Be Mine Lover Please - Bab 195 Nikita Adalah Bibimu, Perhatikan
Nikita Su merasa sangat gugup hari ini. Dia dan Leonard Li telah menerima akta nikah tersebut, tetapi pada saat itu Kakek hanya menyetujui hubungan mereka, tetapi tidak benar-benar menerimanya. Sekarang, dia tidak tahu apakah dia akan benar-benar menerimanya.
Dalam perjalanan pulang, Nikita Su merasa sedikit gugup. Tidak bisa berhenti memikirkan bahwa saat itu, dia dan Aldo Ye juga pulang setelah terburu-buru mendapatkan akta nikah. Dia masih ingat Nyonya Muda Ye tidak menyukainya. Jika bukan karena desakan Aldo Ye untuk menikahinya, mereka juga tidak akan setuju.
Semakin dipikirkan, Nikita Su semakin khawatir. “Leonard, bagaimana kalau kita kembali lagi lain hari?” Nikita Su mundur.
Mengetahui kegugupannya, Leonard Li menjabat tangannya: “Aku telah memberi tahu Ayah bahwa kita akan kembali dan tidak perlu mundur.” Dia tahu kegugupannya, tetapi tidak peduli seberapa gugupnya, tahap ini akan tetap harus dihadapi.
Mendengar hal itu, Nikita Su menghela nafas tak berdaya: “Baiklah.” Sepertinya tetap harus pergi, hadapi saja dengan berani. Berpikir seperti ini, Nikita Su menarik napas dalam-dalam.
Akhirnya sampai di mansion Keluarga Ye, tempatnya sama, tapi orang-orang disekitarnya beda. Menatap mansion, Nikita Su menarik napas dalam-dalam dan berkata sambil tersenyum kecil: "Oke, ayo masuk."
Leonard Li menjabat tangannya dengan jari-jarinya saling bertautan, dan keduanya muncul bersama di ruang tamu Keluarga Ye. Kakek Ye tidak di tempat. Nyonya Muda Ye melihat mereka berdua dan menyapa mereka dengan antusias: "Leonard, Nikita, kalian kembali."
Melihat antusiasmenya, Nikita Su terpana selama dua detik sebelum membungkuk sopan kepadanya: "Halo Nyonya Muda Ye."
Datang padanya Nyonya Muda Ye menggandeng tangannya dengan mesra dan berkata dengan ramah, “Karna sudah menikah dengan Leonard, jangan panggil Nyonya Muda Ye lagi. Mulai sekarang menjadi satu keluarga, panggil saja aku kakak ipat saja."
Nikita Su membuka mulutnya, tapi tidak bisa mengatakannya. Melihat tampangnya, Nyonya Muda Ye berkata penuh pengertian, "Dulu kamu panggil aku ibu. Nggak gampang mengubah itu dalam waktu sebentar. Tenang saja, santai saja."
Nikita Su mengangguk penuh syukur, berevolusi dari ibu mertua menjadi kakak ipar, butuh waktu lama untuk menyesuaikan diri. “Terima kasih,” kata Nikita Su sambil tersenyum.
Agar tidak mempermalukannya, Leonard Li membawanya ke halaman. Kebetulan Kakek dan Herry Ye sedang bermain catur di sana. Setelah melihat ini, keduanya berjalan. “Ayah,” kata Leonard Li dengan tenang.
Kakek menjawab 'ya' dengan datar, lalu menatap Nikita Su. Melihat tatapannya, Nikita Su dengan cepat berkata: "Kakek."
Kakek mengerutkan kening saat mendengar nama ini. Herry Ye menjatuhkan bidak catur itu dan berkata sambil tersenyum: "Nikita, kamu harus mengganti cara panggilmu."
Menatap Kakek dengan gugup, melihat bahwa dia tidak bermaksud untuk menolak, Nikita Su berkata dengan lembut, "Ayah."
“Ya, kalian duduklah.” Kata Kakek dengan tenang. Setelah menerima instruksi, Nikita Su dan Leonard Li duduk di dua kursi kosong.
Melihat mereka bermain catur, Nikita Su memperhatikan dengan tenang, selalu diam. Di akhir permainan, Kakek tiba-tiba berkata: "Nikita, kamu temani aku sebentar. Aku ingat kamu dulu pernah bermain catur denganku."
