The Serpent King Affection - Bab 42 Pergi Jalan-Jalan
Semua wanita ular cantik menggeleng-gelengkan kepala, daripada ikut mengantar nyawa bersama kedua otak udang itu, lebih baik ikut disisi orang yang pandai, walaupun semua wanita cantik itu sangat ingin meraih perhatian dari Raja UIar, tapi dengan bersikap gegabah seperti ini, memang bukan sebuah tindakan yang baik.
"Perkataan kak Mei tidak salah, Qing dan Hei bertindak gegabah seperti ini dengan pergi ke istara ular hanya akan peggi mengantar nyawa, kalau cara seperti ini sukses, kita semua juga tidak perlu menunggu dengan susah payah si intana bagian dalam seperti ini bukan?"
Wanita yang bergaun dengan corak belang mengatakan, siapa yang tidak ingin mendapatkan perhatian dari Raja UIar, hanya saja hal yang harusnya mereka lakukan adalah menggunakan otak, dan bukan pergi mengantar nyawa.
"Perkataan kak Hua sangat masuk akal, tapi kita harus bagaimana mendekati Raja UIar."
Sebuah suara yang terdengar merdu menanyakan, dia adalah seekor ular berwarna biru diantara para wanita ular cantik.
"Ular putih, kamu rasa apa langkah kita selanjutnya yang harus kita lakukan?"
Seorang wanita bergaun kuning yang duduk di tengah berkata dengan pelan, bertanya terhadap seorang wanita cantik berbusana putih yang sedang meminum teh dan tidak pernah bersuara dari tadi sama sekali, pandangan itu jelas-jelas memancarkan rasa dingin, dan dia ingin mendengarkan pendapat ular putih yang lebih pintar diantara para wanita ular cantik.
Ketika mendengar pertanyaan Mei, ular putih meletakkan cangkir teh dengan perlahan, terlihat sangat tenang dan santai.
"Bai juga tidak mendukung pemikiran dari Qing dan Hei, Raja UIar pada dasarnya tidak menyukai wanita yang pamer, mereka pergi mencari Raja UIar dengan bersikap seperti ini, tentu saja tidak akan berakhir baik, dan juga, kita belum tahu pasti apakah Raja UIar benar-benar telah jatuh cinta terhadap seorang wanita bangsa manusia yang dibawa pulang itu, Bai merasa, Raja UIar hanya sedang mencari hal-hal yang baru, tidak akan membiarkannya menetap terlalu lama disisi, tetang bagaimana cara mendekati Raja UIar, para saudari jangan sampai lupa sekarang sudah hampir mendekati hari pemilihan selir setiap 500 tahun sekali, Bai berpikir, para saudari tidak akan melepaskan kesempatan emas ini."
Bai mulai mengangkat gelasnya setelah selesai mengatakannya, sepasang mata yang asri melirik ke arah dimana wanita bergaun kuning sedang duduk.
"Ternyata Bai memang pintar, sama sekali tidak bisa dibandingnya dengan kedua otak udang itu."
Mei tersenyum sejenak, pandangannya sangat dalam, sudut mulutnya memancarkan segelintir aura dingin.
Hari pemilihan selir akan segera tiba, setiap wanita ular cantik telah saling bersiasat bagaimana caranya memikat pandangan mata Raja UIar nantinya, penuh dengan penantian juga halusinasi.
Pagi hari, secercah cahaya matahari tembus dari jendela menyinari ruangan, aku bangun dari ranjang, mengganti baju, melipat selimut, memakai sepatu dengan baik.
Pada saat ini, pintu kamar telah terbuka secara perlahan, orang yang masuk adalah Susan, dia membawakan air untuk mencuci muka di tangannya, tadi di luar pintu telah berdiri beberapa saat, setelah mendengar nona telah bergerak baru berani masuk.
"Pagi, Susan."
Aku melekukkan alis mata dengan wajah yang penuh senyuman menyapa Susan.
