Beautiful Love - Bab 151 Kemarahan

Erick Qin tidak menghiraukan si gemuk, dia menoleh ke arah Leony Xu, membungkuk dan mengelus kepalanya kemudian tersenyum, "Tidak apa-apa, jangan khawatir, abangmu akan membantumu menyelesaikannya."

Davison Xu membuka mulutnya namun tidak mengatakan apa-apa.

“Kembali ke kelas dulu.” Erick Qin berkata pada Leony Xu.

Leony Xu memandang Davison Xu secara tidak sadar, Davison Xu tersenyum dan berkata, "Pergilah."

Leony Xu mengangguk dan berjalan ke dalam sekolah.

Setelah dia pergi, Erick Qin berkata dengan wajah dingin, "Mengapa kamu tidak melawan?"

Davison Xu berkata dengan canggung, "Dia hanya orang biasa, aku tidak merasakan apa-apa hanya dengan pukulan tersebut, lagi pula, jika sesuatu terjadi setelah aku memukulnya, itu akan menimbulkan masalah..."

Erick Qin tidak bisa berkata-kata, dia menatap Davison Xu sejenak, lalu menggelengkan kepalanya.

"Apa kamu sudah selesai menelepon?" Erick Qin mengabaikan Davison Xu, dia memandang si gemuk dengan dingin.

Si gemuk menunjuk hidung Erick Qin dan mengumpat, "Ada yang harus dikerjakan suamiku saat ini, tetapi tunggu saja, aku akan menelepon kepala sekolah sebentar lagi! Aku tidak akan melepaskan kalian berdua!"

“Tidak akan melepaskan kami?” Erick Qin menatapnya dengan dingin kemudian berjalan mendekati si gemuk.

Si gemuk begitu ketakutan hingga terus mundur, bibirnya berkata dengan gemetar, "Kamu... apa yang ingin kamu lakukan, apakah kamu seorang lelaki, jangan-jangan kamu ingin memukulku..."

“Di duniaku, hanya ada benar dan salah, tidak ada perbedaan antara laki-laki dan perempuan.” Erick Qin berkata dingin, “Jika aku ingin memukulmu, tidak ada yang bisa menghentikanku.”

Si gemuk begitu ketakutan hingga jatuh duduk di lantari, lalu dia memohon ampun dengan penuh rasa takut, "Kamu... katakan sesuatu dengan baik-baik, jangan bertindak seperti ini..."

Erick Qin menarik napas dalam dan berkata, "Apakah masalah hari ini bisa berlalu?"

“Bisa…” Si gemuk mengangguk dengan cepat.

Erick Qin tidak berbicara, dia berbalik dan menarik Davison Xu lalu berkata, "Ayo pergi."

Davison Xu menyetujuinya dan mengikuti Erick Qin ke dalam mobil.

Setelah duduk kembali di dalam mobil, Davison Xu menyalakan sebatang rokok dan berkata dengan senyum masam, "Aku tidak punya ayah dan ibu sejak aku masih kecil, bukankah itu menyedihkan?"

Erick Qin menatapnya dan berkata, "Aku juga."

Davison Xu tercengang, kemudian berkata dengan sedikit heran, "Jadi kamu juga yatim piatu?"

Erick Qin, "....."

Di sisi lain, segera setelah Guru Zhang kembali ke kantor guru, kepala sekolah mengetuk pintu dan berkata dengan dingin, "Guru Zhang, ikuti aku ke kantor."

Guru Zhang bangkit dan mengikuti kepala sekolah kembali ke kantornya.

Begitu dia memasuki pintu, kepala sekolah dengan marah berkata, "Apa kamu sudah gila? Kamu berani menyinggung Stefanus Xue? Kamu tahu siapa ayahnya? Ayahnya adalah Direktur Sekolah kita!"

Guru Zhang berkata dengan sedih, "Stefanus Xue menggertak teman sekelasnya di sekolah dan bahkan membuka pakaian siswi, aku..."

