The Serpent King Affection - Bab 104 Kalau Tidak Senang Sini Gigit Aku
“Ikutin aliran mata air.”
Hanya melihat pria tampan tersebut berpikir sejenak, matanya yang dalam membuat orang tidak tahu apa yang sedang ia pikirkan.
Dia menggendong aku, Ular Putih Kecil dan Susan mengikuti dari belakang, saat ini tidak ada yang tahu apa tujuan Raja Ular Austin Ye mengikuti aliran air mata.
Mengikuti air mata yang mengalir, kami sampai di satu tempat, lebih tepatnya ini seperti sebuah kota, banyak orang yang lalu lalang, banyak penjual tepi jalan yang menjual berbagai macam barang, sangat ramai, ada semua sumur besar di samping kota ini, ada orang sedang mengambil air di sana.
Aku pergi dari pelukkan suamiku, dan berjalan ke wanita yang sedang mengambil air dari sumur tersebut.
“Kakak, air di dalam sini ada racun kalajengking, tidak boleh diminum.”
Aku berbaik hati membujuk wanita tersebut.
Mendengar ucapan ku, wanita tersebut menaruh embernya, mengangkat kepala dan melihat ke aku, mungkin karena aku adalah orang asing, dia tidak ngomong dengan aku, hanya mengeleng-geleng kepalanya, kemudian mengambil air dari sana dan pergi, seperti ucapan ku tidak berpengaruh terhadapnya.
“Dengar-dengar tadi ada yang hilang lagi.”
Tiba-tiba, di saat yang sama, tidak tahu siapa yang berngomong dengan suara keras.
“Ih, kok ada yang hilang lagi, siapa yang berani lewatin hidup yang begitu menyeramkan lagi.”
“Iya iya, harus bagaimana ini, Kepala kota tidak peduli terhadap masalah ini, jangan-jangan, nanti yang hilang adalah kita.”
Mendengar kata tersebut, semua orang jadi membicarakan hal tersebut, dapat dilihat bahwa orang-orang sangat memperhatikan hal ini.
Membalikan badan, Suamiku Raja Ular mengerutkan alisnya, dia menepuk bahu seseorang, dengan kilat orang tersebut langsung tidak menyadarkan diri, dia sudah terkontrol oleh kekuatan Suamiku Raja Ular.
Di sebuah sudut, Raja Ular mulai bertanya kepada orang itu, Dari mulutnya, kami juga mendengar banyak hal luar biasa.
“Kita semua adalah penduduk dari kota ini, karena tubuh kami semua sudah terkena racun kalajengking, jadi semua orang pasti akan meninggal di sini, Wali Kota akan membagikan obat penawar untuk mengontrol racun tersebut kami agar kami dapat mempertahankan hidup, kalau tidak, kami semua hanya akan dibunuh oleh racun kalajengking tersebut, pendatang yang salah meminum air tersebut, harus tinggal di kota ini, karena apabila tidak ada obat penawar pengontrol dari Wali Kota, maka pasti akan mati, hanya saja orang-orang dari kami pasti ada yang hilang setiap harinya tanpa sebab, dan Wali Kota sepertinya tidak peduli terhadap masalah ini, membuat orang-orang disini merasa gelisah, ingin meninggalkan sini, namun tidak bisa.
Mereka semua seperti terkontrol oleh kekuatan dan mengatakan semuanya.
“Wali Kota ini, kenapa tidak peduli terhadap adanya penduduk yang hilang? Dan juga, kalau ia ada obat penawar untuk menyembuhkan racun kalajengking tersebut, kenapa ia tidak membersihkan racun dari sumur tersebut agar orang-orang dapat meminumnya dengan tenang dan aman?”
Setelah mendengar kata-kata orang tersebut, dengan curiga aku berkata, masalah ini, tidak peduli bagaimana pun semua ini tidak dapat dijelaskan, jangan-jangan, Wali Kota ini memang orang aneh?
