The Serpent King Affection - Bab 75 Berlilitan Tanpa Henti
"Tapi Raja Ular begitu tidak menyukai kami, bagaimana cara kita untuk mendekati Raja Ular, aku tidak ingin berakhir dengan wajahku dirobek."
Yang berbicara adalah salah satu wanita di antara wanita ular cantik, dia memiringkan mulut, merasa tidak senang karena tidak bisa mendekati Raja Ular.
"Walaupun kita tidak bisa mendekati Raja Ular, tapi apakah kita tidak bisa mendekati bunda Mo, aku pernah mendengar, bunda Mo sama sekali tidak menyukai wanita bangsa manusia itu, bahkan sampai memberikan anggur beracun untuk diminum manusia itu, hanya saja manusia murahan tersebut berumur panjang, tidak jadi mati."
Wanita berbaju kuning yang terus duduk dengan diam meminum teh mulai berkata, dia meletakkan cangkir tehnya, menerawang ke semua wanita cantik, dirinya telah menyaksikan sendiri Raja Ular memilih bangsa manusia tersebut untuk menjadi permaisurinya di hari pemilihan permaisuri itu, hati Mei merasa sangat iri, cemburu juga benci, sekarang mendengar Raja Ular dan Isabelle Yao telah menikah, walalupun ekspresinya dari luar sangat tenang, tapi sebenarnya dia sudah sangat tidak tahan lagi.
"Benar, benar, perkataan kakak Mei sangat tepat, kenapa aku tidak tepikirkan akan hal ini."
Ular Putih yang biasanya sangat pendiam juga menganggukkan kepala, sangat setuju dengan perkataan Mei.
Setelah sekumpulan wanita telah memutuskan, masing-masing telah kembali ke kamar masing-masing, setiap orang membawa beberapa benda yang berharga, seperti batu giok, mutiara, pil panjang umur dan lain-lain, datang ke depan pintu paviliun Malige.
"Mohon abang penjaga pergi melapor sejenak, kami semua ingin bertemu dengan bunda Mo."
Yang berbicara adalah ular belang, dia berkata terhadap penjaga yang berdiri di depan gerbang paviliun Malige, suara yang lembut itu sangat memikat, saat sedang mengatakannya, dia tidak lupa untuk mengedipkan matanya yang elok, memang pantas disebut sebagai wanita ular cantik, ucapan dan sikap pergerakannya sangatlah elok dilihat.
"Para wanita ular cantik mohon tunggu sejenak, saya akan segera pergi melapor kepada bunda Mo."
Penjaga itu wajahnya telah memerah, tidak berani untuk melihat mereka lebih banyak lagi, dan bergegas pergi ke dalam untuk melapor terhadap bunda Mo.
Tidak lama kemudian, penjaga itu telah kembali ke gerbang paviliun.
"Bunda Mo mempersilahkan para wanita untuk masuk ke dalam."
Sang penjaga masih dengan wajah yang merah, karena para wanita berbicara terhadapnya dengan sikap seperti ini, wajar saja jika penjaga merasa sangat tersangjung.
"Terima kasih abang penjaga."
Sekali lagi pendangan yang memikat melihat kemari, diringi dengan ucapan yang manis.
Aroma yang harus terhembus ke hidung, membuat badan penjaga bergetar, lalu segera menegakkan tubuhnya, kembali bersikap sesuai kedudukannya.
"Kakak Mei memberi hormat terhadap bunda Mo."
"Ular Belang memberi hormat terhadap bunda Mo."
"Ular Putih memberi hormat terhadap bunda Mo."
"Ular Hitam memberi hormat terhadap bunda Mo."
Beberapa wanita cantik dengan sopan memberi hormat terhadap seorang wanita yang duduk di tempat yang paling tinggi.
"Bangunlah."
Nada suara yang datar berkata.
"Terima kasih bunda Mo."
"Mei dan para saudari lainnya datang kesini khusus untuk mengunjungi bunda Mo, dan membawakan beberapa buah tangan kemari, semoga bunda Mo menyukainya."
Mei mengatakan, sambil menyerahkan pil awet muda kepada kasim.
