The Serpent King Affection - Bab 100 Menginap di Desa
Baginda Raja membawaku meninggalkan dasar laut menuju pinggir sungai. Penjaga Andrew Bai dan Susan menyambutku.
" Nona. "
Susan melihatku lalu menyambutku.
" Raja Ular. "
Ia berkata dengan sopan, lalu pandangan beralih kepadaku.
" Nona tidak apa-apa kan? Raja siluman air tidak menyakitimu kan? "
Susan dengan perhatian menanyakan keadaanku.
" Raja Ular, nona Isabelle Yao. "
Penjaga Andrew Bai juga menghampiri, lalu berkata dengan hormat.
" Aku tidak apa-apa, bagaiman denganmu Susan? Baik-baik saja kan? "
Aku juga menanyakan hal yang sama dengan Ular Putih Kecil.
" Aku tidak apa-apa, nona tidak perlu khawatir. "
Susan menggelengkan kepalanya, dan memberitahuku.
" Baguslah jika tdak terjadi apa-apa. "
Aku menjawab dengan tenang.
" Gadis-gadis itu yang telah diserahkan kepada raja siluman air, mereka telah kembali ke rumah masing-masing. "
Lapor Ular Putih Kecil dengan sopan dan hormat.
" Kalau begitu mari kita segera pergi, bagaimana menurutmu Isabelle? "
Si tampan meminta pendapatku.
" Iya, ayo pergi. "
Aku menjawab sambil mengangguk, kami berempat segera meninggalkan sungai dan bergegas.
Tak disangka, karena kejadian ini, baginda Raja Ular membunuh raja siluman air untuk menyelamatkanku, menyebabkan masalah yang lebih besar dari sebelumnya.
Setelah berjalan sekian lama, akhirnya kami sampai di sebuah pedesaan kecil. Sepanjang mata memandang hanyalah ada bunga sawi berwarna kuning, juga ada banyak orang yang sedang bercocok tanam.
" Bunga sawi disini sangat cantik. "
Aku melihat hamparan bunga sawi, sambil menikmati angin yang datang berhembus, wangi sekali.
" Iya, iya, sangat cantik. "
Susan memandang sambil mengagumi yang dilihatnya.
Baginda Raja Ular, juga si Ular Putih Kecil dan dua orang lelaki juga memandang hamparan pemandangan kuning, tidak seperti kami para perempuan yang mengagumi sambil berkomentar. Baginda Raja hanya mengrenyitkan dahi, tidak bersuara.
Tidak lama, aku menyadari ada yang ganjal dengan desa ini. Desa ini tenang, jarang ada orang terlihat, sesekalii terlihat satu atau dua, langkah mereka pun terlihat tergesa.
Di desa, saat ini bukannya jam orang beraktivitas? Kenapa tidak terlihat satu pun orang di sawah? Dipikir lagi, Baginda Raja dari awal sudah menyadari hal ini.
" Aneh.. Siang bolong begini, kenapa tidak ada orang? "
Selesai bicara, aku mendapati seorang wanita yang terburu-buru berjalan kearah kami. Aku pikir dia hendak menyapa, siapa kira setelah meihat kami, dia malah balik badan dan kabur. Wajahnya tampak sangat kaget, seperti ketakutan melihat kami.
Walaupun begitu, mereka berempat selain aku, baginda Raja, Susan dan Ular Putih Kecil adalah Siluman Ular. Tapi mereka berwujud manusia, bahkan sangat elok, si wanita tersebut tidak memiliki alasan untuk ketakutan terhadap kami.
" Suamiku, menurutmu dia kenapa? Kenapa dia ketakutan melihat kita? "
Dalam hatiku ingin sekali memberitahunya, ada rasa yang mengganjal.
" Ayo kita lihat keadaan, haus tidak? Sekalian kita cari air. "
Suara lelaki ini sangat ramah dan hangat, dia bicara sambil menyeka keringat di dahiku.
