The Serpent King Affection - Bab 89 Penuh Siasat Licik
"Kamu rasa, apakah kami akan mempercayai perkataanmu, hanya dengan kematianmulah, yang bisa membuat kami tenang."
Ular Belang juga membuka mulut dan mengatakan dengan nada dingin.
"Jangan beromong kosong dengannya lagi, segera suruh ular berbisa menggigitnya."
Mei mengatakan dengan licik, para ular berbisa itu sudah hampir tiba disampingku.
Di depan mata ada ular berbisa, di belakang hanya ada jalan buntu, aku tahu, tidak peduli bagaimanapun, hari ini aku tidak akan bisa lolos dari kematian, kedua wanita ular cantik tidak akan mungkin melepaskanku.
Depan belakang sama-sama merupakan jalan kematian, daripada di gigit sampai mati oleh segerombolan ular beracun, lebih baik mati sendiri.
Aku dengan pandangan yang dingin melihat sejenak kedua wanita yang kejam itu, menggertakkan gigi, lalu melompat menuju jurang.
Austin, aku pamit untuk selamanya, kalau masih ada kehidupan yang akan datang, aku masih akan memilih untuk hidup bersamamu.
Setetes air mata mengalir dari sudut mata tanpa suara, aku merasa tubuhku begitu ringan, bagaikan selembar daun yang berguguran.
Tidak sangka dua kali kejadian jatuh ke jurang, semuanya karena seorang pria, hanya saja yang pertama kali adalah karena didorong oleh pacar sendiri ke jurang, dan kali ini karena didesak oleh oleh dua wanita yang mencintai Raja Ular.
"Kak Mei, dia telah melompat ke bawah."
Ular Belang dan Mei berjalan sampai ke samping jurang yang dimana tadinya sang gadis berdiri, berkata sambil memandang ke bawah jurang yang tak terlihat dimana dasarnya.
"Dia sebagai seorang manusia, tidak mungkin bisa selamat setelah jatuh dari tempat yang setinggi ini."
Mei mengatakan dengan nada bicara dingin.
"Mari kita kembali, Raja Ular pasti tidak akan mengira kita bakalan membunuh bangsa manusia ini dengan semudah ini."
Mei lanjut mengatakan, Ular Belang menyetujui perkataannya dan menganggukkan kepala.
Kedua wanita cantik telah kembali ke Istana Ular, mengira mereka telah melakukan hal tanpa meninggalkan jejak, siapa sangka ternyata ada seseorang yang akan mengkhianati mereka.
"Kak Mei, Kak Hua, kalian baru kembali dari mana, akhirnya Bai telah menantikan kepulangan kalian."
Kedua wanita cantik baru memasuki Istana Ular, Ular Putih langsung muncul begitu saja entah dari mana, wajahnya memiliki ekspresi yang aneh memandang keduanya dan berkata.
"Adik Mei, ada hal apa?"
Ular belang menanyakannya ketika melihat ekspresi Ular Putih yang aneh, pandangannya penuh dengan kewaspadaan, berpikir Ular Putih sama sekali tidak melibatkan diri dalam penangkapan manusia itu, dirinya takut Ular Putih memiliki rencana lain.
"Raja Ular mengutus orang untuk datang kesisni mencari ketiga kakak-kakak, katanya tentang hal Isabelle Yao."
Ular Putih mengatakan, sambil melihat raut wajah kedua wanita yang berubah drastis.
"Untuk apa Raja Ular mencari kami? Apakah kamu telah mengatakan kepada Raja Ular bahwa kami telah menangkap bangsa manusia itu!"
Mei mengatakan dengan dingin, kalau benar seperti itu, dia akan membunuh Bai.
"Apakah Nona Isabelle benar-benar ditangkap oleh kalian, kalian, kenapa kalian berbuat seperti itu?"
Ular Putih mengatakannya dengan ekspresi seakan-akan tidak berani untuk percaya, ekspresi itu, begitu berlebihan, seakan-akan Ular Putih sama sekali tidak mengetahui hal ini.
