Be Mine Lover Please - Bab 40 Aku Suapi

Nikita Su tidak menyangka dalam keadaan saat ini Leonard Li bisa menciumnya. Dan tempat di mana dia cium barusan seperti terbakar dan rasa panasnya tak bisa dia jelaskan.

Dengan memiringkan kepala, bibir Leonard Li kembali mencium lehernya. Ciuman itu seperti membawa arus listrik yang mengalir. Nikita Su tahu dia sekarang harus mendorongnya menjauh, tapi dia khawatir kalau gerakannya itu bisa membuat dressnya benar-benar terjun bebas.

“Jangan...” Nikita Su merasakan tangan Leonard Li memegang erat pinggangnya, dengan panik berkata, “Leonard, aku mohon, jangan.”

Dorongan dan hasrat yang kuat tengah mendominasi gerakannya, tapi setelah mendengar ketakutan dan kecemasannya, mata Leonard Li berangsur-angsur menjadi jelas. “Aku tidak akan menghabisimu di sini,” kata Leonard Li dengan suara rendah.

Memikirkan apa yang baru saja dikatakan oleh wanita berbusana congsam itu, Nikita Su berusaha keras untuk menjauhkan diri darinya: “Aku bukan wanita sembarangan, tolong jangan anggap aku seperti itu.”

Alasannya menciumnya setiap kali mungkinkah karena dia menganggapnya seperti wanita murahan? Memikirkan hal ini, Nikita Su merasa sedikit tidak nyaman. “Aku tahu, kamu bukan wanita seperti itu.” Leonard Li menjawab dengan serius.

Nikita Su berbalik, mengangkat kepalanya, dan menatap matanya. Matanya tenang, tidak seperti sedang berbohong. “Jadi, kamu tidak berpikir kalau aku wanita semacam itu...” Nikita Su berkata dengan gugup, tapi sebelum dia selesai berbicara, bibirnya sudah dikunci oleh Leonard Li.

Ciumannya tidak dalam, dia hanya menggunakan tindakan itu untuk menghentikannya. “Nikita, kamu pantas mencintai dirimu sendiri, dan pantas dicintai lebih dari siapapun,” Leonard Li menjawab dengan percaya diri. Dia tidak akan pernah melupakan raut wajah sedih air matanya saat terbaring di tempat tidur malam itu karena terus menyalahkan diri sendiri.

Hidungnya terasa perih, Nikita Su tak menyangka kata yang paling ingin didengarnya itu keluar dari mulutnya. Selama 3 tahun, Aldo Ye selalu merasa kalau dia adalah wanita yang tidak tahu malu murahan yang bisa-bisanya naik ke tempat tidur lelaki lain.

Dia membungkuk dalam-dalam 90 derajat dan setelah sekian lama dia kembali menegakkan tubuh, kemudian berkata dengan tulus: “Leonard, terima kasih telah mempercayaiku.”

Melihat tulang selangka yang jelas indah, Leonard Li membuang muka, tidak membiarkan hasrat itu kembali muncul di matanya. “Bodoh, kamu berharga dan pantas mendapatkan cinta.” Leonard Li mencoel ujung hidungnya. “Aku akan menyuruh orang untuk mengirimkan baju lainnya.”

Nikita Su berdehem, dia bersandar di dinding, telinganya terus menggemakan kalimat itu: “Kamu berharga.”

10 menit kemudian, ada ketukan di pintu, dan Leonard Li pergi untuk membukakan pintu. “Paman, mana Nikita?” Tanya Henny An cepat.

Leonard Li meminggirkan badan, membiarkan dia masuk, melihat jam tangannya, kemudian menunjuk keluar: “Bajunya sebentar lagi sampai, kamu disini saja temani dia.” Setelah mengatakan itu, dia melangkahkan kakinya pergi dari sana.

Melihatnya pergi, Nikita Su baru keluar dari kamar mandi. Melihat penampilannyq, Henny An terkejut menutup mulutnya: “Nikita, kamu dan pamanmu barusan melakukan apa?”