Aku mengangguk, agak haus. Susah-susah bisa bertemu dia, setelah melewati desa ini belum tentu ada toko ini. Benar-benar harus memohon untuk semangkuk air. Baginda Raja menarik tanganku menghampiri rumah, Si Ular PUtih Kecil dan Susan juga mengikuti dari belakang.
Hanya saja, setelah mengetuk beberapa pintu rumah, tidak ada satu pun yang membukakan pintu bagi kami. Aku dan suami sepanjang mata memandang, hari masih siang tetapi semua pintu terkunci. Sangat tidak normal.
Kami masih belum menyerah, tapi pada akhirnya ada yang mau membukakan pintunya bagi kami.
Yang membukakan pintunya bagi kami adalah seorang lelaki yang polos. Saat hendak mencari orang lain, kami rasa tidak akan lagi ada orang yang akan menerima kami.
" Nolan, cepat tutup pintunya! "
Saat itu orang yang dipanggil Nolan langsung menutup pintu, tetapi ia dihadang oleh Ular Putih Kecil, tidak membiarkannya menutup pintu.
Dibelakang Nolan, berdiri seorang tua, melihat kami tidak membiarkan Nolan menutup pintu, wajahnya kaget.
" Kakek tidak usah takut, kami bukan orang jahat, hanya numpang lewat saja, ingin minta semangkuk air. "
Suamiku menghalangi kami untuk masuk dan berbincang dengan kakek itu, dengan suara yang lembut dan sopan. Tidak disangka seorang Raja Ular bisa sedekat ini dengan orang lain, ini baru kudapati sekali ini.
Sebenarnya, sebagai siluman ular, dia sama sekali tidak jahat.
" Kalian, kalian benar-benar hanya lewat saja? "
Tanya kakek itu seakan tidak percaya sambil melihat kami berempat.
" Iya, benar, Kakek, benar apa yang dikatakan suamiku. "
Kataku pada si kakek sambil menatapnya.
Kakek itu melihatku, lalu melihat si tampan disebelahku, juga sepasang lelaki dan gadis yang ada dibelakangku, dia berpikir sebentar lalu berkata: " Tampaknya kalian juga bukan monster yang memakan manusia. Nolan, biarkan mereka masuk. "
Begitu kata si kakek, Nolan akhirnya membiarkan kami masuk.
" Tutup pintunya. "
Kakek menyuruh Nolan, Nolan pun menurut saja. Orang yang polos memang seperti itu, sangat ramah.
Kakek mengijinkan kami masuk, bahkan menuangkan teh untuk kami.
" Terima kasih, kakek. "
Aku berterima kasih sambil mengambil teh tersebut, suamiku tidak bersuara sedikit pun. Saat kakek menungkan teh untuknya, ia sedikit tersenyum sambil mengangguk, tindakan ini nampaknya dinilai sangat sopan.
" Kakek, siluman pemakan orang yang tadi anda sebut, apa yang terjadi sebenarnya? "
Aku bertanya sambil menyesap tehku.
" Ah.. "
Kakek juga sudah duduk, minum tehnya sebentar, mendengarku bertanya lalu menaruh tehnya kembali dan menghela nafas.
Melihat reaksinya, aku juga menaruh cangkirku dan bertatapan dengan suamiku.
" Kakek, jika ada gangguan, kami siap membantu. "
Suaranya yang datar, suamiku menaruh cangkirnya sambi bicara.
Aku sangat menyukai gesturnya yang seperti ini, berwibawa dan sopan, begitu melihatnya seakan sangat terlihat jelas ia sangat berpendidikan dan jantan.
Kakek kembali menghela nafas, Nolan yang polos yang duduk disamping kakek sedang meminum tehnya.
" Setelah selesai minum teh, pergilah kalian, tidak ada tempat bagi kalian untuk menetap disini. "
" Oh? "
Mendengar itu, aku melihat sekilas kearah suamiku, Susan dan Ular Putih Kecil yang duduk di samping juga tidak mengerti hingga mereka saling memandang.
