The Serpent King Affection - Bab 86 Pergi Tanpa Berpamitan
Yang membuatku tak menyangka adalah, kepergian kali ini, akan terjatuh pada tangan beberapa wanita ular cantik.
Tepat saat aku pergi meninggalkan Istana Ular, aku telah terlihat oleh Mei, Hua, Ular Hitam dan lainnya, wajah Mei yang menawan itu menunjukkan senyuman yang sinis, sedang berpikir harus bagaimana membuat bangsa manusia itu mati, dan kebetulan, kesempatan ini telah datang.
"Kak Mei, Kak Hua, mari kita membunuh wanita murahan itu."
Ular Hitam berkata sambil melihat bayangan seseorang yang berbaju ungu sedang pergi meninggalkan Istana Ular.
Sangat cepat, ketiga wanita ular cantik telah menghilang.
Sedetik setelah ketiga wanita itu menghilang, seekor ular berwarna putih dengan berpakaian serba putih muncul di tempat di mana para wanita itu menghilang tadi, ekspresinya tidak berubah ketika melihat mereka semua sedang pergi mengejar bayangan bangsa manusia itu, sudut bibir Ular Putih membentuk sebuah senyuman dingin yang sulit untuk di mengerti.
Ular Putih, penampilannya terlihat tenang dari luar, merupakan seseorang yang paling licik diantara wanita ular cantik, berpikir ada beberapa hal yang tidak perlu dilakukannya sendiri, lebih baik duduk manis untuk melihat sebuah pertunjukan menarik.
Keesokan harinya, pria menawan telah bangun, perasaan pertama yang dirasakannya adalah rasa kekosongan di bagian lengan, walaupun dia telah kehilangan ingatan karena pengaruh mabuk, tapi bayangan kejadian yang terjadi semalam tetap sangat jelas, dia ingat bahwa Isabelle bersama dengannya.
"Isabelle."
Apakah dia telah bangun? Sepasang mata yang indah sedikit terbuka, tapi tidak terlihat bayangan orang itu sama sekali di kamar, wajahnya terasa dingin, mengulurkan tangan yang panjang untuk mengelus, itu merupakan setetes air mata yang belum kering.
"Isabelle......"
Si pria rupawan sangat kaget, sepertinya telah menyadari sesuatu, dalam waktu tiga detik yang singkat ini, dengan sekali pergerakan telah memakai baju dengan baik, pria menawan dengan diiringi hembusan angin pergi meninggalkan kamar, untuk mencari Isabelle.
Memiliki sebuah firasat yang tidak baik, membuatnya sangat panik, juga sangat khawatir.
"Susan, apakah kamu pernah bertemu dengannya?"
Baru pergi dari kamar, langsung bertemu degnan Ular Putih Kecil yang datang mengantarkan sarapan, mendengar pertanyaan dari Raja Ular, Ular Putih Kecil kaget, lalu menggeleng-gelengkan kepala.
"Tidak, tidak ada."
Bukankah Nona seharusnya berada di dalam kamar, kenapa Raja Ular malah mencarinya, dan kelihatnya sangatlah panik.
Ular Putih Kecil datang ke kamar, melihat memang tidak ada sosok bayangan Nona, dan Raja Ular baru saja keluar dari kamar, ini artinya, Nona, apakah Nona telah pergi meninggalkan Istana Ular, Ular Putih Kecil tidak berani percaya akan dugaannya sendiri, semalam dia memang menemani sisi Nona, tapi Nona ingin menyendiri, makanya Ular Putih Kecil pergi meninggalkannya, tak sangka keesokan harinya, Nona malah telah pergi tanpa berpamitan.
Ular Putih Kecil meletakkan makanan yang ada ditangannya, dengan sangat panik pergi mengikuti Raja Ular untuk mencari Nona, dia begitu berharap, Nona hanya sedang berjalan-jalan di suatu taman, tapi dirinya telah mencari ke berbagai tempat, tetap tidak menemukan Nona.
"Raja Ular, ada perintah apa anda memanggil hamba."
Penjaga Andrew Bai langsung bergegas datang setelah menerima panggilan dari Raja Ular.
"Bawalah orang untuk mencarinya, pergi mencainya sampai ketemu."