“Benar kata Kak Isabelle Yao, hamba juga merasa Wali Kota ini adalah orang aneh.”
Kata Penjaga Andrew Bai.
“Kita pergi mencari Wali Kota untuk mengambil obat penawarnya, dia seperti orang apa, kita akan tahu nanti.”
Kata Suamiku Raja Ular.
Aku sambil menganggukkan kepala, sangat setuju dengan ucapannya.
Suamiku Raja Ular membawa kami, tiba-tiba muncul diluar sebuah istana yang megah.
Istana ini dijaga dengan ketat oleh banyak penjaga.
Tidak pergi mencari penduduk yang hilang, ternyata malah bersantai ria di sini, membuat orang merasa kurang baik.
Tentu masuk dengan begitu saja pasti tidak mungkin, kemudian sebuah cahaya emas keluar dari tangan Suamiku Raja Ular, dan kami langsung memasuki istana tersebut.
Dan penjaga yang ada di depan pintu, hanya merasa ada angin yang lewat, mereka tidak sadar ada 4 orang telah memasuki istana.
Diluar istana terlihat sangat mewah, namun sangat berbeda dengan apa yang ada di dalam, lorong jalan terlihat gelap, dan terkadang bisa terdengar suara pria dan wanita yang sedang berhubungan intim dari atas.
“Hati-hati”.
Suamiku Raja Ular jalan di paling depan, ia menoleh dan mengingatkan aku, bahasanya terdengar lembut.
Aku sambil menganggukkan kepala, membalikkan badan dan berkata kepada Ular Putih Kecil dan Penjaga Andrew Bai : “Kalian juga hati-hati.”
“Kami akan berhati-hati Nona Isabelle.”
Penjaga Andrew Bai menjawab dengan patuh, dan ia juga sangat was-was.
Lantai demi lantai, berjalan setelah beberapa lantai, akhirnya kami sampai di lantai paling tinggi.
Mengikut suara tertawa yang dikeluarkan oleh pria dan wanita tersebut dari kamar, kami masuk ke dalam kamar tersebut.
Di dalam kamar, sangat berantakan namun mewah, berbagai macam baju terlentang di lantai, wanita yang telanjang bulat sedang melayani pria gemuk yang tua.
Mereka semua mengatakan bahwa orang pasti mengharapkan kondisi yang baik, dan air pasti mengalir dari atas ke bawah, itu sudah menjadi naluri manusia, pria ini tua dan gemuk, sama sekali tidak memilik daya tarik, wanita yang melayaninya ini, kalau bukan tidak ditangkap oleh pria tersebut, pasti karena materialistik, tapi dari wajah mereka dapat terlihat, melayani pria tua ini atas kemauan ia sendiri, tidak ada yang memaksanya, jadi, mereka ini termasuk tipe kedua, materialistik.
Tiba-tiba melihat ada yang terobos masuk, sekumpulan wanita tersebut bersembunyi di belakang pria tua teersebut. Melihat 4 orang yang tiba-tiba masuk, wajah pria tua tersebut pun langsung menjadi tidak senang.
“Kurang ngajar, siapa ini, berani-beraninya mengganggu Wali Kota.”
Wajah priantua tersebut langsung terlihat tidak senang, bahkan aku bisa terlihat, ada sebuah aliran gelap yang terpancar dari badannya, terlihat sedikit takut.
“Kami datang untuk mengambil obat penawar.”
Penjaga Andrew Bai melangkah kedepan, berkata dengan tenang.
Pria tua tersebut memutarkan matanya, ternyata datang kemari untuk meminta obat penawar untuk racun kalajengking tersebut, wajah gemuknya terlihat senyum yang dingin dan kejam.
Wanita-wanita tersebut membantunya mengenakan baju, namun matanya terus melirik ke Suamiku.
Dengan cepat aku berdiri di depan Suamiku, tidak memperbolehkan mereka melirik Suamiku, Suamiku dan Wali Kota tersebut jangan jauh, satu di langit satu di tanah, pantas saja wanita-wanita tersebut tertarik melihat Suamiku, tapi ada aku, siapapun tidak boleh melihatnya.
