Menghadapi Jalan Buntu
- Bab 89 Penuh Siasat Licik
- Bab 90 Jatuh Ke Jurang
- Bab 91 Jatuh Ke Pelukannya
- Bab 92 Seorang Pria Yang Hangat
- Bab 93 Menghalangi Perjalanan
- Bab 94 Di Dalam Gunung Besar Terdapat Rumah Orang.
- Bab 95 Mimpi Yang Menyeramkan
- Bab 96 Monster Air Di Tengah Sungai.
- Bab 97 Dipaksa Menikah
- Bab 98 Datang Bulan
- Bab 99 Bolehkah Tidak Sebaik Hati Ini?
- Bab 100 Menginap di Desa
- Bab 101 Monster Pemakan Manusia
- Bab 102 Sangat Hebat
- Bab 103 Minum Racun Kalajengking
- Bab 104 Kalau Tidak Senang Sini Gigit Aku
- Bab 105 Jatuh Cinta Pada Pandangan Pertama
- Bab 106 Tujuan Tertentu
- Bab 107 Adegan Tersebut, Melukai Hatiku
- Bab 108 Siluman Kalajengking Beracun
- Bab 109 Padang Salju
- Bab 110 Sejak Kapan Belajar Menjilat Orang
- Bab 111 Keras Kepala
- Bab 112 Hua Tuo di Namsan
- Bab 113 Ada Syaratnya
- Bab 114 Monster Ganas
- Bab 115 Berjanji Memberi Pengobatan
- Bab 116 Mengambil Air Bekas Mandi Peri
- Bab 117 Dua Wanita Cabul
- Bab 118 Boneka Ginseng Berusia Seribu Tahun
- Bab 119 Bercinta
- Bab 120 Keracunan
- Bab 121 Tersipu Malu
- Bab 122 Tertangkap
- Bab 123 Pantang Menyerah
- Bab 124 Mengecap Dengan Besi Panas
- Bab 125 Memohon Padanya
- Bab 126 Rasa Malu
- Bab 127 Pertemuan
- Bab 128 Berpura-Pura Mati
- Bab 129 Bunuh Diri
- Bab 130 Tidak Bisa Kabur
- Bab 131 Paksaan
- Bab 132 Membutakan Sepasang Mata
- Bab 133 Dijual Ke Rumah Bordil
- Bab 134 Ular Hijau Menyelamatkanku
- Bab 135 Dosa Yang Mengerikan
- Bab 136 Hamil Lagi
- Bab 137 Kembali Bersama Suamiku
- Bab 138 Mengambil Mata
- Bab 139 Pulang Ke Istana Ular
- Bab 140 Memanjakan
- Bab 141 Jatuh Cinta Diam-Diam
- Bab 142 Bertengkar Demi Keinginan
- Bab 143 Jika Suatu Hari Nanti, Raja Tidak Ada Di Sisimu
- Bab 144 Pemikiran Lain
- Bab 145 Mencari Kesempatan Untuk Menyerang.
- Bab 146 Terjatuh Kedalam Air.
- Bab 147 Tidak Meninggal.
- Bab 148 Berpura-pura Menyalahkan Diri Sendiri.
- Bab 149 Menempel Padanya.
- Bab 150 Pengakuan Ditolak
- Bab 151 Kembali Kealam Manusia
- Bab 152 Kita Akan Berpisah
- Bab 153 Kepergian Dia
- Bab 154 Dikeluarkan Dari Istana Ular
- Bab 155 Tujuh Bayi Ular
- Bab 156 Mutiara Ular Ajaib
- Bab 157 Para Bayi Ingin Minum Susu
- Bab 158 Mencari Bayi Ular
- Bab 159 Anak-anakku
- Bab 160 Sendiri Mencari Susu Untuk Diminum
- Bab 161 Menjaga Ibu dan Anak Kami
- Bab 162 Kebencian Karena Cinta
- Bab 163 Dunia Ular Dikendalikan
- Bab 164 Cinta Berubah Menjadi Luka
- Bab 165 Bayi Ular Terselamatkan
- Bab 166 Raja Ular, Aku Akan Terus Menunggumu, Selamanya