Henny An memberikannya tatapan waspada, Nikita Su kemudian duduk di kursi: “Kami berdua bersih dan dia tidak menyentuhku.”

Melihat dia menahan pakaiannya agar tidak jatuh, Henny An duduk di sampingnya, bersila, dan berkata: “Kamu sudah seperti ini dan dia tidak menyentuhmu. Hanya ada dua kemungkinan. Pertama, punyanya tidak berfungsi.”

Leonard Li pernah mengatakan kalau mereka pernah melewati satu malam. “Bagaimana dengan kemungkinan kedua?” Nikita Su bertanya dengan penasaran.

Sambil menggaut dagunya, Henny An tersenyum dengan ambigu: “Itu karena dia sangat mencintaimu dan tidak mau membullymu dalam keadaan seperti ini. Menurut intuisi tajamku sebagai editor majalah, sikapnya itu seharusnya masuk ke tipe kedua.”

Cinta? Sambil menggelengkan kepalanya, Nikita Su Yingxue dengan tegas membantah: “Tidak mungkin. Aku cuma bertemu dengannya beberapa kali. Jadi alasannya tidak mungkin karena dia mencintaiku, alasannya mungkin karena dia eseorang yang memiliki karakter baik dan menghormati wanita. Bukan jenis orang yang suka melakukan seks dengan banyak wanita.”

Henny An mengangkat alisnya, mencondongkan kepalanya dan berkata sambil menyeringai: “Instingku selalu akurat, jadi tunggu dan lihat saja.”

Selesai tukar pakaian, melihat tujuan mereka datang hari ini sudah terlaksana, Nikita Su dan Henny An terlalu malas untuk tetap tinggal disana, dan langsung pergi meninggalkan acara. Mereka berdiri di depan pintu menunggu taksi, sambil mengobrol.

“Nikita” Tubuh Nikita Su reflek bergetar dan perlahan berbalik.

Henny An menoleh, tersenyum, dan melambai pada Leonard Li: “Halo, paman.”

Leonard Li berdehem dan berjalan ke arah Nikita Su: “Menunggu taksi?”

Nikita Su belum menjawab dan Henny An sudah tersenyum duluan dan berkata, “Paman juga mau pulang ya, kalau tidak keberatan bolehkah sekalian tumpangi kami juga?”

Nikita Su menarik keras tangannya, dengan canggung melihatnya: “Tidak usah repotlah, disini gampang cari taksi.”

Sambil mengatakan itu, supir Wang sudah membawa mobil ke hadapannya. Leonard Li langsung meraih tangannya, dan menariknya masuk ke dalam mobil. Nikita Su sudah berusaha menahannya tapi akhirnya hanya bisa pasrah masuk ke dalam.

Leonard Li menoleh melihat ke arah Henny An. Henny An dengan cepat menunjuk ke depan dan berkata sambil terkekeh: “Udara di sini sangat bagus, aku tiba-tiba ingin jalan-jalan. Paman, tolong bawa Nikita pulang ke rumah dengan aman ya.”

Melihatnya, Leonard Li menjawab singkat: “Baik.” Setelah itu, dia membungkuk dan masuk ke dalam mobil.

Melihat mereka pergi, Henny An tersenyum puas. Leonard Li terlihat baik, dan kalau Nikita Su bisa bersamanya, itu akan menjadi hal yang baik. Tapi di sini mencari taksi kenyataannya tidak mudah.

Setelah menunggu sekitar 10 menit, masih belum ada taksi yang muncul, tiba-tiba, malah sosok Calvin Fu yang muncul. “Hei, Calvin, bisa antar aku pulang tidak?” Henny An merentangkan tangannya dan menghentikannya dengan sikap bossy.

“Tidak bisa.” Calvin Fu dengan tegas menolak, menyingkirkan tangannya, dan pergi ke mobilnya.

Setelah melihat ini, Henny An berlari ke depan, mengerutkan kening, dan berkata, “Calvin, bagaimanapun juga aku adalah seorang wanita yang cantik. Bagaimana kalau aku nanti bertemu dengan orang cabul dan diintimidasi?”