"Ular Belang juga membawakan mutiara kemari, kupersembahkan kepada bunda Mo."
"Ular Putih juga telah membawa permata biru untuk bunda Mo."
"Ular Hitam membawa pil panjang umur untuk bunda Mo."
Beberapa wanita ular cantik dengan hormat mempersembahkan hadiah masing-masing, lalu dengan sopan mundur ke samping.
"Hmm, para wanita cantik sungguh perhatian, beberapa hadiah ini memang sangat kusukai, aku akan menerimanya."
Bunda Mo mengatakan sambil memandang semua hadiah yang berada di tangan kasim, lalu memalingkan pandangan terhadap mereka, memancarkan ekspresi yang senang.
"Bagus kalau bunda Mo menyukainya."
Beberapa wanita itu dengan teliti mengamati setiap ekspresi dari bunda Mo, sepertinya, bunda Mo tidak membenci mereka, kalau begitu, hal ini sesuai dengan harapan para wanita ular cantik.
"Mari biarkan Mei untuk membantu bunda Mo memijat punggung."
Melihat bunda Mo tidak membenci mereka, yang pertama kali ingin mendapatkan perhatian adalah Mei si ular kuning.
Wanita yang lainnya juga segera menyusul, memijat punggung, memijat bahu, menuangkan teh, mengupas buah, pelayanan yang dilakukan membuat bunda Mo merasa nyaman dan puas.
Asalkan bisa membuat bunda Mo senang, maka tidak akan lagi takut tidak bisa mendekati Raja Ular, ini adalah tujuan dari para wanita ular cantik mendekati bunda Mo.
"Austin sungguh tidak memiliki mata yang bagus, bahkan tidak bisa menghargai wanita yang begitu cantik seperti ini."
Bunda Mo yang telah dilayani oleh para wanita menjadi merasa nyaman, berkata dengan perlahan, matanya yang elok tebuka sedikit, sangat menikmati.
Para wanita saling bertatapan satu sama lain, kali ini, bisa dibilang keputusan mereka telah tepat.
Duluan membuat bunda Mo menyukai mereka, maka tidak akan takut lagi tidak akan ada kesempatan.
"Mei percaya Raja Ular hanya sekedar telah dipikat oleh bangsa manusia itu untuk sementara saja, aku yakin suatu hari Raja Ular akan menyadari kebaikan dari kami semua."
Benar, benar,"
Ular belang dan lainnya juga menyetujui pernyataannya.
"Hmm."
Bunda Mo menganggukkan kepala, sungguh kumpulan para wanita yang begitu lembut juga perhatian, kalau saja Austin bisa memilih mereka untuk menjadi permaisuri, dirinya akan merasa tenang.
Paviliun Malige, beberapa wanita cantik terus datang untuk membina perasaan dengan bunda Mo setiap 3 atau 5 hari.
Sedangkan di istana ular, sebuah pasangan saling berlilit bersama pagi dan malam, perasaan diantara mereka juga semakin lama semakin erat.
"Tidak mau lagi."
"Sekali lagi saja, bukankah kamu sangat hebat."
"Setiap hari 6 sampai 7 kali, sekali melakukan memerlukan waktu 1 sampai 2 jam, sehebat apapun aku tetap harus membiarkanku untuk istirahat sebenatar, aku tidak seperti kamu yang cabul, melakukannya beberapa kalipun tidak akan tumbang."
Di dalam istana yang luas, di atas rangjang yang lebar, sepasang pria dan wanita bersatu bersama dengan tubuh yang saling telajang, memancarkan warna semi yang tiada tara.
Aku memiringkan bibir, bersikap manja terhadapnya dengan berbaring dia atas tubuhnya tanpa busana satupun, sedangkan pria di bawah tubuhku sedang memeluk pinggangku, dengan wajah yang sangat memikat hati memohon padaku untuk melakukannya sekali lagi.
Setelah pernikahan, dia terus menyayangiku siang dan malam, walaupun sedikit tidak mampu, tapi beberapa hari ini aku merasa sangat bahagia bagaikan terjerumus ke dalam botol madu.
"Sekali lagi saja, lalu aku akan membiarkanmu istirahat."
