The Serpent King Affection - Bab 6 Hidup atau Mati
"Apa? Maksud Kakak Ular Putih, Raja Ular suka pada wanita itu, mana mungkin, wanita itu begitu jelek, mana bisa dibandingkan dengan kita, mana mungkin Raja Ular bisa suka padanya."
"Iya, iya, mana mungkin Raja Ular bisa suka pada manusia yang rendah itu."
Kata para ular itu, mereka tidak percaya Raja Ular bisa suka pada seorang manusia.
"Kurasa Ular Putih ada benarnya juga, kita semua tahu bagaimana sifat Raja Ular, kalau dia tidak suka pada wanita itu, bagaimana mungkin dia tidak membunuhnya, malah membawanya pergi."
Kata Ular Belang menyetujui ucapan Ular Putih, pandangan matanya sangat dingin, ia menatap ke arah ular-ular betina lainnya, sekelompok ular-ular betina yang bodoh, wanita tidak cukup kalau hanya punya wajah yang cantik saja, yang paling penting harus punya otak.
"Kalau Raja Ular suka pada wanita itu, bukankah itu berarti kita sudah tak ada harapan lagi."
Yang mengatakan itu adalah seekor ular hijau, dia sama seperti ular-ular betina lainnya, ingin menjadi permaisuri Raja Ular, dan kalau sekarang Raja Ular suka pada wanita itu, mereka pasti tak akan bisa menjadi permaisuri, bukan hanya Ular Hijau yang berpikir seperti itu, semua ular betina pun berpikir demikian.
"Iya, iya, kalau Raja Ular suka pada wanita itu, kita harus bagaimana?"
"Iya, kita harus bagaimana?"
Kemudian, hutan itu pun dipenuhi dengan suara-suara para ular betina itu, suara mereka terdengar sangat marah dan kesal, ingin sekali rasanya mereka menelan wanita itu hidup-hidup, siapa yang tidak ingin menjadi wanita kesayangan Raja Ular, menikmati kekayaan yang berlimpah, kemunculan wanita itu menjadi sebuah bahaya besar yang mengancam ular-ular itu.
"Tutup mulut kalian."
Kata Ular Kuning dengan dingin, dasar ular-ular tak berotak, manusia jelek saja sudah membuat mereka ribut-ribut seperti ini, benar-benar payah.
Ular-ular itu pun terdiam, menunggu Ular Kuning membuka mulutnya dengan tenang, Ular Kuning adalah kepala mereka.
"Menurut Kakak Mei, apa yang harus kita lakukan?"
Tanya Ular Belang dengan hati-hati, kalau Ular Kuning bukan kepala mereka, ia juga tidak harus menuruti semua keputusan yang dibuat oleh si Ular Kuning.
Kalian harus tahu, mereka semua sangat suka pada Raja Ular, dan siapapun tak ada yang mau orang lain memusuhi diri sendiri.
"Tak usah melakukan apa-apa, kembali ke istana dulu dan tunggu Raja Ular pulang."
Setelah mengatakannya, Ular Kuning pun menghilang di kegelapan.
"Kakak Hua, apa maksud Kakak Mei?"
Tanya ular-ular lain, Raja Ular sudah membawa seorang wanita pergi, untuk apa lagi mereka kembali ke istana.
Ular Belang tak berkata apa-apa, ia pun juga pergi dari sana.
"Kenapa mereka pergi?"
Setelah Ular Kuning dan Ular Belang pergi, yang tersisa hanyalah Ular Putih dan ular-ular betina cantik lainnya.
"Kakak Mei menyuruh kita kembali ke istana dan menunggu di sana pasti ada maksudnya, Raja Ular sudah mengetahui keberadaan kita, kalau kita tetap saja mengikuti Raja Ular terus, Raja Ular pasti akan sangat marah dan kesal pada kita, bahkan mungkin kita juga bisa kehilangan nyawa kita, lebih baik kita tunggu saja Raja Ular di istana, soal masalah Raja Ular suka pada wanita itu atau tidak, kita akan mengetahuinya kelak."
Sambil berkata, Ular Putih pun menghilang dari sana.
"Benar yang dikatakan Ular Putih, kenapa kita tak bisa berpikir sampai ke sana ya."
Setelah mendengar perkataan si Ular Putih, para ular betina itu pun mengerti, dan mereka pun menghilang dari hutan itu juga.
Tak tahu berselang berapa lama, aku pun terbangun, mungkin karena terlalu lama mendekap di dalam hutan, saat aku membuka mataku, aku sedikit tidak terbiasa dengan cahaya yang sangat terang yang menyoroti mataku, beberapa saat kemudian, barulah aku terbiasa.
Udara di sini sangat bagus, di telingaku terdengar suara-suara aliran air dan kicauan-kicauan burung, aku melihat keadaan di sekelilingku sejenak, aku sedang terbaring di atas rerumputan, banyak bunga bermekaran di sekitarku, banyak kupu-kupu yang beterbangan, pemandangan di sini sungguh cantik bak surga.