Tanpa diduga, Kakek berinisiatif untuk berbicara dengannya, Nikita Su mengangguk cepat: “Ya, oke.” sambil bicara, Nikita Su dan Herry Ye berganti posisi dan mulai bermain melawan Kakek.
Meskipun Nikita Su tidak begitu hebat, tapi dia telah mempelajarinya cukup lama. Menonton mereka berdua menyerang dan bertahan, Leonard Li memperhatikan dengan datar.
Saat mereka berkumpul, Herry Ye dan Leonard Li mengobrol tidak jauh di sana. "Leonard, kamu dan Nikita benar-benar dalam keadaan aman, selamat. ”Herry Ye penepuk pundaknya dan berkata selamat.
Menatap orang yang menawan, mata Leonard Li berkedip dengan senyuman: "Ya, aku awalnya berencana untuk menentang Ayah untuk sementara waktu."
“Sebenarnya Ayah tidak membenci Nikita, itu hanya karena harga diri. Di matanya, reputasi Keluarga Ye sangat penting. Identitas Nikita awalnya memalukan. Kali ini bisa dikompromi, dan seharusnya ingin meringankan hubungan denganmu.” Kata Herry Ye sambil tersenyum tipis.
Hubungan antara Leonard Li dan Kakek telah rengang selama bertahun-tahun. Tahun ini, karena Nikita Su, hubungannya semakin memburuk. Kakek juga sudah tua, dan dia tidak ingin hubungan buruk terus dengan Leonard Li sampai mati. Dan juga tidak ingin, merusak Grup Qicheng.
Leonard Li terdiam, hanya menatapnya: "Ada alasan lain, Natasha yang meninggal bukan adik kandung kita."
Herry Ye mengangguk setuju: "Ya, aku tidak menyangka akan ada liku-liku seperti itu. aku sangat berharap adik perempuan kita masih hidup. Masalah Natasha, kamu bisa coba melepaskannya."
Leonard Li tidak menjawab, tetapi menatap ke depan dengan acuh tak acuh. Setelah bermain catur dengan baik, Kakek akhirnya tersenyum: "Jika punya waktu, kesinilah dengan Leonard dan bermain catur denganku."
Mendengar ajakannya, mata Nikita Su berkilat gembira dan dengan cepat berkata, "Ya, Kakek ... ya, Ayah."
Setelah bermain catur, Leonard Li dan Nikita Su mendatangi kamar Natasha Ye. Mengambil foto itu, Leonard Li linglung. “Aku dengar kamu putus hubunga dengan ayahmu dan diusir dari Keluarga Ye, apa itu ada kamu berhubungan dengan Natasha?” Nikita Su bertanya dengan hati-hati.
Ya membuat suara samar, dan Leonard Li diam. Tepat ketika Nikita Su berpikir bahwa dia tidak akan menjawab, dia mendengarnya berbicara dengan acuh tak acuh: "Saat itu, kelalaian aku yang menyebabkan kematian Natasha ..."
Ternyata, pada saat Leonard Li masih muda, karena orang tuanya sangat menyayangi Natasha sehingga ia tidak menyukai Natasha. Tapi Natasha selalu suka mengikutinya. Setiap kali, dia acuh tak acuh padanya.
Saat itu gedung sekolah masih dibangun disana, Leonard Li dan teman-temannya sedang bermain di lantai atas, dan Natasha mengikutinya. Leonard Li tidak menyukai dia mengikuti dirinya, berpikir untuk mengusirnya. Saat Natasha mengejarnya, dia secara tidak sengaja jatuh ke bawah dan darah terciprat di tempat.
Karena kematian Natasha, ibu Leonard Li shock dan jatuh depresi, akhirnya bunuh diri dan meninggal. Kakek jatuh sakit karena tidak tahan kehilangan istri dan anak kesayangannya, dia semakin membenci Leonard Li dan mengusirnya keluar rumah.
Nikita Su mendengarkan dengan tenang, air mata berlinang di matanya. Dia tidak menyangka Leonard Li memiliki pengalaman seperti itu. “Saat itu kamu pasti tidak nyaman, kan?” Tanya Nikita Su lirih.
Menyalahkan diri sendiri atas adiknya, kesedihan dan rasa bersalah atas kematian ibu, dan diusir dari rumah. "Bukan tidak nyaman, hanya saja benci. Kalau bukan karena Ayah yang mengurung dia di rumah karena depresi, dan pintunya terkunci. Ibu ingin keluar, jadi dia memilih untuk melompat keluar dari jendela."