Membuka pintu mobil dan melihat ke arahnya, Calvin Fu menjawab dengan acuh tak acuh: “Itu tidak mungkin terjadi padamu.” Setelah meninggalkan kalimat ini, dia langsung masuk ke mobil dan nyalakan mesin.

Setelah beberapa detik melongo, Henny An kemudian bereaksi dan berteriak pada mobil yang sedang melaju pergi: “Calvin, dasar kamu bajingan, aku ini setidaknya wanita suci dan berharga!”

Melihat sosok wanita yang semakin jauh terlihat semakin kecil melalui cermin, sudut bibir Calvin Fu melengkung. Wanita ini sepertinya cukup menarik.

Sepanjang jalan, Nikita Su duduk di paling kiri, berusaha menjaga jarak darinya. Akhirnya tiba di Jingyuan, Nikita Su diam-diam menghela nafas lega. “Sudah sampai, malam ini maaf merepotkanmu, sampai jumpa.” Ucap Nikita Su sambil tersenyum.

Leonard Li menatapnya, dan dengan suara kecil berkata, “Sampai jumpa.”

Setelah keluar dari mobil, Nikita Su berjalan menuju apartemen. Setelah memastikan dia naik ke atas dengan selamat, dan lampu sudah menyala, Leonard Li baru membiarkan supir Wang pergi dari sana. Nikita Su berdiri di balkon, melihat mobilnya yang pergi, tidak tahu mengapa dia merasa Leonard Li terkadang sangat perhatian.

Hanya sayangnya, dia adalah paman Aldo Ye. Menarik tatapannya, Nikita Su kemudian berbalik dan masuk ke dalam rumah.

Hari ini adalah hari weekend, dan Nikita Su awalnya ingin tidur nyenyak, tetapi terganggu oleh nada dering hp yang berbunyi. Dia menutupi kepalanya dengan selimut, tetapi masih tidak bisa menutup suaranya. Akhirnya hanya bisa dengan enggan meraih hp, Nikita Su yang masih setengah sadar berkata, “Halo...Apa, Aldo dirawat di rumah sakit?!”

Setengah jam kemudian, Nikita Su sampai di rumah sakit. Saat dia datang ke ruang rawatnya, dia melihat Aldo Ye terbaring pucat di sana. Melihatnya datang, ada senyuman di wajah Aldo Ye: “Nikita, kamu datang juga.”

Nikita Su melangkah maju ke depan, mengerutkan kening dan bertanya, “Kamu kenapa bisa tiba-tiba dirawat di rumah sakit? Aldo, kamu bagaimana merawat dirimu sendiri?!”

“Tidak apa-apa, cuma kemarin karena minum terlalu banyak.” Aldo Ye berkata dengan ringan.

Nikita Su tidak berbicara, tapi mengerutkan kening. Dulu, Aldo Ye hanya merokok sesekali dan jarang minum alkohol. Namun dalam 3 tahun terakhir, dia sering mabuk-mabukan di klub malam. Dia sudah membujuknya beberapa kali, tetapi yang dia dapatkan hanyalah hinaan dan sindiran.

Menarik pikirannya, Nikita Su menatapnya dengan serius: “Aldo, tubuhmu itu adalah milikmu, dan kamu harus menjaganya dengan baik. Karena orang tuamu sendiri yang tertekan saat melihatmu jatuh seperti ini.”

Aldo Ye sambil memegang tangannya, menatapnya dengan lembut: “Lalu bagaimana denganmu, apakah kamu merasa seperti itu juga?”

Nikita Su mengambil kembali tangannya, memutar kepalanya, tidak melihatnya. Dia sekarang tahu kalau mereka tidak bisa kembali, jadi dia tidak ingin memberinya terlalu banyak harapan. Akhiri seperti ini saja, dan itu adalah hal terbaik untuk satu sama lain.

Ibu Ye datang ke ruang rawatnya dan memandang Nikita Su sambil tersenyum: “Nikita, kamu di sini juga, aku baru saja kembali dari membeli bubur, kamu bisa menyuapinya makan.”

