Be Mine Lover Please - Bab 40 Aku Suapi
Nikita Su tidak menyangka dalam keadaan saat ini Leonard Li bisa menciumnya. Dan tempat di mana dia cium barusan seperti terbakar dan rasa panasnya tak bisa dia jelaskan.
Dengan memiringkan kepala, bibir Leonard Li kembali mencium lehernya. Ciuman itu seperti membawa arus listrik yang mengalir. Nikita Su tahu dia sekarang harus mendorongnya menjauh, tapi dia khawatir kalau gerakannya itu bisa membuat dressnya benar-benar terjun bebas.
“Jangan...” Nikita Su merasakan tangan Leonard Li memegang erat pinggangnya, dengan panik berkata, “Leonard, aku mohon, jangan.”
Dorongan dan hasrat yang kuat tengah mendominasi gerakannya, tapi setelah mendengar ketakutan dan kecemasannya, mata Leonard Li berangsur-angsur menjadi jelas. “Aku tidak akan menghabisimu di sini,” kata Leonard Li dengan suara rendah.
Memikirkan apa yang baru saja dikatakan oleh wanita berbusana congsam itu, Nikita Su berusaha keras untuk menjauhkan diri darinya: “Aku bukan wanita sembarangan, tolong jangan anggap aku seperti itu.”
Alasannya menciumnya setiap kali mungkinkah karena dia menganggapnya seperti wanita murahan? Memikirkan hal ini, Nikita Su merasa sedikit tidak nyaman. “Aku tahu, kamu bukan wanita seperti itu.” Leonard Li menjawab dengan serius.
Nikita Su berbalik, mengangkat kepalanya, dan menatap matanya. Matanya tenang, tidak seperti sedang berbohong. “Jadi, kamu tidak berpikir kalau aku wanita semacam itu...” Nikita Su berkata dengan gugup, tapi sebelum dia selesai berbicara, bibirnya sudah dikunci oleh Leonard Li.
Ciumannya tidak dalam, dia hanya menggunakan tindakan itu untuk menghentikannya. “Nikita, kamu pantas mencintai dirimu sendiri, dan pantas dicintai lebih dari siapapun,” Leonard Li menjawab dengan percaya diri. Dia tidak akan pernah melupakan raut wajah sedih air matanya saat terbaring di tempat tidur malam itu karena terus menyalahkan diri sendiri.
Hidungnya terasa perih, Nikita Su tak menyangka kata yang paling ingin didengarnya itu keluar dari mulutnya. Selama 3 tahun, Aldo Ye selalu merasa kalau dia adalah wanita yang tidak tahu malu murahan yang bisa-bisanya naik ke tempat tidur lelaki lain.
Dia membungkuk dalam-dalam 90 derajat dan setelah sekian lama dia kembali menegakkan tubuh, kemudian berkata dengan tulus: “Leonard, terima kasih telah mempercayaiku.”
Melihat tulang selangka yang jelas indah, Leonard Li membuang muka, tidak membiarkan hasrat itu kembali muncul di matanya. “Bodoh, kamu berharga dan pantas mendapatkan cinta.” Leonard Li mencoel ujung hidungnya. “Aku akan menyuruh orang untuk mengirimkan baju lainnya.”
Nikita Su berdehem, dia bersandar di dinding, telinganya terus menggemakan kalimat itu: “Kamu berharga.”
10 menit kemudian, ada ketukan di pintu, dan Leonard Li pergi untuk membukakan pintu. “Paman, mana Nikita?” Tanya Henny An cepat.
Leonard Li meminggirkan badan, membiarkan dia masuk, melihat jam tangannya, kemudian menunjuk keluar: “Bajunya sebentar lagi sampai, kamu disini saja temani dia.” Setelah mengatakan itu, dia melangkahkan kakinya pergi dari sana.
Melihatnya pergi, Nikita Su baru keluar dari kamar mandi. Melihat penampilannyq, Henny An terkejut menutup mulutnya: “Nikita, kamu dan pamanmu barusan melakukan apa?”