"Di mana aku ini? Di mana ular-ular itu? Kok tidak kelihatan?"
Waktu itu aku terjatuh dari jurang dan jatuh ke tubuh ular python raksasa, makanya aku tidak mati, tapi kali ini? Aku ini masih hidup, atau sudah mati dan naik ke surga, karena pemandangan di sini sungguh cantik seperti di gambar-gambar, neraka pasti tak mungkin seperti ini.
Novel Terkait
Beautiful Love
Stefen LeeCutie Mom
AlexiaPergilah Suamiku
DanisThe Revival of the King
ShintaSederhana Cinta
Arshinta Kirania PratistaCinta Pada Istri Urakan
Laras dan GavinThat Night
Star AngelThe Serpent King Affection×
- Bab 1 Didorong ke Jurang (1)
- Bab 1 Didorong ke Jurang (2)
- Bab 2 Terbaring di Atas Tubuh Ular
- Bab 3 Berguling ke Bawah Gunung
- Bab 4 Hei Wanita, Kau Sudah Membuat Masalah Besar Dengan Aku Sang Raja
- Bab 5 Dikelilingi Ular
- Bab 6 Hidup atau Mati
- Bab 7 Terpesona
- Bab 8 Terpancing
- Bab 9 Istana Megah
- Chapter 10 Perlakuan Istimewa
- Chapter 11 Wanita Cantik dari Lukisan Kuno
- Chapter 12 Bisa Lebih Terbuka Lagi
- Chapter 13 Menetap dengan Tenang
- Chapter 14 Tidur Bersama Ular Raksasa
- Chapter 15 Menantang Ular Raksasa
- Bab 16 Tolong Jangan Makan Aku
- Bab 17 Apakah Kamu Menyukai Bentukku Yang Seperti Ini?
- Bab 18 Gagal Kabur
- Bab 19 Janji Tidak Akan Kabur Lagi
- Bab 20 Apakah Kau Benar-Benar Raja Ular?
- Bab 21 Marah
- Bab 22 Senyumanmu Sangat Cantik
- Bab 23 Iri, Cemburu, Dan Benci
- Bab 24 Dibohongi Untuk Keluar
- Bab 25 Pertolongan Dari Ular Putih Kecil
- Bab 26 Pelayan Ular Memohon Ampun
- Bab 27 Memaafkan
- Bab 28 Pikiran Yang Lain
- Bab 29 Berbohong Untuk Kebaikan
- Bab 30 Ini Juga Bisa Terlihat
- Bab 31 Mencari Kesempatan Membunuhnya
- Bab 32 Ditipu ke Dasar Danau
- Bab 33 Hampir Mati Tenggelam
- Bab 34 Mutiara Ular
- Bab 35 Selamat
- Bab 36 Bertemu Ular Putih
- Bab 37 Berjanji Menolong Ular Putih
- Bab 38 Apa Panggilan Ini Pantas
- Bab 39 Senyumannya Mengalihkan Duniaku
- Bab 40 Pertemuan yang Terlambat
- Bab 41 Tidak Tahan Akan Rasa Kesepian
- Bab 42 Pergi Jalan-Jalan
- Bab 43 Perkataan Sindiran
- Bab 44 Amarah Langsung Membara
- Bab 45 Merusak Paras Wajah
- Bab 46 Apakah Pria Ini Vegetarian
- Bab 47 Akan Membuat Mereka Mati Mengenaskan
- Bab 48 Merobek Kulit Wajah
- Bab 49 Meninggalkan Sebuah Bekas Luka
- Bab 50 Dimanjakan
- Bab 51 Kamu Jadi Pacarku Saja
- Bab 52 Mengikuti Pemilihan Selir
- Bab 53 Aku Hanya Orang Yang Sekadar Lewat
- Bab 54 Memasukkan Afrodisiak Ke Dalam Anggur
- Bab 55 Ular Kuning Loreng Yang Besar
- Bab 56 Raja ular, aku ingin, aku menginginkannya
- Bab 57 Akan Menunggu Sampai Hari Itu Tiba Untuk Menyentuhmu
- Bab 58 Ingin Tebusan Darimu
- Bab 59 Meninggalkan Istana Ular
- Bab 60 Perbedaan Kemampuan
- Bab 61 Dibawa Ke Hutan Bambu
- Bab 62 Menanti Pertemuan Denganmu Di Hutan Bambu
- Bab 63 Menyesal Tidak Seharusnya Mengancam Dirinya
- Bab 64 Lepaskan, Raja Memperbolehkanmu untuk Melepaskannya
- Bab 65 Jangan Malu, Bukankah Ini Hanya Mandi
- Bab 66 Mengubah Tubuh
- Bab 67 Diri yang Baru
- Bab 68 Sayangnya Tidak Ada Jika
- Bab 69 Mengantarkan Hadiah
- Bab 70: Bunda Mo Memberikan Anggur
- Bab 71: Bangun Dalam Keadaan Sudah Meninggal
- Bab 72 Mati Dalam Mimpi
- Bab 73 Aduh, Bisa Tidak Jangan Berbicara Terlalu Frontal?