Kenapa, aku memang sombong, kalau tidak puas yauda sini gigit aku, aku sambil berkontak dengan tatapan mata dengan wanita-wanita tersebut.
“Semuanya keluar dari sini.”
Sepertinya Wali Kota pun sadar kalau wanita-wanita yang melayaninya tadi sedang menatapi pria yang lain, dia sambil berteriak dan dengan kasar ia menampar dada seorang wanita.
Wanita tersebut hanya merasa panas dibadannya, dengan buru-buru mereka mengambil semua barang-barang dan baju keluar dari kamar tersebut.
Wali Kota yang tua itu turun dari ranjang, berjalan kea rah meja dan terduduk di kursi, dan ia menuangkan secangkir teh, tatapan dingin yang sama seperti matanya menatap ke kami, apalagi saat ia menatapi aku terlihat sangat mesum, membuat aku sangat jijik dan tidak suka.
“Kalian bisa masuk ke sini tanpa diketahui oleh penjaga, memang kalian jago, tapi di tempat aku sebagai Wali Kota ini bukanlah tempat yang bisa kalian datang dan pergi seenak kalian saja.”
Wali Kota tersebut sambil berkata, ia adalah orang yang sangat sombong, ia adalah ketua dalam kota ini, tidak ada orang yang dapat melawannya.
“Jangan banyak ngomong, cepat keluarkan obat penawarnya.”
Baru selesai berkata, Penjaga Andrew Bai sudah berada di depannya, tangannya terletak di bahunya, wajah Wali Kota tersebut langsung berubah, dia merasa kalau kekuatan ini membuat ia tidak bisa bergerak, hanya saja, wajahnya tetap terlihat sangat tenang.
“Tidak masalah kalau kalian ingin mendapatkan obat penawar, Aku akan memberikannya kepada kalian, namun obat untuk hari ini sudah habis di bagikan kepada para penduduk, harus tunggu sampai besok.”
Novel Terkait
Wanita Yang Terbaik
Tudi SaktiPejuang Hati
Marry SuThe Great Guy
Vivi HuangYour Ignorance
YayaGue Jadi Kaya
Faya SaitamaDewa Perang Greget
Budi MaBehind The Lie
Fiona LeeMy Goddes
Riski saputroThe Serpent King Affection×
- Bab 1 Didorong ke Jurang (1)
- Bab 1 Didorong ke Jurang (2)
- Bab 2 Terbaring di Atas Tubuh Ular
- Bab 3 Berguling ke Bawah Gunung
- Bab 4 Hei Wanita, Kau Sudah Membuat Masalah Besar Dengan Aku Sang Raja
- Bab 5 Dikelilingi Ular
- Bab 6 Hidup atau Mati
- Bab 7 Terpesona
- Bab 8 Terpancing
- Bab 9 Istana Megah
- Chapter 10 Perlakuan Istimewa
- Chapter 11 Wanita Cantik dari Lukisan Kuno
- Chapter 12 Bisa Lebih Terbuka Lagi
- Chapter 13 Menetap dengan Tenang
- Chapter 14 Tidur Bersama Ular Raksasa
- Chapter 15 Menantang Ular Raksasa
- Bab 16 Tolong Jangan Makan Aku
- Bab 17 Apakah Kamu Menyukai Bentukku Yang Seperti Ini?
- Bab 18 Gagal Kabur
- Bab 19 Janji Tidak Akan Kabur Lagi
- Bab 20 Apakah Kau Benar-Benar Raja Ular?