Henny An memberikannya tatapan waspada, Nikita Su kemudian duduk di kursi: “Kami berdua bersih dan dia tidak menyentuhku.”
Melihat dia menahan pakaiannya agar tidak jatuh, Henny An duduk di sampingnya, bersila, dan berkata: “Kamu sudah seperti ini dan dia tidak menyentuhmu. Hanya ada dua kemungkinan. Pertama, punyanya tidak berfungsi.”
Leonard Li pernah mengatakan kalau mereka pernah melewati satu malam. “Bagaimana dengan kemungkinan kedua?” Nikita Su bertanya dengan penasaran.
Sambil menggaut dagunya, Henny An tersenyum dengan ambigu: “Itu karena dia sangat mencintaimu dan tidak mau membullymu dalam keadaan seperti ini. Menurut intuisi tajamku sebagai editor majalah, sikapnya itu seharusnya masuk ke tipe kedua.”
Cinta? Sambil menggelengkan kepalanya, Nikita Su Yingxue dengan tegas membantah: “Tidak mungkin. Aku cuma bertemu dengannya beberapa kali. Jadi alasannya tidak mungkin karena dia mencintaiku, alasannya mungkin karena dia eseorang yang memiliki karakter baik dan menghormati wanita. Bukan jenis orang yang suka melakukan seks dengan banyak wanita.”
Henny An mengangkat alisnya, mencondongkan kepalanya dan berkata sambil menyeringai: “Instingku selalu akurat, jadi tunggu dan lihat saja.”
Selesai tukar pakaian, melihat tujuan mereka datang hari ini sudah terlaksana, Nikita Su dan Henny An terlalu malas untuk tetap tinggal disana, dan langsung pergi meninggalkan acara. Mereka berdiri di depan pintu menunggu taksi, sambil mengobrol.
“Nikita” Tubuh Nikita Su reflek bergetar dan perlahan berbalik.
Henny An menoleh, tersenyum, dan melambai pada Leonard Li: “Halo, paman.”
Leonard Li berdehem dan berjalan ke arah Nikita Su: “Menunggu taksi?”
Nikita Su belum menjawab dan Henny An sudah tersenyum duluan dan berkata, “Paman juga mau pulang ya, kalau tidak keberatan bolehkah sekalian tumpangi kami juga?”
Nikita Su menarik keras tangannya, dengan canggung melihatnya: “Tidak usah repotlah, disini gampang cari taksi.”
Sambil mengatakan itu, supir Wang sudah membawa mobil ke hadapannya. Leonard Li langsung meraih tangannya, dan menariknya masuk ke dalam mobil. Nikita Su sudah berusaha menahannya tapi akhirnya hanya bisa pasrah masuk ke dalam.
Leonard Li menoleh melihat ke arah Henny An. Henny An dengan cepat menunjuk ke depan dan berkata sambil terkekeh: “Udara di sini sangat bagus, aku tiba-tiba ingin jalan-jalan. Paman, tolong bawa Nikita pulang ke rumah dengan aman ya.”
Melihatnya, Leonard Li menjawab singkat: “Baik.” Setelah itu, dia membungkuk dan masuk ke dalam mobil.
Melihat mereka pergi, Henny An tersenyum puas. Leonard Li terlihat baik, dan kalau Nikita Su bisa bersamanya, itu akan menjadi hal yang baik. Tapi di sini mencari taksi kenyataannya tidak mudah.
Setelah menunggu sekitar 10 menit, masih belum ada taksi yang muncul, tiba-tiba, malah sosok Calvin Fu yang muncul. “Hei, Calvin, bisa antar aku pulang tidak?” Henny An merentangkan tangannya dan menghentikannya dengan sikap bossy.
“Tidak bisa.” Calvin Fu dengan tegas menolak, menyingkirkan tangannya, dan pergi ke mobilnya.
Setelah melihat ini, Henny An berlari ke depan, mengerutkan kening, dan berkata, “Calvin, bagaimanapun juga aku adalah seorang wanita yang cantik. Bagaimana kalau aku nanti bertemu dengan orang cabul dan diintimidasi?”