Suara sang pria yang dingin mengatakan, baru Penjaga Andrew Bai tahu bahwa telah terjadi sesuatu terhadap Nona Isabelle.
"Hamba akan segera membawa orang pergi mencari Nona Isabelle."
Berkata dengan penuh hormat, selanjutnya, Penjaga Andrew Bai berkata lagi: "Hamba mendengar dari Susan, beberapa hari yang lalu, Bunda Mo menyuruh Nona Isabelle untuk datang ke Paviliun Malige sejenak, lalu Nona Isabelle menjadi pendiam semenjak hari itu, kelihatannya suasana hatinya tidak begitu baik."
"Kenapa kamu tidak mengatakannya dari awal."
Dia telah curiga dari awal, apakah perubahan Isabelle Yao yang begitu drastis berhubungan dengan Bunda Mo atau tidak, sekarang mendengar Penjaga Andrew Bai berkata seperti ini, ternyata seperti dugaannya, dia sedang berpikir, kepergian Isabelle Yao tanpa berpamitan ini pasti berhubungan dengan hal ini juga, apa sebenarnya yang telah dikatakan Bunda Mo terhadapnya, yang bisa membuatnya mengatakan perkataan seperti itu, bahkan membuatnya pergi meninggalkan dirinya, jelas-jelas Isabelle Yao sangat mencintainya, hal ini membuat hatinya sangatlah sakit.
"Hamba......"
Situasi ini sama dengan sebuah istilah yang mengatakan, kesulitan dalam hati sulit untuk diutarakan, Penjaga Andrew Bai sudah ingin mengatakannya dua kali kepada Raja Ular akan hal ini, tapi Raja Ular tidak memberikannya kesempatan untuk mengatakan.
Dia terdiam beberapa saat, lalu mengangkat kepala kembali, telah tidak terlihat keberadaan Raja Ular lagi, Penjaga Andrew Bai dengan panik membawa beberapa orang untuk pergi mencari nona Isabelle.
Sedangkan Austin Ye si Raja Ular saat ini telah datang ke Paviliun Malige, langsung masuk ke dalam tanpa melalui pelaporan dari penjaga, aura dingin itu, membuat orang merasa sangat takut.
"Apa sebenarnya yang telah kamu katakan terhadapnya."
Suara seorang pria yang dingin menanyakan, sepasang mata yang dingin menatap wajah sang wanita yang anggun.
"Ada apa dengan Austin, kenapa amarahmu begitu besar, apakah ini adalah sikap yang benar saat berbicara dengan bunda."
Dia menghilangkan diri saat hari pernikahan, dan pagi-pagi sekali malah datang untuk menyalahkannya, tentu saja Bunda Mo akan merasa tidak senang.
"Bunda Mo, jangan marah."
"Raja Ular......"
Kasim yang berdiri di samping ketika melihat ibu dan anak hampir bertengkar, langsung memberi isyarat dengan pandangan mata untuk mengingatkan Raja Ular jangan membuat Bunda Mo menjadi marah, tapi siapa tahu Raja Ular saat ini emosinya sedang mencapai puncak, sama sekali tidak menghiraukan peringatannya.
"Kasim, kamu keluarlah."
Suara seorang perempuan mengatakan, sepertinya hal ini, harus dikatakan dengan jelas terhadap Austin Ye si Raja Ular.
"Baik, hampa pamit keluar."
Kasim berkata dengan hormat, lalu keluar, dan menutup pintu dengan perlahan.
"Hanya demi seorang manusia, kamu malah datang menyalahkan bundamu, apakah di hatimu, manusia itu lebih penting daripada aku yang sebagai bundamu?"
Bunda Mo mengatakan dengan tidak senang, dia membenci perasaan seperti ini, dan lebih membenci manusia murahan itu, karena wanita itu lah yang membuat putranya bersikap seperti ini terhadapnya.
Di tengah rasa amarah, sang pria merasa tak berdaya, dia bagaimana pun juga tidak bisa mengerti, kenapa Bunda Mo masih merasa cemburu di saat seperti ini.
"Aku ingin tahu, kenapa dia pergi, hari itu kamu memanggilnya datang kesini, sebenarnya apa yang telah kamu katakan terhadapnya."