" Begini.. ", si kakek mulai bercerita tentang siluman yang suka memangsa manusia akhir-akhir ini, " Awalnya kami yang tinggal disini merasa aman tentram saja, tetapi beberapa hari lalu di suatu malam, desa kami didatangi oleh monster. Saat itu monster tersebut memakan banyak sekali penduduk. Karena itu, penduduk desa kami mulai ketakutan, entah siang maupun malam, siapapun jarang keluar rumah, takut monster itu datang kembali dan memakan mereka. "
Ternyata seperti itu, tidak heran mereka tidak membukakan pntu bagi kami. Juga wanita yang tampak terburu-buru sekali itu, pasti karena takut bertemu dengan monster. Ternyata karena itu, hati mereka menjadi iba dan mengerti setelah mendengar cerita kakek.
" Monster itu jahat sekali! ", kataku marah.
Aku memandang keluar jendela, hari menjelang malam, malam ini terlihat sedikit lebih menakutkan.
" Hari sudah gelap, kami harap kakek mengijinkan kami untuk bermalam disini. ", katanya dengan suara yang datar tapi sopan.
Mendengar suamiku bicara seperti itu, si kakek terkejut.
" Jika kalian juga takut dimakan oleh monster, kakek bukannya tidak mengjinkan kalian tidak bermalam disini, takutnya monster itu datang kembali... "
" Tenang, jika monster itu datang, aku akan memusnahkannya. "
Aku? Orang-orang yang ada didepan terlihat tidak biasa, jika memang bisa memusnahkan mosnter, kalau begitu akan lebih baik lagi. Bukankah mereka akan bisa melewati malam dengan tenang? Tidak akan lagi ketakutan akan mosnter? Seusai mempertimbangkan, ia berkata, " Baiklah, jika kalian tidak takut, tinggallah disini. "
Kakek mengizinkan kami tinggal disini.
Novel Terkait
Wonderful Son-in-Law
EdrickCantik Terlihat Jelek
SherinAkibat Pernikahan Dini
CintiaAsisten Bos Cantik
Boris DreyMy Lady Boss
GeorgeLelah Terhadap Cinta Ini
Bella CindyThick Wallet
TessaThe Serpent King Affection×
- Bab 1 Didorong ke Jurang (1)
- Bab 1 Didorong ke Jurang (2)
- Bab 2 Terbaring di Atas Tubuh Ular
- Bab 3 Berguling ke Bawah Gunung
- Bab 4 Hei Wanita, Kau Sudah Membuat Masalah Besar Dengan Aku Sang Raja
- Bab 5 Dikelilingi Ular
- Bab 6 Hidup atau Mati
- Bab 7 Terpesona
- Bab 8 Terpancing
- Bab 9 Istana Megah
- Chapter 10 Perlakuan Istimewa
- Chapter 11 Wanita Cantik dari Lukisan Kuno
- Chapter 12 Bisa Lebih Terbuka Lagi
- Chapter 13 Menetap dengan Tenang
- Chapter 14 Tidur Bersama Ular Raksasa
- Chapter 15 Menantang Ular Raksasa
- Bab 16 Tolong Jangan Makan Aku
- Bab 17 Apakah Kamu Menyukai Bentukku Yang Seperti Ini?
- Bab 18 Gagal Kabur
- Bab 19 Janji Tidak Akan Kabur Lagi
- Bab 20 Apakah Kau Benar-Benar Raja Ular?