Membuka pintu mobil dan melihat ke arahnya, Calvin Fu menjawab dengan acuh tak acuh: “Itu tidak mungkin terjadi padamu.” Setelah meninggalkan kalimat ini, dia langsung masuk ke mobil dan nyalakan mesin.
Setelah beberapa detik melongo, Henny An kemudian bereaksi dan berteriak pada mobil yang sedang melaju pergi: “Calvin, dasar kamu bajingan, aku ini setidaknya wanita suci dan berharga!”
Melihat sosok wanita yang semakin jauh terlihat semakin kecil melalui cermin, sudut bibir Calvin Fu melengkung. Wanita ini sepertinya cukup menarik.
Sepanjang jalan, Nikita Su duduk di paling kiri, berusaha menjaga jarak darinya. Akhirnya tiba di Jingyuan, Nikita Su diam-diam menghela nafas lega. “Sudah sampai, malam ini maaf merepotkanmu, sampai jumpa.” Ucap Nikita Su sambil tersenyum.
Leonard Li menatapnya, dan dengan suara kecil berkata, “Sampai jumpa.”
Setelah keluar dari mobil, Nikita Su berjalan menuju apartemen. Setelah memastikan dia naik ke atas dengan selamat, dan lampu sudah menyala, Leonard Li baru membiarkan supir Wang pergi dari sana. Nikita Su berdiri di balkon, melihat mobilnya yang pergi, tidak tahu mengapa dia merasa Leonard Li terkadang sangat perhatian.
Hanya sayangnya, dia adalah paman Aldo Ye. Menarik tatapannya, Nikita Su kemudian berbalik dan masuk ke dalam rumah.
Hari ini adalah hari weekend, dan Nikita Su awalnya ingin tidur nyenyak, tetapi terganggu oleh nada dering hp yang berbunyi. Dia menutupi kepalanya dengan selimut, tetapi masih tidak bisa menutup suaranya. Akhirnya hanya bisa dengan enggan meraih hp, Nikita Su yang masih setengah sadar berkata, “Halo...Apa, Aldo dirawat di rumah sakit?!”
Setengah jam kemudian, Nikita Su sampai di rumah sakit. Saat dia datang ke ruang rawatnya, dia melihat Aldo Ye terbaring pucat di sana. Melihatnya datang, ada senyuman di wajah Aldo Ye: “Nikita, kamu datang juga.”
Nikita Su melangkah maju ke depan, mengerutkan kening dan bertanya, “Kamu kenapa bisa tiba-tiba dirawat di rumah sakit? Aldo, kamu bagaimana merawat dirimu sendiri?!”
“Tidak apa-apa, cuma kemarin karena minum terlalu banyak.” Aldo Ye berkata dengan ringan.
Nikita Su tidak berbicara, tapi mengerutkan kening. Dulu, Aldo Ye hanya merokok sesekali dan jarang minum alkohol. Namun dalam 3 tahun terakhir, dia sering mabuk-mabukan di klub malam. Dia sudah membujuknya beberapa kali, tetapi yang dia dapatkan hanyalah hinaan dan sindiran.
Menarik pikirannya, Nikita Su menatapnya dengan serius: “Aldo, tubuhmu itu adalah milikmu, dan kamu harus menjaganya dengan baik. Karena orang tuamu sendiri yang tertekan saat melihatmu jatuh seperti ini.”
Aldo Ye sambil memegang tangannya, menatapnya dengan lembut: “Lalu bagaimana denganmu, apakah kamu merasa seperti itu juga?”
Nikita Su mengambil kembali tangannya, memutar kepalanya, tidak melihatnya. Dia sekarang tahu kalau mereka tidak bisa kembali, jadi dia tidak ingin memberinya terlalu banyak harapan. Akhiri seperti ini saja, dan itu adalah hal terbaik untuk satu sama lain.
Ibu Ye datang ke ruang rawatnya dan memandang Nikita Su sambil tersenyum: “Nikita, kamu di sini juga, aku baru saja kembali dari membeli bubur, kamu bisa menyuapinya makan.”