Sang pria tetap mengatakan dengan suara dingin.
"Sepertinya, kamu tidak akan menyerah jika tidak mengatakan kebenaran terhadapmu."
Bunda Mo telah membukakan pintu rahasia dan masuk ke dalam, pria rupawan juga ikut masuk ke dalam.
"Ini adalah Mutiara Azure, saat ini cahaya yang dipancarkannya semakin lama semakin redup, dunia ular memiliki kemungkinan untuk musnah kapanpun saja, dan hanya kekuatan dari kelahiran kehidupan baru yang bisa menyelamatkan dunia ular, makanya ibunda selalu mendesakmu untuk menikah, awalnya ibunda tidak berencana untuk mengatakan rahasia ini kepadamu, tapi kamu sungguh membuat bunda menjadi kecewa karena seorang wanita."
Perkataan sang wanita mengandung rasa sedih, pandangan matanya penuh dengan kasih sayang terhadap sang pria, tidak peduli apa yang dia lakukan, semuanya adalah demi kebaikan sang pria.
"Makanya, kamu mendesaknya untuk pergi meninggalkanku."
Dibandingkan rahasia ini, kepergian sang wanita lah yang paling paling membuatnya merasa sakit, ternyata perkataan Isabelle Yao dan kepergiannya tanpa berpamitan ini, semuanya dilakukan demi dirinya sendiri.
Isabelle Yao sungguh bodoh, hal ini hanya akan membuat dirinya menjadi semakin mencintainya.
"Dia tidak mampu untuk hamil, tidak bisa membuat dunia ular memiliki keturunan penerus, memangnya apakah yang bunda lakukan ini salah."
Sang wanita mengatakan dengan sedih, dia juga berharap, putranya sendiri bisa memahaminya, dan bukanlah malah menyalahkannya.
"Aku akan menemukannya kembali, asalkan ada aku, dunia ular tidak akan mengalami apapun."
Sang pria langsung pergi setelah mengatakannya.
"Austin, kenapa kamu bisa begitu keras kepala, kenapa bisa begitu mirip dengan ayahmu."
Langkah kaki sang pria terhenti sejenak, ayah, sebuah panggilan yang begitu asing, ini adalah pertama kalinya, dia mendengar Bunda Mo mengungkitnya, hanya terhenti selama beberapa detik saja, dia mulai berjalan pergi lagi.
Melihat sosok bayangan kepergian Austin Ye, Bunda Mo telah mengalirkan air mata, apakah karena dia telah kekurangan kasih sayang seorang ayah, ditambah dengan sikap dirinya yang begitu tegas terhadap Austin Ye, baru membuatnya menjadi bersifat seperti ini, mengapa semakin dirinya berusaha untuk mendekatinya, jarak diantara ibu dan anak malah semakin jauh.
Novel Terkait
Husband Deeply Love
NaomiMenantu Bodoh yang Hebat
Brandon LiMy Lifetime
DevinaTen Years
VivianUntouchable Love
Devil BuddyGet Back To You
LexyThe Serpent King Affection×
- Bab 1 Didorong ke Jurang (1)
- Bab 1 Didorong ke Jurang (2)
- Bab 2 Terbaring di Atas Tubuh Ular
- Bab 3 Berguling ke Bawah Gunung
- Bab 4 Hei Wanita, Kau Sudah Membuat Masalah Besar Dengan Aku Sang Raja
- Bab 5 Dikelilingi Ular
- Bab 6 Hidup atau Mati
- Bab 7 Terpesona
- Bab 8 Terpancing
- Bab 9 Istana Megah
- Chapter 10 Perlakuan Istimewa
- Chapter 11 Wanita Cantik dari Lukisan Kuno
- Chapter 12 Bisa Lebih Terbuka Lagi
- Chapter 13 Menetap dengan Tenang
- Chapter 14 Tidur Bersama Ular Raksasa
- Chapter 15 Menantang Ular Raksasa
- Bab 16 Tolong Jangan Makan Aku
- Bab 17 Apakah Kamu Menyukai Bentukku Yang Seperti Ini?