"Selamat pagi nona," Susan meletakkan air cuci muka sampai kehadapanku, "Apakah nona semalam tidak tidur dengan baik?"
Susan mengedipkan mata menanyakanku.
Tidak perlu melihat cermin pun telah tahu, di wajahku pasti telah muncul sepasang mata panda, makanya terlihat begitu jelas.
Aku menguap sejenak, menganggukkan kepala, semalam memang tidak tidur dengan baik, mengakibatkan semangatku sedikit berkurang.
"Susan sekarang akan pergi membuatkan sup penutrisi semangat juga otak untuk nona."
Setelah ular putih mengatakan, dia langsung melangkahkan kaki keluar dari kamar, tidak lama kemudian, dia telah kembali dengan membawakan semangkuk sup obat yang panas.
"Aku telah mengatakan gejala insomnianya nona ke juru masak, dan juru masak secara khusus membuatkan semangkuk sup gingseng untuk nona minum."
Susan meletakkan sup gingseng di meja untuk kuminum.
"Terima kasih Susan." Raja ular menyerang:
Aku telah selesai mencuci muka, duduk di atas kursi, dengan tanpa segan meminum sup gingseng itu.
Susan pergi membuang air cuci muka tadi, lalu masuk lagi ke kamar untuk menemaniku.
"Cuaca hari ini sangat bagus," Aku memalingkan kepala dan pergi melihat keluar melalui jendela yang diukir dengan motif bunga, di luar telah disinari dengan cahaya matahari yang cerah, "Susan, bagaimana kalau kita pergi jalan-jalan keluar," Hari yang cerah seperti ini telah menarik perhatianku untuk pergi berjalan santai di pagi hari.
"Baik baik."
Susan sangat setuju dengan saranku, sepasang tangannya saling bertepuk, dia baru datang ke istana ular, juga ingin pergi melihat lingkungan di sekitar istana ular.
Aku dan Susan berjalan keluar dari kamar untuk melihat-lihat, aku berjalan di depan, Susan berjalan di belakang, kedua wanita dengan senang sambil menikmati pemandangan bunga sambil berjalan santai.
Tapi aku tidak menyangka, keluar jalan-jalan kali ini malah bertemu dengan dua orang wanita, dan hampir saja kehilangan nyawa.
Novel Terkait
My Superhero
JessiDemanding Husband
MarshallMbak, Kamu Sungguh Cantik
Tere LiyePerjalanan Selingkuh
LindaAfter Met You
AmardaMarriage Journey
Hyon SongEverything i know about love
Shinta CharityAsisten Bos Cantik
Boris DreyThe Serpent King Affection×
- Bab 1 Didorong ke Jurang (1)
- Bab 1 Didorong ke Jurang (2)
- Bab 2 Terbaring di Atas Tubuh Ular
- Bab 3 Berguling ke Bawah Gunung
- Bab 4 Hei Wanita, Kau Sudah Membuat Masalah Besar Dengan Aku Sang Raja
- Bab 5 Dikelilingi Ular
- Bab 6 Hidup atau Mati
- Bab 7 Terpesona
- Bab 8 Terpancing
- Bab 9 Istana Megah
- Chapter 10 Perlakuan Istimewa
- Chapter 11 Wanita Cantik dari Lukisan Kuno
- Chapter 12 Bisa Lebih Terbuka Lagi
- Chapter 13 Menetap dengan Tenang
- Chapter 14 Tidur Bersama Ular Raksasa
- Chapter 15 Menantang Ular Raksasa
- Bab 16 Tolong Jangan Makan Aku
- Bab 17 Apakah Kamu Menyukai Bentukku Yang Seperti Ini?
- Bab 18 Gagal Kabur
- Bab 19 Janji Tidak Akan Kabur Lagi
- Bab 20 Apakah Kau Benar-Benar Raja Ular?