Nikita Su melihat ke belakang, dia tersenyum dan menolak: “Lebih baik ibu saja yang suapi dia, aku masih ada urusan, dan mau pergi sekarang.” Kemudian, Nikita Su berbalik dan hendak pergi.
Senyumannya menjadi hilang, ibu Ye menatapnya dengan tidak senang: “Berhenti, Nikita, Aldo adalah suamimu. Dia sakit dan dirawat di rumah sakit, jadi kamu hanya melihatnya sebentar kemudian pergi? Selama kalian belum bercerai, kamu wajib untuk menjaga dan mengurusinya.”
Nikita Su tidak berbicara, hanya berdiri tegak. “Bu, kenapa suaramu besar sekali, jangan mengejuti Nikita.” Aldo Ye berkata dengan nada tidak senang.
“Kamu ya nak, ada istri sudah tidak butuh ibu lagi. Aku akan meninggalkan bubur ini, Nikita, kalau kamu tidak merawat Aldo dengan baik, jangan salahkan aku kalau bersikap kasar pada keluarga Su.” Ibu Ye mendengus dan pergi dengan marah.
Aldo Ye duduk, meraih tangannya, dan menghiburnya dengan senyuman: “Nikita, jangan marah. Temperamen ibu selalu seperti ini. Jangan di masukan ke hati.”
Menarik nafas dalam-dalam, melihat bubur putih, memikirkan ancaman nyonya Ye, Nikita Su menghela nafas ringan. “Aku akan menyuapimu makan.” Nikita Su mengambil bubur dan bersiap untuk menyuapinya makan.
Melihat ekspresinya, Aldo Ye tersenyum cerah: “Aku cuma sakit maag, bukan karena tidak punya tangan lagi. Aku bisa makan sendiri.” Saat mengatakan itu, Aldo Ye hendak mengambil bubur dan tiba-tiba membungkuk kesakitan sambil menekan perutnya.
Melihat ini, Nikita Su menunjukkan keprihatinan di wajahnya: “Perutnya sakit lagi ya? Kamu sekarang sedang sakit, baring saja, aku yang akan menyuapimu makan.” Setelah mengatakan itu, Nikita Su meniup bubur hingga dingin dan menyuapinya ke mulutnya.
Aldo Ye sesaat menatap matanya, kemudian membuka mulutnya. “Manis sekali.” Aldo Ye terlihat sangat gembira, “Nikita, kamu masih bisa peduli denganku, kamu masih memiliki aku di hatimu, kan?”
Memikirkan kejadian yang di pesta tadi malam, Nikita Su memilih untuk tetap diam. Untuk waktu yang lama, Nikita Su akhirnya berbicara dengan acuh tak acuh: “Tidak peduli apakah masih ada atau tidak. Aldo, jalan yang kita lalui sudah ditakdirkan untuk tidak dapat kembali. Dan di antara kita sudah tidak dapat kembali lagi.”
“Kecuali jika kamu sudah berubah hati, kalau tidak kita pasti bisa kembali.” Ucap Aldo Ye.
Berubah hati? Hati Nikita Su berdetak, dan dia diam tak bersuara.
Novel Terkait
Wahai Hati
JavAliusLove Is A War Zone
Qing QingHanya Kamu Hidupku
RenataSee You Next Time
Cherry BlossomLove From Arrogant CEO
Melisa StephanieBalas Dendam Malah Cinta
SweetiesHei Gadis jangan Lari
SandrakoBe Mine Lover Please×
- Bab 1 Gejolak Cinta Di Kamar Pernikahan
- Bab 2 Setidaknya Dia Tidak Membantu Orang Lain Untuk Melahirkan Anak
- Bab 3 Paman, Bisa Tidak Anggap Tidak Melihatku Disini?
- Bab 4 Dibawa Paman Pulang
- Bab 5 Istrinya Pasti Akan Sangat Sedih
- Bab 6 Menikah 3 Tahun Tapi Masih Belum Ada Kabar Hamil
- Bab 7 Paman Sakit, Sakit...