- Bab 21 Marah
- Bab 22 Senyumanmu Sangat Cantik
- Bab 23 Iri, Cemburu, Dan Benci
- Bab 24 Dibohongi Untuk Keluar
- Bab 25 Pertolongan Dari Ular Putih Kecil
- Bab 26 Pelayan Ular Memohon Ampun
- Bab 27 Memaafkan
- Bab 28 Pikiran Yang Lain
- Bab 29 Berbohong Untuk Kebaikan
- Bab 30 Ini Juga Bisa Terlihat
- Bab 31 Mencari Kesempatan Membunuhnya
- Bab 32 Ditipu ke Dasar Danau
- Bab 33 Hampir Mati Tenggelam
- Bab 34 Mutiara Ular
- Bab 35 Selamat
- Bab 36 Bertemu Ular Putih
- Bab 37 Berjanji Menolong Ular Putih
- Bab 38 Apa Panggilan Ini Pantas
- Bab 39 Senyumannya Mengalihkan Duniaku
- Bab 40 Pertemuan yang Terlambat
- Bab 41 Tidak Tahan Akan Rasa Kesepian
- Bab 42 Pergi Jalan-Jalan
- Bab 43 Perkataan Sindiran
- Bab 44 Amarah Langsung Membara
- Bab 45 Merusak Paras Wajah
- Bab 46 Apakah Pria Ini Vegetarian
- Bab 47 Akan Membuat Mereka Mati Mengenaskan
- Bab 48 Merobek Kulit Wajah
- Bab 49 Meninggalkan Sebuah Bekas Luka
- Bab 50 Dimanjakan
- Bab 51 Kamu Jadi Pacarku Saja
- Bab 52 Mengikuti Pemilihan Selir
- Bab 53 Aku Hanya Orang Yang Sekadar Lewat
- Bab 54 Memasukkan Afrodisiak Ke Dalam Anggur
- Bab 55 Ular Kuning Loreng Yang Besar
- Bab 56 Raja ular, aku ingin, aku menginginkannya
- Bab 57 Akan Menunggu Sampai Hari Itu Tiba Untuk Menyentuhmu
- Bab 58 Ingin Tebusan Darimu
- Bab 59 Meninggalkan Istana Ular
- Bab 60 Perbedaan Kemampuan
- Bab 61 Dibawa Ke Hutan Bambu
- Bab 62 Menanti Pertemuan Denganmu Di Hutan Bambu
- Bab 63 Menyesal Tidak Seharusnya Mengancam Dirinya
- Bab 64 Lepaskan, Raja Memperbolehkanmu untuk Melepaskannya
- Bab 65 Jangan Malu, Bukankah Ini Hanya Mandi
- Bab 66 Mengubah Tubuh
- Bab 67 Diri yang Baru
- Bab 68 Sayangnya Tidak Ada Jika
- Bab 69 Mengantarkan Hadiah
- Bab 70: Bunda Mo Memberikan Anggur
- Bab 71: Bangun Dalam Keadaan Sudah Meninggal
- Bab 72 Mati Dalam Mimpi
- Bab 73 Aduh, Bisa Tidak Jangan Berbicara Terlalu Frontal?
- Bab 74 Suamiku Terlalu Menarik
- Bab 75 Berlilitan Tanpa Henti
- Bab 76 Telah Hamil
- Bab 77 Sang Anak Telah Tiada
- Bab 78 Tidak Berhak Untuk Tetap Disisinya
- Bab 79 Pertengkaran Kami Yang Pertama Kali
- Bab 80 Penemanian Para Wanita
- Bab 81 Kesakitan Yang Mendalam
- Bab 82 Lupa Ingatan Setelah Mabuk
- Bab 83 Selir
- Bab 84 Ketidak Hadiran Pengantin Pria
- Bab 85 Dia Malah Berada Di Ranjangku Saat Malam Pertamanya Dengan Wanita Lain
- Bab 86 Pergi Tanpa Berpamitan
- Bab 87 Membunuh Ular Dan Menjarah Kantong Empedu
- Bab 88 Menghadapi Jalan Buntu
- Bab 89 Penuh Siasat Licik
- Bab 90 Jatuh Ke Jurang
- Bab 91 Jatuh Ke Pelukannya
- Bab 92 Seorang Pria Yang Hangat
- Bab 93 Menghalangi Perjalanan
- Bab 94 Di Dalam Gunung Besar Terdapat Rumah Orang.