- Bab 18 Gagal Kabur
- Bab 19 Janji Tidak Akan Kabur Lagi
- Bab 20 Apakah Kau Benar-Benar Raja Ular?
- Bab 21 Marah
- Bab 22 Senyumanmu Sangat Cantik
- Bab 23 Iri, Cemburu, Dan Benci
- Bab 24 Dibohongi Untuk Keluar
- Bab 25 Pertolongan Dari Ular Putih Kecil
- Bab 26 Pelayan Ular Memohon Ampun
- Bab 27 Memaafkan
- Bab 28 Pikiran Yang Lain
- Bab 29 Berbohong Untuk Kebaikan
- Bab 30 Ini Juga Bisa Terlihat
- Bab 31 Mencari Kesempatan Membunuhnya
- Bab 32 Ditipu ke Dasar Danau
- Bab 33 Hampir Mati Tenggelam
- Bab 34 Mutiara Ular
- Bab 35 Selamat
- Bab 36 Bertemu Ular Putih
- Bab 37 Berjanji Menolong Ular Putih
- Bab 38 Apa Panggilan Ini Pantas
- Bab 39 Senyumannya Mengalihkan Duniaku
- Bab 40 Pertemuan yang Terlambat
- Bab 41 Tidak Tahan Akan Rasa Kesepian
- Bab 42 Pergi Jalan-Jalan
- Bab 43 Perkataan Sindiran
- Bab 44 Amarah Langsung Membara
- Bab 45 Merusak Paras Wajah
- Bab 46 Apakah Pria Ini Vegetarian
- Bab 47 Akan Membuat Mereka Mati Mengenaskan
- Bab 48 Merobek Kulit Wajah
- Bab 49 Meninggalkan Sebuah Bekas Luka
- Bab 50 Dimanjakan
- Bab 51 Kamu Jadi Pacarku Saja
- Bab 52 Mengikuti Pemilihan Selir
- Bab 53 Aku Hanya Orang Yang Sekadar Lewat
- Bab 54 Memasukkan Afrodisiak Ke Dalam Anggur
- Bab 55 Ular Kuning Loreng Yang Besar
- Bab 56 Raja ular, aku ingin, aku menginginkannya
- Bab 57 Akan Menunggu Sampai Hari Itu Tiba Untuk Menyentuhmu
- Bab 58 Ingin Tebusan Darimu
- Bab 59 Meninggalkan Istana Ular
- Bab 60 Perbedaan Kemampuan
- Bab 61 Dibawa Ke Hutan Bambu
- Bab 62 Menanti Pertemuan Denganmu Di Hutan Bambu
- Bab 63 Menyesal Tidak Seharusnya Mengancam Dirinya
- Bab 64 Lepaskan, Raja Memperbolehkanmu untuk Melepaskannya
- Bab 65 Jangan Malu, Bukankah Ini Hanya Mandi
- Bab 66 Mengubah Tubuh
- Bab 67 Diri yang Baru
- Bab 68 Sayangnya Tidak Ada Jika
- Bab 69 Mengantarkan Hadiah
- Bab 70: Bunda Mo Memberikan Anggur
- Bab 71: Bangun Dalam Keadaan Sudah Meninggal
- Bab 72 Mati Dalam Mimpi
- Bab 73 Aduh, Bisa Tidak Jangan Berbicara Terlalu Frontal?
- Bab 74 Suamiku Terlalu Menarik
- Bab 75 Berlilitan Tanpa Henti
- Bab 76 Telah Hamil
- Bab 77 Sang Anak Telah Tiada
- Bab 78 Tidak Berhak Untuk Tetap Disisinya
- Bab 79 Pertengkaran Kami Yang Pertama Kali
- Bab 80 Penemanian Para Wanita
- Bab 81 Kesakitan Yang Mendalam
- Bab 82 Lupa Ingatan Setelah Mabuk
- Bab 83 Selir
- Bab 84 Ketidak Hadiran Pengantin Pria
- Bab 85 Dia Malah Berada Di Ranjangku Saat Malam Pertamanya Dengan Wanita Lain
- Bab 86 Pergi Tanpa Berpamitan
- Bab 87 Membunuh Ular Dan Menjarah Kantong Empedu
- Bab 88 Menghadapi Jalan Buntu
- Bab 89 Penuh Siasat Licik
- Bab 90 Jatuh Ke Jurang
- Bab 91 Jatuh Ke Pelukannya
- Bab 92 Seorang Pria Yang Hangat
- Bab 93 Menghalangi Perjalanan
- Bab 94 Di Dalam Gunung Besar Terdapat Rumah Orang.