- Bab 21 Marah
- Bab 22 Senyumanmu Sangat Cantik
- Bab 23 Iri, Cemburu, Dan Benci
- Bab 24 Dibohongi Untuk Keluar
- Bab 25 Pertolongan Dari Ular Putih Kecil
- Bab 26 Pelayan Ular Memohon Ampun
- Bab 27 Memaafkan
- Bab 28 Pikiran Yang Lain
- Bab 29 Berbohong Untuk Kebaikan
- Bab 30 Ini Juga Bisa Terlihat
- Bab 31 Mencari Kesempatan Membunuhnya
- Bab 32 Ditipu ke Dasar Danau
- Bab 33 Hampir Mati Tenggelam
- Bab 34 Mutiara Ular
- Bab 35 Selamat
- Bab 36 Bertemu Ular Putih
- Bab 37 Berjanji Menolong Ular Putih
- Bab 38 Apa Panggilan Ini Pantas
- Bab 39 Senyumannya Mengalihkan Duniaku
- Bab 40 Pertemuan yang Terlambat
- Bab 41 Tidak Tahan Akan Rasa Kesepian
- Bab 42 Pergi Jalan-Jalan
- Bab 43 Perkataan Sindiran
- Bab 44 Amarah Langsung Membara
- Bab 45 Merusak Paras Wajah
- Bab 46 Apakah Pria Ini Vegetarian
- Bab 47 Akan Membuat Mereka Mati Mengenaskan
- Bab 48 Merobek Kulit Wajah
- Bab 49 Meninggalkan Sebuah Bekas Luka
- Bab 50 Dimanjakan
- Bab 51 Kamu Jadi Pacarku Saja
- Bab 52 Mengikuti Pemilihan Selir
- Bab 53 Aku Hanya Orang Yang Sekadar Lewat
- Bab 54 Memasukkan Afrodisiak Ke Dalam Anggur
- Bab 55 Ular Kuning Loreng Yang Besar
- Bab 56 Raja ular, aku ingin, aku menginginkannya
- Bab 57 Akan Menunggu Sampai Hari Itu Tiba Untuk Menyentuhmu
- Bab 58 Ingin Tebusan Darimu
- Bab 59 Meninggalkan Istana Ular
- Bab 60 Perbedaan Kemampuan
- Bab 61 Dibawa Ke Hutan Bambu
- Bab 62 Menanti Pertemuan Denganmu Di Hutan Bambu
- Bab 63 Menyesal Tidak Seharusnya Mengancam Dirinya
- Bab 64 Lepaskan, Raja Memperbolehkanmu untuk Melepaskannya
- Bab 65 Jangan Malu, Bukankah Ini Hanya Mandi
- Bab 66 Mengubah Tubuh
- Bab 67 Diri yang Baru
- Bab 68 Sayangnya Tidak Ada Jika
- Bab 69 Mengantarkan Hadiah
- Bab 70: Bunda Mo Memberikan Anggur
- Bab 71: Bangun Dalam Keadaan Sudah Meninggal
- Bab 72 Mati Dalam Mimpi
- Bab 73 Aduh, Bisa Tidak Jangan Berbicara Terlalu Frontal?
- Bab 74 Suamiku Terlalu Menarik
- Bab 75 Berlilitan Tanpa Henti
- Bab 76 Telah Hamil
- Bab 77 Sang Anak Telah Tiada
- Bab 78 Tidak Berhak Untuk Tetap Disisinya
- Bab 79 Pertengkaran Kami Yang Pertama Kali
- Bab 80 Penemanian Para Wanita
- Bab 81 Kesakitan Yang Mendalam
- Bab 82 Lupa Ingatan Setelah Mabuk
- Bab 83 Selir
- Bab 84 Ketidak Hadiran Pengantin Pria
- Bab 85 Dia Malah Berada Di Ranjangku Saat Malam Pertamanya Dengan Wanita Lain
- Bab 86 Pergi Tanpa Berpamitan
- Bab 87 Membunuh Ular Dan Menjarah Kantong Empedu
- Bab 88 Menghadapi Jalan Buntu
- Bab 89 Penuh Siasat Licik
- Bab 90 Jatuh Ke Jurang
- Bab 91 Jatuh Ke Pelukannya
- Bab 92 Seorang Pria Yang Hangat
- Bab 93 Menghalangi Perjalanan
- Bab 94 Di Dalam Gunung Besar Terdapat Rumah Orang.