- Bab 74 Suamiku Terlalu Menarik
- Bab 75 Berlilitan Tanpa Henti
- Bab 76 Telah Hamil
- Bab 77 Sang Anak Telah Tiada
- Bab 78 Tidak Berhak Untuk Tetap Disisinya
- Bab 79 Pertengkaran Kami Yang Pertama Kali
- Bab 80 Penemanian Para Wanita
- Bab 81 Kesakitan Yang Mendalam
- Bab 82 Lupa Ingatan Setelah Mabuk
- Bab 83 Selir
- Bab 84 Ketidak Hadiran Pengantin Pria
- Bab 85 Dia Malah Berada Di Ranjangku Saat Malam Pertamanya Dengan Wanita Lain
- Bab 86 Pergi Tanpa Berpamitan
- Bab 87 Membunuh Ular Dan Menjarah Kantong Empedu
- Bab 88 Menghadapi Jalan Buntu
- Bab 89 Penuh Siasat Licik
- Bab 90 Jatuh Ke Jurang
- Bab 91 Jatuh Ke Pelukannya
- Bab 92 Seorang Pria Yang Hangat
- Bab 93 Menghalangi Perjalanan
- Bab 94 Di Dalam Gunung Besar Terdapat Rumah Orang.
- Bab 95 Mimpi Yang Menyeramkan
- Bab 96 Monster Air Di Tengah Sungai.
- Bab 97 Dipaksa Menikah
- Bab 98 Datang Bulan
- Bab 99 Bolehkah Tidak Sebaik Hati Ini?
- Bab 100 Menginap di Desa
- Bab 101 Monster Pemakan Manusia
- Bab 102 Sangat Hebat
- Bab 103 Minum Racun Kalajengking
- Bab 104 Kalau Tidak Senang Sini Gigit Aku
- Bab 105 Jatuh Cinta Pada Pandangan Pertama
- Bab 106 Tujuan Tertentu
- Bab 107 Adegan Tersebut, Melukai Hatiku
- Bab 108 Siluman Kalajengking Beracun
- Bab 109 Padang Salju
- Bab 110 Sejak Kapan Belajar Menjilat Orang
- Bab 111 Keras Kepala
- Bab 112 Hua Tuo di Namsan
- Bab 113 Ada Syaratnya
- Bab 114 Monster Ganas
- Bab 115 Berjanji Memberi Pengobatan
- Bab 116 Mengambil Air Bekas Mandi Peri
- Bab 117 Dua Wanita Cabul
- Bab 118 Boneka Ginseng Berusia Seribu Tahun
- Bab 119 Bercinta
- Bab 120 Keracunan
- Bab 121 Tersipu Malu
- Bab 122 Tertangkap
- Bab 123 Pantang Menyerah
- Bab 124 Mengecap Dengan Besi Panas
- Bab 125 Memohon Padanya
- Bab 126 Rasa Malu
- Bab 127 Pertemuan
- Bab 128 Berpura-Pura Mati
- Bab 129 Bunuh Diri
- Bab 130 Tidak Bisa Kabur
- Bab 131 Paksaan
- Bab 132 Membutakan Sepasang Mata
- Bab 133 Dijual Ke Rumah Bordil
- Bab 134 Ular Hijau Menyelamatkanku
- Bab 135 Dosa Yang Mengerikan
- Bab 136 Hamil Lagi
- Bab 137 Kembali Bersama Suamiku
- Bab 138 Mengambil Mata
- Bab 139 Pulang Ke Istana Ular
- Bab 140 Memanjakan
- Bab 141 Jatuh Cinta Diam-Diam
- Bab 142 Bertengkar Demi Keinginan
- Bab 143 Jika Suatu Hari Nanti, Raja Tidak Ada Di Sisimu
- Bab 144 Pemikiran Lain
- Bab 145 Mencari Kesempatan Untuk Menyerang.
- Bab 146 Terjatuh Kedalam Air.
- Bab 147 Tidak Meninggal.
- Bab 148 Berpura-pura Menyalahkan Diri Sendiri.
- Bab 149 Menempel Padanya.
- Bab 150 Pengakuan Ditolak
- Bab 151 Kembali Kealam Manusia
- Bab 152 Kita Akan Berpisah
- Bab 153 Kepergian Dia
- Bab 154 Dikeluarkan Dari Istana Ular
- Bab 155 Tujuh Bayi Ular
- Bab 156 Mutiara Ular Ajaib
- Bab 157 Para Bayi Ingin Minum Susu
- Bab 158 Mencari Bayi Ular
- Bab 159 Anak-anakku
- Bab 160 Sendiri Mencari Susu Untuk Diminum
- Bab 161 Menjaga Ibu dan Anak Kami
- Bab 162 Kebencian Karena Cinta
- Bab 163 Dunia Ular Dikendalikan
- Bab 164 Cinta Berubah Menjadi Luka
- Bab 165 Bayi Ular Terselamatkan
- Bab 166 Raja Ular, Aku Akan Terus Menunggumu, Selamanya