Pria menawa mengatakan, membuat tubuhku berbalik berada di bawahnya, dengan sangat mudah langsung memasuki tubuhku.
Setelah sekali lagi melewati kenikmatan yang mencapai waktu dua jam, aku langsung kelelahan dan membaringkan kepalaku ke lengan sang pria, dengan cantik telah tertidur pulas.
Ketika aku kembali bangun, langsung bertatapan dengan wajah yang rupawan, dia menatapku tanpa mengedipkan mata, penuh dengan rasa puas.
Sang pria telah mendapatkan rasa kepuasan dari tubuh sang wanita yang tidak pernah dirasakan, sungguh sungguh sangat menyukai sang wanita, dan sangat menyayanginya.
Melihat ekspresi wajahnya yang puas, aku mengulurkan tangan memeluk lehernya, jarang-jarang dia telah merasa kenyang, kalau tidak, aku sungguh tidak akan sanggup lagi.
"Bagaimana, masih mau tidak."
Dia dengan jahil menanyakan, senyuman di wajahnya juga tidak memiliki niat baik.
"Sungguh jahat, ular cabul."
Aku mengepalkan tanganku yang mungil dan memukul dadanya, jelas-jelas tahu bahwa aku telah lelah, masih sengaja menanyakannya, aku merasa heran mengapa seekor ular seperti dia tidak memiliki masa lelah, tidak sepertiku yang lemah ini.
"Kalau begitu aku akan menyisakannya dulu, nanti malam kita lanjut lagi bagaimana."
Dia berkata seperti itu, tapi perkataannya malah membuat wajah orang memerah juga berdebar kencang, bahkan merasa hangat.
"Isabelle pasti telah kelaparan bukan, aku akan membawa Isabelle pergi makan sesuatu."
Setiap hari mengeluh lapar, dia dari awal telah mengerti perut yang sangat mampu untuk mencerna ini telah selesai mencerna seluruh makanan, makanya berkata seperti itu.
Lagipula aku adalah seorang manusia, setiap hari harus mengisi makanan untuk bisa melangsungkan hidup, dan baru bisa memiliki tenaga untuk melakukan hal lain, sang pria rupawan mengetahui hal ini dengan jelas, makanya bersedia melepaskanku, kalau tidak, sebulan terus berlilit di ranjang pun sangat berkemungkinan, saat pria menawan yang biasanya berdarah dingin melakukan percintaan, sikapnya akan sangat kuat, tentu saja, dia hanya akan bersikap seperti itu terhadap lawan jenis yang disukainya, perasaan cintanya sangat setia.
"Iya."
Aku menganggukkan kepala, akhirnya selain tahu untuk melakukan satu hal, dia masih tahu bahwa aku bisa merasa lapar, perasaan hatiku saat ini, sangatlah manis.
Novel Terkait
The Sixth Sense
AlexanderMenaklukkan Suami CEO
Red MapleGet Back To You
LexyUntouchable Love
Devil BuddyHei Gadis jangan Lari
SandrakoThis Isn't Love
YuyuThe Serpent King Affection×
- Bab 1 Didorong ke Jurang (1)
- Bab 1 Didorong ke Jurang (2)
- Bab 2 Terbaring di Atas Tubuh Ular
- Bab 3 Berguling ke Bawah Gunung
- Bab 4 Hei Wanita, Kau Sudah Membuat Masalah Besar Dengan Aku Sang Raja
- Bab 5 Dikelilingi Ular
- Bab 6 Hidup atau Mati
- Bab 7 Terpesona
- Bab 8 Terpancing
- Bab 9 Istana Megah
- Chapter 10 Perlakuan Istimewa
- Chapter 11 Wanita Cantik dari Lukisan Kuno
- Chapter 12 Bisa Lebih Terbuka Lagi
- Chapter 13 Menetap dengan Tenang
- Chapter 14 Tidur Bersama Ular Raksasa
- Chapter 15 Menantang Ular Raksasa
- Bab 16 Tolong Jangan Makan Aku
- Bab 17 Apakah Kamu Menyukai Bentukku Yang Seperti Ini?