Tentu saja, Ular Putih hanya ingin membuktikan bahwa diri sendiri tidak telibat dalam hal ini sedikitpun, dia hanya ingin meraup keuntungan akan hasil pekerjaan orang lain belaka.
Kedua wanita telah melihatnya, semua merasa sangat aneh, lalu selanjutnya, tiba-tiba terdengar suara pria dingin di sekitar, membuat keduanya sangat ketakutan dan wajah seketika menjadi pucat pasi.
"Raja...... Raja Ular......"
Kedua wanita berkata dengan gemetaran, mereka sama sekali tidak menyangka, bahwa Ular Putih benar-benar akan mengkhianati mereka, dan juga, pembicaraan mereka tadinya telah didengar oleh Raja Ular dengan sangat jelas.
"Raja Ular, ketiga kakak-kakak ini telah sadar mereka bersalah, mohon Raja Ular bisa melepaskan ketiga kakak untuk kali ini."
Di saat seperti ini, Ular Putih berpura-pura baik memohon pengampunan terhadap Raja Ular, yang mengadu kepada Raja Ular adalah dia, sekarang yang memohon pengampunan di hadapan kedua wanita juga adalah dia, semua tokoh telah diperankan olehnya.
Mei dan Ular Belang hanya melototi Ular Putih dengan pandangan dingin, mereka mencari kesempatan untuk meraup keuntungan tanpa menyadari bahaya besar di belakang, tidak sangka, orang yang paling keji adalah Ular Putih, telah mewaspadai segala bahaya, malah tidak menduga akan dikhianati oleh orang yang berada disisi.
Tapi jika dibahas kembali, kalaupun Ular Putih tidak mengkhianati mereka sekarang, kalaupun mereka berhasil bekerja sama memusnahkan bangsa manusia itu dan mendapatkan kasih sayang Raja Ular, pasti akan ada suatu hari bagi mereka untuk menjadi saling menyerang dan dendam.
Perasaan pada dasarnya adalah sesuatu yang egois, siapa yang akan mengizinkan orang yang disukai dinikmati oleh wanita lain, di istana bagian dalam, pada dasarnya merupakan tempat dimana para wanita melakukan siasat demi seorang pria, adalah sebuah tempat yang paling tidak damai di seluruh dunia.
Ular Putih hanya sekedar telah mendapatkan kesempatan, dan melakukan penyerangan lebih dulu.
"Dimana dia, kalian telah membawanya kemana?"
Ucapan terlontarkan, Raja Ular telah berjalan ke hadapan kedua wanita, dengan wajahnya yang murung, dan aura dingin yang menyiksa orang, siapapun yang melihatnya akan merasa ketakutan.
"Raja, Raja Ular, ini semua adalah ide dari Kak Mei, mohon pengampunan dari Raja Ular."
Kematian telah berada dihadapan mata, Ular Belang malah melemparkan seluruh tanggung jawab terhadap Mei, dia merasa takut sampai hanya berani berlutut di tanah memohon pengampunan terhadap Raja Ular, dia tidak bersedia melepaskan sedikitpun harapan yang ada.
Mei melototi Ular Belang dengan dingin sejenak, lalu pandangannya kembali ke Raja Ular, haha, inilah yang namanya saudari terbaik di sisi, demi seorang pria, mengerahkan semua cara untuk mendapatkannya, oh wanita, semuanya memang sama.
"Katakan, dimana dia?"
Raja Ular mendesak mereka sekali lagi, suara yang dingin itu, membuat Mei gemetaran, dirinya juga sangat takut terhadap Raja Ular, dan dia juga mengerti, dirinya tidak akan bisa lolos hari ini.
Tidak apa jika dirinya mati, tapi dia tidak akan membiarkan kedua wanita murahan ini mendapat keuntungan, apa yang tidak bisa didapatkannya, jangan harap dia akan membiarkan orang lain mendapatkannya.