Nikita Su tidak tahu harus berkata apa, dia belum pernah mengalaminya, dan tidak bisa berempati. "Ini semua sudah berlalu." Nikita Su berkata perlahan, "Natasha sudah tenang di alam sana, dan aku tidak akan menyalahkanmu. Dia terus mengikutimu karena dia menyukai kamu sebagai kakaknya."
Menariknya ke dalam pelukannya dan memeluk erat, Leonard Li berkata dengan suara serak, "Ya, aku tahu."
Setelah mengatur emosi mereka, keduanya kembali ke ruang tamu bersama untuk mempersiapkan makan. Orang yang paling sulit akhirnya tiba. Aldo Ye melihat Nikita Su yang digiring oleh Leonard Li dan kehilangan kesadaran sesaat.
Padahal telah lebih awal mendengar kabar bahwa mereka menikah, tetapi ketika melihat ini, ada sesuatu perasaan lain. Melihat jari-jari mereka saling bertautan, sesuatu muncul dengan cepat di mata Aldo Ye.
Mendatanginya, Nikita Su berkata sambil tersenyum: "Aldo."
Nikita Su hari ini mengenakan gaun tidak beraturan lengan panjang berwarna hijau muda, yang membuat kakinya sangat ramping. Rambut hitam panjang, seperti air terjun, tersebar secara acak, tampak damai. Dia tersenyum, matanya secara alami menunjukan bulan sabit, menunjukkan rasa manis.
“Aldo.” Leonard Li memanggil namanya dengan suara berat.
Menyadari kejanggalannya, Aldo Ye cepat sadar, pura-pura mudah tersenyum: "Paman, kudengar kamu dan Nikita sudah menikah. Selamat. Aku sudah lama menunggu minum bir pernikahan kalian."
Leonard Li berkata dengan tenang, "Ya, Nikita akan menjadi bibimu mulai sekarang, perhatikan."
Mendengar kata-kata Bibi, Aldo Ye sedikit putus asa, namun tetap menyembunyikannya dengan senyuman: "Aku mengerti Paman, Bibi, tolong beri aku nasihat lagi di masa depan."
Mendengar nama tersebut, Nikita Su juga sedikit risih: "Ya, baiklah."
Setelah mengobrol singkat, beberapa orang duduk dalam posisi masing-masing dan makan bersama. Karena Nikita Su dan Leonard Li menikah, mereka hanya berkumpul hari ini, dan keduanya tidak berenti menerima bersulang dari mereka.
Tanpa disadari, pipi Nikita Su menjadi agak merah. “Paman, aku akan merepotkanmu untuk mengurus Nikita mulai sekarang.” Aldo Ye sedikit mabuk, mengangkat gelasnya dan berkata sambil tersenyum.
Nyonya Muda Ye melihat Aldo Ye dan berkata, "Nikita adalah istri Leonard. Kamu tidak perlu menjelaskan ini."
Bibir Aldo Ye menekuk dan menatap Nikita Su: “Ya, aku dan Nikita sudah lama bercerai. Paman, aku masih harus minta tolong padamu.” Setelah itu, Aldo Ye mengangkat gelasnya dan meminumnya.
Nikita Su menatapnya, tidak tahu harus berkata apa. Baginya, pernikahan mereka sudah lewat. Tapi bagaimana dengan Aldo Ye?
Sambil meletakkan gelas anggur, Aldo Ye berkata dengan nada meminta maaf: "Kakek*, papa mama, paman, aku ada janji malam ini, aku pergi dulu."
Mendengar itu, John Ye berkata dengan nada tidak setuju, "Hari ini adalah hari untuk merayakan kembalinya Paman dan Bibi. Ada janji apa yang begitu penting?"
Mengangkat alis, Aldo Ye melirik Nikita Su dan berkata sambil tersenyum: “Kencan dengan wanita cantik, Paman sudah menikah, dan aku harus cepat juga.” Aldo Ye mengambil jas itu dan terhuyung-huyung.
“Kamu tidak bisa mengemudi jika mabuk, supir akan mengantarmu!” Teriak Nyonya Muda Ye di punggungnya dan mengejarnya.
Beberapa saat kemudian, Nyonya Muda Ye kembali dan berkata pada semua orang dengan nada meminta maaf, “Kalian jangan tersinggung, setiap kali Leonard dan Nikita pulang, Aldo tidak banyak tinggal di rumah. Mungkin sekarang masih keberatan. Tunggu waktu yang lama, seharusnya akan baik-baik saja."