- Bab 18 Gagal Kabur
- Bab 19 Janji Tidak Akan Kabur Lagi
- Bab 20 Apakah Kau Benar-Benar Raja Ular?
- Bab 21 Marah
- Bab 22 Senyumanmu Sangat Cantik
- Bab 23 Iri, Cemburu, Dan Benci
- Bab 24 Dibohongi Untuk Keluar
- Bab 25 Pertolongan Dari Ular Putih Kecil
- Bab 26 Pelayan Ular Memohon Ampun
- Bab 27 Memaafkan
- Bab 28 Pikiran Yang Lain
- Bab 29 Berbohong Untuk Kebaikan
- Bab 30 Ini Juga Bisa Terlihat
- Bab 31 Mencari Kesempatan Membunuhnya
- Bab 32 Ditipu ke Dasar Danau
- Bab 33 Hampir Mati Tenggelam
- Bab 34 Mutiara Ular
- Bab 35 Selamat
- Bab 36 Bertemu Ular Putih
- Bab 37 Berjanji Menolong Ular Putih
- Bab 38 Apa Panggilan Ini Pantas
- Bab 39 Senyumannya Mengalihkan Duniaku
- Bab 40 Pertemuan yang Terlambat
- Bab 41 Tidak Tahan Akan Rasa Kesepian
- Bab 42 Pergi Jalan-Jalan
- Bab 43 Perkataan Sindiran
- Bab 44 Amarah Langsung Membara
- Bab 45 Merusak Paras Wajah
- Bab 46 Apakah Pria Ini Vegetarian
- Bab 47 Akan Membuat Mereka Mati Mengenaskan
- Bab 48 Merobek Kulit Wajah
- Bab 49 Meninggalkan Sebuah Bekas Luka
- Bab 50 Dimanjakan
- Bab 51 Kamu Jadi Pacarku Saja
- Bab 52 Mengikuti Pemilihan Selir
- Bab 53 Aku Hanya Orang Yang Sekadar Lewat
- Bab 54 Memasukkan Afrodisiak Ke Dalam Anggur
- Bab 55 Ular Kuning Loreng Yang Besar
- Bab 56 Raja ular, aku ingin, aku menginginkannya
- Bab 57 Akan Menunggu Sampai Hari Itu Tiba Untuk Menyentuhmu
- Bab 58 Ingin Tebusan Darimu
- Bab 59 Meninggalkan Istana Ular
- Bab 60 Perbedaan Kemampuan
- Bab 61 Dibawa Ke Hutan Bambu
- Bab 62 Menanti Pertemuan Denganmu Di Hutan Bambu
- Bab 63 Menyesal Tidak Seharusnya Mengancam Dirinya
- Bab 64 Lepaskan, Raja Memperbolehkanmu untuk Melepaskannya
- Bab 65 Jangan Malu, Bukankah Ini Hanya Mandi
- Bab 66 Mengubah Tubuh
- Bab 67 Diri yang Baru
- Bab 68 Sayangnya Tidak Ada Jika
- Bab 69 Mengantarkan Hadiah
- Bab 70: Bunda Mo Memberikan Anggur
- Bab 71: Bangun Dalam Keadaan Sudah Meninggal
- Bab 72 Mati Dalam Mimpi
- Bab 73 Aduh, Bisa Tidak Jangan Berbicara Terlalu Frontal?
- Bab 74 Suamiku Terlalu Menarik
- Bab 75 Berlilitan Tanpa Henti
- Bab 76 Telah Hamil
- Bab 77 Sang Anak Telah Tiada
- Bab 78 Tidak Berhak Untuk Tetap Disisinya
- Bab 79 Pertengkaran Kami Yang Pertama Kali
- Bab 80 Penemanian Para Wanita
- Bab 81 Kesakitan Yang Mendalam
- Bab 82 Lupa Ingatan Setelah Mabuk
- Bab 83 Selir
- Bab 84 Ketidak Hadiran Pengantin Pria
- Bab 85 Dia Malah Berada Di Ranjangku Saat Malam Pertamanya Dengan Wanita Lain
- Bab 86 Pergi Tanpa Berpamitan
- Bab 87 Membunuh Ular Dan Menjarah Kantong Empedu
- Bab 88 Menghadapi Jalan Buntu
- Bab 89 Penuh Siasat Licik
- Bab 90 Jatuh Ke Jurang
- Bab 91 Jatuh Ke Pelukannya
- Bab 92 Seorang Pria Yang Hangat
- Bab 93 Menghalangi Perjalanan
- Bab 94 Di Dalam Gunung Besar Terdapat Rumah Orang.