Dengan kuat, Mei yang awalnya adalah seorang wanita yang memikat, seketika telah berubah menjadi seekor Ular Kuning Besar, terlihat kepala dan ekor dari Ular Kuning Besar secaara bersamaan mengarah ke Ular Belang dan Ular Putih, kepala ular menggigit Ular Putih, sedangkan ekor pergi melilit Ular Belang, lalu menghempaskannya dengan kuat, Ular Putih dan Ular Belang dengan keras terjatuh ke tanah, memuntahkan darah, semuanya terjadi begitu tiba-tiba, membuat keduanya tidak bisa menangkis serangan Ular Kuning, berdasarkan kemampuan, mereka sama sekali bukanlah tandingannya Mei.
Lagipula, Raja Ular tidak menghalanginya ketika melihat kejadian ini, dia hanya dengan dingin melihat ketiga wanita ular cantik saling membunnuh, dia dari awal telah mendengar dari Qing, semua wanita di istana dalam sedang mengincar Isabelle Yao, para wanita ular cantik ini begitu kejam, hal inilah yang paling membuatnya benci terhadap mereka.
"Raja Ular...... selamatkanlah aku......."
Sudut mulut Ular Putih mengalir jejak darah, mengulurkan tangan meminta penyelamatan terhadap Raja Ular, dia masih mengira, Raja Ular akan menyelamatkan nyawanya, tapi hingga dia mati, Raja Ular tidak pernah melihatnya sekali, Ular Putih mati dengan tanpa memejamkan mata, dirinya yang biasanya cerdas, sampai mati pun tidak mampu mengerti, dirinya yang tidak pernah melibatkan diri dengan semua hal itu, dan juga telah mengadu kepada Raja Ular, tapi mengapa Raja Ular masih tetap tidak menyukainya, sedikitpun tidak ada.
"Tidak sangka Raja Ular bisa memiliki perasaan yang begitu tulus terhadap seorang manusia, tapi malah begitu dingin terhadap kami."
Ular Kuning kembali menjadi sosok manusia setelah membereskan Ular Putih dan Ular Belang, lalu diserang oleh sang pria sampai jatuh ke tanah, Mei merasakan organ dalamnya begitu sakit, sepertinya telah hancur.
"Cepat katakan, dimana dia?"
Pria dingin mencengkram Mei, dengan erat mencekik lehernya, satu-satunya hal yang ingin diketahuinya saat ini hanyalah kemana para wanita yang kejam ini membawa Isabelle Yao, apakah dia sekarang masih hidup.
"Hmph......"
Mei tertawa sambil merasa sakit, dia menertawakan mereka para wanita yang kehilangan nyawa demi seorang pria, tapi sang pria malah sama sekali tidak pernah menyukai mereka.
Apakah ini semuanya pantas, tidak pantas, benar-benar tidak pantas, tapi Mei tidak menyesal, dia menyukai Raja Ular, menyukai pria yang akan membunuhnya ini.
Novel Terkait
Lelaki Greget
Rudy GoldCinta Tak Biasa
SusantiBalas Dendam Malah Cinta
SweetiesMr Huo’s Sweetpie
EllyaSiswi Yang Lembut
Purn. Kenzi KusyadiMi Amor
TakashiThe Serpent King Affection×
- Bab 1 Didorong ke Jurang (1)
- Bab 1 Didorong ke Jurang (2)
- Bab 2 Terbaring di Atas Tubuh Ular
- Bab 3 Berguling ke Bawah Gunung
- Bab 4 Hei Wanita, Kau Sudah Membuat Masalah Besar Dengan Aku Sang Raja
- Bab 5 Dikelilingi Ular
- Bab 6 Hidup atau Mati
- Bab 7 Terpesona
- Bab 8 Terpancing
- Bab 9 Istana Megah
- Chapter 10 Perlakuan Istimewa
- Chapter 11 Wanita Cantik dari Lukisan Kuno
- Chapter 12 Bisa Lebih Terbuka Lagi
- Chapter 13 Menetap dengan Tenang
- Chapter 14 Tidur Bersama Ular Raksasa
- Chapter 15 Menantang Ular Raksasa
- Bab 16 Tolong Jangan Makan Aku
- Bab 17 Apakah Kamu Menyukai Bentukku Yang Seperti Ini?
- Bab 18 Gagal Kabur
- Bab 19 Janji Tidak Akan Kabur Lagi
- Bab 20 Apakah Kau Benar-Benar Raja Ular?