- Bab 8 Aku Ini Keponakanmu
- Bab 9 Melihatmu Hanya Akan Membuatnya Merasa Jijik
- Bab 10 Hari Ini, Kita Akan Melakukan Tugas Suami Istrinya Di Kamar Ini
- Bab 11 Tidak Boleh Masuk
- Bab 12 Kalau Tidak Mau Dia Datang, Tenanglah
- Bab 13 Benar-Benar Liar Dan Sangat Murahan
- Bab 14 Masih Mau Lagi?
- Bab 15 Menyakiti, Bukanlah Alasan Untuk Mencintai
- Bab 16 Cewek, Malam Ini Ada Janji?
- Bab 17 Kakak Ipar, Apakah Kamu Sedang Curi Pandang Melirik Kakak Kedua?
- Bab 18 Aku Lebih Suka Memanggilmu Kakak Ipar
- Bab 19 Mimpi Yang Hancur
- Bab 20 Keintiman Yang Luar Biasa
- Bab 21 Lain Kali, Jangan Memakai Terlalu Pendek
- Bab 22 Melihat Maksud Istriku
- Bab 23 Ingin Aku Membantumu Melepaskannya?
- Bab 24 Seranjang
- Bab 25 Menyukaimu
- Bab 26 Kencan Pertama
- Bab 27 Para Pria, Seberapa Tahan Lamanya Kalian?
- Bab 28 Setelah Tidur Bersama, Ingin Langsung Menyelinap Pergi?
- Bab 29 Jadi Kamu Bisa Menjadi Gangster Jika Sedang Mabuk?
- Bab 30 Senangi Aku
- Bab 31 Pernikahan Ini Harus Berakhir
- Bab 32 Telurmu Tidak Pecah Kan?
- Bab 33 Pertemuan Di Malam Hari
- Bab 34 Memangnya Aku Menunjukannya Dengan Sangat Jelas?
- Bab 35 Keindahan Di Depan Mata
- Bab 36 Kamu Lebih Enak
- Bab 37 Tinggal Dan Tenang Di Sisiku
- Bab 38 Tertangkap Sebagai Paparazzi
- Bab 39 Dadanya Terlalu Besar
- Bab 40 Aku Suapi
- Bab 41 Nona Su, Apakah Butuh Celana Panjang?
- Bab 42 Diusir Keluar
- Bab 43 Orangmu Adalah Milikku
- Bab 44 Datang Ke Hotel? Ada Perzinahan!
- Bab 45 Cinta Terlalu Melelahkan, Tidak Ingin Memilikinya Lagi
- Bab 46 Bilang Baik?
- Bab 47 Tidak Ingin Mencoba?
- Bab 48 Apa Mungkin Sudah Ada?
- Bab 49 Dia, Tidak Tahan Kesepian
- Bab 50 Konflik Antara Ayah Dan Anak
- Bab 51 Ambil Inisiatif
- Bab 52 Jebakan Wanita Cantik
- Bab 53 Berdirinya Tidak Stabil?
- Bab 54 Situasi Mendadak, Terluka
- Bab 55 Kebijakan Mollifikasi
- Bab 56 Adakah Memikirkan Aku?
- Bab 57 Penemanan Manis
- Bab 58 Nikita, Tunggu Aku
- Bab 59 Memperlakukan Sebagai Keponakan, Tidak Baikkah?
- Bab 60 Aku Hamil
- Bab 61 Nikita Su, Aku Mencintaimu
- Bab 62 Berbagi Ranjang Yang Sama
- Bab 63 Mendapatkan Akta Nikah
- Bab 64 Menikahlah Denganku
- Bab 65 Menaruh Obat, Dan Masuk Perangkap
- Bab 66 Kebenaran Malam Itu
- Bab 67 Pengakuan Ketika Mabuk
- Bab 68 Dua Tamparan, Menghapus Rindu
- Bab 69 Bajingan Dan Pelacur, Pasangan Serasi
- Bab 70 Aku Hanya Khawatir Kamu Mundur
- Bab 71 Masalah Diluar Dugaan
- Bab 72 Demonstrasi Musuh
- Bab 73 Pernah Membenci Pria Itu?