- Bab 95 Mimpi Yang Menyeramkan
- Bab 96 Monster Air Di Tengah Sungai.
- Bab 97 Dipaksa Menikah
- Bab 98 Datang Bulan
- Bab 99 Bolehkah Tidak Sebaik Hati Ini?
- Bab 100 Menginap di Desa
- Bab 101 Monster Pemakan Manusia
- Bab 102 Sangat Hebat
- Bab 103 Minum Racun Kalajengking
- Bab 104 Kalau Tidak Senang Sini Gigit Aku
- Bab 105 Jatuh Cinta Pada Pandangan Pertama
- Bab 106 Tujuan Tertentu
- Bab 107 Adegan Tersebut, Melukai Hatiku
- Bab 108 Siluman Kalajengking Beracun
- Bab 109 Padang Salju
- Bab 110 Sejak Kapan Belajar Menjilat Orang
- Bab 111 Keras Kepala
- Bab 112 Hua Tuo di Namsan
- Bab 113 Ada Syaratnya
- Bab 114 Monster Ganas
- Bab 115 Berjanji Memberi Pengobatan
- Bab 116 Mengambil Air Bekas Mandi Peri
- Bab 117 Dua Wanita Cabul
- Bab 118 Boneka Ginseng Berusia Seribu Tahun
- Bab 119 Bercinta
- Bab 120 Keracunan
- Bab 121 Tersipu Malu
- Bab 122 Tertangkap
- Bab 123 Pantang Menyerah
- Bab 124 Mengecap Dengan Besi Panas
- Bab 125 Memohon Padanya
- Bab 126 Rasa Malu
- Bab 127 Pertemuan
- Bab 128 Berpura-Pura Mati
- Bab 129 Bunuh Diri
- Bab 130 Tidak Bisa Kabur
- Bab 131 Paksaan
- Bab 132 Membutakan Sepasang Mata
- Bab 133 Dijual Ke Rumah Bordil
- Bab 134 Ular Hijau Menyelamatkanku
- Bab 135 Dosa Yang Mengerikan
- Bab 136 Hamil Lagi
- Bab 137 Kembali Bersama Suamiku
- Bab 138 Mengambil Mata
- Bab 139 Pulang Ke Istana Ular
- Bab 140 Memanjakan
- Bab 141 Jatuh Cinta Diam-Diam
- Bab 142 Bertengkar Demi Keinginan
- Bab 143 Jika Suatu Hari Nanti, Raja Tidak Ada Di Sisimu
- Bab 144 Pemikiran Lain
- Bab 145 Mencari Kesempatan Untuk Menyerang.
- Bab 146 Terjatuh Kedalam Air.
- Bab 147 Tidak Meninggal.
- Bab 148 Berpura-pura Menyalahkan Diri Sendiri.
- Bab 149 Menempel Padanya.
- Bab 150 Pengakuan Ditolak
- Bab 151 Kembali Kealam Manusia
- Bab 152 Kita Akan Berpisah
- Bab 153 Kepergian Dia
- Bab 154 Dikeluarkan Dari Istana Ular
- Bab 155 Tujuh Bayi Ular
- Bab 156 Mutiara Ular Ajaib
- Bab 157 Para Bayi Ingin Minum Susu
- Bab 158 Mencari Bayi Ular
- Bab 159 Anak-anakku
- Bab 160 Sendiri Mencari Susu Untuk Diminum
- Bab 161 Menjaga Ibu dan Anak Kami
- Bab 162 Kebencian Karena Cinta
- Bab 163 Dunia Ular Dikendalikan
- Bab 164 Cinta Berubah Menjadi Luka
- Bab 165 Bayi Ular Terselamatkan
- Bab 166 Raja Ular, Aku Akan Terus Menunggumu, Selamanya