"Aldo seharusnya tidak memiliki pemikiran ini. Anak itu mungkin ingin mencari pasangan yang cocok. Adik ipar, jangan pikirkan itu," kata Herry Ye sambil tersenyum.
Nikita Su menunduk dan diam saja. Tiba-tiba, ada ledakan suhu di telapak tangannya, dan dia menoleh untuk menemui tatapannya yang meyakinkan. Perlahan, Nikita Su tersenyum hangat. Dengan dia di sisinya, tidak peduli seberapa sulit jalannya, dia akan bertahan.
Novel Terkait
Cintaku Pada Presdir
NingsiIstri ke-7
Sweety Girl1001Malam bersama pramugari cantik
andrian wijayaMy Lady Boss
GeorgeBeautiful Lady
ElsaAfter Met You
AmardaBe Mine Lover Please×
- Bab 1 Gejolak Cinta Di Kamar Pernikahan
- Bab 2 Setidaknya Dia Tidak Membantu Orang Lain Untuk Melahirkan Anak
- Bab 3 Paman, Bisa Tidak Anggap Tidak Melihatku Disini?
- Bab 4 Dibawa Paman Pulang
- Bab 5 Istrinya Pasti Akan Sangat Sedih
- Bab 6 Menikah 3 Tahun Tapi Masih Belum Ada Kabar Hamil
- Bab 7 Paman Sakit, Sakit...
- Bab 8 Aku Ini Keponakanmu
- Bab 9 Melihatmu Hanya Akan Membuatnya Merasa Jijik
- Bab 10 Hari Ini, Kita Akan Melakukan Tugas Suami Istrinya Di Kamar Ini
- Bab 11 Tidak Boleh Masuk
- Bab 12 Kalau Tidak Mau Dia Datang, Tenanglah
- Bab 13 Benar-Benar Liar Dan Sangat Murahan
- Bab 14 Masih Mau Lagi?
- Bab 15 Menyakiti, Bukanlah Alasan Untuk Mencintai
- Bab 16 Cewek, Malam Ini Ada Janji?
- Bab 17 Kakak Ipar, Apakah Kamu Sedang Curi Pandang Melirik Kakak Kedua?
- Bab 18 Aku Lebih Suka Memanggilmu Kakak Ipar
- Bab 19 Mimpi Yang Hancur
- Bab 20 Keintiman Yang Luar Biasa
- Bab 21 Lain Kali, Jangan Memakai Terlalu Pendek
- Bab 22 Melihat Maksud Istriku
- Bab 23 Ingin Aku Membantumu Melepaskannya?
- Bab 24 Seranjang
- Bab 25 Menyukaimu
- Bab 26 Kencan Pertama
- Bab 27 Para Pria, Seberapa Tahan Lamanya Kalian?
- Bab 28 Setelah Tidur Bersama, Ingin Langsung Menyelinap Pergi?
- Bab 29 Jadi Kamu Bisa Menjadi Gangster Jika Sedang Mabuk?
- Bab 30 Senangi Aku
- Bab 31 Pernikahan Ini Harus Berakhir
- Bab 32 Telurmu Tidak Pecah Kan?
- Bab 33 Pertemuan Di Malam Hari
- Bab 34 Memangnya Aku Menunjukannya Dengan Sangat Jelas?
- Bab 35 Keindahan Di Depan Mata
- Bab 36 Kamu Lebih Enak
- Bab 37 Tinggal Dan Tenang Di Sisiku
- Bab 38 Tertangkap Sebagai Paparazzi
- Bab 39 Dadanya Terlalu Besar
- Bab 40 Aku Suapi
- Bab 41 Nona Su, Apakah Butuh Celana Panjang?
- Bab 42 Diusir Keluar
- Bab 43 Orangmu Adalah Milikku
- Bab 44 Datang Ke Hotel? Ada Perzinahan!
- Bab 45 Cinta Terlalu Melelahkan, Tidak Ingin Memilikinya Lagi
- Bab 46 Bilang Baik?
- Bab 47 Tidak Ingin Mencoba?
- Bab 48 Apa Mungkin Sudah Ada?
- Bab 49 Dia, Tidak Tahan Kesepian
- Bab 50 Konflik Antara Ayah Dan Anak
- Bab 51 Ambil Inisiatif
- Bab 52 Jebakan Wanita Cantik
- Bab 53 Berdirinya Tidak Stabil?