- Bab 74 Mengingatkan Dengan Pergerakan Nyata
- Bab 75 Leonard Li, Aku Ingin Menciummu
- Bab 76 Persyaratan Yang Murah Hati
- Bab 77 Perceraian Tidak Gampang
- Bab 78 Bos, Bantu Aku Cari Dokter
- Bab 79 Istriku
- Bab 80 Saling Bertemu, Lebih Baik Dari Tidak Bertemu
- Bab 81 Mencintainya? Kamu Tidak Tahu Malu!
- Bab 82 Apakah Ada Keinginan Untuk Berhubungan Lebih Dekat Dengannya?
- Bab 83 Di Mana Itu Mulai Maka Akhirinya Di Sana Juga
- Bab 84 Bisa Jangan
- Bab 85 Saat Kamu Menyentuhku
- Bab 86 Sayangnya, Aku Tidak Tertarik
- Bab 87 Lalu, Apakah Kamu Menginginkan Aku?
- Bab 88 Di Hotel Menangkap Perselingkuhan
- Bab 89 Nama belakangmu Dingin, Akan Membuatmu Hangat
- Bab 90 Kenapa Aku Harus Menggambar Kamu??
- Bab 91 Dimurahkan
- Bab 92 Foto-foto Porno
- Bab 93 Nikita Su, Kamu Tidak Bisa Menggerakkan!
- Bab 94 Tidak Boleh Memberitahu Dia
- Bab 95 Semua Dikhianati? Tidak Keberatan
- Bab 96 Energi Buruk Berarti Cacat
- Bab 97 Kamu Ingin Aku Lebih Membenci Kamu?
- Bab 98 Tidak Ada Cara Untuk Mencintainya Lagi
- Bab 99 Ingin Melompat? Aku Menemanimu
- Bab 100 Tahu Mengganggu, Masih Tidak Keluar?
- Bab 101 Dibandingkan Dengan Cinta, Lebih Takut Kehilangan
- Bab 102 Tidak Boleh Memakai Pakaian Renang
- Bab 103 Membiarkan Kamu Merawat, Bukannya Bagus Juga?
- Bab 104 Dia Tidak Dapat Membayarnya, Aku Yang Membayar
- Bab 105 Selera Unik
- Bab 106 Lebih Lama Dari Yang Dia Pikirkan
- Bab 107 Gadis Kecil Yang Misterius
- Bab 108 Horor Tengah Malam
- Bab 109 Dihatimu, Mereka Lebih Penting Dariku?
- Bab 110 Hari Ini Nikita Punyamu
- Bab 111 Kamu Boleh Kembali Padanya
- Bab 112 Paling-paling, Hanya Menghangatkan Tempat Tidur
- Bab 113 Aku Akan Tidur Denganmu
- Bab 114 Sepertinya, Kamu Disambut Dengan Sangat Baik
- Bab 115 Kamu Mendorongku, Kan?
- Bab 116 Kita Putus
- Bab 117 Hanya Bisa Memilih Satu Orang, Siapa Yang Kamu PIlih?
- Bab 118 Kamu Benar-benar Bersusah Payah
- Bab 119 Aku Lebih Memahami Dirimu
- Bab 120 Yang DIsebut Tidak Tahu Malu
- Bab 121 Kamu Suka
- Bab 122 Melayani Wanita Sendiri, Itu Tidak Memalukan
- Bab 123 Aku Berani Menggoda Kamu, Terlebih Lagi Ingin Menghidupi Kamu
- Bab 124 Aku Ingin Melindungimu Satu Kali
- Bab 125 Aku Leonard tidak Memohon Kepada Orang, Sekarang Memohon Kepadamu
- Bab 126 Tapi Lebih Takut Sakit
- Bab 127 Menahan Diri Dari Napsu
- Bab 128 Ini Hasil Yang Kamu Inginkan, Bukan?