"Apa hubungannya denganmu? Apakah ada sesuatu yang terjadi?" Kepala sekolah mengutuk dingin, "Sudah kubilang, ada orang bisa disinggung, ada orang yang tidak bisa disinggung, apakah kamu tidak memahaminya!"

Ekspresi Guru Zhang berubah menjadi sedikit jelek, kata-kata yang diucapkan kepala sekolah bertentangan dengan pendidikan dan nilai-nilai moral yang dia pelajari selama sepuluh tahunan ini, membuatnya sulit untuk menerimanya.

“Jangan mengelak lagi, Direktur Sekolah Xue baru saja meneleponku, dia menyuruhku untuk memecatmu, pergilah membereskan semua barangmu dan pergi dari sekolah.” Kata Kepala Sekolah dengan memberikan isyarat.

“Kepala Sekolah, aku jelas tidak melakukan kesalahan, atas dasar apa kamu memecat aku?” Guru Zhang berkata dengan marah.

Kepala sekolah mencibir, "Kamu tidak melakukan kesalahan? Kesalahan terbesarmu adalah kamu telah menyinggung Stefanus Xue!"

Guru Zhang mengertakkan gigi dan dia ingat apa yang dikatakan Erick Qin.

Meskipun dia tidak percaya di dalam hatinya, dia memutuskan untuk mencobanya.

Oleh karena itu, dia berkata, "Orang tua Leony Xu berkata, kamu tidak akan memecat aku."

“Orang tua Leony Xu?” Kepala sekolah mengerutkan kening dan tidak bisa menahan untuk tidak bertanya-tanya di dalam hatinya: Mungkinkah orang tuanya juga seseorang yang penting?

Jadi dia bertanya, "Siapa?"

“Dia berkata bahwa dirinya bernama Erick Qin.” Guru Zhang menjawab dengan jujur.

"Erick Qin?" Kepala sekolah mengerutkan kening dan menggelengkan kepalanya, "Aku belum pernah mendengarnya, jangan banyak berbicara lagi, cepat kemas barangmu dan pergilah dari sini."

Guru Zhang menghela napas dari lubuk hatinya, lalu tersenyum pahit, "Ternyata memang tidak berguna."

Dia kembali ke kantor guru untuk mengemasi barang-barangnya, kemudian pergi ke ruang kelas.

Berdiri di dalam kelas, suaranya sedikit tercekat dan berkata, "Ibu guru sudah tidak bisa mengajari kalian lagi, pihak sekolah secepatnya akan mengatur guru baru untuk kalian, saya harap semua orang dapat menuntut ilmu dengan baik."

Setelah berbicara, Guru Zhang keluar dari kelas tanpa menoleh ke belakang.

Leony Xu yang berada di kelas sedikit pucat, dia mengerti bahwa masalah ini disebabkan olehnya.

"Apa kamu sudah melihatnya? Ini adalah akhir dari menyinggung perasaanku!" Stefanus Xue berlari mendekatinya dan berkata, "Leony Xu, kamu telah menyebabkan Guru Zhang dipecat, hahaha!"

Guru Zhang memiliki reputasi yang sangat baik di kelasnya, semua orang tidak rela dengan kepergiannya, saat ini Guru Zhang telah dipecat, semua orang segera menuding Leony Xu.

"Itu semua karena dirimu, dasar penjahat!"

"Cepat keluar dari kelas kami, aku sangat mual melihatmu!"

Beberapa orang bahkan mengambil buku dan melemparkannya ke Leony Xu.

Leony Xu mengertakkan gigi, tidak berani mengucapkan sepatah kata pun.

“Oh iya, suruh abangmu untuk menunggu di gerbang sekolah, sebentar lagi aku akan mencari orang untuk menghabiskannya.” kata Stefanus Xue dengan sombong.

Leony Xu telungkup di atas meja, terisak pelan.