- Bab 54 Situasi Mendadak, Terluka
- Bab 55 Kebijakan Mollifikasi
- Bab 56 Adakah Memikirkan Aku?
- Bab 57 Penemanan Manis
- Bab 58 Nikita, Tunggu Aku
- Bab 59 Memperlakukan Sebagai Keponakan, Tidak Baikkah?
- Bab 60 Aku Hamil
- Bab 61 Nikita Su, Aku Mencintaimu
- Bab 62 Berbagi Ranjang Yang Sama
- Bab 63 Mendapatkan Akta Nikah
- Bab 64 Menikahlah Denganku
- Bab 65 Menaruh Obat, Dan Masuk Perangkap
- Bab 66 Kebenaran Malam Itu
- Bab 67 Pengakuan Ketika Mabuk
- Bab 68 Dua Tamparan, Menghapus Rindu
- Bab 69 Bajingan Dan Pelacur, Pasangan Serasi
- Bab 70 Aku Hanya Khawatir Kamu Mundur
- Bab 71 Masalah Diluar Dugaan
- Bab 72 Demonstrasi Musuh
- Bab 73 Pernah Membenci Pria Itu?
- Bab 74 Mengingatkan Dengan Pergerakan Nyata
- Bab 75 Leonard Li, Aku Ingin Menciummu
- Bab 76 Persyaratan Yang Murah Hati
- Bab 77 Perceraian Tidak Gampang
- Bab 78 Bos, Bantu Aku Cari Dokter
- Bab 79 Istriku
- Bab 80 Saling Bertemu, Lebih Baik Dari Tidak Bertemu
- Bab 81 Mencintainya? Kamu Tidak Tahu Malu!
- Bab 82 Apakah Ada Keinginan Untuk Berhubungan Lebih Dekat Dengannya?
- Bab 83 Di Mana Itu Mulai Maka Akhirinya Di Sana Juga
- Bab 84 Bisa Jangan
- Bab 85 Saat Kamu Menyentuhku
- Bab 86 Sayangnya, Aku Tidak Tertarik
- Bab 87 Lalu, Apakah Kamu Menginginkan Aku?
- Bab 88 Di Hotel Menangkap Perselingkuhan
- Bab 89 Nama belakangmu Dingin, Akan Membuatmu Hangat
- Bab 90 Kenapa Aku Harus Menggambar Kamu??
- Bab 91 Dimurahkan
- Bab 92 Foto-foto Porno
- Bab 93 Nikita Su, Kamu Tidak Bisa Menggerakkan!
- Bab 94 Tidak Boleh Memberitahu Dia
- Bab 95 Semua Dikhianati? Tidak Keberatan
- Bab 96 Energi Buruk Berarti Cacat
- Bab 97 Kamu Ingin Aku Lebih Membenci Kamu?
- Bab 98 Tidak Ada Cara Untuk Mencintainya Lagi
- Bab 99 Ingin Melompat? Aku Menemanimu
- Bab 100 Tahu Mengganggu, Masih Tidak Keluar?
- Bab 101 Dibandingkan Dengan Cinta, Lebih Takut Kehilangan
- Bab 102 Tidak Boleh Memakai Pakaian Renang
- Bab 103 Membiarkan Kamu Merawat, Bukannya Bagus Juga?
- Bab 104 Dia Tidak Dapat Membayarnya, Aku Yang Membayar
- Bab 105 Selera Unik
- Bab 106 Lebih Lama Dari Yang Dia Pikirkan
- Bab 107 Gadis Kecil Yang Misterius
- Bab 108 Horor Tengah Malam
- Bab 109 Dihatimu, Mereka Lebih Penting Dariku?
- Bab 110 Hari Ini Nikita Punyamu
- Bab 111 Kamu Boleh Kembali Padanya
- Bab 112 Paling-paling, Hanya Menghangatkan Tempat Tidur
- Bab 113 Aku Akan Tidur Denganmu
- Bab 114 Sepertinya, Kamu Disambut Dengan Sangat Baik
- Bab 115 Kamu Mendorongku, Kan?
- Bab 116 Kita Putus
- Bab 117 Hanya Bisa Memilih Satu Orang, Siapa Yang Kamu PIlih?