- Bab 95 Mimpi Yang Menyeramkan
- Bab 96 Monster Air Di Tengah Sungai.
- Bab 97 Dipaksa Menikah
- Bab 98 Datang Bulan
- Bab 99 Bolehkah Tidak Sebaik Hati Ini?
- Bab 100 Menginap di Desa
- Bab 101 Monster Pemakan Manusia
- Bab 102 Sangat Hebat
- Bab 103 Minum Racun Kalajengking
- Bab 104 Kalau Tidak Senang Sini Gigit Aku
- Bab 105 Jatuh Cinta Pada Pandangan Pertama
- Bab 106 Tujuan Tertentu
- Bab 107 Adegan Tersebut, Melukai Hatiku
- Bab 108 Siluman Kalajengking Beracun
- Bab 109 Padang Salju
- Bab 110 Sejak Kapan Belajar Menjilat Orang
- Bab 111 Keras Kepala
- Bab 112 Hua Tuo di Namsan
- Bab 113 Ada Syaratnya
- Bab 114 Monster Ganas
- Bab 115 Berjanji Memberi Pengobatan
- Bab 116 Mengambil Air Bekas Mandi Peri
- Bab 117 Dua Wanita Cabul
- Bab 118 Boneka Ginseng Berusia Seribu Tahun
- Bab 119 Bercinta
- Bab 120 Keracunan
- Bab 121 Tersipu Malu
- Bab 122 Tertangkap
- Bab 123 Pantang Menyerah
- Bab 124 Mengecap Dengan Besi Panas
- Bab 125 Memohon Padanya
- Bab 126 Rasa Malu
- Bab 127 Pertemuan
- Bab 128 Berpura-Pura Mati
- Bab 129 Bunuh Diri
- Bab 130 Tidak Bisa Kabur
- Bab 131 Paksaan
- Bab 132 Membutakan Sepasang Mata
- Bab 133 Dijual Ke Rumah Bordil
- Bab 134 Ular Hijau Menyelamatkanku
- Bab 135 Dosa Yang Mengerikan
- Bab 136 Hamil Lagi
- Bab 137 Kembali Bersama Suamiku
- Bab 138 Mengambil Mata
- Bab 139 Pulang Ke Istana Ular
- Bab 140 Memanjakan
- Bab 141 Jatuh Cinta Diam-Diam
- Bab 142 Bertengkar Demi Keinginan
- Bab 143 Jika Suatu Hari Nanti, Raja Tidak Ada Di Sisimu
- Bab 144 Pemikiran Lain
- Bab 145 Mencari Kesempatan Untuk Menyerang.
- Bab 146 Terjatuh Kedalam Air.
- Bab 147 Tidak Meninggal.
- Bab 148 Berpura-pura Menyalahkan Diri Sendiri.
- Bab 149 Menempel Padanya.
- Bab 150 Pengakuan Ditolak
- Bab 151 Kembali Kealam Manusia
- Bab 152 Kita Akan Berpisah
- Bab 153 Kepergian Dia
- Bab 154 Dikeluarkan Dari Istana Ular
- Bab 155 Tujuh Bayi Ular
- Bab 156 Mutiara Ular Ajaib
- Bab 157 Para Bayi Ingin Minum Susu
- Bab 158 Mencari Bayi Ular
- Bab 159 Anak-anakku
- Bab 160 Sendiri Mencari Susu Untuk Diminum
- Bab 161 Menjaga Ibu dan Anak Kami
- Bab 162 Kebencian Karena Cinta
- Bab 163 Dunia Ular Dikendalikan
- Bab 164 Cinta Berubah Menjadi Luka
- Bab 165 Bayi Ular Terselamatkan
- Bab 166 Raja Ular, Aku Akan Terus Menunggumu, Selamanya