- Bab 95 Mimpi Yang Menyeramkan
- Bab 96 Monster Air Di Tengah Sungai.
- Bab 97 Dipaksa Menikah
- Bab 98 Datang Bulan
- Bab 99 Bolehkah Tidak Sebaik Hati Ini?
- Bab 100 Menginap di Desa
- Bab 101 Monster Pemakan Manusia
- Bab 102 Sangat Hebat
- Bab 103 Minum Racun Kalajengking
- Bab 104 Kalau Tidak Senang Sini Gigit Aku
- Bab 105 Jatuh Cinta Pada Pandangan Pertama
- Bab 106 Tujuan Tertentu
- Bab 107 Adegan Tersebut, Melukai Hatiku
- Bab 108 Siluman Kalajengking Beracun
- Bab 109 Padang Salju
- Bab 110 Sejak Kapan Belajar Menjilat Orang
- Bab 111 Keras Kepala
- Bab 112 Hua Tuo di Namsan
- Bab 113 Ada Syaratnya
- Bab 114 Monster Ganas
- Bab 115 Berjanji Memberi Pengobatan
- Bab 116 Mengambil Air Bekas Mandi Peri
- Bab 117 Dua Wanita Cabul
- Bab 118 Boneka Ginseng Berusia Seribu Tahun
- Bab 119 Bercinta
- Bab 120 Keracunan
- Bab 121 Tersipu Malu
- Bab 122 Tertangkap
- Bab 123 Pantang Menyerah
- Bab 124 Mengecap Dengan Besi Panas
- Bab 125 Memohon Padanya
- Bab 126 Rasa Malu
- Bab 127 Pertemuan
- Bab 128 Berpura-Pura Mati
- Bab 129 Bunuh Diri
- Bab 130 Tidak Bisa Kabur
- Bab 131 Paksaan
- Bab 132 Membutakan Sepasang Mata
- Bab 133 Dijual Ke Rumah Bordil
- Bab 134 Ular Hijau Menyelamatkanku
- Bab 135 Dosa Yang Mengerikan
- Bab 136 Hamil Lagi
- Bab 137 Kembali Bersama Suamiku
- Bab 138 Mengambil Mata
- Bab 139 Pulang Ke Istana Ular
- Bab 140 Memanjakan
- Bab 141 Jatuh Cinta Diam-Diam
- Bab 142 Bertengkar Demi Keinginan
- Bab 143 Jika Suatu Hari Nanti, Raja Tidak Ada Di Sisimu
- Bab 144 Pemikiran Lain
- Bab 145 Mencari Kesempatan Untuk Menyerang.
- Bab 146 Terjatuh Kedalam Air.
- Bab 147 Tidak Meninggal.
- Bab 148 Berpura-pura Menyalahkan Diri Sendiri.
- Bab 149 Menempel Padanya.
- Bab 150 Pengakuan Ditolak
- Bab 151 Kembali Kealam Manusia
- Bab 152 Kita Akan Berpisah
- Bab 153 Kepergian Dia
- Bab 154 Dikeluarkan Dari Istana Ular
- Bab 155 Tujuh Bayi Ular
- Bab 156 Mutiara Ular Ajaib
- Bab 157 Para Bayi Ingin Minum Susu
- Bab 158 Mencari Bayi Ular
- Bab 159 Anak-anakku
- Bab 160 Sendiri Mencari Susu Untuk Diminum
- Bab 161 Menjaga Ibu dan Anak Kami
- Bab 162 Kebencian Karena Cinta
- Bab 163 Dunia Ular Dikendalikan
- Bab 164 Cinta Berubah Menjadi Luka
- Bab 165 Bayi Ular Terselamatkan
- Bab 166 Raja Ular, Aku Akan Terus Menunggumu, Selamanya