- Bab 118 Kamu Benar-benar Bersusah Payah
- Bab 119 Aku Lebih Memahami Dirimu
- Bab 120 Yang DIsebut Tidak Tahu Malu
- Bab 121 Kamu Suka
- Bab 122 Melayani Wanita Sendiri, Itu Tidak Memalukan
- Bab 123 Aku Berani Menggoda Kamu, Terlebih Lagi Ingin Menghidupi Kamu
- Bab 124 Aku Ingin Melindungimu Satu Kali
- Bab 125 Aku Leonard tidak Memohon Kepada Orang, Sekarang Memohon Kepadamu
- Bab 126 Tapi Lebih Takut Sakit
- Bab 127 Menahan Diri Dari Napsu
- Bab 128 Ini Hasil Yang Kamu Inginkan, Bukan?
- Bab 129 Kelihatannya Aku Tidak Layak
- Bab 130 Nona Su, Pengecualian Dari CEO
- Bab 131 Keterampilan Merayu Meningkat
- Bab 132 Dipenjara
- Bab 133 Mencari, Dimana Dia?
- Bab 134 Anak Mati Lemas?
- Bab 135 Tidak Perlu Persetujuannya
- Bab 136 Pesta Hongmen
- Bab 137 Merancang Jebakan
- Bab 138 Pergi, Pergi!
- Bab 139 Dia Mendesak Aku Menuju Jalan Kematian
- Bab 140 Kamu Mencintainya, Bukan?
- Bab 141 Nikita, Aku Menikmati Inisiatif Kamu
- Bab 142 Beribadah Ke Desa
- Bab 143 Penyesalan
- Bab 144 Ketahuan Curang
- Bab 145 Jangan Sentuh Aku, Kotor
- Bab 146 Ada Rumor Apa Di Arena?
- Bab 147 Calvin Fu, Selera Kamu Begitu Berat?
- Bab 148 Nikita, Maukah Kamu Menikah Denganku?
- Bab 149 Dimataku, Kamu Bahkan Bukan Kentut
- Bab 150 Khawatir Tentang Konsekuensi Dari Mengingkari Janji
- Bab 151 Natasha, Maaf
- Bab 152 Kebenaran Yang Terjadi Di Masa Lalu
- Bab 153 Apakah Hewan Peliharaan Kecil, Bisa Menghangatkan Tempat Tidur?
- Bab 154 Sedikit Pelajaran
- Bab 155 Menikah, Atau Tidak Menikah?
- Bab 156 Siapa Yang Lebih Penting, John Fu Atau Aku?
- Bab 157 Tukang Selingkuh Ini, Melakukan Dengan Baik!
- Bab 158 Tujuan Winny Li
- Bab 159 Perangkap, Kepalsuan
- Bab 160 Aku Percaya Padanya, Tanpa Syarat
- Bab 161 Anak Ini Mau Dipertahankan Atau Tidak?
- Bab 162 Mengetahui Sarang Harimau, Lompat
- Bab 163 Apakah Semakin Beradaptasi, atau Tidak Menyukainya?
- Bab 164 Tidak Akan Keberatan Dengan Sedikit Cacat Ini
- Bab 165 Akhir Yang Menyedihkan
- Bab 166 Semua Ketidakadilan Itu Terjadi, Demi Bertemu Denganmu
- Bab 167 Impotensi, Tidak Akan Begitu Cepat
- Bab 168 Leonard Li, Kamu Adalah Pria Yang Hangat
- Bab 169 Bra Tidak Bisa Robek.
- Bab 170 Ternyata Selalu Tahu
- Bab 171 Jenis Rasa Sakit Lain, Lebih Tidak Nyaman
- Bab 172 Leonard Li, Aku Ingin Seorang Bayi
- Bab 173 Kebenaran Tentang Nikita
- Bab 174 Bahkan Tidak Memiliki Kemampuan Untuk Menipu Diri Sendiri
- Bab 175 Kamu Nikita Su, Dan Aku Leonard Li Yang Akan Mengambil Keputusan
- Bab 176 Aku Merindukanmu
- Bab 177 Paman, Bisahkan Kamu Tidak Begitu Galak?
- Bab 178 Apakah Sudah Cukup?
- Bab 179 Beritahu Nenek Zhang
- Bab 180 Aku Tidak Rela Kamu Mati, Lebih Baik Aku Saja Yang Mati
- Bab 181 Seperti Orang Gila, Kasihan dan Penuh Kebencian
- Bab 182 Pimpin Ular Keluar Dari Lubang
- Bab 183 Aku Akan Merawatmu, Seumur Hidup
- Bab 184 Dialog Yang Membuat Detak Jantung Cepat Dan Muka Memerah
- Bab 185 Sekarang, Sudah Ada Rasakan?