Di luar pintu, sekelompok anak muda berkumpul di depan pintu, mereka memegang tongkat di tangan mereka, tidak tahu siapa yang mereka tunggu.

“Para siswa ini, di usia muda sudah melakukan hal ini.” Davison Xu tidak bisa menahan diri untuk tidak mendesah.

Saat ini, Guru Zhang keluar dari sekolah dengan membawa barang-barangnya.

“Mengapa Guru Zhang keluar?” Davison Xu mengerutkan kening.

Segera, dia dan Erick Qin berlari ke pintu gerbang secara bersama.

“Guru Zhang, kamu mau kemana?” Davison Xu bertanya dengan cemas.

Guru Zhang tersenyum dan berkata, "Aku... Aku akan berganti pekerjaan."

Wajah Erick Qin menjadi gelap ketika dia mendengar kata-kata itu, kemudian dia berkata dengan dingin, "Apakah kamu tidak menyebutkan nama aku kepada kepala sekolah?"

"Aku telah menyebutkannya." Guru Zhang menggelengkan kepalanya, "Tetapi dia tidak mengenalimu."

“Ngomong-ngomong, kalian cepat pergi, Stefanus Xue tidak akan membiarkan kalian pergi begitu saja.” Guru Zhang melirik sekelompok anak muda di sebelahnya, dan berbisik, "Orang-orang ini mungkin datang untuk mencarimu."

Wajah Erick Qin menjadi semakin jelek, dia menarik napas dalam-dalam dan berkata, "Guru Zhang, kamu pergi ke mobil dan tunggu aku sebentar, aku akan mencari seseorang untuk berbicara dengan kepala sekolah."

"Tidak perlu lagi." Guru Zhang tersenyum pahit, "Itu tidak ada hubungannya dengan kalian."

Erick Qin tersenyum dan berkata, "Guru Zhang, percayalah."

Segera, Erick Qin mengambil telepon dan menghubungi nomor Kevin Jin.

Setelah telepon tersambung, Erick Qin berkata dengan dingin, "Datanglah ke Sekolah Menengah Eksperimental, adik temanku diintimidasi, aku beri waktu lima menit."

Setelah mendengar ini, Kevin Jin buru-buru berkata, "Tuan Qin, aku akan segera pergi!"

Setelah menutup telepon, Erick Qin kembali ke mobil dan menunggu dengan tenang.

Guru Zhang berkata dengan hati-hati, "Lupakan masalah ini saja ya? Lagipula ada begitu banyak sekolah, aku hanya perlu pindah sekolah."

“Ini bukan hanya untukmu.” Erick Qin tertawa.

Setelah itu, Guru Zhang juga berhenti berbicara.

Saat ini, tujuh atau delapan mobil melaju dari kejauhan kemudian menghalangi pintu masuk sekolah.

Begitu mobil berhenti, ada 20 atau 30 pria kekar memegang pisau dan tongkat melompat keluar dari mobil, Kevin Jin yang memimpin mereka.

Novel Terkait

His Soft Side

His Soft Side

Rise
CEO
4 tahun yang lalu
My Japanese Girlfriend

My Japanese Girlfriend

Keira
Percintaan
4 tahun yang lalu
Half a Heart

Half a Heart

Romansa Universe
Romantis
4 tahun yang lalu
Memori Yang Telah Dilupakan

Memori Yang Telah Dilupakan

Lauren
Cerpen
5 tahun yang lalu
Bretta’s Diary

Bretta’s Diary

Danielle
Pernikahan
4 tahun yang lalu
Wahai Hati

Wahai Hati

JavAlius
Balas Dendam
4 tahun yang lalu
Dark Love

Dark Love

Angel Veronica
Percintaan
5 tahun yang lalu
Gaun Pengantin Kecilku

Gaun Pengantin Kecilku

Yumiko Yang
CEO
4 tahun yang lalu