- Bab 21 Marah
- Bab 22 Senyumanmu Sangat Cantik
- Bab 23 Iri, Cemburu, Dan Benci
- Bab 24 Dibohongi Untuk Keluar
- Bab 25 Pertolongan Dari Ular Putih Kecil
- Bab 26 Pelayan Ular Memohon Ampun
- Bab 27 Memaafkan
- Bab 28 Pikiran Yang Lain
- Bab 29 Berbohong Untuk Kebaikan
- Bab 30 Ini Juga Bisa Terlihat
- Bab 31 Mencari Kesempatan Membunuhnya
- Bab 32 Ditipu ke Dasar Danau
- Bab 33 Hampir Mati Tenggelam
- Bab 34 Mutiara Ular
- Bab 35 Selamat
- Bab 36 Bertemu Ular Putih
- Bab 37 Berjanji Menolong Ular Putih
- Bab 38 Apa Panggilan Ini Pantas
- Bab 39 Senyumannya Mengalihkan Duniaku
- Bab 40 Pertemuan yang Terlambat
- Bab 41 Tidak Tahan Akan Rasa Kesepian
- Bab 42 Pergi Jalan-Jalan
- Bab 43 Perkataan Sindiran
- Bab 44 Amarah Langsung Membara
- Bab 45 Merusak Paras Wajah
- Bab 46 Apakah Pria Ini Vegetarian
- Bab 47 Akan Membuat Mereka Mati Mengenaskan
- Bab 48 Merobek Kulit Wajah
- Bab 49 Meninggalkan Sebuah Bekas Luka
- Bab 50 Dimanjakan
- Bab 51 Kamu Jadi Pacarku Saja
- Bab 52 Mengikuti Pemilihan Selir
- Bab 53 Aku Hanya Orang Yang Sekadar Lewat
- Bab 54 Memasukkan Afrodisiak Ke Dalam Anggur
- Bab 55 Ular Kuning Loreng Yang Besar
- Bab 56 Raja ular, aku ingin, aku menginginkannya
- Bab 57 Akan Menunggu Sampai Hari Itu Tiba Untuk Menyentuhmu
- Bab 58 Ingin Tebusan Darimu
- Bab 59 Meninggalkan Istana Ular
- Bab 60 Perbedaan Kemampuan
- Bab 61 Dibawa Ke Hutan Bambu
- Bab 62 Menanti Pertemuan Denganmu Di Hutan Bambu
- Bab 63 Menyesal Tidak Seharusnya Mengancam Dirinya
- Bab 64 Lepaskan, Raja Memperbolehkanmu untuk Melepaskannya
- Bab 65 Jangan Malu, Bukankah Ini Hanya Mandi
- Bab 66 Mengubah Tubuh
- Bab 67 Diri yang Baru
- Bab 68 Sayangnya Tidak Ada Jika
- Bab 69 Mengantarkan Hadiah
- Bab 70: Bunda Mo Memberikan Anggur
- Bab 71: Bangun Dalam Keadaan Sudah Meninggal
- Bab 72 Mati Dalam Mimpi
- Bab 73 Aduh, Bisa Tidak Jangan Berbicara Terlalu Frontal?
- Bab 74 Suamiku Terlalu Menarik
- Bab 75 Berlilitan Tanpa Henti
- Bab 76 Telah Hamil
- Bab 77 Sang Anak Telah Tiada
- Bab 78 Tidak Berhak Untuk Tetap Disisinya
- Bab 79 Pertengkaran Kami Yang Pertama Kali
- Bab 80 Penemanian Para Wanita
- Bab 81 Kesakitan Yang Mendalam
- Bab 82 Lupa Ingatan Setelah Mabuk
- Bab 83 Selir
- Bab 84 Ketidak Hadiran Pengantin Pria
- Bab 85 Dia Malah Berada Di Ranjangku Saat Malam Pertamanya Dengan Wanita Lain
- Bab 86 Pergi Tanpa Berpamitan
- Bab 87 Membunuh Ular Dan Menjarah Kantong Empedu
- Bab 88 Menghadapi Jalan Buntu
- Bab 89 Penuh Siasat Licik
- Bab 90 Jatuh Ke Jurang
- Bab 91 Jatuh Ke Pelukannya
- Bab 92 Seorang Pria Yang Hangat
- Bab 93 Menghalangi Perjalanan
- Bab 94 Di Dalam Gunung Besar Terdapat Rumah Orang.