- Bab 186 Secara Resmi Menyerahkannya Kepadamu, Nyonya Li
- Bab 187 Jangan Lupa, Jangan Lupa!
- Bab 188 Keuntungan Pengantin Baru
- Bab 189 Tidak Bisakah Kamu Bersikap Lembut Sedikit?
- Bab 190 Tidak Apa-apa, Hanya Saja Sedikit Merindukanmu
- Bab 191 Batas Kesabaranmu... Adalah Alvina Mu
- Bab 192 Apakah Kamu Berselingkuh Terang-terangan?
- Bab 193 Pria Yang Cemburu
- Bab 194 Aku Punya Hak Untuk Menolak?
- Bab 195 Nikita Adalah Bibimu, Perhatikan
- Bab 196 Jika Aku Tidak Memiliki Muka Tebal, Kamu Mungkin Jadi Milik Orang Lain
- Bab 197 Selamatkan Aldo, Ya?
- Bab 198 Pihak Ketiga Yang Menghancurkan Kamu Dan Aldo
- Bab 199 Kamu Bahkan Tidak Memperdulikan Nyawa Sendiri Untuknya!
- Bab 200 Ingin Menyentuh?
- Bab 201 Istriku Hamil
- Bab 202 Aku Ingin Tidur Denganmu (Penerus Mahkota)
- Bab 203 Apakah Kamu Shio Monyet, Mengapa Kamu Begitu Cemas?
- Bab 204 Upacara Pertemuan, Krisis
- Bab 205 Nikita Terbuat Dari Air, Kamu Terbuat Dari Semen
- Bab 206 Aku Tinggal Bersama Dengan Kakak Ipar
- Bab 207 Apakah Ada Hubungan Fisik?
- Bab 208 Mimpi Buruk Di Tengah Malam
- Bab 209 Diantara Aku Dan Dia Siapa Yang Lebih Penting ?
- Bab 210 Istriku, Buatkan Aku Semangkuk Mie
- Bab 211 Mengerti Kebenaran
- Bab 212 Kamu Adalah Wanitaku, Aku Lebih Peduli Kamu
- Bab 213 Sekarang, Aku Benar-Benar Percaya
- Bab 214 Alvina Mu, Jangan Melawan Kesabaranku
- Bab 215 Tiba-tiba Berubah
- Bab 216 Dimatamu, Tidak Bisa Menolelirnya?
- Bab 217 Jawaban Terakhir
- Bab 218 Jika Kamu Tidak Berani Menginginkannya, Selanjutnya Tidak Akan Membiarkanmu Menyentuh Aku
- Bab 219 Kamu Juga Berani Merendam Pria Aku?
- Bab 220 Hukuman Nakal
- Bab 221 Bunga Halaman Belakang
- Bab 222 Dimana Dia berada, Disitulah Rumahnya
- Bab 223 Apa Rutin?
- Bab 224 Anak Yang Membutuhkan Penjagaanku
- Bab 225 Kenapa Kamu Tidak Bisa?
- Bab 226 Aldo, Jangan Main-main Denganku
- Bab 227 Jika Harus Memilih Salah Satu, Akan Memilih Kamu
- Bab 228 Cepat Antar Aku Ke Rumah Sakit!
- Bab 229 Kalian Berdua Pernah Punya Hubungan?
- Bab 230 Terluka, Akhirnya Datang
- Bab 231 Jangan Pergi, Aku Ingin Kamu Menemaniku
- Bab 232 Kamu Hanya Alvina Mu, Tanggung Jawab Yang Harus Aku Tanggung
- Bab 233 Jauh-Jauh Melihat Kebahagiaanmu
- Bab 234 Aku Dan Alvina Mu, Hanya Memilih Satu, Pilih Siapa?
- Bab 235 Harus Pergi (Penambahan Ulang Tahun)
- Bab 236 Memasukkan Obat Sendiri
- Bab 237 Aku Mohon, Meninggalkan Aku, Oke? Aku Tidak Ingin Mencintai Lagi....
- Bab 238 Alvina Mu, Kamu Masih Tidak Pantas
- Bab 239 Serangan Balik Leonard Li
- Bab 240 Bisakah Membiarkan Aku Memegang Perutmu?