The Serpent King Affection - Bab 34 Mutiara Ular
Di saat seperti ini, hanya ada satu cara untuk menolong manusia itu, Ular Putih pun membuka mulutnya, lalu mengeluarkan sebuah mutiara putih yang bercahaya dari dalam mulutnya, mutiara itu besarnya kurang lebih seperti bola kelereng yang sangat kecil, setelah mutiara putih itu terlepas dari tubuh Ular Putih, ia pun memecahkan gelembung air itu, lalu segera berenang ke arah wanita yang tubuhnya perlahan-lahan tenggelam ke bawah, ia memasukkan mutiara putih itu ke dalam tubuh si wanita, sebuah cahaya putih yang sangat terang menyelimuti sekujur tubuh wanita itu, cahaya itu adalah kekuatan yang tak terlihat, dan perlahan-lahan tubuh wanita itu pun mulai terangkat dan tidak terkena air.
Dengan mutiara ular ini, setidaknya wanita itu tidak akan mati tenggelam, begitu pikir si Ular Putih.
"Ular Putih yang baik sekali, demi menolong manusia yang tak berharga, bisa-bisanya dia memberinya mutiara ular, wanita itu sudah cukup bodoh, tak kusangka ternyata ada yang lebih bodoh darinya."
Kata pembantu berbaju biru dengan nada mengejek, mutiara ular adalah nyawa dari seekor ular, kalau sampai seekor ular kehilangan mutiara ularnya, itu sama saja dengan kehilangan nyawanya, Ular Putih yang merelakan mutiara ularnya demi menyelamatkan seorang manusia tampak sangat bodoh di depan kedua pembantu itu.
Lalu si pembantu berbaju biru pun berkata, "Kau ini benar-benar ular yang bodoh, apa kau pikir dengan begini saja ia akan selamat, kalian berdua harus mati."
Setelah mengatakannya, pembantu berbaju biru dan kuning pun bekerjasama untuk membunuh sang manusia dan Ular Putih dengan sihir mereka.
"Hentikan!"
Baru saja kedua pembantu itu hendak mengeluarkan sihirnya, sebuah suara yang dingin pun terdengar di dalam air itu, sebuah cahaya keemasan memenuhi seisi danau itu dan menelan seluruh cahaya yang ada di sana.
Air dalam danau itu pun mulai bergelombang, seperti terjadi gempa bumi, seketika, kedua pembantu itu pun tertarik keluar dari dalam air, begitu pula dengan Ular Putih, ia terbaring tak berdaya di samping danau itu.
Mendengar suara itu, kedua pembantu itu pun terkejut, begitu menengadahkan kepala mereka, mereka pun melihat manusia itu sudah ada dalam pelukan Raja Ular, Raja Ular memandangi wanita itu dengan penuh rasa kekhawatiran dan cinta, dan saat pandangan sang Raja Ular beralih ke arah mereka, matanya berubah menjadi sangat dingin, kedua pembantu itu pun gemetaran, rasanya seperti ada angin dingin yang menyelubungi tubuh mereka, mereka benar-benar ketakutan.
Lalu, sebuah cahaya putih pun muncul tiba-tiba, dan seorang pria berjubah putih pun muncul di tepi danau itu, Penjaga Bai terkejut melihat hal itu, kalau Raja Ular tidak datang lebih awal darinya, mungkin akan terlambat, kedua pembantu ini sangatlah licik, ia benar-benar salah melepaskan mereka pada waktu itu.
"Maafkan hamba, Raja Ular, hamba datang terlambat."
Kata Penjaga Bai dengan hormat pada Raja Ular, ia menundukkan kepalanya, memohon maaf pada Raja Ular.
"Kalau sampai terjadi hal seperti ini lagi, aku pasti tak akan memaafkanmu."
Kata pria tampan itu dengan sangat dingin dan tegas, siapapun yang mendengar ucapannya itu pasti akan ketakutan setengah mati.
"Hamba mengerti."
Sudah cukup baik Raja Ular tidak membunuhnya, Pengawal Bai benar-benar ketakutan.
"Kuserahakn semuanya padamu sekarang."
Lalu, Raja Ular pun membawa wanita dalam pelukannya itu menghilang dari tepi danau.
Penjaga Bai pun lega, ia membalikkan tubuhnya, lalu menatap ke arah kedua pembantu yang besujud di tanah itu, kedua wanita yang tak pernah menyesal ini sudah menyeretnya ke dalam permasalahan ini juga, ia tak mungkin membiarkan mereka hidup begitu saja.
"Penjaga Bai...... Maafkan kami......"
Kata kedua pembantu itu dengan wajah pucat, meskipun mereka tahu tidak ada gunanya memohon ampun, tapi mereka berdua tetap tak berhenti meminta maaf, mereka masih sedikit berharap kalau mereka masih bisa diampuni.
Sang pria berjubah putih tak berkata apa-apa, ia pun mengeluarkan dua cahaya putih dari telapak tangannya, seketika dua pembantu itu pun memucat, kalau ingin lari pun juga sudah terlambat, cahaya itu mengarah ke kedua wanita itu, lalu "boom", ditambah dengan jeritan-jeritan kesakitan, kedua pembantu itu pun berubah menjadi debu seketika.