- Bab 21 Marah
- Bab 22 Senyumanmu Sangat Cantik
- Bab 23 Iri, Cemburu, Dan Benci
- Bab 24 Dibohongi Untuk Keluar
- Bab 25 Pertolongan Dari Ular Putih Kecil
- Bab 26 Pelayan Ular Memohon Ampun
- Bab 27 Memaafkan
- Bab 28 Pikiran Yang Lain
- Bab 29 Berbohong Untuk Kebaikan
- Bab 30 Ini Juga Bisa Terlihat
- Bab 31 Mencari Kesempatan Membunuhnya
- Bab 32 Ditipu ke Dasar Danau
- Bab 33 Hampir Mati Tenggelam
- Bab 34 Mutiara Ular
- Bab 35 Selamat
- Bab 36 Bertemu Ular Putih
- Bab 37 Berjanji Menolong Ular Putih
- Bab 38 Apa Panggilan Ini Pantas
- Bab 39 Senyumannya Mengalihkan Duniaku
- Bab 40 Pertemuan yang Terlambat
- Bab 41 Tidak Tahan Akan Rasa Kesepian
- Bab 42 Pergi Jalan-Jalan
- Bab 43 Perkataan Sindiran
- Bab 44 Amarah Langsung Membara
- Bab 45 Merusak Paras Wajah
- Bab 46 Apakah Pria Ini Vegetarian
- Bab 47 Akan Membuat Mereka Mati Mengenaskan
- Bab 48 Merobek Kulit Wajah
- Bab 49 Meninggalkan Sebuah Bekas Luka
- Bab 50 Dimanjakan
- Bab 51 Kamu Jadi Pacarku Saja
- Bab 52 Mengikuti Pemilihan Selir
- Bab 53 Aku Hanya Orang Yang Sekadar Lewat
- Bab 54 Memasukkan Afrodisiak Ke Dalam Anggur
- Bab 55 Ular Kuning Loreng Yang Besar
- Bab 56 Raja ular, aku ingin, aku menginginkannya
- Bab 57 Akan Menunggu Sampai Hari Itu Tiba Untuk Menyentuhmu
- Bab 58 Ingin Tebusan Darimu
- Bab 59 Meninggalkan Istana Ular
- Bab 60 Perbedaan Kemampuan
- Bab 61 Dibawa Ke Hutan Bambu
- Bab 62 Menanti Pertemuan Denganmu Di Hutan Bambu
- Bab 63 Menyesal Tidak Seharusnya Mengancam Dirinya
- Bab 64 Lepaskan, Raja Memperbolehkanmu untuk Melepaskannya
- Bab 65 Jangan Malu, Bukankah Ini Hanya Mandi
- Bab 66 Mengubah Tubuh
- Bab 67 Diri yang Baru
- Bab 68 Sayangnya Tidak Ada Jika
- Bab 69 Mengantarkan Hadiah
- Bab 70: Bunda Mo Memberikan Anggur
- Bab 71: Bangun Dalam Keadaan Sudah Meninggal
- Bab 72 Mati Dalam Mimpi
- Bab 73 Aduh, Bisa Tidak Jangan Berbicara Terlalu Frontal?
- Bab 74 Suamiku Terlalu Menarik
- Bab 75 Berlilitan Tanpa Henti
- Bab 76 Telah Hamil
- Bab 77 Sang Anak Telah Tiada
- Bab 78 Tidak Berhak Untuk Tetap Disisinya
- Bab 79 Pertengkaran Kami Yang Pertama Kali
- Bab 80 Penemanian Para Wanita
- Bab 81 Kesakitan Yang Mendalam
- Bab 82 Lupa Ingatan Setelah Mabuk
- Bab 83 Selir
- Bab 84 Ketidak Hadiran Pengantin Pria
- Bab 85 Dia Malah Berada Di Ranjangku Saat Malam Pertamanya Dengan Wanita Lain
- Bab 86 Pergi Tanpa Berpamitan
- Bab 87 Membunuh Ular Dan Menjarah Kantong Empedu
- Bab 88 Menghadapi Jalan Buntu
- Bab 89 Penuh Siasat Licik
- Bab 90 Jatuh Ke Jurang
- Bab 91 Jatuh Ke Pelukannya
- Bab 92 Seorang Pria Yang Hangat
- Bab 93 Menghalangi Perjalanan
- Bab 94 Di Dalam Gunung Besar Terdapat Rumah Orang.