- Bab 129 Kelihatannya Aku Tidak Layak
- Bab 130 Nona Su, Pengecualian Dari CEO
- Bab 131 Keterampilan Merayu Meningkat
- Bab 132 Dipenjara
- Bab 133 Mencari, Dimana Dia?
- Bab 134 Anak Mati Lemas?
- Bab 135 Tidak Perlu Persetujuannya
- Bab 136 Pesta Hongmen
- Bab 137 Merancang Jebakan
- Bab 138 Pergi, Pergi!
- Bab 139 Dia Mendesak Aku Menuju Jalan Kematian
- Bab 140 Kamu Mencintainya, Bukan?
- Bab 141 Nikita, Aku Menikmati Inisiatif Kamu
- Bab 142 Beribadah Ke Desa
- Bab 143 Penyesalan
- Bab 144 Ketahuan Curang
- Bab 145 Jangan Sentuh Aku, Kotor
- Bab 146 Ada Rumor Apa Di Arena?
- Bab 147 Calvin Fu, Selera Kamu Begitu Berat?
- Bab 148 Nikita, Maukah Kamu Menikah Denganku?
- Bab 149 Dimataku, Kamu Bahkan Bukan Kentut
- Bab 150 Khawatir Tentang Konsekuensi Dari Mengingkari Janji
- Bab 151 Natasha, Maaf
- Bab 152 Kebenaran Yang Terjadi Di Masa Lalu
- Bab 153 Apakah Hewan Peliharaan Kecil, Bisa Menghangatkan Tempat Tidur?
- Bab 154 Sedikit Pelajaran
- Bab 155 Menikah, Atau Tidak Menikah?
- Bab 156 Siapa Yang Lebih Penting, John Fu Atau Aku?
- Bab 157 Tukang Selingkuh Ini, Melakukan Dengan Baik!
- Bab 158 Tujuan Winny Li
- Bab 159 Perangkap, Kepalsuan
- Bab 160 Aku Percaya Padanya, Tanpa Syarat
- Bab 161 Anak Ini Mau Dipertahankan Atau Tidak?
- Bab 162 Mengetahui Sarang Harimau, Lompat
- Bab 163 Apakah Semakin Beradaptasi, atau Tidak Menyukainya?
- Bab 164 Tidak Akan Keberatan Dengan Sedikit Cacat Ini
- Bab 165 Akhir Yang Menyedihkan
- Bab 166 Semua Ketidakadilan Itu Terjadi, Demi Bertemu Denganmu
- Bab 167 Impotensi, Tidak Akan Begitu Cepat
- Bab 168 Leonard Li, Kamu Adalah Pria Yang Hangat
- Bab 169 Bra Tidak Bisa Robek.
- Bab 170 Ternyata Selalu Tahu
- Bab 171 Jenis Rasa Sakit Lain, Lebih Tidak Nyaman
- Bab 172 Leonard Li, Aku Ingin Seorang Bayi
- Bab 173 Kebenaran Tentang Nikita
- Bab 174 Bahkan Tidak Memiliki Kemampuan Untuk Menipu Diri Sendiri
- Bab 175 Kamu Nikita Su, Dan Aku Leonard Li Yang Akan Mengambil Keputusan
- Bab 176 Aku Merindukanmu
- Bab 177 Paman, Bisahkan Kamu Tidak Begitu Galak?
- Bab 178 Apakah Sudah Cukup?
- Bab 179 Beritahu Nenek Zhang
- Bab 180 Aku Tidak Rela Kamu Mati, Lebih Baik Aku Saja Yang Mati
- Bab 181 Seperti Orang Gila, Kasihan dan Penuh Kebencian
- Bab 182 Pimpin Ular Keluar Dari Lubang
- Bab 183 Aku Akan Merawatmu, Seumur Hidup
- Bab 184 Dialog Yang Membuat Detak Jantung Cepat Dan Muka Memerah
- Bab 185 Sekarang, Sudah Ada Rasakan?
- Bab 186 Secara Resmi Menyerahkannya Kepadamu, Nyonya Li
- Bab 187 Jangan Lupa, Jangan Lupa!