- Bab 95 Mimpi Yang Menyeramkan
- Bab 96 Monster Air Di Tengah Sungai.
- Bab 97 Dipaksa Menikah
- Bab 98 Datang Bulan
- Bab 99 Bolehkah Tidak Sebaik Hati Ini?
- Bab 100 Menginap di Desa
- Bab 101 Monster Pemakan Manusia
- Bab 102 Sangat Hebat
- Bab 103 Minum Racun Kalajengking
- Bab 104 Kalau Tidak Senang Sini Gigit Aku
- Bab 105 Jatuh Cinta Pada Pandangan Pertama
- Bab 106 Tujuan Tertentu
- Bab 107 Adegan Tersebut, Melukai Hatiku
- Bab 108 Siluman Kalajengking Beracun
- Bab 109 Padang Salju
- Bab 110 Sejak Kapan Belajar Menjilat Orang
- Bab 111 Keras Kepala
- Bab 112 Hua Tuo di Namsan
- Bab 113 Ada Syaratnya
- Bab 114 Monster Ganas
- Bab 115 Berjanji Memberi Pengobatan
- Bab 116 Mengambil Air Bekas Mandi Peri
- Bab 117 Dua Wanita Cabul
- Bab 118 Boneka Ginseng Berusia Seribu Tahun
- Bab 119 Bercinta
- Bab 120 Keracunan
- Bab 121 Tersipu Malu
- Bab 122 Tertangkap
- Bab 123 Pantang Menyerah
- Bab 124 Mengecap Dengan Besi Panas
- Bab 125 Memohon Padanya
- Bab 126 Rasa Malu
- Bab 127 Pertemuan
- Bab 128 Berpura-Pura Mati
- Bab 129 Bunuh Diri
- Bab 130 Tidak Bisa Kabur
- Bab 131 Paksaan
- Bab 132 Membutakan Sepasang Mata
- Bab 133 Dijual Ke Rumah Bordil
- Bab 134 Ular Hijau Menyelamatkanku
- Bab 135 Dosa Yang Mengerikan
- Bab 136 Hamil Lagi
- Bab 137 Kembali Bersama Suamiku
- Bab 138 Mengambil Mata
- Bab 139 Pulang Ke Istana Ular
- Bab 140 Memanjakan
- Bab 141 Jatuh Cinta Diam-Diam
- Bab 142 Bertengkar Demi Keinginan
- Bab 143 Jika Suatu Hari Nanti, Raja Tidak Ada Di Sisimu
- Bab 144 Pemikiran Lain
- Bab 145 Mencari Kesempatan Untuk Menyerang.
- Bab 146 Terjatuh Kedalam Air.
- Bab 147 Tidak Meninggal.
- Bab 148 Berpura-pura Menyalahkan Diri Sendiri.
- Bab 149 Menempel Padanya.
- Bab 150 Pengakuan Ditolak
- Bab 151 Kembali Kealam Manusia
- Bab 152 Kita Akan Berpisah
- Bab 153 Kepergian Dia
- Bab 154 Dikeluarkan Dari Istana Ular
- Bab 155 Tujuh Bayi Ular
- Bab 156 Mutiara Ular Ajaib
- Bab 157 Para Bayi Ingin Minum Susu
- Bab 158 Mencari Bayi Ular
- Bab 159 Anak-anakku
- Bab 160 Sendiri Mencari Susu Untuk Diminum
- Bab 161 Menjaga Ibu dan Anak Kami
- Bab 162 Kebencian Karena Cinta
- Bab 163 Dunia Ular Dikendalikan
- Bab 164 Cinta Berubah Menjadi Luka
- Bab 165 Bayi Ular Terselamatkan
- Bab 166 Raja Ular, Aku Akan Terus Menunggumu, Selamanya