- Bab 95 Mimpi Yang Menyeramkan
- Bab 96 Monster Air Di Tengah Sungai.
- Bab 97 Dipaksa Menikah
- Bab 98 Datang Bulan
- Bab 99 Bolehkah Tidak Sebaik Hati Ini?
- Bab 100 Menginap di Desa
- Bab 101 Monster Pemakan Manusia
- Bab 102 Sangat Hebat
- Bab 103 Minum Racun Kalajengking
- Bab 104 Kalau Tidak Senang Sini Gigit Aku
- Bab 105 Jatuh Cinta Pada Pandangan Pertama
- Bab 106 Tujuan Tertentu
- Bab 107 Adegan Tersebut, Melukai Hatiku
- Bab 108 Siluman Kalajengking Beracun
- Bab 109 Padang Salju
- Bab 110 Sejak Kapan Belajar Menjilat Orang
- Bab 111 Keras Kepala
- Bab 112 Hua Tuo di Namsan
- Bab 113 Ada Syaratnya
- Bab 114 Monster Ganas
- Bab 115 Berjanji Memberi Pengobatan
- Bab 116 Mengambil Air Bekas Mandi Peri
- Bab 117 Dua Wanita Cabul
- Bab 118 Boneka Ginseng Berusia Seribu Tahun
- Bab 119 Bercinta
- Bab 120 Keracunan
- Bab 121 Tersipu Malu
- Bab 122 Tertangkap
- Bab 123 Pantang Menyerah
- Bab 124 Mengecap Dengan Besi Panas
- Bab 125 Memohon Padanya
- Bab 126 Rasa Malu
- Bab 127 Pertemuan
- Bab 128 Berpura-Pura Mati
- Bab 129 Bunuh Diri
- Bab 130 Tidak Bisa Kabur
- Bab 131 Paksaan
- Bab 132 Membutakan Sepasang Mata
- Bab 133 Dijual Ke Rumah Bordil
- Bab 134 Ular Hijau Menyelamatkanku
- Bab 135 Dosa Yang Mengerikan
- Bab 136 Hamil Lagi
- Bab 137 Kembali Bersama Suamiku
- Bab 138 Mengambil Mata
- Bab 139 Pulang Ke Istana Ular
- Bab 140 Memanjakan
- Bab 141 Jatuh Cinta Diam-Diam
- Bab 142 Bertengkar Demi Keinginan
- Bab 143 Jika Suatu Hari Nanti, Raja Tidak Ada Di Sisimu
- Bab 144 Pemikiran Lain
- Bab 145 Mencari Kesempatan Untuk Menyerang.
- Bab 146 Terjatuh Kedalam Air.
- Bab 147 Tidak Meninggal.
- Bab 148 Berpura-pura Menyalahkan Diri Sendiri.
- Bab 149 Menempel Padanya.
- Bab 150 Pengakuan Ditolak
- Bab 151 Kembali Kealam Manusia
- Bab 152 Kita Akan Berpisah
- Bab 153 Kepergian Dia
- Bab 154 Dikeluarkan Dari Istana Ular
- Bab 155 Tujuh Bayi Ular
- Bab 156 Mutiara Ular Ajaib
- Bab 157 Para Bayi Ingin Minum Susu
- Bab 158 Mencari Bayi Ular
- Bab 159 Anak-anakku
- Bab 160 Sendiri Mencari Susu Untuk Diminum
- Bab 161 Menjaga Ibu dan Anak Kami
- Bab 162 Kebencian Karena Cinta
- Bab 163 Dunia Ular Dikendalikan
- Bab 164 Cinta Berubah Menjadi Luka
- Bab 165 Bayi Ular Terselamatkan
- Bab 166 Raja Ular, Aku Akan Terus Menunggumu, Selamanya