Penjaga Bai pun menarik kembali sihirnya, wajahnya sama sekali tidak berekspresi, ini adalah hukuman terbaik untuk kedua pembantu itu.
Novel Terkait
Sang Pendosa
DoniThe Comeback of My Ex-Wife
Alina QueensInnocent Kid
FellaGue Jadi Kaya
Faya SaitamaHanya Kamu Hidupku
RenataMy Charming Wife
Diana AndrikaSee You Next Time
Cherry BlossomThe Great Guy
Vivi HuangThe Serpent King Affection×
- Bab 1 Didorong ke Jurang (1)
- Bab 1 Didorong ke Jurang (2)
- Bab 2 Terbaring di Atas Tubuh Ular
- Bab 3 Berguling ke Bawah Gunung
- Bab 4 Hei Wanita, Kau Sudah Membuat Masalah Besar Dengan Aku Sang Raja
- Bab 5 Dikelilingi Ular
- Bab 6 Hidup atau Mati
- Bab 7 Terpesona
- Bab 8 Terpancing
- Bab 9 Istana Megah
- Chapter 10 Perlakuan Istimewa
- Chapter 11 Wanita Cantik dari Lukisan Kuno
- Chapter 12 Bisa Lebih Terbuka Lagi
- Chapter 13 Menetap dengan Tenang
- Chapter 14 Tidur Bersama Ular Raksasa
- Chapter 15 Menantang Ular Raksasa
- Bab 16 Tolong Jangan Makan Aku
- Bab 17 Apakah Kamu Menyukai Bentukku Yang Seperti Ini?
- Bab 18 Gagal Kabur
- Bab 19 Janji Tidak Akan Kabur Lagi
- Bab 20 Apakah Kau Benar-Benar Raja Ular?
- Bab 21 Marah
- Bab 22 Senyumanmu Sangat Cantik
- Bab 23 Iri, Cemburu, Dan Benci
- Bab 24 Dibohongi Untuk Keluar
- Bab 25 Pertolongan Dari Ular Putih Kecil
- Bab 26 Pelayan Ular Memohon Ampun
- Bab 27 Memaafkan
- Bab 28 Pikiran Yang Lain
- Bab 29 Berbohong Untuk Kebaikan
- Bab 30 Ini Juga Bisa Terlihat
- Bab 31 Mencari Kesempatan Membunuhnya
- Bab 32 Ditipu ke Dasar Danau
- Bab 33 Hampir Mati Tenggelam
- Bab 34 Mutiara Ular
- Bab 35 Selamat
- Bab 36 Bertemu Ular Putih
- Bab 37 Berjanji Menolong Ular Putih
- Bab 38 Apa Panggilan Ini Pantas
- Bab 39 Senyumannya Mengalihkan Duniaku
- Bab 40 Pertemuan yang Terlambat
- Bab 41 Tidak Tahan Akan Rasa Kesepian
- Bab 42 Pergi Jalan-Jalan
- Bab 43 Perkataan Sindiran
- Bab 44 Amarah Langsung Membara
- Bab 45 Merusak Paras Wajah
- Bab 46 Apakah Pria Ini Vegetarian
- Bab 47 Akan Membuat Mereka Mati Mengenaskan
- Bab 48 Merobek Kulit Wajah
- Bab 49 Meninggalkan Sebuah Bekas Luka
- Bab 50 Dimanjakan
- Bab 51 Kamu Jadi Pacarku Saja
- Bab 52 Mengikuti Pemilihan Selir
- Bab 53 Aku Hanya Orang Yang Sekadar Lewat
- Bab 54 Memasukkan Afrodisiak Ke Dalam Anggur
- Bab 55 Ular Kuning Loreng Yang Besar
- Bab 56 Raja ular, aku ingin, aku menginginkannya
- Bab 57 Akan Menunggu Sampai Hari Itu Tiba Untuk Menyentuhmu
- Bab 58 Ingin Tebusan Darimu
- Bab 59 Meninggalkan Istana Ular
- Bab 60 Perbedaan Kemampuan
- Bab 61 Dibawa Ke Hutan Bambu
- Bab 62 Menanti Pertemuan Denganmu Di Hutan Bambu
- Bab 63 Menyesal Tidak Seharusnya Mengancam Dirinya
- Bab 64 Lepaskan, Raja Memperbolehkanmu untuk Melepaskannya
- Bab 65 Jangan Malu, Bukankah Ini Hanya Mandi
- Bab 66 Mengubah Tubuh
- Bab 67 Diri yang Baru
- Bab 68 Sayangnya Tidak Ada Jika
- Bab 69 Mengantarkan Hadiah
- Bab 70: Bunda Mo Memberikan Anggur
- Bab 71: Bangun Dalam Keadaan Sudah Meninggal
- Bab 72 Mati Dalam Mimpi
- Bab 73 Aduh, Bisa Tidak Jangan Berbicara Terlalu Frontal?