Nikita Su melihat ke belakang, dia tersenyum dan menolak: “Lebih baik ibu saja yang suapi dia, aku masih ada urusan, dan mau pergi sekarang.” Kemudian, Nikita Su berbalik dan hendak pergi.

Senyumannya menjadi hilang, ibu Ye menatapnya dengan tidak senang: “Berhenti, Nikita, Aldo adalah suamimu. Dia sakit dan dirawat di rumah sakit, jadi kamu hanya melihatnya sebentar kemudian pergi? Selama kalian belum bercerai, kamu wajib untuk menjaga dan mengurusinya.”

Nikita Su tidak berbicara, hanya berdiri tegak. “Bu, kenapa suaramu besar sekali, jangan mengejuti Nikita.” Aldo Ye berkata dengan nada tidak senang.

“Kamu ya nak, ada istri sudah tidak butuh ibu lagi. Aku akan meninggalkan bubur ini, Nikita, kalau kamu tidak merawat Aldo dengan baik, jangan salahkan aku kalau bersikap kasar pada keluarga Su.” Ibu Ye mendengus dan pergi dengan marah.

Aldo Ye duduk, meraih tangannya, dan menghiburnya dengan senyuman: “Nikita, jangan marah. Temperamen ibu selalu seperti ini. Jangan di masukan ke hati.”

Menarik nafas dalam-dalam, melihat bubur putih, memikirkan ancaman nyonya Ye, Nikita Su menghela nafas ringan. “Aku akan menyuapimu makan.” Nikita Su mengambil bubur dan bersiap untuk menyuapinya makan.

Melihat ekspresinya, Aldo Ye tersenyum cerah: “Aku cuma sakit maag, bukan karena tidak punya tangan lagi. Aku bisa makan sendiri.” Saat mengatakan itu, Aldo Ye hendak mengambil bubur dan tiba-tiba membungkuk kesakitan sambil menekan perutnya.

Melihat ini, Nikita Su menunjukkan keprihatinan di wajahnya: “Perutnya sakit lagi ya? Kamu sekarang sedang sakit, baring saja, aku yang akan menyuapimu makan.” Setelah mengatakan itu, Nikita Su meniup bubur hingga dingin dan menyuapinya ke mulutnya.

Aldo Ye sesaat menatap matanya, kemudian membuka mulutnya. “Manis sekali.” Aldo Ye terlihat sangat gembira, “Nikita, kamu masih bisa peduli denganku, kamu masih memiliki aku di hatimu, kan?”

Memikirkan kejadian yang di pesta tadi malam, Nikita Su memilih untuk tetap diam. Untuk waktu yang lama, Nikita Su akhirnya berbicara dengan acuh tak acuh: “Tidak peduli apakah masih ada atau tidak. Aldo, jalan yang kita lalui sudah ditakdirkan untuk tidak dapat kembali. Dan di antara kita sudah tidak dapat kembali lagi.”

“Kecuali jika kamu sudah berubah hati, kalau tidak kita pasti bisa kembali.” Ucap Aldo Ye.

Berubah hati? Hati Nikita Su berdetak, dan dia diam tak bersuara.

Novel Terkait

Wahai Hati

Wahai Hati

JavAlius
Balas Dendam
4 tahun yang lalu
Love Is A War Zone

Love Is A War Zone

Qing Qing
Balas Dendam
5 tahun yang lalu
Hanya Kamu Hidupku

Hanya Kamu Hidupku

Renata
Pernikahan
4 tahun yang lalu
See You Next Time

See You Next Time

Cherry Blossom
CEO
5 tahun yang lalu
Love From Arrogant CEO

Love From Arrogant CEO

Melisa Stephanie
Dimanja
4 tahun yang lalu
Balas Dendam Malah Cinta

Balas Dendam Malah Cinta

Sweeties
Motivasi
5 tahun yang lalu
Hei Gadis jangan Lari

Hei Gadis jangan Lari

Sandrako
Merayu Gadis
4 tahun yang lalu
Terpikat Sang Playboy

Terpikat Sang Playboy

Suxi
Balas Dendam
5 tahun yang lalu