- Bab 95 Mimpi Yang Menyeramkan
- Bab 96 Monster Air Di Tengah Sungai.
- Bab 97 Dipaksa Menikah
- Bab 98 Datang Bulan
- Bab 99 Bolehkah Tidak Sebaik Hati Ini?
- Bab 100 Menginap di Desa
- Bab 101 Monster Pemakan Manusia
- Bab 102 Sangat Hebat
- Bab 103 Minum Racun Kalajengking
- Bab 104 Kalau Tidak Senang Sini Gigit Aku
- Bab 105 Jatuh Cinta Pada Pandangan Pertama
- Bab 106 Tujuan Tertentu
- Bab 107 Adegan Tersebut, Melukai Hatiku
- Bab 108 Siluman Kalajengking Beracun
- Bab 109 Padang Salju
- Bab 110 Sejak Kapan Belajar Menjilat Orang
- Bab 111 Keras Kepala
- Bab 112 Hua Tuo di Namsan
- Bab 113 Ada Syaratnya
- Bab 114 Monster Ganas
- Bab 115 Berjanji Memberi Pengobatan
- Bab 116 Mengambil Air Bekas Mandi Peri
- Bab 117 Dua Wanita Cabul
- Bab 118 Boneka Ginseng Berusia Seribu Tahun
- Bab 119 Bercinta
- Bab 120 Keracunan
- Bab 121 Tersipu Malu
- Bab 122 Tertangkap
- Bab 123 Pantang Menyerah
- Bab 124 Mengecap Dengan Besi Panas
- Bab 125 Memohon Padanya
- Bab 126 Rasa Malu
- Bab 127 Pertemuan
- Bab 128 Berpura-Pura Mati
- Bab 129 Bunuh Diri
- Bab 130 Tidak Bisa Kabur
- Bab 131 Paksaan
- Bab 132 Membutakan Sepasang Mata
- Bab 133 Dijual Ke Rumah Bordil
- Bab 134 Ular Hijau Menyelamatkanku
- Bab 135 Dosa Yang Mengerikan
- Bab 136 Hamil Lagi
- Bab 137 Kembali Bersama Suamiku
- Bab 138 Mengambil Mata
- Bab 139 Pulang Ke Istana Ular
- Bab 140 Memanjakan
- Bab 141 Jatuh Cinta Diam-Diam
- Bab 142 Bertengkar Demi Keinginan
- Bab 143 Jika Suatu Hari Nanti, Raja Tidak Ada Di Sisimu
- Bab 144 Pemikiran Lain
- Bab 145 Mencari Kesempatan Untuk Menyerang.
- Bab 146 Terjatuh Kedalam Air.
- Bab 147 Tidak Meninggal.
- Bab 148 Berpura-pura Menyalahkan Diri Sendiri.
- Bab 149 Menempel Padanya.
- Bab 150 Pengakuan Ditolak
- Bab 151 Kembali Kealam Manusia
- Bab 152 Kita Akan Berpisah
- Bab 153 Kepergian Dia
- Bab 154 Dikeluarkan Dari Istana Ular
- Bab 155 Tujuh Bayi Ular
- Bab 156 Mutiara Ular Ajaib
- Bab 157 Para Bayi Ingin Minum Susu
- Bab 158 Mencari Bayi Ular
- Bab 159 Anak-anakku
- Bab 160 Sendiri Mencari Susu Untuk Diminum
- Bab 161 Menjaga Ibu dan Anak Kami
- Bab 162 Kebencian Karena Cinta
- Bab 163 Dunia Ular Dikendalikan
- Bab 164 Cinta Berubah Menjadi Luka
- Bab 165 Bayi Ular Terselamatkan
- Bab 166 Raja Ular, Aku Akan Terus Menunggumu, Selamanya