- Bab 74 Suamiku Terlalu Menarik
- Bab 75 Berlilitan Tanpa Henti
- Bab 76 Telah Hamil
- Bab 77 Sang Anak Telah Tiada
- Bab 78 Tidak Berhak Untuk Tetap Disisinya
- Bab 79 Pertengkaran Kami Yang Pertama Kali
- Bab 80 Penemanian Para Wanita
- Bab 81 Kesakitan Yang Mendalam
- Bab 82 Lupa Ingatan Setelah Mabuk
- Bab 83 Selir
- Bab 84 Ketidak Hadiran Pengantin Pria
- Bab 85 Dia Malah Berada Di Ranjangku Saat Malam Pertamanya Dengan Wanita Lain
- Bab 86 Pergi Tanpa Berpamitan
- Bab 87 Membunuh Ular Dan Menjarah Kantong Empedu
- Bab 88 Menghadapi Jalan Buntu
- Bab 89 Penuh Siasat Licik
- Bab 90 Jatuh Ke Jurang
- Bab 91 Jatuh Ke Pelukannya
- Bab 92 Seorang Pria Yang Hangat
- Bab 93 Menghalangi Perjalanan
- Bab 94 Di Dalam Gunung Besar Terdapat Rumah Orang.
- Bab 95 Mimpi Yang Menyeramkan
- Bab 96 Monster Air Di Tengah Sungai.
- Bab 97 Dipaksa Menikah
- Bab 98 Datang Bulan
- Bab 99 Bolehkah Tidak Sebaik Hati Ini?
- Bab 100 Menginap di Desa
- Bab 101 Monster Pemakan Manusia
- Bab 102 Sangat Hebat
- Bab 103 Minum Racun Kalajengking
- Bab 104 Kalau Tidak Senang Sini Gigit Aku
- Bab 105 Jatuh Cinta Pada Pandangan Pertama
- Bab 106 Tujuan Tertentu
- Bab 107 Adegan Tersebut, Melukai Hatiku
- Bab 108 Siluman Kalajengking Beracun
- Bab 109 Padang Salju
- Bab 110 Sejak Kapan Belajar Menjilat Orang
- Bab 111 Keras Kepala
- Bab 112 Hua Tuo di Namsan
- Bab 113 Ada Syaratnya
- Bab 114 Monster Ganas
- Bab 115 Berjanji Memberi Pengobatan
- Bab 116 Mengambil Air Bekas Mandi Peri
- Bab 117 Dua Wanita Cabul
- Bab 118 Boneka Ginseng Berusia Seribu Tahun
- Bab 119 Bercinta
- Bab 120 Keracunan
- Bab 121 Tersipu Malu
- Bab 122 Tertangkap
- Bab 123 Pantang Menyerah
- Bab 124 Mengecap Dengan Besi Panas
- Bab 125 Memohon Padanya
- Bab 126 Rasa Malu
- Bab 127 Pertemuan
- Bab 128 Berpura-Pura Mati
- Bab 129 Bunuh Diri
- Bab 130 Tidak Bisa Kabur
- Bab 131 Paksaan
- Bab 132 Membutakan Sepasang Mata
- Bab 133 Dijual Ke Rumah Bordil
- Bab 134 Ular Hijau Menyelamatkanku
- Bab 135 Dosa Yang Mengerikan
- Bab 136 Hamil Lagi
- Bab 137 Kembali Bersama Suamiku
- Bab 138 Mengambil Mata
- Bab 139 Pulang Ke Istana Ular
- Bab 140 Memanjakan
- Bab 141 Jatuh Cinta Diam-Diam
- Bab 142 Bertengkar Demi Keinginan
- Bab 143 Jika Suatu Hari Nanti, Raja Tidak Ada Di Sisimu
- Bab 144 Pemikiran Lain
- Bab 145 Mencari Kesempatan Untuk Menyerang.
- Bab 146 Terjatuh Kedalam Air.
- Bab 147 Tidak Meninggal.
- Bab 148 Berpura-pura Menyalahkan Diri Sendiri.
- Bab 149 Menempel Padanya.
- Bab 150 Pengakuan Ditolak
- Bab 151 Kembali Kealam Manusia
- Bab 152 Kita Akan Berpisah
- Bab 153 Kepergian Dia
- Bab 154 Dikeluarkan Dari Istana Ular
- Bab 155 Tujuh Bayi Ular
- Bab 156 Mutiara Ular Ajaib
- Bab 157 Para Bayi Ingin Minum Susu
- Bab 158 Mencari Bayi Ular
- Bab 159 Anak-anakku
- Bab 160 Sendiri Mencari Susu Untuk Diminum
- Bab 161 Menjaga Ibu dan Anak Kami
- Bab 162 Kebencian Karena Cinta
- Bab 163 Dunia Ular Dikendalikan
- Bab 164 Cinta Berubah Menjadi Luka
- Bab 165 Bayi Ular Terselamatkan
- Bab 166 Raja Ular, Aku Akan Terus Menunggumu, Selamanya