- Bab 188 Keuntungan Pengantin Baru
- Bab 189 Tidak Bisakah Kamu Bersikap Lembut Sedikit?
- Bab 190 Tidak Apa-apa, Hanya Saja Sedikit Merindukanmu
- Bab 191 Batas Kesabaranmu... Adalah Alvina Mu
- Bab 192 Apakah Kamu Berselingkuh Terang-terangan?
- Bab 193 Pria Yang Cemburu
- Bab 194 Aku Punya Hak Untuk Menolak?
- Bab 195 Nikita Adalah Bibimu, Perhatikan
- Bab 196 Jika Aku Tidak Memiliki Muka Tebal, Kamu Mungkin Jadi Milik Orang Lain
- Bab 197 Selamatkan Aldo, Ya?
- Bab 198 Pihak Ketiga Yang Menghancurkan Kamu Dan Aldo
- Bab 199 Kamu Bahkan Tidak Memperdulikan Nyawa Sendiri Untuknya!
- Bab 200 Ingin Menyentuh?
- Bab 201 Istriku Hamil
- Bab 202 Aku Ingin Tidur Denganmu (Penerus Mahkota)
- Bab 203 Apakah Kamu Shio Monyet, Mengapa Kamu Begitu Cemas?
- Bab 204 Upacara Pertemuan, Krisis
- Bab 205 Nikita Terbuat Dari Air, Kamu Terbuat Dari Semen
- Bab 206 Aku Tinggal Bersama Dengan Kakak Ipar
- Bab 207 Apakah Ada Hubungan Fisik?
- Bab 208 Mimpi Buruk Di Tengah Malam
- Bab 209 Diantara Aku Dan Dia Siapa Yang Lebih Penting ?
- Bab 210 Istriku, Buatkan Aku Semangkuk Mie
- Bab 211 Mengerti Kebenaran
- Bab 212 Kamu Adalah Wanitaku, Aku Lebih Peduli Kamu
- Bab 213 Sekarang, Aku Benar-Benar Percaya
- Bab 214 Alvina Mu, Jangan Melawan Kesabaranku
- Bab 215 Tiba-tiba Berubah
- Bab 216 Dimatamu, Tidak Bisa Menolelirnya?
- Bab 217 Jawaban Terakhir
- Bab 218 Jika Kamu Tidak Berani Menginginkannya, Selanjutnya Tidak Akan Membiarkanmu Menyentuh Aku
- Bab 219 Kamu Juga Berani Merendam Pria Aku?
- Bab 220 Hukuman Nakal
- Bab 221 Bunga Halaman Belakang
- Bab 222 Dimana Dia berada, Disitulah Rumahnya
- Bab 223 Apa Rutin?
- Bab 224 Anak Yang Membutuhkan Penjagaanku
- Bab 225 Kenapa Kamu Tidak Bisa?
- Bab 226 Aldo, Jangan Main-main Denganku
- Bab 227 Jika Harus Memilih Salah Satu, Akan Memilih Kamu
- Bab 228 Cepat Antar Aku Ke Rumah Sakit!
- Bab 229 Kalian Berdua Pernah Punya Hubungan?
- Bab 230 Terluka, Akhirnya Datang
- Bab 231 Jangan Pergi, Aku Ingin Kamu Menemaniku
- Bab 232 Kamu Hanya Alvina Mu, Tanggung Jawab Yang Harus Aku Tanggung
- Bab 233 Jauh-Jauh Melihat Kebahagiaanmu
- Bab 234 Aku Dan Alvina Mu, Hanya Memilih Satu, Pilih Siapa?
- Bab 235 Harus Pergi (Penambahan Ulang Tahun)
- Bab 236 Memasukkan Obat Sendiri
- Bab 237 Aku Mohon, Meninggalkan Aku, Oke? Aku Tidak Ingin Mencintai Lagi....
- Bab 238 Alvina Mu, Kamu Masih Tidak Pantas
- Bab 239 Serangan Balik Leonard Li
- Bab 240 Bisakah Membiarkan Aku Memegang Perutmu?